Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran
dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-
agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa
bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan
buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan
pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan
solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan),
teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan
pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Pembangunan sarana pelayanan kesehatan akhir-akhir ini berkembang
sangat pesat, sehingga kedepan dapat memberikan konstribusi positif dalam
program peningkatan kesehatan masyarakat. Namun pada sisi lain, limbah
yang dihasilkan merupakan ancaman tersendiri bagi kelestarian lingkungan
hidup dan bagi kesehatan masyarakat. Adanya kecenderungan pengelola
sarana pelayanan kesehatan tidak peduli untuk mengolah limbah tersebut
mendorong perlu dikeluarkannya kewajiban penerapan regulasi pengelolaan
limbah, sehingga kedepan merupakan modal awal dalam mewujudkan
pembangunan sarana pelayanan kesehatan yang berkelanjutan (sustaineble
development).
Kondisi diatas mendorong pula perlu adanya kewajiban pentaatan
(compliance) terhadap ketentuan peraturan maupun persyaratan perijinan
yang berkaitan dengan masalah pengelolaan limbah khususnya limbah medis.
Pada dasarnya penaatan terhadap ketentuan dalam perundangan lingkungan
hidup harus dilakukan secara sukarela (voluntary) oleh pengelola sarana

1
pelayanan kesehatan, namun data dilapangan menunjukkan masih banyaknya
pengelola sarana pelayanan kesehatan masih belum memiliki rasa kemauan
dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban penataan, sehingga dibutuhkan
program penataan oleh Pemerintah Daerah, bahkan pada kondisi tertentu
program ini perlu dilakukan dengan upaya paksa dalam bentuk penegakkan
hukum.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat penataan suatu sarana
pelayanan kesehatan adalah dengan melakukan pengawasan dan pemantauan
(inspeksi). Pengawasan dan pemantauan ini merupakan suatu kegiatan
pengawasan agar pengelola sarana pelayanan kesehatan mentaati semua
ketentuan perundangan lingkungan hidup dan kesehatan dan persyaratan
(baku mutu, ambang batas) limbah. Oleh karena itu kegiatan pengawasan dan
pemantauan yang rutin dan terprogram harus dilakukan secara terpadu dan
ditindak lanjuti dengan langkah kongkrit yaitu memberikan pujian (apresiasi)
bagi yang taat dan memberikan sangki bagi yang melanggar. Sehingga
pengelola sarana pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kemauan dan
kemampuan untuk melaksanakan semua ketentuan yang berlaku.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kami dituntut mampu
menganalisis dan menilai status sanitasi tempat-tempat umum. Untuk itulah
dalam kesempatan kali ini dalam mata kuliah Sanitasi Tempat-tempat Umum,
kami mendapat tugas untuk melakukan observasi tempat-tempat umum.
Kelompok kami mendapatkan sarana kesehatan sebagai tempat observasi,
dan Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya sebagai tempat yang kami pilih.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan lingkungan bangunan dan halaman Rumah Sakit


Islam Jemursari ?
2. Bagaimanakah kondisi kamar rawat inap Rumah Sakit Islam Jemursari?
3. Apakah toilet dan kamar mandi di Rumah Sakit Islam Jemursari sudah
memenuhi syarat?
4. Bagaimana kondisi instalasi dapur di Rumah Sakit Islam Jemursari?
5. Bagaimana keadaan instalasi limbah di Rumah Sakit Islam Jemursari?

2
6. Bagaimana keadaan instalasi tempat pencucian linen atau laundry di
Rumah Sakit Islam Jemursari?
7. Bagaimana kondisi kantin di Rumah Sakit Islam Jemursari?
8. Bagaimana keadaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Rumah Sakit Islam
Jemursari?
9. Bagaimana keadaan tempat pembuangan sampah sementara di Rumah
Sakit Islam Jemursari?
10. Bagaimana kondisi alat pemadam kebakaran di Rumah Sakit Islam
Jemursari?
11. Bagaimana hasil penilaian kondisi Rumah Sakit Islam Jemursari secara
keseluruhan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Persyaratan Umum Rumah Sakit dalam peraturan dan
praktiknya di lapangan.
2. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit dalam
peraturan dan praktiknya di lapangan.
3. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Makanan dan Minuman Rumah Sakit
dalam peraturan dan praktiknya di lapangan.
4. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Air Rumah Sakit dalam peraturan dan
praktiknya di lapangan
5. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dalam
peraturan dan praktiknya di lapangan.
6. Mengatahui Persyaratan Sanitasi Suhu dan Pencahayaan Rumah Sakit
dalam peraturan dan praktiknya di lapangan.
7. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Pengendalian Serangga Rumah Sakit
dalam peraturan dan praktiknya di lapangan.
8. Mengetahui Persyaratan Sanitasi Dekontaminasi melalui Desinfektan dan
Sterillisasi Rumah Sakit dalam peraturan dan praktiknya di lapangan.
9. Mengkategorikan pemenuhan persyaratan sanitasi secara keseluruhan
Rumah Sakit.

3
10. Memahami gambaran lapangan terkait pemenuhan persyaratan sanitasi
secara keseluruhan Rumah Sakit

1.3 Manfaat
1. Bagi Instansi RSI Jemursari
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dan peningkatan sanitasi lingkungan di Rumah
Sakit sehingga kualitas kuantitas dan kontinuitas Rumah Sakit semakin
membaik.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang penerapan sanitasi lingkungan di tempat-tempat umum,
khususnya di Rumah Sakit.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
pembinaan dan tindak lanjut serta referensi untuk penelitian di masa yang
akan datang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sanitasi Lingkungan


Pengertian Sanitasi Lingkungan menurut WHO adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan
dan daya tahan hidup manusia. Dalam lingkup Rumah Sakit, sanitasi berarti
upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik
di RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita atau pasien, pengunjung
maupun bagi masyarakat di sekitar RS.
Sanitasi RS merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan layanan dan
asuhan pasien yang terbaik, dikarenakan tujuan dari sanitasi RS tersebut
adalah menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan
dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.

