Anda di halaman 1dari 61

ETIKA

PROTOKOLER
FAHRURRAZI

1
Pengertian Protokol, Protokoler, Keprotokolan

Dalam pengertian luas protokoler adalah seluruh hal yang mengatur pelaksanaan
suatu kegiatan baik dalam kedinasan/kantor maupun masyarakat.
Secara estimologis istilah protokol dalam bahasa Inggris protocol, bahasa Perancis
protocole, bahasa Latin protocoll(um), dan bahasa Yunani protocollon.
Awalnya, istilah protokol berarti halaman pertama yang dilekatkan pada sebuah
manuskrip atau naskah. Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertiannya
berkembang semakin luas, yakni keselurahan naskah yang isinya terdiri dari
catatan, dokumen persetujuan, perjanjian, dan lain-lain dalam lingkup secara
nasional maupun internasional.
Perkembangan selanjutnya, protokol berarti kebiasan-kebiasan dan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan formalitas, tata urutan dan etiket diplomatik.
Aturan-aturan protokoler ini menjadi acuan institusi pemerintahan dan berlaku
secara universal.
2
KEPROTOKOLAN
Serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam
acara kenegaraan atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat,
Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk
penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan
dan/atau kedudukannya dalam acara negara, pemerintahan,
atau masyarakat.

(UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan)

3
ASAS
KEPROTOKOLAN
• Kebangsaan;
• Ketertiban dan
kepastian hukum;
• Keseimbangan,
keserasian, dan
keselarasan; dan
• Timbal balik.

4
PARADIGMA KEPROTOKOLAN
• Penghormatan dan perlakuan terhadap seseorang menyangkut
“dignity” = hak asasi manusia.
• Perlakuan terhadap lambang-lambang kehormatan NKRI, ekspresi
penghormatan bangsa terhadap kedaulatan negara kesatuan RI
• Pengaturan keprotokolan berimplikasi terhadap citra pimpinan dan
institusi.

5
MANFAAT
• Memberikan penghormatan kepada Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau Tamu
Negara sesuai dengan kedudukan dalam negara, pemerintahan, dan
masyarakat;
• Memberikan pedoman penyelenggaraan suatu acara agar berjalan
tertib, rapi, lancar, dan teratur sesuai dengan ketentuan dan
kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional;
dan
• Menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa atau
antar institusi.

6
Acara Kenegaraan dan Acara Resmi

ACARA KENEGARAAN ACARA RESMI


• acara yang diatur dan • acara yang diatur dan
dilaksanakan oleh panitia negara dilaksanakan oleh pemerintah
secara terpusat, dihadiri oleh atau lembaga negara dalam
Presiden dan/atau Wakil melaksanakan tugas dan fungsi
Presiden, serta Pejabat Negara tertentu dan dihadiri oleh
dan undangan lain. Pejabat Negara dan/atau Pejabat
Pemerintahan serta undangan
lain.

7
Ruang Lingkup
• Tata Tempat;
Pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan
negara asing dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu
dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

• Tata Upacara;
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

• Tata Penghormatan.
Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat Negara, Pejabat
Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, dan
Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi.

8
PELAKSANAAN
ACARA RESMI
• Tata Upacara
• Tata Ruang
• Tata Tempat
• Tata Warkat
• Tata Busana

9
TATA UPACARA
• Susunan Acara
• Kelengkapan Acara
• Perlengkapan Acara
• Daftar Undangan

10
TATA RUANG
• Ruang harus sesuai dengan jenis acara
• Meja dan kursi (VVIP, VIP, Undangan)
• Pemasangan Bendera Kebangsaan dan bendera lain (sesuai jenis
acara)
• Gambar Presiden dan Wakil Presiden
• Lambang Negara (Garuda Pancasila)
• Tata Suara dan Tata Lampu
• Tanda Petunjuk

11
Ketentuan Tata Tempat
Pertimbangan Tata Urutan Tempat:
• Kedudukan/Jabatan
• Perkawinan
• Kelahiran
• Penobatan
• Pemberian

