Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Teori Sosialisasi dan Konflik Alamiah George Simmel

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Transformasi Konflik)

Dosen Pengampu:

Abdul Quddus Salam, S.Hum, M.Ip

Anggota Kelompok 3:

1. Muhammad Danial Dinizly (I91219091)


2. Maulana Marzuq Albadri (I91219087)
3. Genta Dwi Febrian (I91219082)
4. Tarissa Nanda Pratiwi (I71219062)
5. Alfian Oliver Ramadhan (I91219069)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayat-Nya terutama
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Transformasi Konflik
“Teori Sosialisasi dan Konflik Alamiah George Simmel". Kemudian shalawat beserta hidayah
salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Transformasi Konflik di Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Abdul Quddus Salam, S.Hum, M.Ip selaku dosen pengampu mata
kuliah Transformasi Konflik.

Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini
maka dari itu penyusun mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

2
DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan.

A. Latar belakang …………………………………………………. 4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………4
C. Tujuan …………………………………………………………. 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tokoh Goerge Simmel ……………………………….. ………………….6


B. Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah Goerge Simmel …………………………. 8
C. Implementasi Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah …………………………. .. 11
D. Pendapat terkait Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah Goerge Simmel ……….. 12

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………………………. 13

Daftar Refrensi ………………………………………………………………………….... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pokok pikiran yang dibangun oleh Simmel tentang bagian dari teori konflik
adalah titik tekan dirinya kepada konsepsi bahwa individu dan sosial memiliki pola
keterhubungan di antara satu dengan lainnya. Dalam konsepsinya tentang konflik,
Simmel menegaskan bahwa eksistensi individu seutuhnya membutuhkan interkorelasi
dirinya dengan realitas sosial. Pada kesamaan kepentingan mereka bisa berjalan dengan
dasar perbedaan kebutuhan dalam realitas sosial.
Dalam kerangka ini Simmel menegaskan seutuhnya bahwa manifestasi konflik
yang berjalan dalam kehidupan sosial merupakan sebuah kesejatian yang bisa dihadirkan
demi menciptakan stabilitas sosial yang lebih baik. Simmel dengan tegas melalui analisis
Wallace dan Wolf31 menegaskan bahwa eksitensi konflik harus diputus rantai
“asumsinya” dengan usaha melakukan penyatuan sosial seraya menekankan bahwa setiap
orang bisa berdiri bersama meskipun faktanya mereka memiliki kecenderungan berselisih
dengan orang lain.
Pada tingkatannya yang ekstrim, Simmel juga menekankan bahwa praktik sosial
senantiasa akan menghasilkan keharmonisan, konflik, cinta, dan kebencian. Hal ini
tentunya menjauhkan asumsi pribadi bahwa analisis tentang konflik hanya
memperhitungkan kondisi koflik semata.
Perspektif tentang konflik juga dibangun dalam rangka menyortir situasi yang
berjalan dalam kehidupan sosial menuju ke arah pemahaman atas kontak sosial dan
implikasi alamiah dari konflik yang berjalan.1

1
Ruth A. Wallace dan Alison Wolf, Contemporary…, hlm. 86.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Tokoh George Simmel?
2. Apa yang dimaksud Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah?
3. Bagaimana implementasi Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah?
4. Apa Pendapat penyusun terkait Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah Goerge
Simmel?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Tokoh George Simmel
2. Untuk mengetahui Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah.
3. Untuk mengetahui implementasi Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah.
4. Untuk mengetahui Pendapat penyusun terkait Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tokoh Goerge Simmel

Georg Simmel lahir pada tanggal 01 maret 1858, di sudut Leipzigerstrasse dan
Friedrichstrasse, pusat kota Berlin.2 Tempat kelahirannya secara simbolis cocok dengan
kehidupan seorang yang berada dalam titik pertemuan berbagai gerakan yang secara intensif
sangat dipengaruhi oleh persilangan arus-arus lalu-lintas intelektual dan keserbaragaman arah
moral. Simmel merupakan sosok urban modern yang tidak berakar dalam budaya masyarakat
tradisional. Seperti layaknya yang terlukis dalam salah satu esainya, Orang Asing, Simmel
berada dalam jarak yang dekat dan sekaligus jauh pada waktu yang bersamaan, seorang
pengembara penuh daya kekuatan. Kendati tidak ―berjalan terus menerus, ia selalu tidak
dapat mengatasi kebebasan untuk datang dan pergi. 3George Simmel merupakan anak bungsu
dari tujuh bersaudara. Ayahnya merupakan pedagang Yahudi yang kaya, yang menganut
agama Katolik Roma.

