Anda di halaman 1dari 58

30

BAB III

GAMBARAN RADIOLOGI

3.1 RADIOPOSISI

Pemeriksaan radiografi toraks dilakukan untuk menilai jantung, paru,

mediastinum dan dinding dada. Pemeriksaan radiografi toraks untuk menilai

jantung dan paru sangat penting untuk penilaian awal dan merupakan

pelopor untuk pemeriksaan berikutnya. Radiografi toraks di

baca dengan menempatkan sisi kanan foto (marker R) di

sisi kiri pemeriksa atau sisi kiri foto (marker L) di sisi kanan pemeriksa.

Pada radiografi toraks, jantung terlihat sebagai bayangan opak (putih) di

tengah dari bayangan lusen (hitam) paru-paru.22

Syarat layak baca radiografi toraks, yaitu:


 Identitas
Foto yang akan dibaca harus mencantumkan identitas yang lengkap

sehingga jelas apakah foto yang dibaca memang milik pasien tersebut.

 Marker

Foto yang akan di baca harus mencantumkan marker R ( Right / kanan)

atau L ( Left / kiri).

 Simetris

Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak yang sama

antara prosesus spinosus dan sisi medial os clavikula kanan - kiri. Posisi

asimetris dapat mengakibatkan gambaran jantung mengalami rotasi dan

densitas paru sisi kanan kiri berbeda sehingga penilaian menjadi kurang

valid.

30
3

 Os scapula tidak superposisi dengan toraks

Hal ini dapat tercapai dengan posisi PA, tangan di punggung daerah

pinggang dengan sendi bahu internal rotasi.22

 Densitas cukup

Densitas foto dikatakan cukup/ berkualitas jika corpus vertebra di

belakang jantung terlihat samar.

 Inspirasi cukup

Pada inspirasi yang tidak adekuat atau pada saat ekspirasi, jantung akan

terlihat lebar dan mendatar, corakan bronkovaskular akan terlihat ramai

atau memadat karena terdorong oleh diafragma. Inpirasi dinyatakan

cukup jika iga 6 anterior atau iga 10 posterior terlihat komplit. Iga sisi

anterior terlihat berbentuk huruf V dan iga posterior terlihat menyerupai

huruf A.22

Pemeriksaan radiologi pada thorax di antaranya terdapat pemeriksaan

foto thorax(Chest X-Ray), Ultrasonografi (USG) dan Computed

Tomography (CT Scan) thorax.22

3.3.1 Foto Thorax ( Chest X-Ray)

Foto thorax atau chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi

dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax,

isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi

terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang

dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.22

Foto thorax sebagai pemeriksaan diagnostik radiologi primer pada

semua kasus. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi

yang
3

melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam

kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar.

Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto

thorax.22 X-Ray adalah salah satu bentuk dari radiasi elekromagnetik

dengan panjang gelombang berkisar antara 10nanometer-100pikometer dan

memiliki energi dalam rentang 100eV-100keV. X-Ray thorax adalah

radiografi proyeksi dari dada digunakan untuk

mendiagnosa kondisi yang mempengaruhi dada, isinya,

dan struktur di dekatnya. Densitas tiap organ/struktur tubuh berbeda-

beda, ditentukan berdasarkan pada kemampuan substansimenembus sinar

X. Substansi yang mudah ditembus sinar X akan memberikan bayangan

hitam (radiolusen) sedangkan yang sulit ditembus

akan memberikan bayangan putih (radiopak).23

Tabel 3. Densitas Foto X-Ray23

Tabel 4. Keuntungan & Kerugian Penggunaan Foto X-Ray23


3

Secara umum kegunaan Foto thorax / CXR adalah :

1. untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)

2. untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)

3. untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)

4. untuk memeriksa keadaan jantung

5. untuk memeriksa keadaan paru-paru 22

Jantung berada di sisi anterior rongga dada. Pada radiografi toraks

dengan posisi berdiri, dimana sinar berjalan dari belakang ke depan (PA),

maka letak jantung dekat sekali dengan film. Jika jarak dari fokus sinar ke

film cukup jauh, maka bayangan jantung yang terjadi pada film tidak

banyak mengalami pembesaran/magnifikasi. Pada umumnya jarak fokus-

film untuk radiografi jantung 1,8 – 2m. Bayangan jantung yang terlihat

pada radiografi toraks proyeksi PA mengalami magnifikasi ± 5% dari

keadaan sebenarnya. 22 Lain halnya bila radiografi dibuat dalam proyeksi

antero-posterior (AP), maka jantung letaknya akan menjadi jauh dari film

sehingga bayangan jantung akan mengalami magnifikasi bila dibandingkan

dengan proyeksi PA. Hal yang sama akan terjadi pada radiografi yang

dibuat dengan posisi telentang (supine) dengan sinar berjalan dari depan ke

belakang (AP). Di sini bayangan jantung juga akan terlihat lebih besar

dibanding dengan proyeksi PA dan posisi berdiri. Posisi AP dilakukan

pada pasien yang tidak sanggup

berdiri (posisi PA).22

Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus) jantung berbentuk

panjang dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh lebih besar daripada ukuran

melintang. Diafragma letaknya mendatar sehingga jantung seolah

tergantung
3

(cor pendulum). Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus);

letak jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar

disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi. 22

Bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum/pigeon chest, pectus

carinatum, kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis

atau hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung. Kelainan

luas pada paru dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung. Fibrosis atau

atelektasis dapat menarik jantung, sedangkan efusi pleura dan pneumotorak

dapat mendorong jantung.22

Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah

orientasi relatif tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling

umum adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.22

1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui

posterior (back) dari thoraxdan keluar dari anterior (front) dimana X-

ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu

berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray.

Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang

standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.24

Untuk posisi Thorax PA diusahakan pasien berdiri / duduk karena

diafragma berada pada ukuran terendah dan untuk mengurangi

pembesaran jantung, pada pemeriksaan jantung digunakan foto PA

dengan FFD 120 – 180 cm karena pada jarak tersebut ukuran jantung

berada pada ukuran sebenarnya.24


3

(a) (b)

(c)
Gambar 2. (a), (b), (c) Posisi Pasien PA (Posteroanterior)24

Skapula tidak akan menutupi daerah paru. Besar jantung dapat

diperkirakan dengan lebih mudah. Tulang rusuk anterior tidak tampak

jelas, sedang rusuk di bagian belakang semuanya menuju ke arah tulang

punggung. Pada posisi ini kamera berada di belakang pasien.23

a. Posisi Pasien

Pasien berdiri dengan dada menempel kaset / stand chest dan batas

atas kaset kira-kira 3-5 cm di atas shoulder joint17

b. Posisi Obyek

1. Tempatkan MSP tubuh berada pada tengah kaset, letakkan dagu

pada atas kaset / chest stand.

2. Letakkan kedua punggung tangan di atas crista iliaka / hip dan

rotasikan kedua elbow ke anterior sehingga shoulder menyentuh


3

bagian kaset dan scapula. tertarik ke arah lateral (untuk

menghindari superposisi scapula dengan paru – paru)

3. Usahakan pasien inspirasi penuh pada saat eksposi

4. Usahakan kedua shoulder simetris kanan kiri untuk menghindari

ketidaksimetrisan paru

5. Usahakan rambut tidak ada yang menutupi bagian obyek yang

difoto.23

c. Kriteria gambar thorax posisi PA :

 Scapula terproyeksi di luar lapangan paru-paru

 Pada sisi lateral tubuh tampak sinus costoprenicus

 Kesepuluh iga tampak di atas diafragma

 Apex paru-paru tampak di atas clavicula.23

d. Kecepatan kaset

Kaset dengan kombinasi layaer-film (screen-film combination),

kecepatan nominal adalah 200 dalam tempat kaset.23

e. Ukuran kaset

 35 x 43 cm

 35 x 35 cm

 24 x 30 cm (Untuk anak-anak)

 Gunakan penanda Left atau Right23

f. Sarat pemeriksaan

 Apeks paru harus terlihat

 Pajanan sebaiknya dilakukan pada saat inspirasi penuh: iga ke-

10 posterior dan iga ke-6 anterior harus tampak diatas

diafragma.
3

 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat pada dua sisi,

termasuk kedua sudut kostofrenikus

 Struktur paru-paru dan tulang belakang harus dapat terlihat

dibelakang jantung.23

g. Prosedur pemeriksaan

 Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format

kaset, dan letakan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah

sinar terhadap susunan kaset tersebut.

 Atur posisi pasien, pastikan bahu pasien ditekankan kearah

depan dengan benar. Sejajarkan kembali arah sinar jika

mungkin.

 Beritahu pasien untuk menarik nafas dalam, lalu menahan nafas.