12
PENGATURAN TATA TEMPAT DI PUSAT
1. Presiden Republik Indonesia; Nasional Indonesia;
2. Wakil Presiden Republik Indonesia; 18. Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di Dewan Perwakilan Rakyat
3. Mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia; Republik Indonesia;
4. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia; 19. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Ketua Muda dan
5. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Hakim Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia, Hakim Mahkamah
6. Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia; Konstitusi Republik Indonesia, dan anggota Komisi Yudisial Republik
7. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; Indonesia;
8. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia; 20. Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan sebagai pejabat negara,
9. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia; pemimpin Lembaga negara lainnya yang ditetapkan dengan undang-
10. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia; undang, Deputi Gubernur Senior dan Deputi Gubernur Bank Indonesia,
11. perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan; serta Wakil Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum;
12. Duta besar/Kepala Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional; 21. Gubernur kepala daerah;
13. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Ketua 22. Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu;
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Wakil Ketua Dewan Perwakilan 23. Pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, Wakil Menteri, Wakil
Daerah Republik Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Badan Kepala
Penyelenggara Pemilihan Umum, Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 24. Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara Nasional
Republik Indonesia, Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Wakil Indonesia, Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Wakil Jaksa
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dan Wakil Ketua Komisi Agung Republik Indonesia, Wakil Gubernur, Ketua Dewan Perwakilan
Yudisial Republik Indonesia; Rakyat Daerah provinsi, pejabat eselon I atau yang disetarakan;
14. Menteri, pejabat setingkat menteri, anggota 25. Bupati/walikota dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
15. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan anggota Dewan Perwakilan kabupaten/kota; dan
Daerah Republik Indonesia, serta Duta Besar Luar 26. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan tingkat nasional
16. Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia; yang secara faktual diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan
17. Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Tentara masyarakat.

13
PENGATURAN TATA TEMPAT DI PROVINSI
1. Gubernur; 10.Bupati/Walikota; . . .
2. Wakil Gubernur; 11.Kepala Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan di daerah,
Kepala Kantor Perwakilan
3. Mantan Gubernur dan Mantan Wakil Gubernur;
12.Bank Indonesia di daerah, Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi atau nama lainnya;
13.Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu
5. Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing di Daerah; tingkat provinsi;
6. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau nama 14.Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
lainnya;
15.Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan
7. Sekretaris daerah, panglima/Komandan Tertinggi Tentara Nasional Rakyat Daerah
Indonesia semua angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua Pengadilan
Tinggi semua badan peradilan, dan kepala kejaksaan tinggi di 16.kabupaten/kota;
provinsi;
17.Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota;
8. Pemimpin Partai Politik di provinsi yang memiliki wakil di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah provinsi; 18.Asisten Sekretaris Daerah Provinsi, Kepala Dinas Tingkat Provinsi,
Kepala Kantor Instansi Vertikal di provinsi, Kepala Badan Provinsi,
9. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau nama dan Pejabat Eselon II; dan
lainnya, anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh dan anggota
Majelis Rakyat Papua; 19.Kepala Bagian Pemerintah Daerah Provinsi dan Pejabat Eselon III.

14
PENGATURAN TATA TEMPAT DI
KABUPATEN/KOTA
1. Bupati/Walikota; 8. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten/kota atau nama lainnya;
2. Wakil Bupati/Wakil Walikota;
9. Pemuka agama, pemuka adat, dan Tokoh Masyarakat
3. Mantan Bupati/Walikota dan Mantan Wakil Bupati/Wakil Tertentu tingkat kabupaten/kota;
Walikota;
10. Asisten Sekretaris Daerah kabupaten/kota, Kepala Badan
4. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota tingkat kabupaten/kota, kepala dinas tingkat
atau nama lainnya; kabupaten/kota, dan pejabat eselon II, kepala kantor
5. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah perwakilan Bank Indonesia di tingkat kabupaten, ketua
kabupaten/kota atau nama lainnya; komisi pemilihan umum kabupaten/kota;
6. Sekretaris Daerah, Komandan tertinggi Tentara Nasional 11. Kepala instansi vertikal tingkat kabupaten/kota, kepala
Indonesia semua angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua unit pelaksana teknis instansi vertikal, komandan tertinggi
Pengadilan semua badan peradilan, dan Kepala Kejaksaan Tentara Nasional Indonesia semua angkatan di kecamatan,
Negeri di Kabupaten/Kota; dan kepala kepolisian di kecamatan;
7. Pemimpin Partai Politik di Kabupaten/Kota yang memiliki 12. Kepala Bagian Pemerintah Daerah kabupaten/kota, camat,
wakil di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pejabat eselon III;
kabupaten/kota; 13. Lurah/Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dan pejabat eselon IV.