Saat George masih dalam usia sekolah, yang terhitung masih kecil, ayahnya meninggal
dunia. Hubungannya yang agak jauh dengan ibunya menyebabkan George merasa tidak
mempunyai lingkungan keluarga yang aman hingga menimbulkan perasaan marjinalitas dan
ketidakamanan di masa kanan-kanak dan remaja. Hal ini semakin relevan tatkala ia
mengatakan bahwa tak seorangpun dari penghuni rumah ayahnya itu yang berbasis pada
budaya intelektual. 4Setelah kematian ayah Georg, Julius Friedlander- seorang teman dari
keluarga Georg dan produser musik yang sangat sukses, banyak peranan dalam membesarkan
Georg dari masa kecil hingga mencapai gelar doktornya. Tidak heran bila Georg
mempersembahkan disertasinya untuk ayah angkatnya‖ tersebut. Warisan uang ayah
angkatnya memungkinkan Georg mempertahankan gaya hidup borjuis. Kendati karir
akademis tidak mendatangkan banyak uang bagi George.

2
A.B Widyanta dalam buku Sosiologi Budaya yang dia kutip juga dari oleh David Frisby dalam buku Bohringer &
ZK. Grunder (editor) yang berjudul Asthetik und Soziologie um die Jahrhundertwende : Georg Simmel. Satu-
satunya anak Simmel, Hans Simmel
3
Hans Simmel
4
David Frisby. Georg Simmel key Sociologist.,22.

6
Di tahun 1876, sesudah lulus Gymnasium, Simmel masuk Universitas Berlin. Pada
awalnya, ia banyak mempelajari sejarah folk psychology, seni, dan filsafat. Beberapa figur
akademisi yang sangat penting dan berpengaruh pada waktu itu di antaranya sejarawan
Theodor Mommsen, Treitschke, Sybel, dan Droysen; filsuf Friendrict Harms Dan Eduard
Zeller; sejarawan seni Hermann Grimm; antropolog Moritz Lazarus Wilhem Dilthey dan
Wilhem Wundt ikut diajarnya dan Steinthal (seorang pendiri Voelkerpsychologie) dan
psikolog Adolf Bastian. 5Itu sebabnya tulisan awal Simmel berada di wilayah studi filsafat
dan psikologi.

Meskipun Simmel sangat dikagumi orang karena pengetahuan yang luas, kecermelangan
kuliahnya, dan mutu tulisan-tulisannya namun pengakuan profesional yang diberikan
kepadanya sangat minim. Di Universitas Berlin, setelah jabatan Privatdozent dijalaninya
hingga kurang lebih lima belas tahun Pada tahun 1901. ia menerima gelar Ausserordentlicher
Professor(Profesor Luar Biasa). Titel ini melulu gelar kehormatan bahkan menyebabkan
dirinya semakin tersingkirkan dari urusan akademis. Setelah seluruh upaya mencapai
profesor penuh dirasakan gagal, hingga mencapai usia yang ke-56, pada tahun 1914 Simmel
meninggalkan Universitas Berlin. Ia mendapat panggilan untuk menduduki kursi di
Universitas Starssburg sebagai profesor penuh. Malang tidak dapat ditolak untung tidak dapat
diraih. Kehidupan akademisnya berhenti karena pecah perang. Empat tahun ia bekerja di
Universitas Strassburg. Kanker hati merenggut nyawanya pada 28 September 1918, tak lama
sebelum Perang Dunia I berakhir

6
Riwayat kehidupan Simel sebagai seorang filusof sampai mencapai gelar Profesor
penuh. Tidaklah muda bagi simmel apa lagi situasi lingkungan dimana ia tinggal dan besar
tidak disatu tempat melain banyak tempat. Perjumpaan dengan orang orang tidak dikenal
seblumnya menjadi tantangan baginya dalam berintraksi soaial. Situasi perang di Jerman juga
menjadi tantangan baginya ditambah lagi Simmel adalah orang Yahudi. Di dalam masa-masa
sulit itu dia meliat bahwa ternyata manusia itu tidak bisa hidup tanpa ada orang lain.
Sehingga perjumpaan-perjumpaan dengan orang banyak ditertuangkan dalam sejumlah teori
sosial interaksi.