2.2 Definisi Rumah Sakit


Rumah sakit menurut WHO (1957) adalah suatu bahagian menyeluruh,
(Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif,
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.
Berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1204 / MENKES / SK / X / 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit menimbang bahwa rumah
sakit merupakan tempat pelayanan masyarakat yaitu tempat berkumpulnya
orang sakit dan orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit
serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan, sehingga persyaratan lingkungan termasuk sanitasi rumah sakit
perlu untuk ditegakkan.

5
2.3 Sarana dan Prasarana Lingkungan
1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit merupakan semua ruang
atau unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk
berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif.
3. Pengawasan ruang bangunan meliputi aliran udara di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan.
4. Kebersihan ruang bangunan dan halaman dimana keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal
untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.

2.4 Peraturan Sanitasi Rumah Sakit


Dalam pembangunan rumah sakit harus mempertimbangkan semua
aspek, mulai dari aspek fisiologis, psikologis dan utamanya pada pembahasan
kali ini adalah tentang aspek kesehatan (sanitasi). Sanitasi tidak hanya
berbicara tentang kesehatan saja namun sesuai dengan definisi sanitasi secara
luas, yaitu mencakup pengendalian terhadap faktor yang memungkinkan
terjadinya bahaya atau kecelakaan. Secara umum, pembangunan dan sanitasi
rumah sakit diatur dalam Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit yang dirangkum sebagai berikut :
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,
dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

6
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau teknologi
untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan
luas halaman.
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan.
b. Dinding

7
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan
cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung
logam berat
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai.
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus
anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-

8
lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa
air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.

i. Lalu Lintas Antar Ruangan


1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan
serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan
sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift
4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve
Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik
mati.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar.

j. Fasilitas Pemadam Kebakaran


Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9
BAB III
METODE OBSERVASI

3.1 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan observasi ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jemursari yang
terletak di Jalan Jemursari nomer 51-57, Surabaya. Kegiatan observasi
dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2012 mulai pukul 11.00 WIB sampai
dengan pukul 16.00 WIB

3.2 Metode Kegiatan


Metode yang dipakai dalam kegiatan ini adalah observasi, dimana
dibantu dengan lembar instrumen yang telah dibuat sebelumnya, sehingga
mempermudah dalam menilai keadaan sanitasi di Rumah Sakit Islam
Jemursari. Selain itu data yang diperoleh berdasarkan kuisioner diperkuat
dengan adanya wawancara terhadap beberapa pihak terkait.

3.3 Instrumen Observasi


Dalam melakukan observasi, kami menggunakan beberapa alat dan
bahan antara lain sebagai berikut :
1. Alat :
a. Bolpoin
b. Kamera digital
c. Meteran
d. Kalkulator
2. Bahan
a. Instrumen penilaian Rumah Sakit
b. Lembar Wawancara

3.4 Prosedur Penilaian


Langkah-langkah dalam observasi yang kami lakukan di Rumah Sakit
Islam Jemursari adalah sebagai berikut :

10
1. Membuat instrumen penilaian atau lembar observasi dengan mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup Nomor:
14 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Program ADIPURA
Menteri Negara Lingkungan Hidup.
2. Melakukan observasi secara bersama-sama seluruh anggota tim, sehingga
penilaian terhadap suatu titik pantau didasarkan atas persepsi yang sama
seluruh anggota tim.
3. Pengambilan foto dibeberapa titik pantau.
4. Menghitung hasil penilaian lembar instrument.
Rumus :
Nilai = bobot x skor

Persentase nilai sanitasi RS hasil observasi


skor per variabel x 100 % (bobot x 100)

Persentase total = Total persentase skor per variabel


10
5. Menarik kesimpulan berdasarkan criteria sebagai berikut :
Penilaian lembar observasi dilakukan dengan menjumlahkan semua
nilai yang sudah diberikan pada masing-masing variabel yang dinilai
kemudian di bagi dengan total nilai maksimum dan di kalikan 100%.
Kriteria :
 ≤ 30 % = SANITASI BURUK
 31%– 60 % = SANITASI CUKUP BAIK
 >60 % = SANITASI BAIK

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Rumah Sakit Islam Jemursari


Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari merupakan salah satu dari 3
instansi yang dikelola oleh Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS).
Dua yang lainnya adalah Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani dan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yarsis.
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari dibangun diatas lahan seluas
4.6 Ha. Konsep pembangunan rumah sakit ini adalah sebagai garden hospital.
Oleh karena itu, Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari dikelilingi oleh taman
seluas 33.042 m2.
Rumah Sakit ini terletak di Jalan Jemursari No. 51 - 57 Surabaya yang
merupakan salah satu jalan protokol Kota Surabaya, sehingga akses ke rumah
sakit ini mudah dan hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Bandara
Internasional Juanda atau dari Terminal Bungurasih maupun dati gerbang tol
Waru.
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari resmi dibuka pada tanggal 25
Mei 2002, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul
Awwal 1423 H).
Seiring dengan perkembangan jaman sarana, prasarana dan pelayanan
yang semakin berkembang seperti adanya fasilitas layanan rawat jalan, rawat
inap, rawat khusus, dan berbagai penunjang medik.

4.2 Hasil Penilaian dan Pembahasan Instrumen Rumah Sakit Islam


jemursari
Rumah Sakit Islam Jemursari berdasarkan lokasinya berada pasda
kawasan yang aman dan terhindar dari banjir. Selain itu rumah sakit islam
jemursari berada pada lokasi yang mudah dijangkau karena berada pada
pinggirr jalan.
4.2.1 Lingkungan bangunan dan halaman Rumah Sakit

12
Sanitasi kesehatan lingkungan rumah sakit setelah dilakukan
observasi mendapatkan skor 94% dapat dikatakan sanitasinya baik.
1. Halaman
a. Pagar
Dari hasil observasi, Rumah Sakit Islam Jemursari memiliki
batas yang jelas. Dimana batas ini terbuat dari pagar besi yang
berada di halaman depan Rumah Sakit Islam Jemursari serta pagar
tembok untuk bagian yang mengelilingi Rumah Sakit. Keadaan
pagar kuat dan tidak berkarat sehingga bisa dipergunakan dan
dapat menjadi salah satu sarana pengaman terhadap tindakan
criminal seperti pencurian.

b. Tempat parkir
Pada halaman Rumah Sakit dapat ditemukan rambu parkir yang
jelas dengan penempatannya sudah cukup jelas antara sepeda motor
dan mobil. Jika dibandingkan antara lahan yang tersedia dengan
kapasitas kendaraan karyawan dan pengunjung yang ada sudah
dapat menampung semua kendaraan karyawan dan pengunjung.

c. Tidak terdapat genangan air atau sampah.


