Anda di halaman 1dari 4

.

Latar Belakang

Allah menciptakan manusia di muka bumi ini bertujuan untuk menjadikannya sebagai khalifah
agar mengurusi persoalan kehidupan di dunia. Oleh karenanya bersamaan dengan hal itu Allah
SWT menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan, dan menghasilkan keturunan yang
banyak, sehingga merekalah yang nantinya akan hidup di muka bumi ini sebagai manusia-
manusia yang mewarisi tugas untuk mengemban amanah tersebut.

Sudah menjadi fitrah manusia berkeinginan untuk memiliki keturunan pada saat setelah
berlangsungnya pernikahan. Akan tetapi, masih banyak dari kalangan suami-istri yang
menjumpai hambatan untuk memperoleh keturunan. Sehingga ada beberapa diantara mereka
yang tidak dapat menghasilkan keturunan kemudian mengangkat seseorang untuk dijadikannya
sebagai anak.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, cara untuk memperoleh anak pun
dengan mudah didapatkan dengan memanfaat teknologi yang telah berkembang di era
globalisasi ini, maka ditempuhlah dengan jalan menggunakan bayi tabung dan dengan cara
sewa rahim atau rental rahim atau surrogate mother.

Di Indonesia tentunya sudah tidak lazim lagi mendengar kata bayi tabung, bahkan prakteknya
sudah dilakukan secara terbuka dan telah dilegalkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk
surrogate mother itu sendiri masih kita dapatkan pro dan kontra mengenai tata cara dan
praktek dalam penggunannya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Perlindungan Hak anak jika anak tersebut di lahirkan dari Surrogate Mother di
Indonesia?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pandangan hukum positif di Indonesia tentang Surrogate Mother.

2. Untuk mengetahui perlindungan hak anak yang lahir dari ibu penggnti ?

B. Jenis-Jenis Sewa Rahim

Mendapatkan keturunan yang sah merupakan salah satu tujuan dari pernikahan, yang
dihasilkan dengan cara yang wajar dari pasangan suami-istri, karena rumah tangga akan terasa
kurang sempurna tanpa kehadiran seorang anak, sekalipun di dalam rumah tangga tersebut
terdapat harta yang melimpah ruah. Diharapkan dengan hadirnya seorang anak tidak saja dapat
memberikan kepuasan batin ataupun juga dapat menunjang kepentingan duniawi, tetapi lebih
dari itu seorang anak sangat diharapkan bisa memberikan manfaat bagi kedua orang tua.Untuk
memperoleh keturunan tidak semua pasangan suami istri dapat memperoleh anak
sebagaimana diharapkan.Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, misalnya seorang istri
tidak bisa mengandung, baik disebabkan masalah dari pihak suami (impotent) ataupun masalah
dari pihak istri (mandul).

Pembuahan di luar tubuh atau dalam istilah medisnya disebut dengan fertilisasi in vitro.Teknik
reproduksi buatan adalah penanganan terhadap sel gamet (ovum dan sperma) serta hasil
konsepsi (embrio) sebagai upaya untuk mendapatkan kehamilan di luar cara-cara alami.
Fertilisasi in vitro atau biasanya disebut bayi tabung adalah proses fertilisasi dengan
mempertemukan sel telur dan sperma secara manual di dalam cawan laboratorium. Apabila
proses ini berhasil maka akan dilanjutkan dengan proses lain yaitu embrio yang bertujuan
menempatkan embrio didalam uterus.1

Jenis-jenis jenis dari penyewaan rahim, antara lain:

1. Traditional surrogacy
Traditional surrogacy adalah suatu kehamilan yang mana sang wanita menyediakan sel
telurnya untuk dibuahi dengan inseminasi buatan kemudian mengandung atas janinnya
serta melahirkan anaknya untuk orang lain atau kehamilan yang berasal dari suatu
inseminasi buatan, di mana ovum (sel telur) berasal dari si wanita yang hamil dan
mengandung bayi tersebut dalam suatu jangka waktu kehamilan, kemudian melahirkan
anak untuk pasangan lain. Dari defenisi tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa
dalam traditional surrogacy bayi dilahirkan dari surrogate mother membawa gen dari
surrogate mother itu karena ovum berasal dari seorang laki-laki yang bukan pasangan
surrogate mother, namun setelah surrogate mother melahirkan bayi tersebut
diserahkan untuk kemudian diasuh oleh laki-laki tersebut dan pasangannya. Jadi, yang
menjadi ayah dan ibu biologisnya adalah jelas si laki-laki yang memberikan spermanya
untuk membuahi ovum dan surrogate motheryang dari mana ovum itu berasal.

1
Ahmad Zahari, Kapita Selekta Hukum Islam, (FH Untan Press: Pontianak, 2008) ,hlm.136-137.
Jenis surrogacy ini dilakukan pada umumnya apabila istri tidak lagi memproduksi sel
telur. Di luar negeri, khususnya di negara-negara yang memperbolehkan hubungan
sesama jenis secara legal, hal ini bisa juga dilakukan oleh pasangan sesama jenis (homo
sexual) yang ingin memiliki keturunan. Oleh karena pasangan (laki-laki) tidak mungkin
dapat menghasilkan sel telur dan mengandung maka mereka menyewa rahim dari
wanita lain sekaligus memanfaatkan sel telur wanita tersebut untuk dibuahi.
2. Gestational surrogacy
Gestational surrogacy merupakan suatu kehamilan yang berasal dari sel telur atau ovum
seorang wanita yang telah dibuahi oleh spermaseorang pria (umumnya pasangan dari
wanita pemilik ovum) yang dikandung dalam rahim wanita lain (si ibu pengganti) hingga
si ibu pengganti tersebut melahirkan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat ditarik suatu
pemahaman bahwa dalam gestational surrogacy anak yang dilahirkan oleh seorang ibu
pengganti secara genetik membawa gen wanita dan laki-laki lain, sehingga orangtua
biologis dari si anak yang dilahirkan si ibu pengganti adalah si laki-laki yang dari mana
sperma berasal dan si wanita yang memiliki ovum tersebut, bukan si wanita yang
mengandung dan melahirkan bayi.
Gestational surrogacy adalah tipe yang paling umum dalam surrogacy. Dalam tipe ini,
surrogate mother hamil dengan sel telur wanita lain dimana sel telur tersebut telah
dibuahi dengan sperma dari sang laki-laki atau donor lain melalui proses yang
dinamakan pembuahan in vitro. Akibatnya, surrogate mother tidak memiliki hubungan
biologis langsung dengan sang jabang bayi. Demi menjaga kehamilannya, dalam tipe ini
surrogate mother diharuskan untuk meminum obat kesuburan.
3. Intended mother
Intended mother adalah wanita lajang atau yang memiliki pasangan yang menghendaki
kehamilannya dilakukan oleh wanita lain yang menyetujui untuk dihamili dengan janin
dari sel telurnya sendiri maupun dari hasil donasi melalui suatu perjanjian
bisnis.“Intenden mother” diartikan sebagai “ibu yang menginginkan kehamilan” yang
mana hak atas anak akan dialihkan kepadanya setelah sang anak lahir. Namanya yang
akan terdaftar sebagai ibu kandung sang anak, bukan nama sang ibu pengganti
(surrogate mother). Dalam perkembangan teknologi kedokteran, surrogate mother
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1) Benih yang akan ditanam berasal dari pasangan suami istri kemudian di tanam
kembali ke rahim istri.
2) Salah satu benih dari donor (sperma/ovum) di tanam ke rahim istri.
3) Benih berasal dari pasangan suami istri tapi ditanam pada rahim wanita lain. 2

2
Dewi, Sonny, dkk, Aspek Hukum Surrogate Mother dalam Perspektif Hukum Indonesia, (Refika Aditama: Bandung, 2016)
hlm,14-15

Anda mungkin juga menyukai