Anda di halaman 1dari 39

Macam Sediaan Farmasi

Cair

Aerosol
Bentuk Padat
Fisik

Semisolid
• Tablet, kapsul, kaplet, serbuk, pil,
Padat supositoria, tablet salut

• Sirup, eliksir, suspensi, emulsi, oral


Cair drops, lotion

Semi Solid • Salep, krim, gel, pasta

Aerosol • Inhalasi hidung -> cairan, nasal spray


Sistemik
(Enteral
dan
Parenteral

Klasifikasi

LOCAL
Macam Sediaan Farmasi
Oral

Respira Parent
tory eral

Bentuk
Sediaan

Vaginal Topikal

Rektal
Rute Enteral
Rute Pemberian

Rute Parenteral

Rute Topikal
• Oral • Intravena • Konjungtiva,
• Sublingual • Intra nasal
• Rectal muskular • Vaginal
• Intra • Uretral
peritonial • Dermal
• Intra artekal
• Subkutan
• Intra kardiak
• Endural
PENGGOLONGAN OBAT
• Penggolongan obat menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah
diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000.
• Penggolongan obat dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi.
Penggolongan Obat

Obat Obat Obat


Psikotropika Narkotika
Bebas

Obat
Obat Bebas
Terbatas
Obat Keras
Wajib
Apotek
• Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar
di Depkes R.I.
• Penandaan : Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K.
Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk
obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat
bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam
• Contohnya yaitu Minyak Kayu Putih ,Obat Batuk Hitam, Obat
Batuk Putih, Tablet Paracetamol, Tablet Vitamin C, B Kompleks,
Vitamin E.
• Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan
obat-obatan ke dalam daftar obat “W” (Waarschuwing)
memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras
yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter,
Jika penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
– Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya
atau pembuatnya.
– Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan
tanda peringatan.
• Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas
berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam
Buku ISO ditandai dengan tulisan. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan
memuat pemberitahuan berwarna putih
P No.1 •awas obat keras, bacalah aturan pemakaiannya.
•Dulcolax tablet, Acetaminofen= >600 mg/tablet
atau >40 mg/ml

P No.2 •awas obat keras, hanya untuk kumur, jangan


ditelan
•Betadin gargarisma

P No.3 •awas obat keras hanya untuk bagian luar badan


•Anthistamin pemakaian luar, misal dalam bentuk
cream, caladin, caladril

P No.4 •awas obat keras hanya untuk dibakar


•Dalam bentuk rokok dan sebuk untuk penyakit
asma yang mengandung scopolamin.

P No.5 •awas obat keras tidak boleh ditelan


•Dulcolax Suppos, Amonia 10 % ke bawah

P No.6 •awas obat keras wasir jangan ditelan


•Varemoid
• Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan
obat-obatan ke dalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras
adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :
 Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat
itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
 Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
 Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan
secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
 Contoh : Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain
• Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G
(Gevarrlijk) adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi”, dan di penandaan
harus dicantum kalimat “Harus dengan Resep Dokter”
Obat Psikotropika

• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika adalah zat atau obat baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
• Menurut UU RI No. 5 Th 1997, psikotropika
dibagi menjadi 4 golongan
• Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
Psikotropika pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
Gol.1 ketergantungan.
• Psikotropika Golongan I, antara lain: Meskalina, Katinona

• Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


Psikotropika digunakan dalam terapi dan / atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

Gol.1 ketergantungan.
• Psikotropika Golongan II antara lain: Metakualon,
Sekobarbital, Fenmetrazin.

• Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


Psikotropika digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

Gol.1 sindroma ketergantungan.


• Psikotropika Golongan III antara lain: Amobarbital,
Flunitrazepam, Pentobarbital, Siklobarbital, Katina

• Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam


terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
Psikotropika mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

Gol.4 • Psikotropika Golongan IV antara lain: Allobarbital,


Barbital, Bromazepan, Diazepam, Fencamfamina,
Fenobarbital, Flurazepam, Klobazam, Klordiazepoksida,
Meprobamat, Nitrazepam, Triazolam
• Penandaan Psikotropika Untuk psikotropika penandaan yang
dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal
ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika, maka obat-obat Psikotropika termasuk
obat keras yang pengaturannya ada di bawah Ordonansi
Obat Keras Stbl 1949 Nomor 419, hanya saja karena efeknya
dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan sehingga
dulu disebut Obat Keras Tertentu.
• Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : Lingkaran bulat
berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang
menyentuh garis tepi yang berwarna hitam
Narkotika
• U Narkotika No 3 Tahun 2015, Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Dalam UU No 35 Tahun 2009,
narkotika digolongkan ke dalam tiga golongan.
• Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan
Narkotika pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Golongan 1 • Contoh: Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon,
MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya

Narkotika • Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan


sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

Golongan 2 potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.


• Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll

• Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya adiktif


ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan
Narkotika penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Golongan 3 • Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina,
Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk
beberapa campuran lainnya
• Golongan obat narkotika ditandai dengan logo berbentuk
lingkaran dan terdapat palang merah di dalamnya.
• Golongan obat ini dapat menimbulkan efek ketergantungan,
karena itu diperlukan pengawasan yang ketat. Hanya bisa
diperoleh di apotek atau rumah sakit berdasarkan resep
dokter.
• Apotek atau rumah sakit yang mendistribusikannya ke
pasien, harus memberikan laporan pada dinas kesehatan
dan Balai POM setiap periode tertentu.
• Contoh obat-obatnya adalah morfin untuk penghilang sakit
yang sangat berat, codein untuk obat batuk, dan lain-lain.
Obat Wajib Apotek
• Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat
diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Menurut
keputusan menteri kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990
yang telah diperbaharui Menteri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai
berikut :
– Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan
pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
– Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta
pelayanan obat kepada masyarakat.
– Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.
• Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat
saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
OBAT WAJIB APOTEK
• OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk
OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi,
kontraindikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat
yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak
dikehendaki tersebut timbul.
• Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka
obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam
mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep
oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
OWA 1 Permenkes No. 347/ menkes/SK/VII/1990
1. Oral Kontrasepsi, contohnya : Tunggal Linestrenol, Kombinasi Etinodiol-diasetat, mestranol-Norgestrel, etinil-
estradiol-Linestrenoil, etinil-estradiol-Etinodiol-diasetat, etinil-estradiol Levonorgestreletinil-estradiol-
Norethindrone, mestranol Desogestrel.
2. Obat Saluran Cerna, seperti : (1) Antasid dan Sedativ/Sposmodik. Contohnya : Al.Oksida Mg,trisilikat +
Papaverin HCl + Klordiazepoksida , Mg.trisili kat Al. oksida + Papaverin HCl + diazepam Klordiaze poksida +
diazepam + sodium bicarbonate. (2) Anti Spasmodik, contohnya : ekstrak beladon dan papaverin HCl (3) Anti
Spasmodik Analgesik, contohnya : Metamizole, Fennpive rinium bromide, Hyoscine N-butilbrom ide, dipyrone,
Methampyrone beladona, Papaverin HCI
3. Obat Mulut dan Tenggorokan, contohnya : Methampyrone, diazepam, Pramiverin, metamizole, Prifinium
bromide sulpyrin, Anti Mual Metoklopramid HCl dan Laksan Bisakodil Supposutoria.
4. Obat Saluran Napas, contohnya : untuk Asma yaitu Aminofilin Supposutoria, Ketotifen, Terbutalin SO4,
Salbutamol, untuk Sekretolitik yaitu Mukolitik, Bromheksin, Karbosistein, Asetilsistein dan Oksolam Sinitrat
5. Obat yang mempengaruh sistem Neuromuscular, seperti : (1) Analgetik, contohnya : Metampiron, Asam
Mefenamat, Glafenin, Metampiron + Klordiazepoksid dan diazepam (2) Antihistamin, contohnya : Mebhidrolin,
Pheniramhiind rogen maleal, Dimethindmena leat, Astemizol, Oxomemazin, Dexchlorpheniramine Maleat
6. Antiparasit, contohnya : Mebendazol
7. Obat Kulit Topikal, seperti : (1) Antibiotik, contohnya : Tetrasiklin/Oksitetra, Kloramfenikol, Framisetina SO4,
Neomisin SO4, Gentamisin dan Eritromisin (2) Korlikosteroid, contohnya : Hidrokortison, Flupredniliden,
Triamsinolon, Betametason, Fluokortolon/Diflukortolon dan Desoksimelason (3) Antiseptik local, contohnya :
Heksaklorofene (4) Antif Fungi, contohnya : Mikonaznoilrat, Nistatin, Tolnattat, Ekonazol (5) E. Anestesi Lokal,
contohnya : Lidokain HCI (6) Enzim antiradang topical Kombinasi, contohnya : Heparinoid atau Heparin.Na
Dengan Hialuronidase ester nikotinat (7) Pemecah Kulit, contohnya : Hidroquinon, Hidroquinodng dan n.P ABA
OWA 2
• Berdasarkan keputusan Menkes tentang Obat Wajib Apotek
(OWA 2) No. 2 No.919/MENKES/PER/X/1993
• Adapun contoh golongan OWA no.2 yaitu : Albendazol,
Bacitracin, Benorilate, Bismuth subcitrate, Carbinoxamin,
Clindamicin, Dexametason, Dexpanthenol, Diclofenac,
Diponium, Fenoterol, Flumetason, Hydrocortison butyrate,
Ibuprofen Isoconazol, Ketokonazole, Levamizole,
Methylprednisolon, Niclosamide, Noretisteron, Omeprazole,
Oxiconazole, Pipazetate, Piratiasin Kloroteofilin, Pirenzepine,
Piroxicam, Polymixin B Sulfate, Prednisolon, Scopolamin,
Silver Sulfadiazin, Sucralfate, Sulfasalazine, Tioconazole,
Urea
OWA 3
Berdasarkan keputusan Menkes tentang obat wajib Apotek (OWA 3) No. 3
No.1176/MENKES/PER/X/1999 Yakni Obat Saluran Pencemaan dan
Metabolisme, contohnya : Famotidin, Ranitidin
1) Obat kulit, contohnya : Asam Azeleat, Asam Fusidat, Motretinida, Tolsiklat
dan Tretinoin
2) Antiinfeksi Umum, seperti :
a.Kategoril 1 (2HMU4H3R3) : Kombipak 2 Fase awal ; lsoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol, Kombipak 3 Fase lanjutan: lsoniazidRifampisin
b.Kategori 2 (2HRZES/HMU5H3R3E3) : Kombipak 2 Fase awal : lsoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin, Kombipak 3 Fase lanjutan
lsoniazid, Rifampisin, Etambutol
c. Kategori lll (2HRZ4H3R3) Kombipak 2 Fase awal lsoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid Kombipak 3 Fase lanjutan lsoniazid, Rifampisin
3) Sistem Muskuloskeletal contohnya : Alopurinol , Diklofenanka trium,
Piroksikam
4) Sistem saluran pernafasan, contohnya : Klemastin, Mequitazin,
Orsiprenalin, Prometazinte oklat, Setirizin dan Siproheptadin
5) Organ-organ Sensorik, contohnya : gentamisin dan kloramenikol
Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia
• Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat
tradisional yang ada di Indonesia dapat
dikategorikan menjadi 3 yakni Jamu, OHT, dan
Fitofarmaka
JAMU
• Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi
kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®,
Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.
• Penandaan jamu
a. Pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan “JAMU”
b. Logo berupa “RANTING DAUN TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan
pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
c. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo
d. Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas
dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”
Obat Herbal Terstandar
• Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada
hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi.
• Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau
praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan
Glucogarp® Penandaan Obat Herbal Terstandar
a. Obat herbal terstandar harus mencantumkan logo dan tulisan “OBAT HERBAL
TERSTANDAR”
b. Logo berupa” JARI-JARI DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM
LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/
pembungkus/ brosur.
c. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
d. Tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak
dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok
kontras dengan tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR”.
Fitofarmaka
• Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
• Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan
standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.
• Penandaan Fitofarmaka
a. Kelompok Fitofarmaka harus mencantumkan logo dan tulisan FITOFARMAKA
sebagaimana contoh terlampir.
b. Logo berupa “JARI-JARI DAUN (YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG)
TERLETAK DALAM LINGKARAN”, dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
c. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo
d. Tulisan “FITOFARMAKA” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan
warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras
dengan tulisan “FITOFARMAKA”.
Persyaratan Obat
Tradisional

