1103005157-2-Bab I
1103005157-2-Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
manusia, entah itu sifatnya individu maupun kolektif. tujuan dari hukum itu sendiri
mengatur tata tertib masyarakat, agar tujuan hukum dapat tercapai, maka hukum
salah satu dari empat macam norma yang terdapat pada kehidupan masyarakat.
Keempat macam norma tersebut adalah: norma hukum, norma agama, norma
kesopanan, dan norma kesusilaan. Ketiga norma tersebut di atas yang membedakan
ketiga norma tersebut adalah bahwa hukum memiliki sanksi yang tegas dan nyata
terhadap para pelanggar. Inilah ciri khas dari hukum itu sendiri.
pada tempat yang paling tinggi, dimana hukum dijadikan pedoman hidup dalam
berbangsa dan bernegara. Setiap perubahan hukum harus sesuai dengan aturan-aturan
yang ada tanpa terkecuali. Hukum adalah rule of the game bagi semua interaksi
1
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia , Bina Ilmu,
Surabaya, hal. 21
2
hukum, maka hukum itu harus berwibawa agar dapat dipatuhi oleh semua subyek
hukum.
Pelanggaran, adalah merupakan perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat
membedakan secara prinsip antara kejahatan dan pelanggaran pada KUHP adalah
Pada ketentuan Pasal 10 KUHP terdapat pidana pokok berupa pidana denda.
Pidana denda biasa diberikan kepada terpidana yang melakukan pelanggaran, karena
sifatnya yang termasuk ke dalam tindak pidana ringan. Pidana denda adalah
pemberian sejumlah uang tertentu sebagai ganti kerugian atas pelanggaran yang
dilakukan. Pembayaran denda diatur pada Pasal 273 ayat (1) Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) yakni jangka waktu 1 bulan setelah putusan pidana denda
dan dengan alasan kuat dapat diperpanjang hingga 1 bulan. Adapun keistimewaan
2
Moelyatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta, h. 78
3
b) Boleh diganti dengan pidana kurungan (pengganti denda, Pasal 30 ayat (2)
KUHP)3
Salah satu bentuk tindak pidana yang dikenakan dengan pidana denda adalah
tindak pidana terhadap Delik-delik yang terdapat dalam perkara bersifat ringan,
sehingga hakim lebih cederung menjatuhkan pidana denda kepada setiap pelanggar
Bali adalah nama salah satu pulau di Indonesia, bali adalah Pulau Dewata (Island
God/island Paradise) merupakan Kuta, Sanur, Nusa Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati,
Lovina, dan lain lain merupakan tempat wisata yang terkenal di Bali Sebagai pulau
tujuan pariwisata dunia, selain alam dan adat-budayanya, bali juga terkenal dengan
berbagai ragam tradisi, tradisi yang memang dari turun temurun yang biasa di
lakukan oleh masyarakat bali, sehingga tradisi ini menjadi daya tarik wisatawan asing
datang ke bali, salah satu tradisi masyarakat bali sendiri adalah minum keras (miras).
Miras dalam masyarakat bali merupakan bagian dari tradisi yang sudah menyatu
cukup lama. Bahkan miras seperti Arak dan Berem termasuk Tuak wajib ada dalam
setiap ritual agama Hindu meski jumlahnya tidak banyak. Arak juga menjadi salah
satu aba-abaan, semacam oleh-oleh dari warga yang dibawa kerumah warga lain yang
sedang melaksanakan ritual upacara agama selain beras dan dupa. Tetapi jelas, bahwa
miras arak disini sama sekali tidak dimaksudkan untuk diminum melainkan
dipergunakan untuk tetabuhan (persembahan kepada Bhuta Kala), hanya saja sejak
3
Niniek Suparni, 2007, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan, Sinar
Grafika, Jakarta, h.24.