5
Lewis Coser. Master of Socilogical Thought.,194-195.
6
om Bottomore dan David Frisby, ―Introductions to the Translations‖ dalam Georg Simmel, The Philosophy of
money, (London : Routledge & Kegan Paul 1978).,3.

7
B. Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah Goerge Simmel
Menurut George Simmel konflik adalah sesuatu yang alamiah. Dalam hubungan
superordinat dan subordinat dimungkinkan terjadinya konflik bahkan dalam hubungan sosial
yang erat sekalipun sering terjadi konflik atau ketegangan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi.
Dalam pemahaman George Simmel, konflik bukanlah suatu hal yang bersifat negatif,
seperti dapat mengancam retaknya suatu kebersamaan antar individu maupun kelompok.
Namun menurutnya, konflik justru merupakan bentuk dasar dari interaksi antar individual
maupun kelompok, sehingga memungkinkan interaksi dapat terus berlangsung. Bagi Simmel,
yang mengancam retaknya suatu kebersamaan bukanlah konflik, melainkan tidak adanya
keterlibatan interaksi antar individual maupun kelompok. Kemudian Simmel, membedakan
beberapa jenis konflik yang dapat menimbulkan akibat sosial yang berbeda, yaitu :
 Konflik perbandingan antagonistis
 Konflik hokum
 Konflik mengenai prinsip-prinsip dasar
 Konflik antarpribadi
 Konflik dalam hubungan intim.

Namun, konflik menjadi sesuatu yang positif bagi kebersamaan apabila tidak berlangsung
secara berkepanjangan, mengarah kepada suatu penyelesaian. Ada beberapa bentuk dan
kemungkinan arah penyelesaian konflik, yaitu penghapusan dasar konflik, kemenangan satu
pihak di atas penerimaan kekalahan oleh pihak lain, kompromi, perdamaian, atau bahkan
ketidakmampuan untuk berdamai. Sebuah konflik kepentingan dalam beberapa asosiasi
selamanya paling tidak laten, yang berarti bahwa legitimasi wewenang selalu berbahaya.
Kepentingan superordinat dan subordinat adalah obyektif dalam pengertian bahwa mereka
direfleksikan dalam harapan (peran) yang melekat pada posisi. Individu-individu tidak
mempunyai internalisasi harapan-harapan ini. Jika mereka menduduki posisi pemberian,
kemudian mereka akan berkelakuan dalam cara yang diharapkan.

Menurut George Simmel masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara
kekuatan-kekuatan sosial dan individu, karena, pertama, sosial melekat kepada setiap

8
individu dan, kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan dalam individu,
meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana mengintegrasikan individu-
individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan yang berbeda-beda dan adanya
benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap individu tersebut
dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini Simmel memiliki
sebuah pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian yang
berbeda) terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan
pembagian kerja.

Sumbangan utama Simmel terhadap teori organisasi adalah tentang teori konflik modern
yang berusaha menjembatani antara konflik dalam bentuk abstrak dan menunjukkan
terjadinya konflik pada tingkatan yang lebih umum. Bukan hanya sekedar konflik yang
dijelaskan terhadap teori Marxist yaitu pertentangan kelas. Menurut Simmel teori konflik
pada waktu itu merupakan pemahaman yang dibangun dalam tradisi Marxist tentang
perubahan sosial, stratifikasi dan pembahasan dalam organisasi yang berskala luas (macro).
Teori konflik seperti ini tidak menjawab mengapa terjadi dan kondisi apa yang merubah
keadaan pada kelompok. Pandangan Simmel memunculkan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang konflik.

George Simmel menunjukkan bahwa sebuah konflik merupakan bentukan sosial yang
berinteraksi dan mendesainnya dalam kerangka untuk memecahkan dualisme sebagai cara
untuk mencapai kesatuan. Konflik tidak dimaksudkan untuk menghentikan keteraturan sosial
yang menyebabkan berhentinya kehidupan masyarakat. Keteraturan dan konflik akan
membentuk kesatuan atau kehidupan sosial bersama dan secara keseluruhan akan bersifat
positif.