Pada halaman depan Rumah Sakit terdapat beberapa jenis
tumbuhan namun keadaannya sudah cukup bersih terbukti tidak
terdapat sampah dedaunan yang berasal dari tumbuhan tersebut.
Selain itu kondisi umum Rumah Sakit tidak terdapat genangan
air disebabkan kondisi jalan didalam lingkungan Rumah sakit
sudah baik (terbuat dari aspal).
Sampah domestiik yang berasal dari Rumah sakit diangkut
setiap hari sedangkan untuk sampah infeksius yang berasal dari
kegiatan klinis Rumah Sakit diangkut setiap 2x dalam
seminggu.

13
d. Tersedia tempat sampah.
Tempat sampah pada RSI Jemursari belum dipisahkan antara
sampah organic dan anorganik. Selain itu, pada lokasi parkir
tidak setiap 20 meter ditemukan tong sampah.

e. Saluran air limbah tertutup.


Saluran air limbah tidak tertutup tetapi kondisinya baik.
Beberapa saluran air, dalam hal ini adalah parit ada dalam
kondisi yang terbuka. Keadaan air yang mengalir didalamnya
tidak berbau dan bersih.

2. Lantai
Lantai di Rumah Sakit terbuat dari keramik, berwarna putih,
dimana kuat, tahan lama, tidak mudah rusak, permukaan rata, serta
kedap air. Sehingga air tidak dapat terserap kedalam lantai, dan
lantai dapat dibersihkan dengan mudah, serta tidak mudah lapuk
karena perembesan air.
Keramik penyusun lantai Rumah Sakit termasuk dalam
keadaan baik, dalam arti tidak licin didukung adanyak kegiatan
pembersihan secara rutin.
Lantai yang ada di depan ruangan Rumah Sakit tidak
berbentuk konus, maka dari itu susah untuk dibersihkan pada sela-
sela pertemuan antara lantai dengan dinding. Hal ini dapat
menimbulkan masih tertinggalnya debu dan kotoran yang tidak
terjangkau.

3. Dinding.
Dinding rumah sakit dapat dikatakan kuat karena terbuat dari bata
yang disemen dan bagian bawah berupa tegel putih, selain itu
warna dari keduanya terang yaitu putih dan hijau muda sehingga
jika terdapat coretan/sarang laba-laba pada dinding dapat terlihat
dan dapat langsung dibersihkan. Namun di RSI Jemursari tidak

14
semua dinding dalam keadaan bagus, hal ini terlihat dengan adnya
dinding di salah satu tempat yang mengalami pengelupasan
sehingga dapat menimbulkan kotor pada lantai dan tidak enaknya
dilihat.

4. Ventilasi.
Proses pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan sangatlah
bagus pada Rumah Sakit Islam Jemursari, hal ini terlihat dengan
adanya ventilasi yang adequat pada masing-masing ruangan. Selain
itu juga terdapat penghawaan buatan apabila tidak ada ventilasi
buatan contohnya air conditioner atau local exhaust.

5. Atap
Atap pada Rumah Sakit Islam Jemursari sangatlah bagus hal ini
dikarenakan kondisi atap tidak bocor, kuat, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga.

6. Langit-langit.
Kondisi langit-langit pada Rumah Sakit Islam Jemursari pada saat
kami melakukan observasi ialah kerangka kuat terlihat dengan
kokohnya langit-langit. Selain itu warna dari langit-langit pun terang
sehingga jika terlihat sarang laba-laba dapat ditanggapi dengan cepat.

7. Kontruksi beranda dan talang.


Pada lokasi ini kami tidak mengamati terdapatnya genangan air hal
ini dapat disimpulkan bahwa pipa tidak mengalami kerusakan atau
kebocoran. Beranda dalam keadaan yang bersih tidak ada sampah
yang bertebaran.

8. Pintu.
Kondisi pintu sangatlah adequat berdasarkan fungsinya. Pintu juga
dalam keadaan yang sangat bagus.

15
9. Lalu lintas antar ruang.
Ruangan pada Rumah Sakit Islam Jemursari sudah terbagi menurut
fungsinya hal ini terlihat dengan adanya perbedaan ruang inap antar
kelas, ruang poli dan sebagainya. Hal lain yang kami amati dari
pembagian lalu lintas antar ruang ialah terdapatnya peta atau map
ruangan sehingga dapat memberikan keuntungan kepada pengunjung
agar tidak bingung untuk menuju tempat yang dituju.

4.2.2 Ruang Bangunan


Ruang bangunan RSI Jemursari setelah dilakukan observasi mendapat
prosentase 97% dapat dikatakan baik.
1. Kamar Rawat Inap
Kamar rawat inap yang digunakan pasien secara umum kondisinya
sudah bagus hal ini terlihat dengan dinding dan lantai yang bersih,
ventilasi yang adequat,pembatas yang jelas antar ruang inap satu dengan
yang lain ( dipisahkan dinding). Selain itu tempat tidur terdiri dari
rangka yang kuat dan kondisi tempat tidur baik (bersih tidak berdebu)
dan terdapat kamar mandi di dalam ruangan yang bersih juga. Untuk
ruangan bagi penunggu pasien tergantung kamar rawat inap yang
digunakan. Rasio luas lantai dengan tempat tidur sudah sesuai dengan
peraturan yakni 4,5 m2/tempat tidur untuk orang dewasa dan untuk anak
– anak 2m2/tempat tidur. Ruangan juga bebas serangga dan tikus.
2. Toilet dan kamar mandi
Untuk toilet dan kamar mandi yang disediakan untuk pengunjung
(terdapat di pojok) terdapat perbedaan ruang antar toilet laki-laki dan
perempuan. Kondisi kamar mandi pada saat observasi ialah lantai kedap
air tidak licin, tertutup, tidak ada serangga, air bersih dan cukup. Untuk
kamar mandi pada bangsal sudah memenuhi standart peraturan dengan
satu kamar mandi untuk sepuluh tempat tidur.
3. Lingkungan rumah sakit