15
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)
• Orang utama mempunyai tata urutan
paling depan/mendahului
• Apabila berjajar, yang disebelah kanan
dari orang utama, dianggap mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari yang duduk
disebelah kiri;
• Jika jabatan seseorang setara, posisi
disebelah kanan dapat diberikan kepada
seseorang sebagai bentuk
penghormatan;

16
Di Turki Di Indonesia

17
ATURAN UMUM:
• Jika menghadap meja, maka yang dianggap tempat pertama adalah
yang menghadap pintu keluar, tempat terakhir paling dekat pintu
keluar.
• Bila duduk berjajar dua orang, maka yang sebelah kanan adalah yang
pertama (2,1)
• Bila ada tiga orang, maka yang ditengah adalah yang utama (3,1,2)
• Bila empat orang berjajar urutannya (4,2,1,3)
• Bila terdapat 5 orang atau lebih, dipergunakan prinsip yang sama.

18
TATA TEMPAT UNTUK ISTRI/SUAMI PEJABAT
• Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau
organisasi international, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam acara
kenegaraan dan/atau Acara resmi dapat didampingi istri atau suami.
Dimana istri atau suami menempati urutan sesuai tata tempat jabatan istri
atau suami;
• Apabila pejabat tertinggi hadir pada suatu acara resmi atau acara
kenegaraan didamping istri/suaminya, maka pejabat lain di bawahnya yang
juga menempati tempat duduk utama (main seat) juga di damping
isteri/suaminya;
• Apabila pejabat tertinggi hadir pada suatu acara resmi atau acara
kenegaraan tidak didampingi istri/suaminya, maka pejabat lain di
bawahnya yang juga menempati tempat duduk utama (main seat) juga
tidak didampingi istri/suuaminya.

19
Tata Urutan Masuk Kendaraan
• Pesawat udara : orang yang utama masuk paling terakhir, dan turun
paling dulu.
• Kapal laut : orang yang utama naik dan turun terlebih dahulu dari
yang lain.
• Mobil: Orang utama baik naik maupun turun mendahului yang lain.

20
Tata Urutan Kedatangan
• Dalam acara resmi, orang yang utama (beserta rombongan) akan
memasuki ruangan paling akhir dan meninggalkan ruangan paling
awal.
• Perlu ruangan menunggu (transit) bagi orang utama (serta
rombongan) sebelum acara dimulai.

21
TATA TEMPAT BAGI PEJABAT YANG
MEWAKILI
• Apabila seorang Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, atau tokoh
masyarakat berhalangan hadir pada suatu acara resmi atau acara
kenegaraan, maka kehadirannya dapat diwakilkan oleh pejabat lainnya
selagi tidak ada ketentuan lain yang melarangnya;
• Tata tempat pejabat yang diwakili tidak dapat digantikan oleh pejabat yang
mewakilinya;
• Pejabat yang mewakili mendapatkan tata tempat sesuai jabatan yang
dimilikinya;
• Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, atau tokoh masyarakat
tertentu selaku tuan rumah berhalangan hadir dalam acara
kenegaraan/resmi, maka tempatnya diisi oleh pejabat minimal yang
mewakili satu tingkat di bawahnya.
22
TATA TEMPATJIKA DIHADIRI BEBERAPA
ORANG PEJABAT YANG SEDERAJAT
• Apabila terdapat Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, atau tokoh
masyarakat tertentu yang menjadi leading sector suatu kegiatan,
maka pejabat tersebut mendapat tempat yang utama;
• Apabila tidak terdapat Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah, atau
tokoh masyarakat tertentu yang menjadi leading sector, maka aturan
tata tempatnya mengacu kepada susunan dalam surat keputusan atau
struktur organisasi resmi.