9
Dalam konsep yang negatif, masyarakat atau kelompok dipahami sebagai entitas tanpa
keperbedaan atau terisolir dari keberagaman. Konflik dalam teori Simmel diidentifikasikan
sebagai berikut:

1. Kompetisi diartikan sebagai bentuk konflik tak langsung dimana kemenangan harus
terjadi akan tetapi bukan merupakan tujan akhir dan setiap pelaku tertuju pada tujuan tanpa
menggunakan kekuatan dalam perlawanan dari partai selanjutnya (konsumen) atau untuk
semuanya.

2. Untuk melindungi dirinya sendiri dari konflik dalam kelompok yang lebih besar,
konflik dilokalisir pada kelompok kecil karena dalam kelompok kecil terdapat solidaritas
yang lebih organis yang bisa mentolerir konflik atau mencegah konflik yang lebih besar.
Konflik dibatasi oleh norma-norma dan hukum yang menjadikannya sebuah kompetisi yang
lebih murni. Kompetisi seperti ini secara tidak langsung meningkatkan manfaat bagi yang
lain.

3. Konflik dalam kelompok akan menciptakan rasa memiliki kelompok terhadap anggota,
sentralisasi terhadap struktur dan menciptakan persekutuan. Kelompok akan membangun
eksistensi sosialnya terhadap musuh mereka ketika kelompok menghadapi adanya
perlawanan dari musuh.

George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanyamembutuhkan


hubungan sosial yang bersifat integrative dan harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya
konflik. Tidak ada kehidupan tanpa konflik. George Simmel menyatakan bahwa konflik tidak
akan pernah lenyap dari panggung kehidupan masyarakat, kecuali lenya bersamaan dengan
lenyapnya masyarakat.

10
C. Implementasi Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah

Dalam pemahaman George Simmel, konflik bukanlah suatu hal yang bersifat negatif,
seperti dapat mengancam retaknya suatu kebersamaan antar individu maupun kelompok.
Namun menurutnya, konflik justru merupakan bentuk dasar dari interaksi antar individual
maupun kelompok, sehingga memungkinkan interaksi dapat terus berlangsung. Bagi Simmel,
yang mengancam retaknya suatu kebersamaan bukanlah konflik, melainkan tidak adanya
keterlibatan interaksi antar individual maupun kelompok. Kemudian Simmel, membedakan
beberapa jenis konflik yang dapat menimbulkan akibat sosial yang berbeda, yaitu:

1. Konflik perbandingan antagonistis;


2. Konflik hukum;
3. Konflik mengenai prinsip-prinsip dasar;
4. Konflik antarpribad;
5. Konflik dalam hubungan intim; dan sebagainya.

Namun, konflik menjadi sesuatu yang positif bagi kebersamaan apabila tidak berlangsung
secara berkepanjangan, mengarah kepada suatu penyelesaian. Ada beberapa bentuk dan
kemungkinan arah penyelesaian konflik, yaitu penghapusan dasar konflik, kemenangan satu
pihak di atas penerimaan kekalahan oleh pihak lain, kompromi, perdamaian, atau bahkan
ketidakmampuan untuk berdamai. Sebuah konflik kepentingan dalam beberapa asosiasi
selamanya paling tidak laten, yang berarti bahwa legitimasi wewenang selalu berbahaya.

Kepentingan superordinat dan subordinat adalah obyektif dalam pengertian bahwa


mereka direfleksikan dalam harapan (peran) yang melekat pada posisi. Individu-individu
tidak mempunyai internalisasi harapan-harapan ini. Jika mereka menduduki posisi
pemberian, kemudian mereka akan berkelakuan dalam cara yang diharapkan. Individu-
individu dibiasakan atau disesuaikan terhadap peran mereka ketika mereka menyumbang
konflik antara superordinat dan subordinat.