16
Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan salah satu instasi yang
bebas dari asap rokok. Hal ini terlihat dari banyaknya larangan
merokok yang dipasang disetiap ruangan dan lorong yang ada di
rumah sakit baik yang berupa papan peringatan kawasan bebas rokok
maupun stiker yang terpasang di beberapa ruangan Rumah Sakit.
selain itu penerangan pada setiap ruangan memiliki intensitas yang
cukup. Saluran drainase juga dalam kondisi yang baik, dimana saluran
tersebut dalam keadaan yang lancar.
4. Ruang Operasi
Ruangan operasi sudah memenuhi syarat, dimana dinding terbuat
dari porselin, pintu juga dalam keadaan yang tertutup, langit – langit
tidak bercelah. Selain itu ventilasi menggunakan AC tersendiri yang
dilengkapi oleh filter bakteri. Tinggi langit – langit juga sudah
memenuhi syarat bangunan.
5. Ruang Laboratorium
Ruang Laboratorium juga sudah memenuhi syarat dimana pada
RSI Jemursari dinding terbuat dari porselein/keramik setinggi 1,5 m
dari lantai, lantai dan meja kerja tahan terhadap bahan kimia dan
getaran, serta dilengkapi kamar mandi, dapur, dan toilet.
6. Ruang Sterilisasi
Pada ruang sterilisasi pintu masuknya terpisah dengan pintu keluar.
Juga terdapat ruangan khusus untuk sterilisasi. Serta dindingnya juga
terbuat dari keramik setinggi 1,5 meter dari lantai.
7. Ruang Radiologi
Pada ruang radiologi ini dinding dan daun pintu dilapisi timah
hitam, dimana kaca jendela menggunakan kaca timah hitam dan tinggi
langit-langit 2,7 – 3,3 m dari lantai.
8. Ruang Pendingin
Pada ruang pendingin ini, yakni ruangan untuk menyimapan
makanan memiliki suhu -10°C s/d + 5°C diukur dengan thermometer,
bebas tikus dan kecoa, serta dilengkapi rak untuk menyimpan makanan
dengan tinggi 20-25 cm dari lantai.

17
9. Ruang Mayat
Ruang mayat pada RSI Jemursari memiliki dinding dilapisi
porselin /keramik, terletak dekat dengan bagian laboratorium. Juga
terletak jauh dari klinik/ ruang pemeriksaan, mudah dicapai dari ruang
perawatan, UGD, ruang operasi. Ruang jenazah ini juga dilengkapi
dengan saluran pembuangan air limbah, dilengkapi ruang ganti
pakaian petugas dan toilet. Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan
pemilisan jenazah termasuk meja memandikan mayat

4.2.3 Penyehatan Makanan dan Minuman


Kondisi penyehatan makanan dan minuman mendapatkan prosentase 95%
dan dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
1. Tempat penyimpanan makanan

Kebersihan tempat penyimpanan makanan dapat dikatakan


baik hal ini terlihat dengan tidak adanya serangga pada instalasi
dapur, selain itu tempat penyimpanan makanan tidak menempel
pada dinding sehingga bag belakang dapat dibersihkan dan
dapat dikontrol. Selain itu kami tidak mengamati adanya B3
dalam tempat penyimpanan makanan tersebut. Salah satu tempat
untuk penyimpanan makanan tersebut adalah lemari pendingin
atau kulkas.

2. Tempat pengolahan makanan.


Tempat pengolahan makanan pada Rumah Sakit Islam
Jemursari dapat dikondisikan baik hal ini terlihat dengan adanya
kebersihan yang terjaga saat pengelohan makanan, terdapat
tempat sampah untuk membuang bahan yang tidak digunakan
maupun limbah dari bahan yang sudah digunakan, selain itu
juga terdapat tempat cuci peralatan setelah pemakaian. Selain itu
juga terdapat ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dari luar
ke dalam istalasi. Lantai pada dapur sebelum dan sesudah
digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik.

18
3. Peralatan masak
Kondisi peralatan masak yang digunakan saat mengolah
dalam keadaan baik hal ini terlihat dengan tidak adanya
peralatan yang bocor ataupun berkarat, selain itu tindakan yang
dilakukan setelah mengolah makanan yaitu mencuci peralatan
yang telah digunakan dan disimpan dalam rak penyimpanan.
4. Penjamah makanan
Kondisi penjamah makanan saat mengelola makanan yaitu
menggunakan pakaian pelindung pengolahan makanan selain itu
juga menggunakan peralatan makanan dalam menjamah
makanan. Penjamah makanan juga dalam kondisi sehat dan
bersih. Sehingga kondisi pada saat mengelola makanan juga
sehat.
5. Pengangkutan makanan

Pengangkutan makanan mengunakan troli atau kereta


dorong hal ini bertujuan untuk memudahkan pekerja. Pada
penataan makanan pada kereta tidak terlalu padat dikarenakan
agar terdapat sirkulasi udara. Kereta dorong juga tertutup
sehingga mencegah kontaminan dari luar selain itu makanan
yang diberikan kepada pasien tertutup dengan tujuan agar
kebersihan makanan terjamin. Selain itu juga terdapat jalur
khusus untuk makanan jadi.

6. Penyajian makanan
Penyajian makanan kepada pasien langsung tanpa
mengalami penginapan makanan dahulu hal ini bertujuan agar
kandungan gizi makanan tidak hilang dan kebersihan tetap
terjamin.

4.2.4 Pengolahan Limbah


Keadaan pengelolaan limbah di RSI Jemursari mendapatkan prosentase
85% dalam kategori baik.

