Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

ANALISIS MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG TERATAI IV


UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

Dibuat untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Manajemen

Disusun oleh :

1. Abdul Muttaqin (202103002)


2. Devy Natalia Christin (202103012)
3. Dian Nofita (202103015)
4. Endah Lina Munfaati (202103018)
5. Eni Nofia Khoiriah (202103019)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam yang
Maha Pengasih dan Penyayang, serta dengan limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga
kami kelompok 5 mampu menyelesaikan tugas stase managemen ini.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pendidikan profesi ners Stikes Cendekia
Utama Kudus Stase Management Keperawatan. Kiranya dalam penyusunan tugas ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
kelompok 5 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada;
1. Ibu Kristanti, M.Kep,Sp.Kep.MB selaku Preseptor Managemen Keperawatan UPT
RSUD RAA SOEWONDO PATI
2. Bapak Warji, S.Kep., Ns., MM, selaku preseptor Managemen Keperawatan UPT
RSUD RAA SOEWONDO PATI.
3. Bapak Wahyu Yusianto, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik.
4. Ibu Sudarsih, S.Kep.,Ners selaku Kepala Ruang Teratai 4 beserta staf yang banyak
membantu memberikan informasi dalam penyusunan tugas.
5. Rekan – rekan mahasiswa ners kelompok 5 yang selalu kompak dalam bekerjasama
menyusun tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir managemen ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat.

Pati, Februari 2022


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen Keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para
praktisi, klien, keluarga dan dokter. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu
asuhan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan
keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan
hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan kontekstual yang
berkaitan dengan mutu asuhan (Asmadi, 2012).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2012).
Kelly dan Heidental (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2011).
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam
keperawatan Indonesia adalah Model Praktek Keperawatan Profesional dengan
pemberian metode asuhan keperawatan professional Moduler / Distrik (Modifikasi
metode TIM – Primer) yang merupakan modifikasi Primary Nursing. Salah satu kritik
yang dikemukanan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu komplek dan
teoritisnya, akan tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong
perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya
dalam mendiskusikan masalah tersebut yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang
lebih terbuka, dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara
profesional terhadap tindakannya, maka kita telah mendapatkannya (Kemenkes RI,
2012).
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI merupakan Satuan Kerja di lingkungan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Pati yang memiliki tugas pokok membantu Bupati
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan melalui upaya kegiatan
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan
upaya rujukan.
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI berada di wilayah Kabupaten Pati yang
memiliki luas wilayah ±150.368 Ha, yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 406 Desa/
kelurahan.Peluang untuk melakukan inovasi dan kreativitas dengan mengembangkan
Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat masih terbuka lebar
dengan mengembangkan layanan produk unggulan.
Dalam rangka meningkatkan citra pemerintah Daerah kabupaten Pati khususnya
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI maka secara terus menerus diupayakan
peningkatan kualitas pelayanan diseluruh jajaran rumah sakit secara menyeluruh
(Hospital Wide Quality Improvement) karena UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI
merupakan SKPD ujung tombak pelayanan dan harus membuktikan bahwa bisa
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Menurut data evaluasi Rekam medis jumlah kunjungan pasien rawat jalan tahun
2017 terdapat populasi sebesar 91.992 pasien sedangkan populasi rawat inap sebesar
24.245 pasien, sehingga diperlukan asuhan bebasis visi, misi, dan jenis pelayanan yang
diberikan sesuai populasi pasien dengan meningkatkan kualitas dalam pemberian
informasi dan pendidikan pasien dan keluarga.
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI sebagai salah satu sarana layanan
kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan pengetahuan pasien dan
keluarga melalui pendidikan kesehatan yang berkesinambungan antar disiplin ilmu
sesuai dengan kebutuhan pasien, Rumah sakit juga mengembangkan atau memasukkan
pendidikan ke dalam proses asuhan berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan
populasi pasien sehingga mereka mendapat pengetahuan dan ketrampilan untuk
menunjang partisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan dalam proses pelayanan.
Dalam rumah sakit UPT RSUD RAA Soewondo Pati terdapat ruang rawat inap
bedah tipe kelas dua yang dinamai Teratai 4. Ruang rawat bedah teratai 4 merupakan
ruangan rawat inap yang merawat pasien bedah, di ruang Teratai 4 terdiri dari kepala
ruang, katim dan perawat pelaksana . terdapat perawat sebanyak 18 orang dimana
jumlah perawat laki-laki sebanyak 6 orang dan perawat perempuan sebanyak 12 orang.
Ruang Teratai 4 terletak di pertengahan rumah sakit dimana ruangannya mudah
menjangkaui ruangan lainnya seperti ruang radiologi, CT-Scan, Apotek, Poli, IBS, ICU
dan IGD.