11
D. Pendapat penyusun terkait Teori sosialisasi dan Konflik Alamiah Goerge Simmel

George Simmel memandang konflik sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam
masyarakat. Struktur sosial sebagai gejala yang mencakup berbagai proses asosiatif dan
disasosiatif yang tidak mungkin dipisah-pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.
Konflik dapat menjadi penyebab atau pengubah kepentingan kelompok kelompok,
organisasi-oganisasi, kesatuan-kesatuan, dan lain sebagainya. Dalam kenyataannya, faktor-
faktor disasosiatif seperti kebencian, kecemburuan, dan lain sebagainya, memang
merupakan penyebab terjadinya konflik. Dengan demikian, konflik ada untuk mengatasi
berbagai dualisme yang berbeda, walaupun dengan cara meniadakan salah satu pihak yang
bersaing

Konflik berfungsi mengatasi ketegangan antara hal-hal yang bertentangan dan mencapai
kedamaian. Secara empiris dan rasional, manusia sebenarnya merupakan makhluk egoistis.
Permusuhan secara alamiah berpasangan dengan simpati. Perhatian manusia terhadap
penderitaan pihak lain hanya dapat dijelaskan berdasarkan motivasi-motivasi tertentu. Hal ini
juga dapat dijelaskan dari sudut adanya antipasti dalam diri manusia, yang oleh Simmel
disebut sebagai semangat kontradiktif (spirit of contracdition). Dalam kenyataannya memang
lebih sulit untuk menanamkan simpati daripada permusuhan. Hal ini dilandaskan pada lebih
mudahnya menanamkan kecurigaan terhadap pihak ketiga, daripada menanamkan
kepercayaan. Perbedaan itu semakin nyata, kalau sudah terdapat tersangka, apalagi yang
sudah mencapai tarap yang relatif mendalam7

7
Wahyudi, Wahyudi. "TEORI KONFLIK DAN PENERAPANNYA PADA ILMU-ILMU SOSIAL." (2021).

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konflik adalah sesuatu yang alamiah. Dalam hubungan superordinat dan subordinat
dimungkinkan terjadinya konflik bahkan dalam hubungan sosial yang erat sekalipun sering
terjadi konflik atau ketegangan.

Ada beberapa cara untuk menyelesaikan sebuah konflik yaitu:

1. suatu pihak atas pihak lain.


2. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai, sehingga tidak ada
pihak yang sepenuhnya menang dan tidak ada pihak yang merasa kalah.
3. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai.
4. Saling memaafkan satu pihak dengan pihak yang lain.

Pokok perhatian utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi sosial.perhatian


ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian dalam filsafat,yang memisahkan
bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup sederhana.

Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari peristiwa,tindakan,interaksi, dan
lain sebasginya yang tak terhingga. Buku the philosophy of money menggambarkan dengan
baik betapa luas dan majunya pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan
paling tidak Simmel layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun esai-esainya
tentang sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat sebagai manifestasi spesifik
teori umumnya.

Kritik terhadap Simmel yang paling sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang
terpisah-pisah.Simmel dituduh tidak memiliki pendekatan teoritis koheren, namun hanya
memiliki serangkaian pendekatan fragmentaris atau “inpresionistik”.Simmel memfokuskan
perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris bukan merupakan
kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan dalam pemikiran para pendiri sosiologi
lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, JR, Sutarjo, Sejarah Pemikiran Barat dari Klasik sampai yang Modern.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Ekeh, Peter P., Social Exchange Theory; The Two Traditions. London: Heinemann
Educational Books, 1974.
Akar-Akar Teori Konflik 200 Fikrah, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
Jones, Pip, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Post-
Modernisme, terj., Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Giddens, Antony dan Jonathan Turner, Social Theory Today (Panduan Sistematis Tradisi
dan Tren Terdepan Teori Sosial), terj., Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Kuper, Adam dan Jessica Kuper, The Social Sciences Encyclopedia, terj., Haris
Munandar, et.al., Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nugroho, Muryanti, Damar Dwi, dan Rokhiman. 2013. Teori Konflik dan Konflik Agraria di
Pedesaan. Bantul: Kreasi Wacana.
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Kontemporer, (Jakarta : Kencana
2010)

http://blog.unnes.ac.id/bethahandini/?p=34
http://nurkartikaaa.blogspot.com/2016/12/sosialisasi-dan-konflik-
alamiah.html

14

Anda mungkin juga menyukai