19
1. Pewadahan.
Pada Rumah Sakit Islam Jemursari pewadahan limbah
medis dan non medis sudah cukup baik hal ini terlihat dengan
pemisahan pewadahan dan pemberian label atau logo dengan
tulisan pada penutup tempat sampah yang digunakan pada
masing-masing wadah. Selain itu wadah yang digunakan
ringan, tahan karat dan kedap air yang terbuat dari plastik.
Plastik sampah yang digunakan juga telah dilakukan
pembedaan, dimana plastik yang digunakan antara sampah
medis dan non medis dibedakan oleh warna yang berbeda.

2. Pengolahan.
Pengolahan limbah medis sebelumnya memang dilakukan
oleh pihak Rumah Sakit Islam Jemursari sendiri karena adanya
unit insenerator milik Rumah Sakit sendiri. Namun dikarenakan
kondisi insenerator yang sedang dalam perbaikan, maka
pengolahan sampah medis ini dilakukan oleh pihak ketiga.
Sampah medis ini diangkut sebanyak dua kali dalam seminggu.
Sedang sampah non medis diangkut setiap hari yang kemudian
akan diambil oleh dinas kebersihan secara berkala.

3. Transportasi pengangkutan.
Pada pengangkutan limbah baik menuju TPS maupun TPA
mengunakan troli khusus hal ini dikarenakan untuk mencegah
terjadinya penyebaran penyakit yang tidak dikehendaki.untuk
sampah non medis diangkut oleh dinas kebersihan dengan truk
sampah menuju TPA. Sedang sampah medis diolah oleh pihak
ketiga dikarenakan keadaan insenerator dalam keadaan yang
kurang baik.

4. Tempat pembuangan sampah sementara

20
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Rumah
Sakit Islam Jemursari berbentuk bangunan berplester berukuran
sekitar 2x1x1,5 m3. Bangunan TPS tersebut tertutup dan
memiliki dua pintu kecil untuk memasukkan sampah. Ini dapat
meminimalisir kemungkinan untuk menarik serangga maupun
hewan pengerat seperti tikus. Untuk sampah domestic rumah
tangga diangkut setiap hari oleh petugas sedangkan sampah
medis diangkut dua kali dalam seminggu.

4.2.5 Instalasi tempat pencucian linen atau laundry


Keadaan instalasi tempat pencucian linen atau laundry di Rumah Sakit
Islam Jemursari setelah dilakukan observasi mendapat persentase skor
sebesar 50 %, dikarenakan laundry dipegang oleh pihak ke tiga atau
outsourcing. Namun pemilahan antara infeksius maupun non infeksius
oleh pihak rumah sakit.
1. Tempat dan pengolahan linen (laundry)
Instalasi laundry Rumah Sakit Islam Jemursari bekerja sama
dengan pihak ketiga untuk mencuci linen kotor. Pada instalasi
laundry di Rumah Sakit ini proses yang terjadi hanya hingga
pemisahan linen infeksius dan non infeksius.
Pada instalasi laundry terdapat ruangan terpisah antara ruang
linen bersih dan ruang linen kotor.

2. Pengangkutan
Linen bersih dan linen kotor tidak dibungkus dengan
plastik, namun ditempatkan pada kereta dorong yang berbeda.

3. Petugas
Petugas yang bertugas pada instalasi laundry memakai
seragam dan memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan
atau masker. Sehingga dapat mengurangi potensi terkena penyakit
yang timbul karena kontak langsung dengan linen kotor.

21
4.2.6 Kafetaria/Kantin
Kantin di Rumah Sakit Islam Jemursari berbentuk kafetaria
yang berada dekat dengan ruang lobby Rumah Sakit. Kafetaria ini
berada persis di sebelah kiri pintu keluar dari lobby yang menuju ke
ruang-ruang rawat inap.
Dalam kafetaria tersebut makanan dikemas dalam etalase yang
tertutup. Namun masih terlihat pula makanan yang tidak tertutup
yang disajikan diatas piring, sehingga makanan tersebut berpotensi
dihinggapi serangga seperti lalat yang dapat menimbulkan penyakit
seperti diare. Tetapi kafetaria ini sendiri memiliki pintu kaca yang
ditutup setiap setelah ada pengunjung yang masuk.

4.2.7 RTH (Ruangan Terbuka Hijau)


Ruang terbuka hijau yang ada di Rumah Sakit Islam jemursari
luasnya sudah lebih dari 10 % luas lahan secara keseluruhan. Dimana
tanamannya sudah bervariasi antara tanaman perdu dan tanaman
hias, sehingga dapat membuat suasana dan udara di sekitar rumah
sakit menjadi sejuk walaupun rumah sakit tersebut terletak di tengah
kota.

4.2.8 Pemadam kebakaran


Rumah Sakit Islam jemursari memiliki APAR (Alat Pemadam
Kebakaran Ringan) yang terletak hampir di setiap tempat-tempat
terbuka, misalnya saja koridor yang sering dilalui. Rumah Sakit
Islam jemursari juga memiliki hydrant di dekat IPAL sehingga jika
terjadi kebakaran yang sedikit lebih besar dapat dilakukan upaya
pemadaman terlebih dahulu oleh pihak Rumah Sakit sebelum
bantuan pemadam kebakaran dari luar tiba.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Nilai sanitasi Rumah Sakit Islam Jemursari, setelah dilakukan observasi
mendapatkan nilai : (1110 : 1220) x 100 % = 90 %. Jadi, sanitasi yang
ada di Rumah Sakit Jemursari dikategorikan “ BAIK”
2. Sanitasi kesehatan lingkungan rumah sakit setelah dilakukan observasi
mendapatkan skor 94% dapat dikatakan sanitasinya baik.
3. Ruang bangunan RSI Jemursari setelah dilakukan observasi menapat
prosentase 97% dapat dikatakan baik.
4. Kondisi penyehatan makanan dan minuman mendapatkan prosentase 95%
dan dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
5. Setelah dilakuakn observasi, keadaan penyehatan air di Rumah Sakit
Islam jemursari mendapat persentase skor 90% Oleh karena itu dapat
dikatakan baik.
6. Keadaan pengelolaan limbah di RSI Jemursari mendapatkan prosentase
85% dalam kategori baik. Namun perlu ditingkatkan kembali dalam hal
ini.
7. Keadaan instalasi tempat pencucian linen atau laundry di Rumah Sakit
Islam Jemursari setelah dilakukan observasi mendapat persentase skor
sebesar 50 %, dikarenakan laundry dipegang oleh pihak ke tiga atau
outsourcing. Namun pemilahan antara infeksius maupun non infeksius
oleh pihak rumah sakit.
8. Kondisi pengendalian serangga dan tikus di Rumah Sakit Islam jemursari,
mendapatkan persentase skor 100% setelah dilakuakn observasi. Dapat
dikategorikan sangat baik.
9. Setelah dilakukan observasi keadaan dekontaminasi melalui steilisasi dan
desinfeksi dapat prosentase sebesar 100% dapat dikatakan dalam kategori
baik.
10. Setelah dilakukan observasi, keadaan pengamanan radiasi mendapatkan
prosentase 85% dapat dikatakan baik dalam penanganan terhadap radiasi.