 Pajankan sinar X (expose).

 Beritahu pasien untuk nafas biasa.23

2. Anteroposterior (AP)
Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan

PA. AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA

dan oleh karenaitu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien

mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa

bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray

digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai

hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.24 Skapula tidak akan

menutupi daerah paru. Besar jantung dapat diperkirakan dengan lebih

mudah. Tulang rusuk anterior tidak tampak jelas, sedang rusuk di

bagian
3

belakang semuanya menuju ke arah tulang punggung. Pada posisi ini

kamera berada di belakang pasien. Posisi ini digunakan apabila pasien

tidak dapat berdiri.24

Apabila pasien tidak dapat duduk. Pasien akan lebih sulit menarik

nafas dalam, sehingga diafragma akan lebih tinggi. Jika ada cairan di

paru atau di rongga pleura, maka hal ini tidak begitu jelas terlihat

karena cairan cenderung hanya melapisi permukaan posterior paru.24

a. Posisi Pasien

Tidur terlentang dengan tangan di samping tubuh.23

b. Posisi Obyek

1. MSP tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan / tengah

kaset, batas atas 3-5 cm di atas shoulder joint.

2. Jika memungkinkan fleksikan elbow, pronasikankan tangan serta

letakkan kedua tangan pada hips untuk meminimalkan gambaran

scapula ke arah lateral.

3. Usahakan shoulder simetris kanan kiri dan inspirasi penuh jika

memungkinkan.23

c. Kriteria gambar AP :

 Scapula berada pada sisi lateral

 Tampak apex paru-paru hingga sinus costoprenicus

 Tampak bayangan jantung dan paru-paru.23

d. Kecepatan kaset

Kaset dengan kombinasi layaer-film, kecepatan nominal adalah 200

dalam tempat kaset. 23


3

e. Ukuran kaset

 35 x 43 cm

 35 x 35 cm

 24 x 30 cm (Untuk anak-anak)

 Gunakan penanda Left atau Right23

f. Sarat pemeriksaan

 Apeks paru harus terlihat

 Pajanan sebaiknya dilakukan saat inspirasi penuh

 Pastikan bahwa bagian bawah diafragma terlihat pada dua sisi,

termasuk kedua sudut kostofrenikus

 Struktur paru-paru dan tulang belakang harus dapat terlihat

dibelakang jantung.23

g. Prosedur pemeriksaan

 Persiapkan Pasien yang akan melakukan pemeriksaan

 Pasien dibantu untuk merganti baju dan melepaskan perhiasan,

besi ikat pinggang atau dari logam apapun yang melekat di

tubuh.

 Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format

kaset, dan letakan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah

sinar terhadap susunan kaset tersebut.

 Atur posisi pasien, pastikan pasien duduk tegak, sejajarkan lagi

arah sinar jika mungkin.

 Beritahu pasien untuk menarik nafas dalam, lalu menahan nafas.

 Pajankan sinar X (expose).

 Beritahu pasien untuk nafas biasa.24


4

(a) (a)

Gambar 3. Posisi AP Supine dan Posisi Semi Erect23

3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA

namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri

dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).23

a. Posisi Pasien

Pasien mengambil posisi berdiri true lateral dengan bagian yang

diperiksa harus menempel film menempel kaset / stand chest dan

melihat batas atas kaset kira-kira 3-5 cm di atas daerah shoulder

joint.23

b. Posisi Obyek
1. Tempatkan MSP pasien sejajar dengan garis tengah kaset.

2. Tempatkan tangan pasien ke atas dengan elbow fleksi serta

kedua antebrachia diposisikan bersilang dan diletakkan di

belakang kepala seperti bantalan dengan kedua tangan

memegang elbow.

3. Usahakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk

memaksimalkan area paru-paru.23


4

c. Kriteria Gambar

• Super posisi ribs posterior dengan vertebrei thoracalis

• Tidak ada rotasi dari lateral sternum.

• Tampak gambaran jantung lateral dan diafragma.23

(a) (b)

(c)

Gambar 4. (a), (b), (c) Posisi Lateral 23

3.1.1 Radioposisi USG

Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan

gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz (>20 kilohertz)

untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh. Pemeriksaan

USG thorax lebih aman dibanding dengan pemeriksaan computed

tomography scaning (CT Scan) dan radiologi karena tidak menggunakan

radiasi. USG thorax dibandingkan dengan magnetic resonance imaging

(MRI) lebih aman karena tidak menggunakan medan magnet yang kuat. 24
4

Indikasi penggunaan USG thorax pada awalnya hanya terbatas pada kasus-

kasus gawat darurat. Penggunaan pada kasus darurat dikarenakan

pemeriksaan radiologi membutuhkan ruang khusus dan alat yang lebih besar

dan rumit untuk dijalankan sedang USG thorax lebih kecil dan tidak

memerlukan ruangan khusus. Penggunaan USG thorax dapat langsung

dikerjakan disamping tempat tidur pasien tanpa harus memindahkan pasien.

Pemeriksaan juga dapat langsung dilakukan oleh dokter diruang gawat

darurat tanpa perlu dokter ahli radiologi.24

Indikasi penggunaan USG thorax :

a. Membedakan efusi pleura atau penebalan pleura.

b. Mendeteksi efusi pleura dan pemandu untuk punksi terutama efusi yang

minimal dan terlokalisir.

c. Membedakan efusi pleura dan kelumpuhan diafragma, dilihat dari

gambaran radiologi meragukan.

d. Menentukan pneumothorax terutama dalam keadaan gawat darurat dan

peralatan radiologi tidak tersedia atau masih menunggu lama hasil

radiologi.

e. Menilai invasi tumor ke pleura atau dinding dada dan memandu biopsi

jarum untuk tumor.

f. Mengevaluasi pasien dengan pleuritis yang sangat nyeri. 24

Transthoracic dada US dapat dilakukan dengan unit US modern.

Sebuah 2-5-MHz penyelidikan lengkung memungkinkan visualisasi struktur

yang lebih dalam, dan bidang pemindaian sektor memungkinkan bidang

pandang yang lebih luas melalui jendela akustik kecil. Dinding dada, pleura,

dan paru-
4

paru dapat dengan cepat disurvei dengan probe lengkung. Setelah kelainan

telah diidentifikasi, resolusi tinggi 7,5-10-MHz linear probe dapat

digunakan untuk memberikan gambaran rinci dari setiap dinding dada,

pleura, atau kelainan paru-paru perifer. Kedua skala abu-abu dan warna

Doppler pencitraan berguna untuk penilaian kelainan pleura dan parenkim.24

Mengangkat lengan di atas kepala pasien meningkatkan ruang rusuk

jarak dan memfasilitasi pemindaian dengan pasien dalam tegak atau posisi

telentang. Dada posterior terbaik dicitrakan dengan pasien duduk tegak,

anterior dan lateral dada dapat dinilai dalam posisi dekubitus lateral.24

Gambar 5 Komponen USG24

Visualisasi maksimum dari paru-paru dan pleura ruang dicapai dengan

scanning sepanjang ruang interkostal. Pemindaian harus dilakukan selama

respirasi tenang, untuk memungkinkan untuk penilaian gerakan paru-paru

normal, dan dalam respirasi ditangguhkan, ketika lesi dapat diperiksa secara

detail dengan skala abu-abu atau warna Doppler US. Pada gambar skala

abu- abu, yang echogenicity lesi dapat dibandingkan dengan hati dan

ditandai sebagai hypoechoic, isoechoic, atau hyperechoic.24


4

Ketika Doppler warna yang digunakan, sensitivitas Doppler yang harus

di set ke aliran rendah atau skala-kecepatan rendah (biasanya 0,25 m/detik).

Filter dinding diatur untuk meminimalkan penolakan dari pergeseran

frekuensi kecil dan untuk menghindari gangguan dari gerakan pernapasan

atau jantung. Keuntungan warna Doppler meningkat sampai latar belakang

seragam berwarna “badai salju” diperoleh dan kemudian menurun sampai

hanya beberapa Speckles berwarna acak tetap.24

Ketika berdenyut-gelombang Doppler digunakan untuk mengevaluasi

aliran pembuluh darah dalam lesi, itu penting untuk menjaga sudut Doppler

pada 60° atau kurang. The berdenyut-gelombang Doppler harus diulang

setidaknya dua kali untuk memastikan reproduktifitas bentuk gelombang

spektral. Puncak kecepatan sistolik, kecepatan akhir diastolik, indeks

resistif, dan indeks pulsasi mudah berasal dari menjiplak. 24

Gambar 6. Posisi probe pada USG thorax24 Gambar 7. Posisi probe lateral USG 24

Gambar 8. Posisi probe24


4

Pandangan sonografi dari anterior atas dan mediastinum menengah

dapat diperoleh melalui pendekatan suprasternal. Pendekatan suprasternal

memungkinkan penilaian yang memadai dari mediastinum atas di 90% -

95% dari kasus. Hal ini dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang,

dengan bahu didukung dengan bantal dan kepala diperpanjang mundur.