• Menurut Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia:
661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang
Persyaratan Obat Tradisional
terdapat bentuk-bentuk sediaan
obat tradisional
• Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia,
Rajangan campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan
sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan
pendidihan atau penyeduhan dengan air panas

Serbuk
• Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan
derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa
simplisia sediaan galenik, atau campurannya

Pil
• Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat,
bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan
galenik, atau campurannya

Dodol atau • Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa

Jenang serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya

• Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih


Pastiles umumnya berbentuk segi empat, bahan bakunya berupa
campuran serbuk simplisia, sediaan galenik, atau
campuran keduanya
Sari •Sari jamu Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu
diperbolehkan mengandung etanol. Kadar etanol tidak lebih dari

Jamu
1% v/v pada suhu 20º C dan kadar methanol tidak lebih dari
0,1% dihitung terhadap kadar etanol.

Serbuk •Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat


halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan
galenik, atau campurannya

Parem, •Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat


tradisional, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan
galenik, atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar.

Pilis, •1) Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta
atau seperti bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada
kaki atau tangan pada bagian tubuh lain.

dan •2) Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau
pasta yang digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
•3) Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta,

Tapel atau seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada
seluruh permukaan perut.

•Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan

Koyo air yang dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan
galenik, digunakan sebagai obat luar dan pemakainya
ditempelkan pada kulit

Anda mungkin juga menyukai