23
11. Kondisi pengadaan penyuluhan kesehatan lingkungan di Rumah Sakit
Islam Jemursari setelah dilakukan observasi mendapat persentase skor
sebesar 100%. Maka termasuk dalam kategori sangat baik dan perlu
dipertahankan.

5.2 SARAN
1. Perlu adanya petunjuk penggunaan lift dan elevator.
2. Kualitas dari rumah sakit perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Qauliyah, Asta. 2008. Pengertian dan Fungsi Rumah Sakit


http://astaqauliyah.com. (disitasi tanggal 13 Desember 2011, pukul 21.00
WIB)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 14 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program ADIPURA Menteri Negara Lingkungan
Hidup.

25
Lampiran 1
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN (INSPEKSI
SANITASI) RUMAH SAKIT

1. NAMA RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Islam Jemursari


2. TAHUN PENDIRIAN : 2002 – sekarang
3. ALAMAT RUMAH SAKIT : Jalan Jemursari Nomer 51-57 Surabaya
4. KELAS RUMAH SAKIT : B (Rumah Sakit Kelas Utama Madya)
5. JUMLAH TEMPAT TIDUR : 202 buah
6. TANGGAL PEMERIKSAAN : 17 Desember 2012

Kriteria Pemberian Skor :

- Sesuai = 1
- Tidak sesuai = 0

KOMPONEN YANG
NO KRITERIA BOBOT SKOR NILAI
DINILAI
A Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 5
1. Lantai a. Kuat dan utuh (√) 1 5
b. Bersih (√) 1 5
c. Kedap air (√) 1 5
d. Rata (√) 1 5
e. Tidak licin (√) 1 5
f. Mudah dibersihkan (√) 1 5
2. Dinding a. Rata (√) 1 5
b. Bersih (√) 1 5
c. Berwarna terang (√) 1 5
d. Mudah dibersihkan (√) 1 5
3. Ventilasi a. Ventilasi alam, lubang 1 5
ventilasi minimal 15 %
x luas lantai (√)
b. Ventilasi buatan (fan, 1 5

AC, exhauster) (√)

26
4. Atap a. Bebas serangga dan 1 5
tikus (√) 1 5
b. Mudah dibersihkan (√) 1 5
c. Berwarna terang (√) 1 5
d. Tidak bocor (√)
5. Langit-langit a. Tinggi langit-langit min 1 5
2,7 m dari lantai (√)
b. Kuat (√) 1 5
c. Berwarna terang (√) 1 5
d. Mudah dibersihkan (√) 1 5
6. Konstruksi balkon, beranda, a. Tidak ada genangan air 1 5
talang (√) 1 5
b. Tidak ada jentik (√) 1 5
c. Mudah dibersihkan (√)
7. Pintu a. Dapat mencegah 1 5
masuknya serangga dan
tikus (√) 1 5
b. Kuat (√)
8. Pagar a. Aman (√) 1 5
b. Kuat (√) 1 5
9. Halaman taman dan tempat a. Bersih (√) 1 5
parker b. Mampu menampung 1 5
kendaraan karyawan
dan pengunjung (√)
c. Tidak becek (√) 1 5

d. Ada tempat sampah 0 0

yang cukup (√)


10. Lalu lintas antar ruangan a. Ada petunjuk letak 1 5
ruangan (√)
b. Ada petunjuk 0 0
penggunaan pada
elevator dan lift (√) 1 5

27
c. Ada pintu darurat (√)
11. Alat pemadam kebakaran Ada alat pemadam 1 5
kebakaran (√)
12. Jaringan instalasi a. Aman (bebas cross 1 5
connection) (√)
b. Terlindung (√) 1 5
13. Saluran air limbah a. Tertutup (√) 1 5
b. Saluran air lancar (√) 1 5
B Ruang Bangunan 5
1. Ruang perawatan a. Rasio luas lntai dengan 1 5
tempat tidur
- Dewasa 4,5 m2 / tt
(√)
- Anak 2 m2 / tt (√) 1 5

b. Rasio tempat tidur


dengan kamar mandi
adalah 1 kamar mandi
0 0
dan toilet untuk 1-10 tt/
1 5
(√)
c. Bebas serangga dan
1 5
tikus (√)
d. Tidak berbau (terutama
H2S dan/atau NH3 (√)
e. Suhu 22°C - 24°C 1 5
(dengan AC) atau suhu
kamar (tanpa AC)
diukur dengan
termometer(√)
f. Kelembaban 45% -60%
(dengan AC)
kelembaban udara
ambien (tanpa AC) (√)

28
Kebisingan < 45 dBA
(√)
2. Lingkungan rumah sakit a. Kawasan bebas rokok 1 5
(√) 1 5
b. Penerangan dengan
intensitas cukup (√) 1 5
c. Saluran air limbah
tertutup (√) 1 5

d. Saluran drainage lancar


(√)
3. Ruang operasi a. Dinding terbuat dari 1 5
vinyl / porselin (√)
b. Pintu harus dalam 1 5
keadaan tertutup (√)
c. Langit-langit tidak 1 5

bercelah (√)
d. Ventilasi dengan AC 1 5

tersendiri dilengkapi
filter bakteri (√)
1 5
e. Tinggi langit-langit 2,7
m – 3,3 m dari lantai (√)
4. Ruang laboratorium a. Dinding terbuat dari 1 5
porselein/keramik
setinggi 1,5 m dari
lantai (√) 1 5

b. Lantai dan meja kerja


tahan terhadap bahan
1 5
kimia dan getaran (√)
c. Dilengkapu kamar
1 5
mandi, dapur, dan toilet
(√)
d. Tinggi langit-langit 2,7