Dilihat dari mediastinum atas harus diperoleh dalam sagital dan aksial.

Warna Doppler US membantu dalam membedakan pembuluh darah besar

dari setiap massa mediastinum. Visualisasi dari mediastinum melalui

pendekatan parasternal atau infrasternal biasanya kurang dapat diandalkan.24

Gambaran dinding dada normal terdiri dari lapisan jaringan lunak, otot

dan fascia adalah echogenic. Tulang rusuk digambarkan seperti garis

echogenic diatas lapisan jaringan lunak, otot dan fascia. Pleura parietal

digambarkan seperti dua garis echogenic dibawah tulang rusuk. Transducer

yang digunakan sebaiknya berbentuk linier array dengan panjang

gelombang 7,5-10 MHz. Bentuk transducer lain dapat digunakan untuk

pemeriksaan ini tapi hasil yang didapat tidak sebaik jika menggunakan

transducer linier array. Gambaran normal thorax dapat berbeda tergantung

dari posisi pemeriksa dan letak transducer.24

3.1.2 Radioposisi CT Scan Thorax

Computed Tomography (CT) adalah salah satu alat pencitraan

diagnostik yang paling umum tersedia di rumah sakit pada saat ini. CT

mempunyai keunggulan dalam hal efisiensi pencitraan dan biaya. CT belum

dianggap sebagai modalitas pencitraan molekuler karena tidak memiliki

senyawa pengontras terarah spesifik (specific targeted contrast agent).

Padahal CT
4

sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi modalitas pencitraan yang

berbasis molekuler sehingga di masa depan akan sangat dimungkinkan

untuk mendeteksi kanker pada tingkat molekuler. Kualitas diagnosis CT

scan dapat ditingkatkan dengan senyawa pengontras terarah yang lebih

spesifik.25

Dibandingkan dengan radiografi kovensional, CT dapat lebih baik

menentukan atenuasi yang dihasilkan oleh suatu struktur yang diperiksa.

Hasil pengukuran dari atenuasi tersebut digambarkan dalam Hounsfield Unit

(HU). Hounsfield Unit tersebut juga mengarah kepada CT numbers atau

densitas. Zat kontras yang paling banyak digunakan adalah barium sulfat

yang dapat memperlihatkan bentuk saluran pencernaan, dan sediaan iodin

organik, yang banyak digunakan secara intravena pada CT-Scan untuk

memperjelas gambaran vascular dan berbagai organ.25

a. Kegunaan

 Setiap bagian tubuh dapat dipindai.

 Staging tumor primer untuk mengetahui adanya penyebaran

sekunder, menentukan kelayakan operasi atau dasar kemoterapi.

 Perencanaan radioterapi.

 Mendapatkan detail anatomis yang tepat jika tidak

berhasil dengan ultrasonografi.26

b. Keuntungan

 Memiliki resolusi kontras yang baik.

 Memberikan detail anatomis yang tepat.

 Suatu tekhnik pemeriksaan yang cepat, sehingga baik untuk

pasien yang sakit. 26


4

Teknik Pemeriksaan CT-SCAN thorax:

a. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala

dekat dengan gantry.25

b. Posisi objek :

 Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar

dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas

kepala.

 Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.

 Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas

pada saat pemeriksaan berlangsung.25

Gambar 9. Posisi pasien CT-SCAN Thorax25

c. Scan parameter pemeriksaan CT-Scan thorax adalah seperti tercantum


pada tabel dibawah ini. 25

Tabel 5. Scan Parameter CT-Scan 25


4

3.1.3 Radioposisi MRI Thorax

MRI merupakan metode pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan

gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet

tanpa menggunakan sinar X. Prinsip dasar pemeriksaan ini adalah inti

atom yang bergetar dalam medan magnet. Proton merupakan inti atom

hydrogen yang memiliki daya magnet yang apabila ditembakkan dan

berada pada medan magnet berfrekuensi tinggi maka proton terseut akan

bergetar dan bergerak searah secara berlang-ulang. Gerakan itulah yang

ditangkap dan diproses computer. MRI pada thorax biasanya digunakan

untuk penilaian struktur organ pada thorax. Yang juga perlu diketahui

adalah pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang. Prinsip

pemeriksaan ini adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. 26

Prosedur pemeriksaan MRI, sebagai berikut :

Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan :

a) Sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk buang air kecil dahulu.

b) Informed consent, dimana pasien atau penderita diberikan penjelasan

mengenai jalanya pemeriksaan yang akan dilakukan

c) Pemeriksa dapat meminta kepada pasien atau penderita untuk

mengganti baju menggunakan baju pasien yang telah disediakan

d) Pemeriksa meminta kepada penderita atau pasien untuk melepaskan

semua benda logam yang digunakan atau yang terdapat di tubuh

(contohnya seperti alat bantu dengar, perhiasan, dan lain sebagainya)

e) Pemeriksaan dilakukan pada pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Diposisikan pada meja pemeriksaan yang dapat dipindahkan. Akan


4

dipasang strap pada tubuh sebagai pengaman agar membantu pasien

tetap diam saat bagian tubuh tertentu sedang diperiksa. Pasien harus

diinformasikan mungkin akan diberikan cairan kontras dengan

suntikan/infus pada tangan/lengan.27

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pemeriksaan yang

memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk

menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI thorax

memberikan detail struktur didalam rongga dada, termasuk

mediastinum, dinding dada, pleura, jantung, dan pembuluh darah, dari

hampir semua sudut. MRI tidak menggunakan radiasi pengion (X-

Ray).26

Pada MRI thorax menggunakan posisi body coil, dimana pasien

berbaring supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi badan dekat

dengan gantry. 26

Gambar 10. Pemeriksaan MRI Thorax26

Dari pencitraan ini difokuskan pada organ di thorax saja dengan cara

menganalisis citra dari organ tersebut. Dari segmentasi pencitraan ini

ditampilkan agar mudah mengevaluasinya. Perlu diketahui adalah

pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang. 26


5

3.2 RADIOANATOMI

3.2.1 Radioanatomi Foto Thorax

Thorax ( Dada ) merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada

bagian bawah lebih besar dari bagian atas dan pada bagian belakang lebih

panjang dari bagian depan. Thorax adalah bagian tubuh yang tersusun dari

tulang dada ( Sternum ), 12 ruas tulang belakang ( 12 Vert. Thoracalis ), dan

12 pasang tulang rusuk/iga ( 10 pasang iga sejati dan 2 pasang iga melayang

). Thorax membentang dari leher hingga diafragma. Didalam rongga thorax

terdapat jantung, paru-paru dan banyak pembuluh darah yang dilindungi

oleh tulang rusuk dan tulang dada.27

Rontgen thorax ( Dada ) merupakan salah satu pemeriksaan sinar-X

yang sering dilakukan oleh setiap orang, yang berfungsi untuk menilai

kesehatan paru dan organ sekitarnya. Pemeriksaan thorax juga salah satu

tindakan untuk melakukan MCU ( Medical Check Up ). Dengan

menggunakan X-ray, tulang dada, paru-paru, jantung dan organ dada

lainnya tampak jelas terlihat. Kegunaan pemeriksaaan thorax adalah untuk

membantu diagnosis, diantaranya: kelainan jantung bawaan, gagal jantung

dan masalah jantung lainnya, melihat adanya infeksi ( Tb paru ),

pneumonia, efusi pleura, bronchitis, bronchopneumonia, tumor / kanker

paru-paru, skrining penyakit paru. Serta untuk membantu mendiagnosis

gejala : batuk terus menerus , nyeri dada ( Trauma ), batuk darah, sesak

nafas. 27

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menilai foto thorax:

 Bayangan hilus: secara dominan disebabkan ole arteri pulmonalis. Hilus

kiri lebih kecil dan sedikit lebih tinggi dibandingkan hilus kanan.
5

 Fissura horizontal: suatu bayangan garis rambut / hair line brwarna

putih yang memisahkan lobus kanan atas dam tengah dan meluas

sampai hilus kanan. Fissura ini tidak selalu terlihat.

 Bayangan jantung: atrium kanan terlihat sedikit disebelah kanan tulang

belakang torakal. Batas inferior dibentuk oleh ventrikel kanan dan batas

kirir oleh ventrikel kiri.

 Diafragma: diafragma kanan biasanya lebih tinggi dibandingkan sisi kiri.

 Trakea: berada pada garis tengah dengan bifurkasio setinggi T6. Trakea

mengalami sedikit deviasi kanan setinggi tonjolan aorta.