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan kelompok 5 di ruang Teratai 4


diperoleh bahwa di ruang Teratai 4 sudah menerapkan sistem Model keperawatan TIM
moduler, namun dalam pelaksanaan belum tercapai secara optimal secara teori, dari
wawancara dengan kepala ruang Teratai 4 UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI Bu
Sudarsih, S.Kep., Ns menunjukkan jika tingkat kedisiplinan para perawat sudah cukup
baik, aplikasi pembagian kerja cukup optimal, kelengkapan pendokumentasian pasien
cukup baik.
Pendokumetasian asuhan keperawatan ditulis SOAP dilembar CPPT. Penulisan
status pasien sesuai dengan nama Perawat Penanggung Jawab Asuhan (PPJA) yang
terintegrasi dengan nomer RM. PPJA sesuai area anggota pembagian tim. Ini sesuai
dengan pengambilan sampling status pasien dari 10 status pasien ada 5 les yang
penulisan SOAP di CPPT sesuai dengan perawat penanggung jawab pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di ruang Teratai 4 di
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI diharapkan mahasiswa mampu
mengaplikasikan prinsip manajemen keperawatan dalam sebuah Model Penerapan
Keperawatan Profesional (MPKP) yang sesuai dengan teori dan aturan ruangan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap Teratai 4
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan profesional
di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek keperawatan
profesional diruangan
d) Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman keperawatan
dirungan dalam menerapkan model praktek keperawatan professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan
profesional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan supervisi
d) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
1) Operan
2) Pre conference
3) Post conference
4) Ronde keperawatan
5) Supervisi Keperawatan
6) Discharge planning
7) Dokumentasi keperawatan

C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi
pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan
keperawatan profesional sesuai Model Keperawatan sekunder , khususnya diruang
Teratai 4 UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI.
2. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara profesional, antara lain :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal di ruang Teratai 4
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan.
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplindiri perawat di ruang Teratai 4.
3. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang manajemen dan meningkatkan
keterampilan dalam manajemen keperawatan profesional dan efisien sesuai Model
Keperawatan TIM moduler.
4. Pasien
Dengan adanya program Model Keperawatan TIM moduler di Rumah Sakit
diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Manajemen
1. Pengertian Teori Manajemen
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang di susun secara
sistematis.Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara
fenomena-fenomena yang ada.
Manajemen menurut stoner adalah proses perencanaa, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah di tetapkan (Bahtiar,
2010).
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa teori manajemen merupakan
suatu prinsip yang disusun melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Perkembangan Teori Manajemen
Ada beberapa teori dalam manajemen diantaranya (Nursalam, 2013) :
Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika) :
a. Teori manajemen kuno
Manajemen ini telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.Konsep-
konsep manajemen juga sering di bicarakan oleh filosof Yunani atau Arab
(Islam) pada abad pertengahan. Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan
dibicarakan di zaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadif, dan
tidak ada upaya untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama
beberapa abad kemudian “terlupakan“. Ada alasan lain, ilmu ekonomi
berkembang terlebih dahulu.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi
manajemen yang lebih serius.Pada waktu industrialisasi berkembang pesat,
dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan
raksasa.Perusahaan besar seperti IBM, General Motors, mulai muncul pada
awal abad 20-an. Pekerja mencapai ribuan orang.Produksi dilakukan secara
masal. Input masuk dalam jumlah besar, proses produksi harus dilakukan
dengan cepat (efisien). Pengelolaan perusahaan besar tentunya semakin
kompleks.Studi manajemen yang lebih serius semakin diperlukan.
b. Teori manajemen klasik
Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad
keduapuluh.Kajian awal manajemen, yang dikenal sebagai pendekatan klasik,
berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para
pekerja berfungsi seefisien mungkin.
c. Teori manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor (1856-1915) merupakan bapak manajemen
ilmiah. Ia  menerbitkan buku yang berjudul Principles of Scientific
Management (Prinsip – prinsip Manajemen Ilmiah). Buku ini menjabarkan
teori manajemen ilmiah : penggunaan metode-metode ilmiah guna
mendefinisikan “satu cara terbaik” dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
d. Teori organisasi klasik
Teori organisasi klasik menjabarkan pada hal – hal yang dikerjakan
seorang manajer dan hal – hal apa yang disebut sebagai praktik manajemen
yang baik. Pada tahun 1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku berjudul
“General and Industrial Management”. Menurut Fayol, praktek manajemen
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain
dan calon manajer.
3. Perkembangan teori manajemen di masa mendatang
Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di
masa mendatang (Nursalam, 2013) :
a. Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
b. Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
c. Aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan di antara mereka cenderung
kabur.
d. Masing-masing aliran berintegrasi.
e. Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
B. Teori Keperawatan
1. Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena.Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan
menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara
pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
2. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
dicapai, diantaranya (Simamora, 2012.) :
a. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik untuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai
permasalahan dapat teratasi.
b. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
c. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
d. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang.
3. Karakteristik Teori Keperawatan dan Faktor yang Mempengaruhi Teori
Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar
teori dan konsep keperawatan, yaitu:
a.  Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia,
konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
b.  Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan
cara berpikir yang logis.
c.  Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan  yang
kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
d.  Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penelitian.
e.  Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan
4. Faktor yang mempengaruhi teori keperawatan
Faktor yang mempengaruhi teori keperawatan menurut Pratiwi (2010) :
a. Filosofi Florence Nightingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar
teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia
pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang
yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya.Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang
sakit dengan yang sehat.
b. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-
teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam
memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita
karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan
tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan
perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang
dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan
berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan
otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di
bawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar
dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
c. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam
perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum
mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang
terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan
juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
d. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya
pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan
ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang
terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang
akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-
teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan  atau lingkup
bidang ilmu keperawatan.