29
m -3,3 m dari lantai (√)
5. Ruang sterilisasi a. Pintu masuk terpisah 1 5
dengan pintu keluar (√)
b. Tersedia ruangan 1 5
khusus (√) 1 5
c. Dinding terbuat dari
porselin/keramik
setinggi 1,5 m dari
lantai (√)
6. Ruang radiologi a. Dinding dan daun pintu 1 5
dilapisi timah hitam (√)
b. Kaca jendela 1 5
menggunakan kaca
timah hitam (√) 1 5

c. Tinggi langit-langit 2,7


– 3,3 m dari lantai (√) 0 0

d. Hubungan dengan ruang


gelap harus dengan
loket (√)
7. Ruang pendingin a. Suhu -10°C s/d + 5°C 1 5
diukur dengan
termometer(√)
b. Bebas tikus dan kecoa 1 5

(√) 1 5

c. Dilengkapi rak untuk


menyimpan makanan
dengan tinggi 20-25 cm
dari tanah (√)
8. Ruang mayat a. Dinding dilapisi 1 5
porselin /keramik (√)
b. Terletak dekat dengan 1 5
bagian patologi /

30
laboratorium (√)
c. Jauh dari klinik/ ruang 1 5
pemeriksaan (√)
d. Mudah dicapai dari 1 5

ruang perawatan, UGD,


ruang operasi (√)
1 5
e. Dilengkapi dengan
saluran pembuangan air
1 5
limbah (√)
f. Dilengkapi ruang ganti
pakaian petugas dan
1 5
toilet (√)
g. Dilengkapi dengan
perlengkapan dan bahan
pemilisan jenazah
termasuk meja
memandikan mayat (√)
9. Toilet dan kamar mandi a. Rasio toilet/kamar 1 5
mandi dengan tempat
tidur 1 : 10 (√)
b. Toilet tersedia pada 1 5

setiap unit/ruang
khusus untuk unit rawat
inap dan karyawan
harus tersedia kamar
1 5
mandi (√)
c. Letak tidak
berhubungan langsung
dengan dapur, kamar 1 5
operasi, dan ruang
khusus lainnya (√)
d. Saluran pembuangan air

31
limbah dilengkapi 1 5
dengan penahan bau
(water seal) (√)
e. Lubang penghawaan 1 5

harus berhubungan
langsung dengan udara
luar (√)
f. Kamar mandi dan toilet
untuk pria,wanita, dan
karyawan terpisah (√)
C PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN 15
1. Bahan makanan dan Kondisi bahan makanan 1 15
makanan jadi dan makanan jadi secara
fisik baik/ sesuai sarat (√)
2. Tempat penyimpanan bahan a. Makanan yang mudah 1 15
makanan dan makanan jadi membusuk disimpan pda
suhu > 56,5C atau < 4C (√)
b. Makanan yang akan 1 15

disajikan > 6 jam disimpan


pada suhu -5° C s/d -1° C
(√)
1 15
c. Bersih (√)
1 15
d. Terlindung dari debu (√)
1 15
e. Bebas gangguan serangga
dan tikus (√)
1 15
f. Bahan makanan dan
makanan jadi terpisah (√)
3. Penyajian makanan a. Menggunakan kereta 1 15
dorong tertutup (√)
b. Tidak menyajikan 1 15
makanan jadi yang sudah
menginap(√) 0 0

32
c. Lalu lintas makanan jadi
dengan jalur khusus (√)
4. Tempat pengolahan a. Lantai dapur sebelum dan 1 15
makanan atau dapur sesudah kegiatan
dibersihkan dengan
antiseptic (√)
b. Dilengkapi sungkup dan 1 15

cerobong asap (√)

5. Penjamah makanan a. Memiliki surat keterangan 1 15


sehat yang berlaku (√)
b. Tidak berkuku panjang, 1 15
koreng, dan sejenisnya (√)
c. Menggunakan pakaian 1 15

pelindung pengolahan
makanan (√)
1 15
d. Selalu menggunakan
peralatan dalam menjamah
makanan jadi (√)
1 15
e. Berperilaku sehat selama
bekerja (√)
6. Peralatan a. Sebelum digunakan, dalam 1 15
kondisi bersih (√)
b. Tahan karat dan tidak 1 15
mengandung bahan
beracun (√)
c. Utuh dan tidak retak (√) 1 15

d. Dicuci dengan desinfektan 1 15

atau dikeringkan dengan


sinar matahari / pemanas

33
buatan dan tidak
dibersihkan dengan kain
(√)
D PENYEHATAN AIR 10
1. Kuantitas a. Tersedia air bersih > 500 1 10
lt/tt/hr dan tersedia air
minum sesuai dengan
kebutuhan (√)
b. Air minum tersedia pada 1 10

setiap tempat kegiatan (√)


2. Kualitas a. Fisik :
-Tidak berbau (√) 1 10
-Tidak berasa (√) 1 10
-Tidak keruh (√) 1 10
-Tidak berwarna (√) 1 10
b. Kimia
-Kesadahan (√) 1 10

3. Sarana a. Sumber PDAM, air tanah 1 10


yang diolah (√)
b. Distribusi tidak bocor(√) 1 10
c. Penampungan tertutup (√) 1 10
d. Semua yang berair tidak 0 0
berjentik (√)

E PENGELOLAAN LIMBAH 15
1. Pengeolaan limbah padat a. Pemusnaan limbah padat 0 0
infeksius, sitotoksis, dan