 Lapangan paru: arteri intrapulmonal menyebar dari hilus pulmonal dan

semakin mengecil menuju perifer. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus

yaitu lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah. Paru kiri memiliki dua

lobus yaitu lobus atas dan lobus bawah.27

Gambar 11 . Anatomi Radiografi Foto Thorax27

3.2.2 Radioanatomi USG Thorax

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam

berbagai kelainan organ tubuh. Ultrasonografi (USG) sudah digunakan

sebagai alat untuk membantu menegakkan diagnosis sejak tahun 1940an,


5

namun demikian penggunaan USG di bidang ilmu penyakit paru masih

minimal. USG tidak mampu menembus ke dalam jaringan yang terisi

udara, namun demikian USG sangat baik dalam menggambarkan dinding

toraks, pleura dan jaringan paru yang berbatasan dengan pleura.28

Untuk pemeriksaan USG toraks dapat dilakukan dengan hampir

semua mesin USG yang ada. Probe yang digunakan pada pemeriksaan

USG toraks ada 2 macam, yaitu: (1) probe curvilinier yang dapat

menghasilkan ultrasounds 3,7 MHz (antara: 2-5 MHz) dan (2) probe linier

yang dapat menghasilkan ultrasound 8 MHz (antara: 5-10 MHz).2,6

Ultrasounds dengan frekuensi yang lebih tinggi akan menghasilkan

resolusi gambar yang lebih baik, namun penetrasinya kecil.3,7 Probe

curvilinier dapat memeriksa daerah yang lebih luas, oleh sebab itu baik

digunakan untuk melihat secara sepintas semua struktur baik yang

superfisial maupun yang lebih dalam. Probe linier digunakan untuk

memeriksa dengan lebih seksama kelainan dari dinding toraks dan

pleura.2,4,5 Pada keyboard terdapat tiga buah kontrol standar, antara lain

depth, gain dan freeze. Depth berfungsi sebagai pembesaran gambar secara

digital. Pada monitor akan ditampilkan skala axis vertikal. Pada penderita

yang gemuk, efusi pleura yang masif dan tumor intratorakal, biasanya

diperlukan pengaturan depth 12 cm.28

Ultrasounds dengan frekuensi tinggi memiliki depth maksimal

sekitar 3-4 cm. Gain berfungsi untuk melipatgandakan gema yang

ditangkap oleh sensor, sehingga gambar yang dihasilkan akan menjadi

lebih terang. Freeze berfungsi untuk menghentikan gambar pada layar

secara digital, sehingga didapatkan gambar yang tidak bergerak.28


5

Gambar 12. (a), (b), (c) Foto Normal Pada USG thorax28

Kemampuan USG dalam mendeteksi efusi pleura tidak dapat

dibantahkan. USG sangat bermanfaat dalam menegakkan diagnosis efusi

pleura yang terlokalisasi dan minimal, dan juga lebih sensitif dibandingkan

dengan rontgen toraks lateral decubitus dengan ekspirasi maksimal.28

Pada rontgen toraks dibutuhkan 150 mL cairan pleura untuk dapat

mendeteksi adanya efusi pleura, sedangkan pada pemeriksaan USG secara

teliti maka efusi pleura yang hanya 5 mL dapat terdeteksi. Efusi pleura

akan tampak sebagai daerah dengan bayangan anechoic (gelap/hitam) dan

homogen di antara pleura parietalism dan pleura visceralis. Bentuk

bayangan ini akan berubah sesuai dengan gerak pernapasan, dan jaringan

paru yang mengalami atelektasis akan tampak seperti struktur berbentuk

lidah di dalam bayangan efusi pleura.28

Foto toraks normal didapatkan Gambar. 12a) Gambaran transversal

melewati sela iga. Toraks akan terlihat sebagai tumpukan garis yang

terbentuk oleh gema berupa lapisan otot dan fascia. Pleura viseralis dan

parietalis tampak sebagai garis gema yang bergerak berlawanan satu sama

lain pada saat inspirasi dan ekspirasi yang disebut sebagai sliding sign.28
5

Gambar 13. (a) Efusi pleura terlihat sebagai daerah bebas gema di antara pleura viceralis
dan parietalis. Efusi yang masif dapat menyebabkan atelektasis paru tipe kompresi. Efusi
pleura dapat dikelompokkan menjadi anechoic (b), complex non-septated (c), complex
septated (d) dan echogenic homogen (e). (f) Efusi pleura nodular. PE (efusi pleura), D
(diafragma), RLL (lobus kanan hati), L (Paru), T (Pleura), T (tumor pleura).28
5

3.2.3 Radioanatomi CT Scan

Gambaran ini menjelaskan berbagai jenis anatomi dan kondisi patologis

yang dihadapi. CT scan memegang peranan penting dalam menentukan

staging. Namun demikian, terdapat beberapa konsep dasar yang tidak boleh

dilupakan, yang terpenting adalah kualitas gambaran dalam radiograf. Scan

abdomen dengan hasil normal dilihat daripotongan Coronal. 29

Latar belakang jenis anatomi yang terlihat serta parameter seperti

kontras, ketajaman, dan noise dan lainnya turut andil dalam menentukan

penampilan radiograf. Hal ini memengaruhi pada saat pembacaan, tetapi

juga dapat membingungkan pembaca dalam menentukan kondisi patologis,

variasi anatomi normal atau bahkan kondisi lainnya. Hasil CT scan memiliki

kualitas dan kedalaman yang lebih rinci daripada foto Rontgen. CT scan

memegang peranan penting dalam menentukan staging. Namun demikian,

terdapat beberapa konsep dasar yang tidak boleh dilupakan, salah satu yang

terpenting adalah kualitas gambaran dalam radiograf. 29

CT scan memegang peranan penting dalam menentukan staging. CT

Scan dapat dilihat dengan potongan transversal, coronal, dan sagittal.

Computed Tomography atau CT scan dapat memberikan penilaian anatomis

beberapa organ dalam daerah thorak seperti jaringan paru-paru, tulang,

jaringan lunak dan jantung . Untuk alasanini, teknik ini adalah metode yang

sangat baik untuk menentukanukuran dan lokasi suatu tumor. Pemeriksaan

ini juga digunakan untuk memandu terapi radiasi, biopsi, menilai Kondisi

paru-paru dan dinding dada.29


5

Thoracic inlet – merupakan "pintu masuk" rongga toraks yang disusun

oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari

iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni(anterior). Thoracic

inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih

inferior dibanding bagian posterior. Manubriumsterni terletak kira-kira

setinggi vertebra torakal II.Batas bawah rongga toraks atau Thoracic outlet –

(pintu keluar toraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra

torakal XII,lateral oleh batas bawah iga dan anterior oleh processus

xiphoideus. Diafragma pembatas rongga toraks dan rongga

abdomen,memiliki bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok ke

superior, sebagian rongga abdomen sebenarnya terletak di dalam"area"

toraks.30

Pada garis tengah dibagian anterior terletak sternum yang terdiridari 3

bagian, manubrium, korpus, dan prosesus xiphoideus. Titik paling atas

sternum dikenal sebagai sternal notch atau insisura jugularis, yang tampak

berupa lekukan antara kedua kaput klavikula.Insisura ini tinggi batas bawah

dari vertebra torakal ke-2.30

Angulus ludovici adalah tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan

bagian korpus dan manubrium sterni yang membentuk sudut. Sudut ini

tampak nyata pada orang yang kurus. Angulus ludovici adalah penanda

anatomi permukaan oleh karena terletak setinggi iga ke-2dan vertebra

torakal 4-5. Setinggi angulus ini terdapat organ-organ penting: arkus aorta

dan karina.30

Bagian terakhir sternum adalah processus xiphoideus yang dapat diraba

sebagai ujung bawah yang lunak dari sternum; setinggi vertebra torakal 9.31
5

Lateral terhadap sternal terdapat iga dan sela iga yang dapat dibedakan dan

dihitung melalui palpasi. Hampir seluruh iga tertutup oleh otot, tetapi hanya

iga I yang tidak dapat teraba oleh karena tertutup oleh klavikula.31

Gambar 14. Gambaran CT Scan Thorax pada potongan Coronal32

Gambar 15. Gambaran CT Scan Thorax Normal pada Potongan Sagital32

Gambar 16. Gambaran Ct Thorax (Aksial)32


5

3.2.4 Radioanatomi MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat

kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang

menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh atau organ

manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064

– 1,5 tesla dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen. MRI

adalah teknik penggambaran penampang tubuh dengan prinsip

resonansi magnetik inti atom hydrogen. Dalam aspek klinisnya,

perbedaan jaringan normal dan bukan normal didasarkan pada deteksi

dari kerelatifan kandungan air dari jaringan tersebut, dengan MRI

diketahui apakah di dalam tubuh pasien terdapat kanker berupa jaringan

tidak normal dalam tubuh manusia.33

Secara ringkas, proses terbentuknya citra Magnetic Resonance

Imaging (MRI) dapat digambarkan: bila tubuh pasien diposisikan dalam

medan magnet yang kuat, inti-inti Hidrogen tubuh akan searah dan

berotasi mengelilingi arah/vektor medan magnet. Bila signal frekuensi

radio dipancarkan melalui tubuh, beberapa inti Hidrogen akan

menyerap energi dari frekuensi radio tersebut dan mengubah arah, atau

dengan kata lain mengadakan resonansi. Bila signal frekuensi radio

dihentikan pancarannya, inti-inti tersebut akan kembali pada posisi

semula, melepaskan energi yang telah diserap dan menimbulkan signal

yang 12 ditangkap oleh antena dan kemudian diproses dalam bentuk

radiograf.33 Penilaian MRI adalah berdasarkan intensitasnya, ada tiga

macam intensitas yaitu : hipointens, isointens dan hiperintens, contoh :