5. Pandangan Beberapa Ahli tentang Teori dan Model Konsep Keperawatan


a. Teori Nightingale (1860)
Teori Nicghtingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan
keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan
mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk
dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersiahn, ketenangan,
dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres, 1986).
Torres (1986) mencatat bahan  nightangle memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan.
b. Teori Peplau
Teori  Hildegrad Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan
proses interaktif ( Peplau, 1952); yang menghasilkan hubungan antara perawat
dan klien (Torres,1986;Marriner-Tomey,1994).Berdasarkan teori ini klein
adalah individu dengan kebutuhan prasaan,dan keperawatan dalam proses
interpersonal dan terapeutik.Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan
hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai
narasumber,konselor,dan wali.
Teori  Peplau merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi
perawat dan klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien (Beeber, Anderson dan Sills,1990). Hubungan interpersonal perawat-
klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut
ini :Orientasi,identifikasi,penjelasan,dan resolusi( Chinn dan Jacobs, 1995)

c. Teori Henderson
Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson, 1955)
mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964)
mendefinisikan keperawatan sebagai: membantu individu yang sakit dan yang
sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kon-tribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar
Henderson, memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan
(Henderson, 1966):
1) Bernafas secara normal
2) Makan dan minum cukup
3) Eliminasi
4) Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5) Istirahat dan tidur
6) Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepaskan pakaian
7) Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9) Menghindari bahaya dari lingkungan
10) Berkomunikasi dengan orang lain
11) Beribadah menurut keyakinan
12) Bekerja yang menjanjikan prestasi
13) Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14) Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingin tahuan yang mengacu
pada perkembangan dan kesehatan normal
d. Teori Abdellah
Teori keperawatan yang di kembangkan oleh Faye Abdellah et al.
(1960) meliputi pemberihan asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik,emosi,intelektual,sosial,dan spiritual baik klien
maupun keluarga. Dalam teori Abdellah mengidentifikasi kebutuhan klien
secara spesifik,yang sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan abdellah:

1) Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik


2) Mempertahankan aktifitas,istirahat dan tidur yang optimal
3) Mencegah terjadinya kecelakaan,cederah, atau trauma lain dan mencegah
meluasnya infeksi
4) Menpertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencagah dan
memberbaiki defermitas
5) Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
6) Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7) Mempertahankan eliminasi
8) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9) Mengenali respons – respons fisiologos tubuh terhadap kondisi penyakit-
patologis,fisiologis dan kompensasi
10) Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11) Mempertahankan fungsi sensorik
12) Mengidentifikasi dan menerima ekspresi,prasaan dan reaksi potif dan
negative
13) Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara
emosi dan penyakit organic
14) Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal
15) Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif
16) Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17) Menghasikan dan /atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik
18) Memfasillitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki
kebutuhan fisik,emosi dan perkembangan yang berbeda
19) Menerima tujuan oktimal yang dapat dicapai sehubungan dengan
keterbatasan fisik dan emosional
20) Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan
dalam mengatasi masalah yang muncul akibat dari penyakit
21) Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhui dalam munculnya suatu penyakit
e. Teori Orlando
Bagi Ida Orlando (1961),klien adalah individu dengan suatu
kebutuhan,dimana bila kebutuhan tersebut di penuhi maka stres akan
berkurang,meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan
optimal (Chinn dan Jacobs,1995). Teori Jean Orlando mengandung konsep
kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu :
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat
setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui
penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan , lalu bertindak secara
spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan.
f. Teori Levina
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide
dan nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan
suatu rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang
dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari
keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah
sebagai berikut : Kondisi Klien memasuki system pelayanan kesehatan dalam
bagian penyakit atau perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung
jawabPerawat bertanggung jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah
laku atau tingkat fungsi tubuh) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk  Rasa,
Stress, Inflamasi beradaptasi terhadap lingkungan. 4 Sensorio respon antara
lain : Fungsi perawat memasukkan intervensi takut untuk meningkatkan
adaptasi terhadap penyakit dan evaluasi intervensi sebagai support (dorongan)
atau terapeutik koping. Intervensi membantu mempertahankan status
kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut.
Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk
seseorang ke status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap
energy Keseimbangan intake dan output energi untuk mencegah
kesehatan :  kelelahan Perlindungan terhadap integritas
strukturaMempertahankan atau struktur tubuh (penyembuhan) pemulihan
Perlindungan terhadap integritas personal. Mempertahankan atau pemulihan
rasa identitas dan harga diri Perlindunga (mengenali kualitas diri) terhadap
integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu makhluk sosial
khususnya dengan orang lain. Teori Levine berfokus pada satu orang klien,
teori ini mempunyai implikasi utama dalam pengaturan perawatan akut,
dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik

g. Teori Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres
aktual atau torensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya
adalah menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati
masa penyembuhannya ( Johnson,1968). Teori Johnson berfokus pada
kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan
2) Perilaku mencari perawatan
3) Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan
kultural
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri
h. Teori Rogers
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia.
Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang
unik .tidak ada dua hal didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara
yang sama dibawah keadaan yang sama .jalan hidup seseorang berbeda
dengan yang lain. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah
lakunya.Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri
misalnya dalam hal sifat dan emosi. Pada intinya Rogers memandang
keperawatan sebagai ilmu dan m,endukung adanya penelitian keperawatan.
Oleh sebab itu keperawatan menggembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu
dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri:Ilmu
keperawatan bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmia dan analisis
logis dan kemampuan menerapkanya dalam praktik keperawatan. Inti
pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru
keperawatan merupakan ilmu tentang humanispik.
i. Teori Orem
Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas
pelayanan yang diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika
mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak
mampu memberikan perawatan kepada mereka. Keperawatan merupakan
salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu manusia lain dengan
melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan untuk
membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia
dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak
terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan
bahwa setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri
sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraan.Teori ini dikenal dengan Perawatan Diri Orang
dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang
sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, sosial, pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk
meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau
penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu
kemampuan seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan
mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan pasien dan kemampuan pasien.Oleh karena itu ada tiga tingkatan
dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total
ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat
dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system
pengganti sebagian) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat
(system dukungan/pendidikan).
j. Teori King
Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987)
berfokus pad interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan
sistem sosial. Ketiganya membektuk hubungan personal antara perawat dan
klien. Hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian
asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan
oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain,
demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku (king, 1971, 1981).
Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien
dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap
lingkungan.
k. Teori Neuman
Betty Neuman (1972), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik
dengan memperhatikan seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon
individu terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.
Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien
untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling
baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan
tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor
lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman,
asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh
akibat adanya stressor. penyakit yang terdiri dari pencegahanPeran ini
disebut pencegahan  primer, sekunder dan tertier. Primer = meliputi tindakan
keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya  tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk
gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau
menghilangkan  karena adanya stressor. Tersier = meliputi pengobatan rutin
dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.