34
farmasi dengan incinerator
(>1000° C)atau khusus
untuk sampah infeksius
dapat disterilkan dengan
auto clave atau radiasi
microwave sebelum
dibuang ke landfill (√)
1 15
b. Bagi yang tidak punya
incinerator, ada MoU
antara RS dan pihak yang
melakukan pemusnahan
limbah medis (√) 1 15
c. Tempat limbah padat kuat,
tahan karat, kedap air,
dengan penutup dan
kantong plastic dengan
warna dan lambang sesuai
pedoman. Minimal 1 (satu)
buah tiap radius 20 pada
1 15
ruang tunggu/terbuka. (√)
d. Tempat pengumpulan dan
penampungan limbah
sementara segera
didisinfeksi setelah 1 15
dikosongkan . (√)
e. Diangkut ke TPS >2
kali/hari dan ke TPA 1 1 15
kali/hari. (√)
f. Limbah domestik dibuang
ke TPA yang ditetapkan 1 15

PEMDA. (√)
g. Sampah radioaktif

35
ditangani sesuai peraturan
yang berlaku. (√)
2. Pengelolaan limbah cair a. Dilakukan pengelolaan 1 15
melalui instalasi
pengolahan limbah (√)
b. Disalurkan melalui saluran 0 0

yang kedap air, tertutup,


dan lancar. (√)
3. Kualitas effluent yang a. Memenuhi persyaratan 1 15
dibuang ke dalam Kepmen LH Nomor 58
lingkungan Tahun 1995 atau Perda
setempat meliputi :
- Suhu 30 C dengan
termometer(√)
PH antara 6-9 diukur
demgan PH meter (√)
F TEMPAT PENCUCIAN LINEN 10
a. Terdapat keran air bersih 1 10
dengan kapasitas,
kuantitas, dan tekanan yang
memadai serta disediakan
keran air panas untuk
desinfeksi awal (√)
1 10
b. Dilakukan pemilahan
antara linen infeksius dan
non-infeksius (√)
1 10
c. Tersedia ruang pemisah
antara barang bersih dan
kotor (√) 0 0
d. Lokasi mudah dijangkau
oleh kegiatan yang
memerlukan dan jauh dari

36
pasien serta tidak berada di
jalan (√) 0 0
e. Lantai terbuat dari beton
/plester yang kuat, rata,
tidak licin(√) 0 0

f. Terdapat sarana pengering


untuk alat-alat sehabis
dicuci (√)
G PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS 5
Fisik - Konstruksi bangunan, 1 5
tempat penampungan air,
penampungan sampah,
tidak memungkinkan
sebagai tempat
berkembang biaknya
Kimia
serangga dan tikus (√)
1 5
- Insektisida yang dipakai
memiliki toksisitas rendah
terhadap manusia dan tidak
bersifat persisten (√)

H DEKONTAMINASI MELALUI STEILISASI DAN


DESINFEKSI
a. Menggunakan peralatan 1 15
sterilisasi uap (auto clave)
gas dengan suhu sekitar
134°C atau peralatan
radiasi gelombang
microwave atau dengan
cara lain yg memenuhi
syarat (√)
1 15
b. Alat dan perlengkapan

37
medis yang sudah
distrerilkan disimpan pada
tempat khusus yang steril
pula (√)
1 15
c. Alat dan perlengkapan
medis yang sudah
disterilkan atau
didesinfeksi terlebih dahulu
dibersihkan dari darah,
jaringan tubuh, dan sisa
bahan lain (√) 1 15
d. Peralatan sterilisasi di
kalibrasi minimal sekali/
tahun (√) 1 15
e. Ruang operasi yang telah
dipakai harus dilakukan
desinfeksi sebelum
digunakan kembali (√)
I PENGAMANAN RADIASI 10
a. Ada izin pengoperasian 1 10
peralatan yang
memancarkan radiasi (√)
b. Dosis radiasi pengion 1 10

terhadap pekerja dan


masyarakat tidak boleh
melebihi NBD (√)
1 10
c. Ada system managemen
dan keselamatan kesehatan
kerja pada pekerja dan
masyarakat terhadap radiasi
pengion , organisasi,
peralatan proteksi radiasi,

38
pemantauan dosis
perorangan (√)
d. Instalasi dan gudang 0 0

peralatan radiasi
ditempatkan pada lokasi
yang jauh dari tempat yang
rawan kebakaran, tempat
berkumpul orang banyak
(√)
1 10
e. Tebal bahan perlindungan
pada masing-masing
ruangan berdasarkan jenis
dan energy radiasi,
aktivitas, dan dimensi
sumber radiasi serta sifat
bahan pelindung sesuai
dengan peraturan berlaku
1 10
(√)
f. Tempat penyimpanan
sementara limbah
radioaktif dilengkapi
system pemantau radiasi
dan system pendingin(√)
J PENYULUHAN KESEHATAN LINGKUNGAN 5
Dilakukan penyuluhan
kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung
kepada :
1 5
a. Karyawan medis/ non
medis (√)
1 5
b. Pasien (√)
1 5
c. Pedagang makanan dalam

39
lingkungan RS (√)
d. Pengunjung (√) 1 5

K UNIT/INSTANSI SANITASI RS 5
Pilih salah satu 3 15
a. Dipimpin oleh tenaga teknis yang sudah mengikuti
pelatihan sanitasi RS (3)
b. Dipimpin oleh tenaga teknis yang belum mengikuti
pelatihan sanitasi RS (2)
Dipimpin oleh tenaga non-teknis yang sudah mengikuti
pelatihan sanitasi RS (1)

JUMLAH 100 137 1110

Keterangan :

Parameter Nilai

Nilai Maksimal = 1220

≤ 30 % = SANITASI BURUK
31%– 60 % = SANITASI CUKUP BAIK
>60 % = SANITASI BAIK

Nilai sanitasi Rumah Sakit Islam Jemursari : (1110 : 1220) x 100 % = 90 %


Jadi, sanitasi yang ada di Rumah Sakit Jemursari dikategorikan “ BAIK”.

40
Lampiran 2

IPAL

RTH

APAR

41
LOKET PENDAFTARAN

RUANG TUNGGU

KTR

42
KANTIN

43

Anda mungkin juga menyukai