 Air: hipointens pada T1 dan menjadi hiperintens pada T2


5

 Lemak atau darah : hiperintens pada T1 dan T2

 Kalsifikasi: hipointens pada T1 dan T2.3133

a. Axial : Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , kantong dan

saluran empedu, lien, pakreas, ginjal, adrenal, lambung, dan usus.


33

Gambar 17. Gambaran MRI Normal pada Potongan Axial T133

Gambar 18. Gambaran MRI Normal pada Potongan Coronal33

Gambar 19. Gambaran MRI Normal pada Potongan Coronal T133


6

Gambar 20 . Gambaran MRI Normal pada Potongan Sagital33

Pemeriksaan MRI prosedur yang relatif aman, tetapi tetap berisiko

menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping mungkin terjadi.

Fasilitas MRI dilengkapi dengan kemampuan untuk menilai fungsi

organ tertentu secara dinamik (Functional MRI), untuk menilai

distribusi darah, baik di otak maupun di jantung (Perfusion Imaging)

serta melihat metabolisme yang berada didalam sebuah tumor

(Spectroscopy Imaging).34

Magnetic Resonance Imaging (MRI) ini sendiri adalah suatu teknik

penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi

magnetik inti atom hydrogen. MRI berbentuk suatu tabung silinder

yang ditengahnya terdapat ruang kosong dimana nantinya pasien

dimasukkan untuk diambil gambaran jaringan-jaringan yang diperlukan

oleh dokter. Bagian dari Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah

sebagai berikut

: sistem magnet, sistem pencitraan, sistem frekuensi radio, sistem

komputer dan sistem pencetakan citra.34

Hal tersebut juga berlaku bagi pasien yang memiliki riwayat alergi

terhadap zat kontras, meskipun zat kontras yang digunakan untuk


6

pemeriksaan MRI lebih sedikit berisiko menyebabkan reaksi alergi

dibandingkan dengan zat kontras yang digunakan untuk pemeriksaan

CT scan. Selain itu, bagi wanita hamil yang masih dalam trimester

pertama, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan

sebelum melakukan MRI.35

Pemeriksaan dalam dengan menggunakan MRI dapat

diklasifikasikan aman sebab pada penggunaan Magnetic Resonance

Imaging (MRI) ini pasien tidak terkena radiasi yang mungkin dapat

membahayakan tubuh dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu,

prosedur MRI ini tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan dan

komplikasi-komplikasi lainnya. Namun, karena berada di medan

magnet yang besar, saat pemeriksaan berlangsung medan magnet

tersebut dapat menyebabkan tertariknya benda-benda yang bersifat

logam, dan menyebabkan berpindahnya benda-benda bersifat logam

tersebut.

Gambar 21. Anatomi Cross Sectional MRI 37 dengan keterangan sebagai berikut
(1)Lobus kanan hepar, (2) Lobus kiri hepar, (3) Paravertebral lobus kanan hepar
gallbledder, (4) Margin lateral spleen, (5) Margin posterior spleen, (6) Lobus
caudate hepar, (7) Vena cava inferior, (8) Angulus margin hepar lobus kiri, (9)
Kelenjar adrenalin, (10) Ekor pankreas, (11) Diameter, (12) Gallbledder, (13)
Duktus hepatikus, (14) Caput pankreas, (15) Corpus Pankreas, (16)Aorta
abdominalis37
6

3.3 RADIOPATOLOGI

Gangguan yang mempengaruhi paru-paru neonatus mempunyai

spektrum yang luas. Meskipun ultrasonografi, CT dan MRI dapat berperan

dalam diagnosis dan karakterisasi beberapa kelainan paru neonatal, rontgen

dada adalah modalitas pencitraan utama yang digunakan dalam kebanyakan

kasus. Interpretasi radiografi dada neonatal dapat menjadi tantangan,

karena banyak penyakit menghasilkan temuan pencitraan yang serupa.38

Pada pemeriksaan radiologi thorax banyak kesulitan tersendiri dalam

menentukan diagnosis dikarenakan banyak kesamaan gambaran dengan

beberapa penyakit kelainan pada pernafasan dan didapatkan juga beberapa

gambaran kurang spesifik dikarenakan pemeriksaan pada bayi mempunyai

sedikit tantangan dan harus memilih pemeriksaan dengan resiko terkecil

agar tidak menambah buruk prognosis penyakit.38

Sebagian besar kelainan paru neonatal didiagnosis dan dikelola

secara eksklusif berdasarkan radiografi. Teknik radiografi yang tepat sangat

penting untuk keselamatan dan diagnosis pasien, sehingga diperlukan

menggunakan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) ketika

pencitraan dengan modalitas yang menggunakan radiasi pengion yaitu

menjaga paparan radiasi serendah mungkin.38

Dibandingkan dengan radiografi, CT Scan memerlukan dosis radiasi

yang relatif tinggi dan dapat dipertimbangkan penggunaanya hanya setelah

mempertimbangkan dengan hati-hati potensi risiko dan manfaatnya.

Scanner MDCT modern tersedia secara luas dan dapat mencitrakan seluruh

toraks neonatal dalam beberapa detik. Pemeriksaan dapat dilakukan

selama tidur,
6

setelah makan, dengan imobilisasi lembut dan tanpa sedasi. CT Scan dada

neonatus umumnya terbatas pada evaluasi kelainan paru bawaan dan

kelainan kardiovaskular, agen kontras IV paling sering diindikasikan.

Parameter teknis harus dioptimalkan untuk mengurangi dosis radiasi

berdasarkan berat dan ukuran pasien, dan pemeriksaan paling sering

dilakukan pada tegangan tabung sangat rendah yaitu 80 kV.39

Pemeriksaan X-Ray tidak selalu dilakukan segera karena kadang

bayi perlu ditempatkan di ventilator. Pemeriksaan X-Ray dilakukan setelah

bayi stabil pada ventilator (James & J 2009).40

Radiografi polos masih sangat penting dalam penatalaksanaan bayi

baru lahir, terutama pada bayi prematur yang lahir lebih awal dari yang

diharapkan. Prematuritas melibatkan berbagai masalah paru-paru, termasuk

sindrom gangguan pernapasan (RDS), duktus arteriosus paten, infeksi,

penyakit paru-paru kronis, dan lain-lain. Takipnea transien pada bayi baru

lahir (TTN) (juga dikenal sebagai paru-paru basah) dan sindrom aspirasi

mekonium lebih sering terlihat pada bayi cukup bulan atau dekat.40

3.3.1 Radiopatologi Foto Toraks Posisi AP dan lateral

Gambaran radiologis memberi gambaran penyakit membran

hialin. Gambaran yang khas berupa pola retikulogranular, yang disebut

dengan ground glass appearance, disertai dengan gambaran bronkus di

bagian perifer paru (air bronchogram).35

Temuan radiografi toraks klasik MDS terdiri dari hipoaerasi

yang jelas, kekeruhan granular bilateral dalam parenkim paru, dan

bronkogram udara yang diperluas secara perifer. Spektrum


6

radiologis MDS berkisar dari ringan hingga berat dan umumnya

berkorelasi dengan tingkat keparahan temuan klinis.35

Secara radiologis terdapat 4 stadium:

 Stadium 1

Pola retikulogranular (ground glass appearance)

Penurunan transplantasi pada paru-paru (sedikit granular), tidak ada

perbedaan signifikan pada temuan normal.

 Stadium 2

Stadium 1 + air bronchogram

Penurunan transplantasi yang lembut dengan aerobronchogram, yang

tumpeng tindih dengan jantung (tanda reaksi alveolar paru).