l. Teori Roy
Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa
dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang
kurang sehat.Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan
adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang
esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan. Roy
menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan.Individu adalah
makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis
dan sosial.seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran sosial
4) Pencapaian keseimbangan antarakemandirian dan ketergantungan
m. Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial, (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai
macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan
meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
C. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Sitorus,
2012). Kelly dan Heidental (2012) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2013).
Swanburg (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan
yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat
manajer menjalankan profesi mereka.Manajemen keperawatan memahamidan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
Miming (2018) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.Manajemen
pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan
manajemen bawah (kepala ruang perawatan).Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien.
Kesimpulanya, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pemberian bimbingan sehingga proses keperawatan yang diberikan dapat efektif dan
efisien. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Bahtiar, 2010). Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk
pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2013). Fungsi manajemen menurut Terry (2011), adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajemen yang
meliputi penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara
keseluruhan, memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan
sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan,
memperkirakan efektifitas tindakan serta menyiapkan karyawan dalam
melaksanakan (Mugianti, 2016).
Dari pengertian perencanaan tersebut diatas dapat dirumuskan pengertian
tentang perencanaan dalam lingkup manajemen keperawatan yaitu proses
pengambilan keputusan manajer tentang upaya pencapaian tujuan keperawatan
melalui analisa situasi, perkiraan sumber daya alternatif, tindakan dan pelaksana
tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan memusatkan perhatian pada masa
yang akan datang. Manajemen keperawatan harus mempersiapkan ruang
keperawatan dan perawat dalam menghadapi tantangan yang akan datang, baik
yang dapat diramalkan maupun yang tidak terduga. Perencanaan
menspesifikasikan pada apa yang akan dilakukan dimasa akan datang, serta
bagaimana hal itu dilakukan dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan
(Parmin, 2013).
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Suarli dan Bahtiar (2013), menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa,
dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi
untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif.
b. Fungsi Organisasi
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang
serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan. Huber (2012) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi
sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan
organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan
yang lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis.Secara statis
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan
secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur
dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam pelaksanaan fungsi manajemen pengorganisasian, kepala ruangan
bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit
kerjanya. Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan
tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,
departemen atau pelayanan, dan unit (Gillies, 2012).
c. Fungsi Ketenagaan
Fungsi ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu
untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2013). Ketenagaan juga
memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat
yang professional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang
akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara
proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan
dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitasi pasien.Kebijakan
prosedur ketenagaan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus
diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan
organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode
ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2013).
d. Fungsi Pengarahan
Fungsi Pengarahan adalah fase kerja dalam manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2013). Pengarahan adalah fungsi manajemen
yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif
dan efisien mencapai tujuan. Pengarahan yang efektif akan meningkatkan
dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan
asuhan keperawatan. Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan kepemimpinan (Parmin, 2013).
Agar pengarahan dapat dilaksanakan dengan mudah, perlu syarat-syarat antara
lain:
1) adanya keinginan bekerja sama (sense ofcooperation)
2) adanya rasa persaingan (rivalry)
3) semangat tim (team spirit)
4) semangat korps, perasaan menghargaikesatuan, korps, atau organisasi (esprit
de corps) (Pratiwi, 2010).
e. Pengawasan
Pengawasan menurut (Dermawan, 2012) adalah usaha yang sistematis
untuk menetapkan standar pelaksanaan sesuai dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yangtelah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan. Robins & Coulter (2012) menyatakan bahwa fungsi ini adalah
fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan
mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, kinerja tersebut kemudian
dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila
kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa
kembali. Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar
yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan
antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2013).

3. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan
untuk memberikan perawatan kepada pasien. Gillies (2012) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan
social
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial,
disiplin.
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga,
dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
4. Kerangka Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan
Kerangka Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan menurut Simamora
(2012) :
a. Kerangka konsep manajemen keperawatan
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu manusia,
perawat, kesehatan dan lingkungan.
b. Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki
oleh seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/ berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien
dalam rentang sehat-sakit.

Pengertian filosofi tersebut, maka dalam manajemen keperawatan juga


menekankan pada unsur-unsur paradigma keperawatan dalam melakukan
pengelolaan terhadap pasien, ketenagaan, peralatan, administrasi dan lain-lain
yang berhubungan dengan pengelolaan organisasi di pelayanan, pendidikan atau
instansi pemerintah.
Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan
meyakini bahwa:
1) Mengajarkan hari ini lebih baik dari hari esok
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan
3) Meningkatkan mutu kinerja keperawatan, berati juga peningkatan
pelayanan keperawatan
4) Pendidikan berkelajutan sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan
keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan merupakan tanggung jawab
bidang keperawatan
5) Keperawatan adalah proses keperawatan individual yang membantu dan
menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehingga mencapai
keadaan fungsi yang optimal
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan
yang bermutu
8) Perawat adalah advokat pasien yang berpartisipasi melalui fungsi
komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien serta
keluarga harus dilibatkan melalui perencanaan sampai evaluasi
9) Perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal, dan perencanaan
pulang adalah proses ttransisi dari rumah sakit ke komunitas merupakan
bagian integral dari perencanaan perawatan pasien.
c. Visi dan Misi Keperawatan
Visi yang dimaksudkan adalah perawat manajer keperawatan harus
mempunyai suatu pandangan dan pegetahuan yang luas tentang menejemen dan
proses perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, social ekonomi, politik yang akan berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.
Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapakan, yaitu menjaga dan
mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan agar terus berjalan dan
berkesinambungan. Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi
pasien dan staf keperawatan/ non keperawatan.Mengajarkan, mengarahkan dan
membantu kegiatan profesional keperawatan. Turut serta dan bekerjasama dengan
semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
d. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan yang konkrit dan spesifik
tentang pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapkan prioritas
kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi, misi, dan didasari
filosofi yang diyakini dalam rumah sakit.
e. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan.Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem
yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis.Manajer keperawatan yang
efektif seharusnya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2) Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4) Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
dari tugas dan peran seorang menejerial keperawatan terdiri dari:

1) Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen Puncak
b) Manajemen Menengah
c) Manajemen Bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya.Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang
tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah:
a) Kemampuan menerapkan pengetahuan
b) Ketrampilan kepemimpinan
c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Rencana Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
5. Unsur Input
a. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
1) Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas
(2008), klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu
perawat minimal, perawat parsial, perawat total.Perawatan minimal (1-2
jam/24 jam) dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum
sendiri, ambulasi dengan pengawasan, serta pengobatan minimal.Perawatan
parsial (3-4 jam/24 jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam
pemenuhan kebersihan diri, makan dan minum, membutuhkan observasi setiap
4 jam, serta pasien dengan folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien
dengan perawatan total (5-6 jam/24 jam) dimana pasien mengalami
disorientasi, perawatan luka komplek, membutuhkan bantuan pada seluruh
pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan observasi tanda-tanda vital setiap
2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga
keperawatan, yaitu lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III
Keperawatan, dan sarjana keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan
sarjana keperawatan/ners merupakan bagian dari pendidikan tinggi keperawatan
yang menghasilkan perawat professional, akan tetapi progam D III keperawatan
baru di sebut dengan perawat professional pemula. Sebagai perawat professional
pemula dengan Amd. Kep, perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional
yang cukup untuk menguasai pengetrahuan ilmu keperawatan dan ilmu penunjang
lainnya. Sedangkan progam Ners menghasilkan lulusan perawat Generlis, dengan
gelar akademik S.kep dengan profesi ners (Ns) mempunyai landasan kukuh dan
landasan profesi yang mantap,sesuai dengan sifatnya sebagai profesi (akademik-
profesional)
b. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari
rekening atau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan
penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan
pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal
rawat inap, gaji dan jasa medis dan ruangan lainnya.
c. Methode
1) Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, tekhnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tekhnik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
b) Kerjasama dengan anggota tim
c) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
a) Perencanaan
(a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
(b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
(c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
(d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
(e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(f) Mengetahui visite dokter
(g) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(1)Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
(2)Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim
dan ketua tim membawahi 2-1 perawat
(e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
(f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
c) Pengarahan
(a) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
(b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik
(c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan
dan sikap
(d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
(e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
(g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d) Pengawasan
(1)Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
(2)Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan
yang telah disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.