4
dahulu tradisi minum miras ditengah kehidupan masyarakat Bali memang sudah ada,
misalnya saja istilah metuakan yang merujuk pada aktivitas minum tuak di sudut-
sudut atau warung-warung tuak di desa. Masa dahulu tradisi metuakan jelas hanya
diperbolehkan untuk anak kecil atau remaja meminum tuak di areal publik dengan
ikut metuakan, Pastilah orang-orang tua akan dengan tegas menolak mereka dan
melarang keras jika berani-beraninya ikut metuakan. Selain itu minuman keras
dimasa dahulu juga jenisnya terbatas dan bahannya mungkin hanya sekedar
memabukkan.4
masifnya. Banyak anak-anak dan remaja yang sudah mengenal dan menjadi peminum
(istilah bagi mereka yang suka menenggak miras) aktif. Yang paling membuat kita
tidak habis pikir adalah aktivitas minum-minuman keras para remaja generasi muda
ini bisa dilakukan diareal publik yang dikarenakan maraknya peredaran miras yang
terjadi di wilayah provinsi bali, tidak hanya miras tradisional saja yang beredar di bali
melainkan minuman yang import dari luar negeri beredar di bali, dikarenakan bali
sebagai pulau tujuan pariwisata dunia, Bali harus menyediakan minuman berakohol
karena sebagaian besar orang asing yang berkunjung ke Bali mengonsumsi minuman
4
I Nyoman Winata, 2009, Miras Dalam Tradisi Masyarakat Bali, Avaible from: URL: http:
http://balebengong.net/kabar-anyar/2009/07/20/miras-dalam-tradisi-masyarakat-bali.html, serial online
july, (diakses pada tanggal 20 july 2009).
5
Pemerintah daerah untuk Pemerintah daerah bisa lebih mengatur dan mengawasi
peredaran minuman keras sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam distribusi dan
minuman keras legal bagi industri pariwisata, hotel, dan agen resmi dalam jumlah
5
Metro Bali, 2015, “Permendag Larang Miras PAD Bali Terancam Menurun”, Avaible from:
URL: http://metrobali.com/2015/04/20/permendag-larangan-miras-pad-bali-terancam-menurun/. Serial
Online August (diakses pada tanggal 06 Agustus. 2015)
6
dan ketertiban masyarakat. Dampak yang dapat ditumbulkan karena minuman yang
6
Ketut Supeksa, 2010, “Miras oplosan yang berbahaya”, Available from : URL :
https://supeksa.wordpress.com/2010/08/23/miras-oplosan-yang-berbahaya/. Serial Online agustus-
Nov, (diakses pada tanggal 23 agustus 2010)
7
Pasal 2 ayat (3) PERDA Nomer 5 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Peredaran
Minuman Beralkohol, minuman beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri
hanya dapat diproduksi oleh pelaku usaha yang telah memiliki izin usaha industri dari
Menteri Perindustrian. Minuman Beralkohol yang berasal dari impor hanya dapat
diimpor dari pelaku usaha yang memiliki izin impor dari Menteri Perdagangan.
Peredararan Minuman Beralkohol itu hanya dapat dilakukan setelah memiliki izin
Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol yang selanjutnya disebut Surat
Ijin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) adalah Surat Izin untuk
golongan B dengan kadar ethanol di atas 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua
puluh persen), dan/atau golongan C dengan kadar ethanol di atas 20% (dua puluh
persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen) di Provinsi Bali. Surat Izin
MBT adalah Surat Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan
8
beralkohol produksi luar negeri dan produksi dalam negeri wajib menggunakan lebel
peredaran minuman beralkohol di Provinsi Bali di atur oleh Pasal 10, Perda Nomor 5
uraikan dalam: Pasal 18, Bab XI bagian ke satu, Perda Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
minimum maupun maksimum pidana denda, akan tetapi masih banyaknya peredaran
minuman beralkohol yang terjadi di Tempat hiburan malam seperti bar makin
menjamur di wilayah Denpasar. namun, tidak sedikit yang tidak memiliki Surat Izin
Polsek Kuta, diamankan puluhan botol miras impor berbagai merek di 4 bar di
wilayah Seminyak, Kuta, Polsek Denpasar Barat juga melakukan operasi minuman
beralkohol yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol.