 Stadium 3

Stadium 2 + batas jantung - paru kabur

Seperti yang terdapat pada tahap 2, tetapi dengan penurunan

transplantasi yang lebih kuat secara bertahap, serta diafragma dan hati

yang buram.

 Stadium 4

Stadium 3 + white lung appearance

Paru paru putih : opasitas paru homogenik 36

Hal penting yang harus ditemukan pada foto toraks yaitu :

 Gambaran granuler homogen yang difus

 Ground glass appearance

 Air bronchogram abnormal

 Hipoaerasi37
6

Gambar 22. Stage I : Reticulogranuler pattern36 Gambar 24. Stage III: Batas jantung sulit
ditentukan36

Gambar 23. Stage II: air bronchogram abnormal36 Gambar 25 stage IV : white lung36

Gambar 26. HMD dengan granular Gambar 27. white lung appearance (kanan)36
appearance pada kedua paru36
6

Gambar 28. HMD dengan granular Gambar 29. HMD pada bayi prematur36
appearance dan air broncogram36

Gambar 30. HMD dengan gambaran Gambar 31. HMD pada bayi yang sudah
batas jantung-paru kabur (kiri)36 mendapat terapi surfaktan. Tampak
gambaran gelembung udara pada lobus
atas.36

Rontgen sinar X dada pada bayi dengan HMD dapat memperlihatkan gambaran:

1. Volume paru kecil dan terdapat Bronkogram udara yaitu udara pada saluran

pernapasan yang terlihat lebih hitam dibandingkan dengan daerah sekitarnya

yang berwarna putih karena tidak mengandung udara sehingga percabangan

bronkus dapat terlihat.

2. Tampak daerah granular pada paru-paru yaitu paru-paru seperti garam yang

putih dan lada hitam yang ditaburkan. Lada hitam menunjukkan udara dan

garam putih menunjukkan cairan.37


6

Saat lahir, pembersihan cepat cairan paru janin terjadi pada sebagian

besar bayi normal. Namun, pada beberapa bayi, pembersihan cairan mungkin

tertunda dan sejumlah kecil cairan dapat tetap berada di alveoli, yang dapat

menyebabkan penyakit rongga udara. Pada bayi yang sangat imatur, paru-paru

kabur yang dapat menyerupai RDS atau pneumonia.37

Radiografi dada polos pada bayi baru lahir normal menunjukkan paru-paru

yang relatif hiperlusen, hilus kecil, dan rasio kardiotoraks meningkat bahkan

dalam kasus tanpa masalah jantung spesifik. Jantung sering terlihat membulat

karena dominasi jantung kanan yang persisten. Timus relatif menonjol pada bayi

dan menutupi jantung yang membentuk siluet kardiotimik. Kadang-kadang

menunjukkan proyeksi segitiga secara lateral, yang dikenal sebagai tanda "layar"

pada gambar 32A.37

Ketika timus besar dan pasien diputar, mungkin menyerupai atelektasis

atau patologi lainnya pada gambar 32B. Ukuran timus bervariasi dengan kondisi

bayi atau status pernapasan. Pada bayi baru lahir, terutama pada bayi prematur,

bahwa kulit dapat dengan mudah terlipat, akan menghasilkan artefak linier pada

radiografi yang mensimulasikan pneumotoraks yaitu gambaran adanya udara pada

rongga thorak pada gambar 33.37

Gambar 32. Timus normal.37


6

Dilihat pada gambaran pada gambar 32A : Bayi dirotasi dan tanda

"layar" timus (panah) terlihat jelas di mediastinum kanan atas dan terlihat

pada bayi ini juga diputar dan bayangan timus yang menonjol terlihat di

lapangan paru kanan atas yang mensimulasikan atelektasis lobus atas kanan.

Radiografi serial mengkonfirmasi timus normal (tidak ditampilkan).37

Gambar 33 . Artefak lipatan kulit. Kepadatan lengkung terlihat di area


sudut kostofrenikus kiri (panah), yang tidak boleh ditafsirkan sebagai
adanya pneumotoraks. 38

Tidak seperti pneumotoraks yang terdapat udara pada rongga pleura

dan gambaran di mana pleura visceral muncul sebagai garis yang tegas, ada

opasitas yang luas pada artefak lipatan kulit. Pada neonatus di bawah

perawatan intensif, radiografi dada anterior-posterior (AP) diambil dalam

posisi terlentang, yang menghasilkan siluet kardiotimik yang relatif

menonjol. Proyeksi lateral tabel silang dapat membantu mendeteksi

sejumlah kecil pneumotoraks yang terlihat pada dada anterior yang tidak

tergantung. Pemeriksaan dada polos biasanya diperluas untuk menutupi

perut untuk memvisualisasikan status loop usus secara bersamaan, meskipun

penggunaan rutinnya tidak dianjurkan karena paparan radiasi yang

berlebihan.38
6

Berbagai tabung dan kateter terlihat pada radiografi polos dan

menentukan apakah posisinya optimal atau tidak penting untuk menghindari

komplikasi serius. Tabung endotrakeal harus diposisikan di tengah klavikula

dan tingkat carina, yaitu sekitar 2 cm di atas carina. Posisi tabung

dipengaruhi oleh fleksi atau rotasi leher. Kateter vena sentral dianggap

optimal dengan posisi ujungnya di daerah vena cava superior (atau vena

cava inferior) dan persimpangan atrium kanan. 38

Kateter arteri umbilikalis (UAC) berjalan ke bawah terlebih dahulu dan

kemudian ke atas melalui arteri iliaka interna dan arteri iliaka komunis

sebelum memasuki aorta (Gbr. 34). Jadi, UAC selalu menunjukkan belokan

jepit rambut di bawah umbilikus. Di sisi lain, kateter vena umbilikalis

(UVC) berjalan langsung ke atas dan kemudian memasuki vena portal kiri

di bagian umbilikalis. Setelah bergabung dengan vena porta kiri, UVC naik

ke vena cava inferior melalui duktus venosus dan vena hepatika. 38

Lokalisasi ujung UAC harus menghindari cabang utama seperti

pembuluh lengkung dan arteri ginjal: UAC tipe tinggi di antara tingkat

tubuh vertebral T6 dan T9 dan tipe rendah pada tingkat L3–4. Ujung UVC

tepat ketika berada di vena cava inferior dan persimpangan atrium kanan

dekat hemidiafragma kanan. Ujung UVC yang salah posisi meningkatkan

tingkat komplikasi seperti trombosis vena atau nekrosis parenkim hati.

Ketika UVC ditempatkan terlalu tinggi, UVC bahkan dapat mencapai vena

pulmonalis melintasi foramen ovale paten (Gbr. 35).38

Dari gambaran tersebut dapat kita lihat bahwa kateter arteri umbilikalis

(UAC). UAC yang dilihat pada (panah) melalui perdarahan arteri

umbilikalis
7

kanan turun terlebih dahulu dan kemudian kea rah ke atas dengan ujungnya

yang terdapat di daerah aorta torakalis desendens.37

Gambar 34. Kateter arteri umbilikalis (UAC). UAC (panah) melalui arteri
umbilikalis kanan turun terlebih dahulu dan kemudian ke atas dengan
ujungnya di daerah aorta torakalis desendens.37

Gambar 35. Kateter vena umbilikalis (UVC) malposisi. Perhatikan arah


lurus UVC (panah) dari umbilikus. Ujungnya malposisi mungkin di regio
vena pulmonalis kiri atas melintasi foramen ovale paten.37

Secara klinis, distres pernapasan pada bayi baru lahir ditandai

dengan pelebaran hidung, retraksi subkostal, takipnea atau apnea, grunting,

sianosis, dan pemberian makan yang buruk. Distress pernapasan neonatus

memiliki beragam etiologi yang berasal dari intrapulmoner atau

ekstrapulmoner. Radiografi dada postnatal pertama sangat penting untuk

mencurigai atau
7

menyingkirkan etiologi intrapulmoner, intratoraks, atau ekstratorakal.