2) Model keperawatan fungsional


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama padda saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihannya:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman
Kelemahan:
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
3) Model keperawatan primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya:
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.Selain itu
asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan innformasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direcion,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer:
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah di buat selama ia dinas
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di berikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang di capai
f) Menerima dan menyessuaikan rencana
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
i) Membuat jadwal perjnjian klinik
j) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi
Ketenagaan metode primer :
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Beban pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan di tentukan kepala bangsal
d) Perawat primer di bantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten
4) Modifikasi : TIM Primer
Pada model MPKP tim di gunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2012) penetapan model MPKP ini di
dasarkan pada beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 atau setara
b) Keperawatan Tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai TIM
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Di samping itu karena saat ini jenis pendidikan yang ada di RS, sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akanmendapat bimbingan dari perawat
primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
5) Operan/ Timbang Terima
Timbang terima (operan) pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilaksanakan atau belum
dilaksanakan dan perkembangan pasien saat itu.Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh tim keperawatan
kepada tim keperawatan pada shift selanjutnya dengan dipimpin oleh kepala
ruang, baik secara tertulis atau lisan.
Timbang terima merupakan suatu proses timbal balik dalam pergantian
shift jaga yang disampaikan secara komprehensif, meliputi; isi timbang terima
(pra; masalah pasien, tindakan yang sudah dan rencana yang belum dilakukan;
perhatian khusus. Pelaksanaan; mekanisme timbang terima dengan standar
baku. Pasca; klarifikasi dan tindak lanjut tindakan).
a) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan
(tanggung jawab).
b) Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk diserah terimakan pada petugas
berikutnya.
c) Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima :
(1) Identitas pasien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang masih muncul
(3) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum).
(4) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
(5)Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemerikasaan laboratorik atau pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin
dijalankan.
(6)Prosedur rutin yang biasa dilakukan tidak perlu disampaikan.
d) Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
e) Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
f) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit (Nur Salam, 2012)
6) Konfrensi
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konfrensi dilakukan setelah melakukan operasi dinas sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas PP. Konfrensi bertujuan untuk:
a) Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh
PP
b) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
c) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu.
Rencana tindakan didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh PP
d) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
e) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait
dengan keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan
pelayanan, seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makanan,
kebisingan pengunjung lain, ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan,
ketetapan pemberian infus, ketepatan pemantauan asupan haluaran cairan
(Intake/ Output) ketepatan pemberian oral atau injeksi, ketepatan
pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal-hal yang
dibahas dalam konfrens anatara lain keadaan umum klien, keluhan utama,
TTV dan kesadaran klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik
terbaru, masalah keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis dan
rencana medis.
7) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh
anggota tim.
a) Tujuan ronde keperawatan:
(1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
(2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
(3) Meningkatkan validitas data klien
(4) Menilai kemampuan justifikasi
(5)Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
(6)Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan

b) Peran
(1) Perawat primer dan perawat assosiate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang biasa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain, menjelaskan keadaan dan data demografi klien,
menjelaskan masalah keperawatan utama, menjelaskan intervensi yang
belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan tindakan selanjutnya
serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
(2) Peran konsuler/ expert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi,
memberikan reinforcement, menilai kebenaran dari suatu masalah,
intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional, mengarahkan dan
koreksi, dan mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu:
(1) Persiapan
(a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
(b) Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
(2) Pelaksanaan Ronde
(a) Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
(b) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
(c) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
(3) Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut


serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

d. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran
dalam memberikan asuahan keperawatan pada pasien.Secara kualitatif fasilitas
yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Fasilitas dan
alat-alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang
telah ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan jenis
dan kapasitas unit pelayanan.
e. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.
6. Unsur Proses
Unsur Proses menurut Nursalam (2013) :
a. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan
hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan
yang baik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg
(2011) perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok
(strategis) dan operasional.
b. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian
secara statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan secara dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata
hubungan kinerja yang teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam
menjalankan tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
1) Tujuan yang jelas ( clear objective )
2) Skala hierarki (the scalar principle)
3) Kesatuan komando / perintah (unity of command)
4) Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
5) Pertanggungjawaban ( responsibility)
6) Pembagian kerja (devision of work)
7) Rentang kendali ( span of control)
8) Fungsionalisasi (funcionalization)
9) Pemisahan Tugas (task separation)
10) Fleksible / kelenturan (flexibility)
11) Keseimbangan (balance)
12) Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu
system (sreuktur, proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menmdukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen
subsistem yaitu:
1) Nilai-nilai professional atau inti MPKP
2) Pendekatan management
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada
beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam
asuhan keperawatan metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
c. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi
yang memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan
efisien untuk mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di
gunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang di gunakan pada akhirnya akan bermuara pada
“melaksanakan” kegiatan yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam
pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas yang mampu kelola, jika perlu
di lakukan pendelegasian.