Namun yang terjaring sidak di warung di Jalan Kargo Permai Gang Dewata,
Denpasar. Di warung milik Nar itu, diamankan 2 jerigen berisi 10 liter arak. Kepada
petugas, Nar mengaku jualan arak sejak dua bulan lalu. “Sudah kami proses di
Polsek. Kami masih merazia tempat lain yang diduga jual miras,” kata Kanit Reskrim
Sebab akan sangat berpengaruh besarnya perbedaan antara penetapan sanksi pidana
yang telah ditentukan dengan besarnya sanksi yang dijatuhkan Pengadilan terhadap
7
Kerta Negara balipost, 2015, Penjual Miras Illegal Marak di Kuta, Kriminal dan Hukum
Badung-Bali-Headline, Available From: URL:
http://balipost.com/read/headline/2015/02/08/29527/penjual-miras-ilegal-marak-di-kuta.html, serial
online jan-mar, (2015 februari. 8),
10
mengenai penerapan pidana denda. Berdasarkan hal tersebutlah peneliti tertarik untuk
dibahas, maka perlu terdapat pembatasan dalam ruang lingkup masalah, adapun
meliputi ilmu hukum pidana dalam penerapan sanksi pidana denda terhadap Perda
faktor pendukung dan penghambat penjatuhan pidana denda dalam penerapan Perda
Tujuan penelitian ini ada dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun
a. Tujuan umum
Minuman Beralkohol.
b. Tujuan khusus
2012, dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat suatu penerapan pidana
Denpasar.
a. Manfaat Teoritis
sebagai bahan dokumentasi dalam studi Sistem Peradilan Pidana, serta dapat
dijadikan bahan kajian yang berguna dalam perkembangan Ilmu Hukum Pidana
12
b. Manfaat praktis,
kehidupan bersama akan tertib apabila terwujud kepastian dalam Peraturan hukum itu
sendiri, dalam pengertian teori kepastian hukum Roscue Pound dalam bukunya Pieter
8
J.B.Daliyo, 2001,Pengantar ilmu Hukum, Buku Panduan Mahasiswa, PT. Prennahlindo, Jakarta,
h.120.
9
Sudarsono, 1995, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta , jakarta, h. 49 – 50.
13
adanya ‘Predictability’.10
yang bersifat umum membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan dan kedua berupa keamanan bagi individu dari kesewenangan pemerintah
karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa
saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.11
damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Hukum yang dilanggar itu
harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.
Menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Dalam menegakkan hukum harus ada kompromi
10
Pieter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group ,
jakarta, h.158.
11
Ibid.
14
antara ketiga unsur tersebut, maknanya ketiga unsur itu harus mendapat perhatian
Sebagai suatu proses yang bersifat sistemik, maka penegakan hukum pidana
menampakkan diri sebagai penerapan hukum pidana (criminal law application) yang
hukum.
Hukum pidana adalah hukum sanksi, sebab dengan bertumpu pada sanksi itulah
dalam hal ini Simons dalam bukunya Adam Chazawi mengatakan bahwa stelsel
pidana merupakan bagian terpenting dari KUHP. Sebelumnya perlu diketahui terlebih
12
soerjono Soekanto, 2004, faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Pt Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.20.