23
PEDOMAN UMUM TATA TEMPAT

24
TEKNIS PENGATURAN TEMPAT DUDUK
(seating arrangement)
Main Seats:
• Untuk Jumlah 3 Orang : 3-1-2
• Untuk Jumlah 4 Orang : 4-2-1-3
• Untuk jumlah 5 orang : 5-3-1-2-4
• Untuk jumlah 6 orang : 6-4-2-1-3-5

25
26
27
PENGATURAN TATA TEMPAT GENAP

28
PENGATURAN TATA TEMPAT GANJIL

29
30
31
Catatan: Kehadiran Pejabat Bersama Istri/Suami

32
Catatan: Kehadiran Pejabat Bersama Istri/Suami

33
34
VIP 2 VIP 1

Catatan: Kehadiran Pejabat Tanpa Istri/Suami

35
TATA TEMPAT
DI PANGGUNG

36
37
PEDOMAN PENGATURAN TATA TEMPAT
(PRESEANCE)

38
39
TATA ACARA SEREMONIAL (TEATER)

40
CLASS STYLE
• Jika mereka berjajar, maka yang
berada di sebelah kanan dari
orang yang mendapat urutan
tata tempat paling utama
dianggap lebih
tinggi/mendahului orang yang
duduk di sebelah kirinya.

41
TATA TEMPAT ACARA SEREMONIAL
(Round Table)

42
TATA TEMPAT
ACARA AUDIENSI

43
TATA
TEMPAT
ACARA
RAPAT

44
JAMUAN
MAKAN
INFORMAL

45
JAMUAN
MAKAN
SEMI
FORMAL
Catatan:
Tanpa Hiburan

46
JAMUAN MAKAN RESMI/FORMAL

Catatan:
• Posisi duduk berselang-seling;
• Tidak ada acara hiburan
47
48
ACARA JAMUAN MAKAN MENJAMU TAMU
1. Pembukaan oleh MC
2. Persembahan Pembuka
3. Sambutan Tuan Rumah
4. Sambutan Tamu
5. Pertukaran Cenderamata
6. Jamuan Makan (diiringi hiburan)
7. Persembahan budaya
8. Penutup
9. Foto bersama

49
Penandatangan MoU/Kerjasama

50
FOTO BERSAMA
• Untuk foto Bersama,
tata urutan posisi diatur
berdasarkan tata
tempat

3 1 2 4

51
5 3 1 2 4 6

52
POSISI MENDAMPINGI SAAT BERJALAN

53
KOFERENSI PERS

54
Video Converance/Upacara Virtual

55
TATA BUSANA
Pengaturan mengenai jenis pakaian berikut atributnya yang harus dikenakan bagi
undangan dan petugas pelaksana dalam suatu acara resmi.

Jenis-jenis Busana Resmi:


• Pakaian Dinas Harian (PDH) Catatan:
• Pakaian Dinas Upacara (PDH) Petugas Protokol harus siap
• Pakaian Sipil Harian (PSH) dalam menyesuaikan
• Pakaian Dinas Lapangan (PDL) (biasa di TNI/Polri) pakaian, baik untuk pimpinan
• Pakaian Sipil Resmi (PSR) maupun untuk sendiri.
• Pakaian Sipil Lengkap (PSL) Petugas Protokol baiknya
memakai pakaian formal (jika
• Safari. batik/kemeja, gunakan
batik/kemeja lengan Panjang)
56
Pakaian Sipil Harian Pakaian Sipil Resmi Pakaian Sipil Lengkap

57
Pakaian Dinas Upacara

58
TATA WARKAT
ATURAN:
• Pembuatan Undangan ( bentuk, warna, redaksi)
• Daftar Tamu /Pejabat yang akan diundang (jika susunan berupa daftar, tata urutan
berdasarkan UU No. 9 Tahun 2010
• Pengiriman Undangan
• Pengecekan Kehadiran Pejabat tertentu
ISI:
• Ketentuan Pakaian
• RSVP (jawaban kehadiran)
• Penulisan nama, gelar
• Batas waktu penerimaan tamu
• Diperuntukkan bagi siapa

59
MENJADI PETUGAS PROTOKOL YANG BAIK
• Referensi;
• Percaya Diri;
• Komunikasi/Koordinasi;
• Fleksibel (tidak kaku) dan mampu berimprovisasi;
• Menjaga jaringan;
• Kuasai Lapangan;
• Peralatan (Handy Talkie, Smart Phone);
• Jangan ragu membuat catatan;
• Memiliki Bank Data
• Up date informasi

60
TERIMA KASIH
61

Anda mungkin juga menyukai