Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS MUARA BATU KABUPATEN ACEH UTARA

A. Latar Belakang

Kesehatan anak sangatlah penting bagi suatu bangsa, karena anak

merupakan asset dan modal bagi kemajuan suatu bangsa dan Negara, oleh

karena itu diperlukan anak-anak yang berkualitas agar tercapai masa depan

bangsa yang baik. Untuk mendapatkan kualitas , maka anak memerlukan

pertumbuhan dan perkembangan optimal yang berjalan bersamaan.

Stunting merupakan satu dari penyebab utama dari angka kematian

(mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) yang tinggi diantara anak usia

dibawah lima tahun. Tingginya angka kematian dan kesakitan pada balita,

paling banyak disebabkan oleh diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan.

Diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada

balita (25,2%). Sedangkan angka kesakitan diare pada balita mencapai 900

per 1.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013). Stunting masih merupakan satu

masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan. Stunting akan

menyebabkan dampak jangka panjang yaitu terganggunya perkembangan

fisik, mental, intelektual, serta kognitif. Anak yang terkena Stunting hingga

usia 5 tahun akan sulit untuk diperbaiki sehingga akan berlanjut hingga

dewasa dan dapat meningkatkan risiko keturunan dengan berat badan lahir

yang rendah (BBLR).

1
2

Menurut WHO tahun 2016, prevalensi balita Stunting di dunia sebesar

22,9% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh

penyebab kematian balita di seluruh dunia. Hampir setengah tingkat kematian

pada anak-anak di bawah lima tahun di Asia dan Afrika disebabkan oleh

kekurangan gizi. Ini menyebabkan kematian tiga juta anak per tahun.

Berdasarkan data WHO tahun 2016, di wilayah Asia Tenggara

prevalensi balita Stunting mencapai 33,8%. Pada tahun 2011, Indonesia

berada di peringkat lima dari 81 negara dengan jumlah anak Stunting terbesar

di dunia yang mencapai 7.547.000 anak. Indonesia dilaporkan memiliki

jumlah anak Stunting yang lebih besar daripada beberapa negara Afrika,

seperti Ethiopia, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Uganda, dan Sudan.

Selama tahun 2007-2011, Indonesia dilaporkan memiliki anak-anak dengan

berat badan sedang, berat badan rendah, dan berat badan berlebih yang

masing-masing mencapai 13%, 18% dan 14%. Pada tahun 2012, angka

kematian anak di bawah lima tahun di Indonesia mencapai 152.000.

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementerian

Kesehatan RI, ada sekitar 8,9 juta anak di Indonesia yang menderita kondisi

Stunting, Artinya 1 dari 3 balita mengalami gangguan pertumbuhan dan butuh

perhatian lebih. Indonesia menduduki peringkat tertinggi penderita kondisi

Stunting di Asia Tenggara dan kelima di dunia. Ini bukan jumlah yang

sedikit. Hal ini terjadi semata-mata karena asupan gizi yang kurang

(Riskesdas,2013).
3

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018, angka

Stunting pada Bayi Lima Tahun (Balita) Aceh menduduki peringkat ke-31

dari 34 provinsi di Indonesia dengan persentasi sebesar 37,3 persen. Riset

tersebut menunjukkan angka Stunting masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Aceh, dapat menjadi ancaman bagi generasi ke depan

(Riskesdas,2018).

Penanganan Stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan

berbagai pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Dunia Usaha, Masyarakat Umum, dan lainnya. Presiden dan Wakil

Presiden berkomitmen untuk memimpin langsung upaya penanganan Stunting

agar penurunan prevalensi Stunting dapat dipercepat dan dapat terjadi secara

merata di seluruh wilayah Indonesia.

Faktor sosial ekonomi meliputi pendapatan, pendidikan orang tua,

pengetahuan ibu tentang gizi secara tidak langsung juga berhubungan dengan

kejadian Stunting. Pendapatan akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi

keluarga, rendahnya pendidikan disertai rendahnya pengetahuan gizi sering

dihubungkan dengan kejadian malnutrisi. Malnutrisi diduga sebagai salah

satu penyebab Stunting terbanyak dunia (Chaudhury, 2013).