d. Controlling / Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan / pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan,
dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Melalui supervise:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua Tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar
laporan ketua Tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
4) Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
a) Standar operasional prosedur
b) Standar / pedoman diagnosis dan terapi
c) Indicator penilaian penampilan
7. Unsur Output
Unsur Output menurut Nursalam (2013) :
a. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu
BOR, AVLOS, TOI dan BTO.
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar internasional BOR dianggap
baik adalah 80-90% sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
2) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari.
3) TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat
di isi ke saat terisi berikutnya.Indicator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam
waktu 1 – 3 hari.
4) BTO (Bed Turn Over = angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10 x/3
bulan)
8. Analisa SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk
akronim SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis
dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaiman kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
a. Strengh (S) :
Analisa kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan dalam analisis ini
adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan kekuatan dan
kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan
perusahaan itu unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di
manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan
juga kualitas yang lebih maju.
b. Weaknesses (W):
Analisa kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis perusahaan
ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu
perusahaan atau organisasi.
c. Opportunity (O):
Analisa peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi
atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa yang akan datang.
d. Threats (T):
Analisa ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang
menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut akan menjadi
penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun dimasa
yang akan datang.
9. Tugas Kepala Ruang, Ketua Tim, Pelaksana
1. Kepala Ruang
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung jawab dan
wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta tatalaksana
personalia pada satu ruangan atau bangsal Rumah Sakit (Nursalam, 2003).
a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Manajemen personalia atau ketenagaan
2) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan
3) Manajemen kualitas pelayanan
4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan
keperawatan
b. Uraian Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
(a) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan dan standar prosedur tindakan
(b) Menunjuk perawat yang bertugas sebagai katim
(c) Mengidentifikasi perawat yang di butuhkan berdasarkan tingkat
ketergantungan klien
(d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(e) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan dan pelatihan
(f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang di lakukan, program 26 pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan di lakukan terhadap klien
(g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
(h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan
(j) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah
(k) Memberikan informasi pada keluarga dan pasien atau keluarga yang baru
masuk
(l) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
(m)Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit
c. Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode penugasan yang di gunakan
(b) Merumuskan tujuan syistem metoda penugasan
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua anggota tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
(e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
(f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek 27
(g) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
(h) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
(i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
(j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
(k) Identifikasi masalah dan cara penanganan
d. Pengarahan
(a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
(b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
(c) Memberi moifasi dalam peningkatan pengetahuan , keterampilan dan sikap
(d) Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien dan pelayanan keperawatan di ruangan
(e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
(g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
e. Pengawasan
(a)Melalui komunikasi Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
(b)Melalui supervisi
1) Pengawasan lansung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
lansung secara lisan dengan memperbaiki/mengawasi kelemahankelemahan
yang ada pada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengcek daftar hadi ketua tim, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan di laksanakan (di dokumentasikan)
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan
2. Ketua Tim
Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam perencanaan,
kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim
dibawah tanggung jawabnya (Nursalam, 2003).
a. Fungsi Ketua Tim
(a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang didegelasikan
oleh kepala ruangan
(b) Membuat penugasan supervise dan evaluasi
(c) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien
(d) Mengembangkan kemampuan anggota tim
(e) Menyelenggarakan confrence
b. Perencanaan
1) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada setiap pergantian
dinas
2) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
3) Menyusun rencana asuhan keperawatan
4) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
5) Mengikuti visite dokter
6) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah yang ada
7) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim
8) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawatdaruratan
9) Membuat laporan klien
10) Mengorientasikan klien baru
c. Pengorganisasian
(a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
(b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
(c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep
(d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim 30
(e) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan keperawatan
d. Pengarahan
(a) Memberikan pengarahan/bimbingan kepada anggota tim
(b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
(c) Mengawasi proses asuhan keperawatan
(d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan
(e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim
e. Pengawasan
(a) Melalui dan berkomunikasi Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan
(b) Melalui supervisi
1) Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan keperawatan yang
dilaksanakan oleh anggota lain. Secara tidak langsung melihat daftar perawat
pelaksana, membaca dan memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat
yang dibuat selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari
anggota tim tentang tugas yang dilakukan
2) Mengevaluasi pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala
ruangan dan menyelenggarakan 31 asuhan secara optimal kepada klien yang
berada dibawah tanggung jawab
3. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang rawatan (Nursalam, 2003).
a. Uraian Tugas Perawat Pelaksana
(a) Perencanaan
1) Melakukan pengkajian pada klien
2) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien berdasarkan hasil
pengkajian
3) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana tindakan
4) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sehingga tujuan
keperawatan tercapai
5) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada setiap
pergantian dinas
6) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan
7) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab bersama kepala
tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan penyebabnya, rencana tindakan
medis, mengetahui program pengobatan yang akan dilakukan selanjutnya
8) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan atau
pemeriksaan penunjang.
(b) Pengorganisasian
1) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui kepala tim
2) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi tanggung
jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan melalui kepala tim
3) Menghindari pertentangan antara anggota tim
4) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku
5) Mengembangkan kreatifitas
6) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien
(c) Pengawasan
1) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama memberikan askep
2) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan perawatan dan
pengobatan
3) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan apakah tujuan telah tercapai
bersama kepala tim
(d) Pengarahan
1) Memberikan pengarahan kepala keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan,
cara minum obat, aktifitas
2) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan yang berlaku,
jam kunjungan dan pengadaan obatobat
3) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja sama keluarga
dengan petugas

Anda mungkin juga menyukai