Informasi klinis tentang riwayat prenatal dan usia kehamilan sangat

membantu untuk mengklasifikasikan penyakit bersama dengan volume

paru- paru (over atau underaeration). 37

Di daftar panjang diagnosis banding gangguan pernapasan pada bayi

baru lahir, kami membahas penyakit medis yang relatif umum (RDS, TTN,

sindrom aspirasi mekonium, dan pneumonia neonatal) dan kondisi bedah

(hernia diafragma kongenital dan atresia esofagus). Selain itu, kami

meninjau secara singkat komplikasi selama perawatan intensif termasuk

kebocoran udara dan displasia bronkopulmoner (BPD).37

Sindrom Gangguan Pernafasan (Penyakit Membran Hialin) RDS,

juga dikenal sebagai penyakit membran hialin atau penyakit defisiensi

surfaktan, terlihat secara khas pada neonatus usia kehamilan 26 hingga 33

minggu dan berat lahir rendah. Patogenesis RDS berkaitan erat dengan

maturitas paru dan kemampuan sintesis surfaktan. Surfaktan adalah

lipoprotein untuk mengurangi tegangan permukaan alveolus dan

meningkatkan komplians paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan

atelektasis, hipoventilasi, ketidaksesuaian ventilasi-perfusi, hipoksemia, dan

asidosis. Faktor risiko RDS termasuk prematuritas, gawat janin, diabetes

ibu, operasi caesar, duktus arteriosus paten, dll. (4). Surfaktan postnatal dan

steroid serta steroid prenatal untuk wanita dengan persalinan prematur

digunakan untuk pengobatan.38

Pada radiografi dada, RDS menunjukkan paru-paru yang

kekurangan udara dengan derajat kekeruhan yang bervariasi dari paru-

paru granular
7

hingga keputihan total (Gbr. 41A). Volume paru biasanya kecil karena

patofisiologinya pada dasarnya adalah alveoli dan mikroatelektasis yang

kurang mengembang. Volume paru-paru kecil adalah temuan yang sangat

berguna yang dapat dibedakan dari penyakit pernapasan lain pada bayi baru

lahir. Bronkogram udara biasanya terlihat di daerah tengah dan lebih jelas

ketika tabung endotrakeal ditempatkan. 38

Ventilasi mekanik dan surfaktan eksogen adalah dasar terapi dan

perbaikan aerasi paru dengan pembersihan kekeruhan paru yang diamati

pada film serial setelah pengobatan surfaktan (Gbr. 41B). Pembersihan

asimetris sementara pada kedua paru sering terjadi. Komplikasi RDS dilihat

pada radiografi tindak lanjut, termasuk kebocoran udara, edema paru

dan/atau perdarahan. Temuan radiografi dada dapat ditumpangkan oleh

duktus arteriosus paten dengan edema paru atau infeksi.38

Gambar 36. Sindrom gangguan pernapasan pada bayi prematur.38

Radiografi dada pada gambar 41A menunjukkan paru-paru dengan

gambaran granular dengan bronkogram udara di daerah tengah thorax

terutama paru-paru. Pada gambar 41A volume paru-paru relatif kecil,

sehingga menjadi manifestasi klinis adanya respirasi yang cepat pada bayi.
7

Setelah pengobatan surfaktan, maka pada gambar 41B telah terjadi

pembersihan gambaran kekeruhan paru-paru dengan peningkatan aerasi

yang terjadi akibat HMD dengan pengobatan stabil dan teratur serta sesuai

dengan keadaan bayi tersebut.38

Gambar 37. Bentukan lonceng 38

Bentukan lonceng adalah karena underaeration, ditandai dengan :

- Volume paru-paru berkurang

- Gambaran Reticulogranular menjadi menonjol

- Opacity paru-paru meningkat

- Granularity menjadi merata/menyebar f. Bronchograms perifer luas.38

Gambar 38. Emfisema paru intersisiel (PIE) dengan bentuka linier dan fibrosis udara
radiolusen di seluruh paru kanan.38
7

Komplikasi dari HMD, Setelah menerima terapi ventilasi, ini bayi

prematur dg HMD dikembangkan menjadi emfisema paru intersisiel (PIE)

dengan bentuka linier dan fibrosis udara radiolusen di seluruh paru kanan.38

Gambar 39. Tension pneumothorax kanan


dengan herniasi dari paru-paru kanan atas
di garis tengah, pneumomediastinum.38

Gambar 40. Gambar Transient


tachypnea pada bayi baru
lahir (TTN).38

Hyperaeration khas dari TTN, hal ini berbeda dengan hypoaeration dari

sindrom gangguan pernafasan (RDS). Gambaran kepadatan reticulogranular

bilateral sekilas dengan TTN dan akan menghilang dengan ventilasi,

sedangkan gambaran kekeruhan ini akan hadir untuk setidaknya 3-4 hari di

RDS.38
7

Transient Tachypnea of Newborn (TTN), Takipnea sementara memiliki

gejala klinis yang pendek dan ringan sehingga dapat di disingkirkan. Ciri

khas TTN yaitu gambaran hiperaerasi, terbalik dengan respirasi stress dini

yang memiliki ciri hipoaerasi. Densitas retikulogranular bilateral akan

hilang bila diberi ventilasi, sementara pada PMH gambaran opak menetap

minimal 3 – 4 hari.39

Gambaran foto toraks pada pasien TTN. Tampak overaerasi dan streaky

dan opasitas interstitial paru bilateral setelah 6 jam kelahiran. Abnormalitas

parenkim paru akan berkurang dua hari setelahnya namun opasitas perihiler

yang streaky masih tampak. Gambaran radiologis yang muncul pada kasus

TTN yaitu :

• Prominent pulmonary interstitial marking

• Cairan pada fissura interlobaris & cavum pleura

• Inflasi paru normal/ hiperaerasi

• Jika parah tampak gambaran edema pulmonum

• Penyembuhan dimulai dari perifer ke sentral

• Gambaran paru kembali normal dalam 48 – 72 jam.39

Gambar 41. Mekonium sindrom aspirasi. 38


7

Air menyebar, kekeruhan nodular kasar, dan bidang fokus emfisema

khas aspirasi mekonium berbeda menyebar dengan kekeruhan butiran halus

terlihat pada RDS. Paru-paru biasanya hyperaerated. Gambar juga

menunjukkan pneumomediastinum dengan tanda diafragma terus menerus

yang disebabkan oleh udara di mediastinum bawah jantung.38

Biasanya terjadi pada bayi postterm, terutama pada mereka dengan

pewarnaan meconium. Gejala klinis pada bayi biasanya muncul 12-24 jam

setelah lahir. (Sebaliknya, gejala klinis pada penyakit membrane hialin

selalu muncul dalam beberapa jam pertama kehidupan.) Terlihat adanya air

trapping, adanya gambaran opak noduler kasar difus, serta area emfisema

fokal. Berbeda dengan gambaran opak granuler halus pada penyakit

membrane hialin. Paru-paru biasanya hiperaerasi, yaitu terdapat banyak

udarab yang terperangkap dalam paru – paru dan sulit untuk dikeluarkan.39

Pada (gambar 42) dapat dilihat adanya gambaran sindroma aspirasi

meconial atau meconium aspiration syndrome (MAS) yaitu kondisi dimana

saat janin atau bayi yang baru lahir menghirup air ketuban yang tercampur

feses dengan gambaran banyak bercakan yang merata di lapang paru.39

Gambar 42. Gambaran Sindroma


Gambar 43. Neonatus prematur
Aspirasi Mekoneal39
dengan opasifikasi lengkap pada
kedua hemitoraks.39
7

Gambar 44. Penyakit Membran Hialin. Gambar 45. Penyakit Membran Hialin.
Gambaran ground-glass difus pada Tampilan ground-glass difus ke kedua
kedua paru dengan tension paru dengan bronkogram udara
pneumotoraks dan pneumomediastinum multipel (panah hitam). Terdapat selang
sisi kiri (tabung orogastrik di esofagus orogastrik dan kateter vena
distal)39 umbilikalis.distal)39

Gambar 46. Penyakit Membran Hialin.


Tampilan ground-glass difus ke kedua
paru dengan hipoaerasi dan
bronkogram udara multipel. 39

3.3.2 Gambaran CT Scan pada Hialin Membran Disease

Dibandingkan dengan radiografi, CT Scan memerlukan dosis radiasi

yang relatif tinggi dan dapat dipertimbangkan penggunaanya hanya setelah

mempertimbangkan dengan hati-hati potensi risiko dan manfaatnya.