15
Hukum pidana adalah bagian dari hukum publik yang memuat/berisi ketentuan-
ketentuan tentang:
1. Aturan umum hukum pidana dan (yang dikaitkan/berhubungan dengan)
larangan melakukan perbuatan-perbuatan (aktif/positif maupun pasif/negatif)
tertentu yang disertai dengan ancaman sanksi berupa pidana (straf) bagi yang
melanggar larangan itu;
2. Syarat-syarat tertentu (kapankah) yang harus dipenuhi/harus ada bagi si
pelanggar untuk dapat dijatuhkannya sanksi pidana yang diancamkan pada
larangan perbuatan yang dilanggarnya;
3. Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara melalui alat-
alat perlengkapannya (misalnya Polisi, Jaksa, Hakim), terhadap yang disangka
dan didakwa sebagai pelanggar hukum pidana dalam rangka usaha negara
menentukan, menja- tuhkan dan melaksanakan sanksi pidana terhadap dirinya,
serta tindakan dan upaya-upaya yang boleh dan harus dilakukan oleh
tersangka/terdakwa pelanggar hukum tersebut dalam usaha me- lindungi dan
mempertahankan hak-haknya dari tindakan negara dalam upaya negara
menegakkan hukum pidana tersebut.13
Kemudian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi
berlakunya norma-norma hukum yang sudah ada. Perlu diketahui, sifat dari hukum
adalah memaksa dan dapat dipaksakan. tetapi dalam hukum pidana paksaan itu harus
disertai suatu siksaan atau penderitaan yang berupa hukuman.15 Setiap perbuatan
negatif dalam masyarakat akan diatasi oleh masyarakat dengan berbagai macam cara,
13
Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
h.2.
14
Moeljatno, 2002, Asas-asas Hukum Pidana Cet.VII, PT.Rineka Cipta, Jakarta, h. 53
15
C.S.T Kansil, dan Christine S.T Kansil, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Hukum Pidana
untuk Tiap Orang. Cetakan kedua, PT Pradnya Paramita, Jakarta, h.5
16
manakala cara-cara tersebut tidak juga mengendalikan perbuatan negatif itu maka
baru digunakan “pidana” untuk menanggulanginya. Hal inilah yang dikatakan bahwa
hukum pidana itu sebagai “ultimum remedium” atau dapat diartikan sebagai obat atau
menjadi:
a. Pidana pokok:
1. Pidana mati;
2. Pidana penjara;
3. Pidana kurungan;
4. Pidana denda;
5. Pidana tutupan.
b. Pidana tambahan:
1. Pencabutan hak- hak tertentu;
2. Perampasan barang- barang tertentu;
3. Pengumuman putusan hakim.
Pidana denda adalah salah satu jenis pidana dalam stelsel pidana pada umumnya.
Apabila obyek dari pidana penjara dan kurungan adalah kemerdekaan orang dan
obyek pidana mati adalah jiwa orang maka obyek dari pidana denda adalah harta
benda si terpidana.
Harta benda yang maksudkan dalam ketentuan KUHP maupun UU lain maka
harta benda yang dimaksudkan adalah dalam bentuk uang dan bukan dalam bentuk
natura atau barang, baik bergerak maupun tidak bergerak. Sebagai salah satu jenis
pidana denda, tentu saja pidana denda bukan dimaksudkan sekedar untuk tujuan-
menjaga supaya pribadi manusia tetap dihormati. Oleh karena itu pemidanaan harus
mempunyai tujuan dan fungsi yang dapat menjaga keseimbangan individu dengan
16
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, hal. 56
17
Tolib Setiady, 2010, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Alfabeta, Bandung, h.31
18
pembahasan. Maka diperlukan cara kerja atau metode untuk mencapai tujuan dalam
penulisan hukum. Adapan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum
ini adalah :
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
yang dapat diamati dalam kehidupan nyata, Penelitian hukum empiris istilah lain
yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula
18
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 15.
19
b. Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kasus (the case approach) dan pendekatan fakta (the fact approach). Pendekatan
kasus (the case approach) dilakukan dengan melihat banyaknya kasus pelanggaran
mengenai keadaan kehidupan sekarang dalam keadaan nyata yang terjadi di wilayah
c. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yaitu deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula
antar suatu gejala lain dalam penerapan pidana denda dalam perspektif perda
19
Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum Edisi Pertama, Cet.VII, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, h.119.
20
pengaruh atau dampak suatu variabel terhadap variabel lainnya. Yang dalam hal
pidana denda.
Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah
bersumber dari:
1. Data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
Minuman Beralkohol.
21
kualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun
data sekunder akan diolah dan dianalisis dengan cara disusun secara sistematis,
data dengan yang lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data di