Kondisi kesehatan dan status gizi ibu selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu yang mengalami

kekurangan energi kronis atau anemia selama kehamilan akan melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Berat badan lahir rendah
4

banyak dihubungkan dengan tinggi badan yang kurang atau Stunting pada

balita (Falciglia GA, dkk, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik ingin

menelusuri faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada

Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan

masalah penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara

Batu Kabupaten Aceh Utara.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja

Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan

kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu

Kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan

kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu

Kabupaten Aceh Utara.


5

3. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan kejadian Stunting

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh

Utara.

4. Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian

Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu

Kabupaten Aceh Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu

Kabupaten Aceh Utara.

2. Sebagai sumber referensi dalam penelitian yang lebih lanjut.

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara variabel yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2015). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada

Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.


6

Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan tujuan yang akan dicapai maka

kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

- Pengetahuan

- Tingkat Pendidikan Stunting pada balita

- Status ekonomi usia 12-59 bulan

- Berat Badan Lahir

F. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian Stunting

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh

Utara.

2. Ada mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan

kejadian Stunting pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu

Kabupaten Aceh Utara.

3. Ada mengetahui hubungan status ekonomi dengan kejadian Stunting

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh

Utara.

4. Ada mengetahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian Stunting

pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh

Utara.
7

G. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa penelitian analitik dengan

desain cross sectional, yaitu melakukan pengukuran variabel dependent

dan independent (Notoadmodjo, 2012).

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 12-59

bulan wilayah kerja Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh

Utara.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang

akan diambil (Notoadmodjo, 2010).

I. Analisa data

Pada tahap ini data diolah dan dianalisis dengan tehnik tehnik tertentu.

Analisis data penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu sebagai

berikut:

1. Analisis univariat

Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Kemudian ditentukan presentasi (P) dengan menentukan rumus

sebagai berikut:
8

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Jumlah responden yang menjadi sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat merupakan analisa hasil dari varibel bebas yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang

digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan

analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square pada tingkat

kemaknaannya 99% (p<0,01) sehingga dapat diketahui ada tidaknya

hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan

program komputer SPSS for window versi 18.0. Melalui perhitungan uji

chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih

kecil dari alpha (p≤0,01) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan

variabel bebas dan jika p lebih besar alpha (p≥0,01) maka Ho diterima

dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas (Notoatmodjo, 2010).

Rumus :

X2 = Ʃ ( 0-E )2

E
9

Keterangan :

Ʃ = Jumlah

0 = Frekuensi Observasi

E = Frekuensi Harapan

Melalui perhitungan uji chi-sguare test selanjutnya ditarik pada

kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha dalam (p<0,05) maka H

ditolak dan H diterima, yang menunjukan ada hubungan bermakna antara

variabel bebas, maka akan digunakan dalam rumus (Arikunto, 2010).

1. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka

hasil yang dibaca di Fisher Exact.

2. Bila pada tabel 2x2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5, maka

hasil yang dibaca di Continuity Correction.

3. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3 dll, maka hasil yang

dibaca di Pearson Chi-square

J. Daftar pustaka

1. Chaudhury RH. 2013. Determinants of Dietary Intake and Dietary

Adequacy for Pre-school Children in Bangladesh. Available from:

http://archive.unu.edu/. Diakses Tanggal 30 November 2019

2. Dinas Kesehatan Aceh. 2017. Studi Monitoring dan Evaluasi Program

Gizi PSG & PKG Aceh : Provinsi Aceh.

3. Kemenkes RI.2013.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI.


10

4. Kemenkes RI.2018.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:

Balitbang Kemenkes RI

5. WHO. 2016. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country

Profile Indicators: Interpretation Guide

6. Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Survai Pemantauan

Status Gizi Tahun 2017, Kemenkes RI, Jakarta , 2017.

Anda mungkin juga menyukai