Scanner MDCT modern tersedia secara luas dan dapat mencitrakan seluruh

toraks neonatal dalam beberapa detik. Pemeriksaan dapat dilakukan selama

tidur, setelah makan, dengan imobilisasi lembut dan tanpa sedasi.39


7

CT Scan dada neonatus umumnya terbatas pada evaluasi kelainan

paru bawaan dan kelainan kardiovaskular, agen kontras IV paling sering

diindikasikan. Parameter teknis harus dioptimalkan untuk mengurangi dosis

radiasi berdasarkan berat dan ukuran pasien, dan pemeriksaan paling sering

dilakukan pada tegangan tabung sangat rendah yaitu 80 kV.39

Gambar 47. Pneumotoraks loculated Gambar 48. Tampilkan loculated


bilateral (panah lurus) dan kistik perubahan bilateral pneumotoraks (panah
lurus) dan perubahan kistik (panah
(panah melengkung) di keduanya paru-paru38
melengkung) di keduanya paru-
paru38

Dari gambar 44 dapat dilihat adanya gambaran Pneumotoraks loculated

bilateral berupa adanya udara dengan batas tegas yang ditunjukkan dengan

(panah lurus) dan adanya kistik perubahan yang ditunjukkan (panah

melengkung) yang terdapat di kedua paru-paru.38 Pada tampilan dari

gambar 45 dapat terlihat gambaran loculated bilateral pneumotoraks yang

khas dimana pada gambar ini terdapat pada keduanya yang ditunjukkan

pada (panah lurus) dan adanya perubahan kistik yang dapat terlihat jelas

dengan perubahan warna yang ditunjukkan (panah melengkung) di kedua

paru-paru38
7

Gambar 49. Tampilkan area bilateral


Gambar 50. Tampilkan area
ground-glass redaman, opasitas linier bilateral ground-glass redaman,
tidak beraturan, dan perubahan kistik opasitas linier tidak beraturan, dan
residual (melengkung) panah).38 perubahan kistik residual
. (melengkung)panah.38

Pada gambar 46 dapat dilihat terdapat ground-glass redaman bilateral

yang khas ditandai area bewarna putih pada hasil rontgen atau CT- Scan

paru, yang normalnya paru – paru akan bewarna hitam dikarenakan berisi

pertukaran udara tetapi pada gambaran adanya bercak dikarenakan jaringan

lunak yang terlihat adanya ground-glass bercakan putih seperti kaca pecah.

Penyebab adanya bercakan pada paru diantaranya dikarenakan paru terisi

cairan atau jaringan, dinding alveoli mengalami penebalan, atau jaringan

paru yang menebal dan membesar.38

Pada gambar 47. Dapat dilihat bahwa adanya area ground-glass

redaman secara bilateral, yang dapat dilihat di keduanya. Terlihat juga

opasitas linier yaitu gambaran bercak bewarna putih dengan bentuk yang

tidak beraturan yang sangat khas terlihat pada gambar dan perubahan kistik

residual (yang menyebabkan paru – paru tersumbat lendir) yang

digambarkan dengan panah melengkung pada gambar. 38


8

Gambar 51. Computed tomogram dari Gambar 52. computed tomogram pada
pasien dengan ARDS menunjukkan ARDS menunjukkan retikulasi
konsolidasi bilateral yang padat, dengan bilateral dan ground-glass
area ground-glass opacification dan paru opacification, yang mengandung area
paru normal di paru-paru yang tidak dilatasi bronkus di lobus atas. Pada
tergantung.40 fase akut ARDS, dilatasi bronkus
dapatmengindikasikan fibrosis atau
mungkin reversibel. Perhatikan juga
pneumomediastinum yang
diidentifikasi dengan computed
tomogram.40

Computed tomogram yaitu pemeriksaan yang menggunakan system

penggambaran digital dan sinar X untuk mendapatkan gambar penampang

tubuh. Gambaran dari pasien dengan ARDS (Gambar 51) menunjukkan

konsolidasi bilateral yang padat, ditambah dengan gambaran adanya area

ground-glass opacification seperti pecahan kaca yang jelas dan paru paru

normal di paru-paru yang tidak tergantung.40

Pada (Gambar 52) menunjukkan retikulasi bilateral dan ground-glass

opacification, yang mengandung area dilatasi bronkus di lobus atas. Pada

fase akut, dilatasi bronkus dapat mengindikasikan adanya fibrosis yaitu

adanya jaringan parut pada paru atau mungkin reversibel. Perhatikan juga

pneumomediastinum yang diidentifikasi dengan computed tomogram.40


8

Gambar 53. A: Computed tomogram menunjukkan konsolidasi dependen bilateral


pada pasien ARDS, serta kekeruhan ground-glass pada paru-paru non-dependen. B:
Computed tomogram tindak lanjut setelah 1 tahun menunjukkan resolusi konsolidasi
dan opasifikasi ground-glass dengan pembentukan kista di paru kiri anterior.40

3.3.3 Gambaran Ultrasgrafi Pada Hialin Membran Disease

Pada USG hyperechogenicity retrodiaphragmatic dapat

dilihat. Jika hiperekogenisitas ini tidak teratasi pada hari ke 9-18

pada ultrasonografi lanjutan, ini membantu dalam prediksi risiko

perkembangan displasia bronkopulmonalis. Ultrasonografi paru

sebagai alat diagnostik karena sensitivitas dan spesifisitasnya

tinggi, murah, aman, serta paparan radiasinya terbatas.41

Gambar 54. USG paru-paru putih. Putih paru-paru juga merupakan ultrasound
umum menemukan sindrom gangguan pernapasan.41
8

Gambar 55. a. Tanda-tanda positif dengan adanya penyakit membran hialin (HMD):
pemindaian ultrasonografi sagital (US) menunjukkan hiperekogenisitas retrohepatik,
b Rontgen dada mengkonfirmasi HMD sedang. L, hati41
8

Gambar 56. a. Paru-paru normal, scan longitudinal toraks. Perhatikan garis


echogenic pleura normal, garis A dan bayangan akustik posterior tulang rusuk.
b. Paru-paru yang sakit, pemindaian toraks transversal. Perhatikan artefak 'ekor
komet' berorientasi vertikal yang abnormal (garis B)41

Gambar 57. Tampilan 'Hitam' dari paru-paru normal. b 'Hitam dan putih' penampilan
edema interstisial. c Penampilan 'putih' dari edema alveolar-interstisial.41
8

Gambar 58: USG paru normal: Usia kehamilan 23+5 minggu, berat lahir 2570g.41

Pemindaian longitudinal toraks yang dilakukan pada gambar 54,

mencatat paru-paru normal bewarna 'hitam' dan garis ekogenik pleura

normal, garis-A paralel dan penampilan lengkung tulang rusuk terkait

dengan bayangan akustik posterior. B-lines tidak dapat ditemukan pada

bayi.41

Gambar 59. Mikro-abses parenkim yang


Gambar 60. USG paru menunjukkan
berkembang awal muncul sebagai area
penebalan garis pleura atau kasar,
hipo-echoic di dalam paru-paru yang
konsolidasi paru subpleural dengan air
terkonsolidasi (panah)41
bronchograms (area di dalam
lingkaran putih, echogenic garis terang
atau titik terang di wilayah tersebut
adalah air bronchograms), sindrom
interstitial dan menghilangnya A-
lines.41
8

Gambar 61. Gambar USG kelainan garis pleura, efusi pleura dan konsolidasi paru
sub- pleura. 41 (a) Abnormalitas garis pleura (tebal, tidak teratur dengan konsolidasi
sub- pleura kecil [panah]) dengan bronkogram udara ekogenik yang tersebar
(panah). (b) Tanda segi empat: Perhatikan cairan anechoic antara paru yang
terkonsolidasi dan garis pleura (panah). (c) Sebuah konsolidasi sub-pleura besar
tampak iso-echoic dengan bronkogram udara echogenic bercabang.41

Gambar 62. Ultrasonografi paru-paru menunjukkan konsolidasi paru paru yang


signifikan dengan udara bronkogram, sindrom interstisial, penampilan tidak teratur
atau kasar dari garis pleura, hilangnya garis A dan sedikit efusi pleura di kanan
dada.41
8

Gambar 63. A: Ultrasonografi paru menunjukkan area konsolidasi yang luas dengan
bronkogram udara (area di dalam lingkaran putih), tampilan garis pleura yang tidak
teratur atau kasar, dan Hilangnya A-line. B: Rontgen dada menunjukkan sindrom
gangguan pernapasan tingkat IV.42

Gambar 64. Penampilan ultrasound yang berbeda dari sindrom gangguan


pernapasan (RDS) Grade IV di paru-paru bilateral. Ultrasonografi paru
menunjukkan area konsolidasi yang signifikan dengan udara bronkogram di paru
kiri, dengan konsolidasi ringan dan sejumlah besar efusi pada RDS IV paru kanan.
Rontgen dada menunjukkan RDS grade IV.42

Gambar 65. Different ultrasound appearance of Grade IV respiratory distress


syndrome bilaterally in lungs.42
8

Pada semua bayi dengan RDS, USG paru secara konsisten

menunjukkan konsolidasi umum dengan air bronchogram, paru putih

bilateral atau sindrom interstisial, kelainan garis pleura, hilangnya garis A,

efusi pleura, denyut nadi, dll. Demonstrasi simultan konsolidasi paru, pleura

kelainan garis dan paru- paru putih bilateral, atau konsolidasi paru-paru,

kelainan garis pleura dan hilangnya garis-A berdampingan dengan

sensitivitas dan spesifisitas 100% untuk diagnosis RDS neonatal.42

Indikator RDS yang paling penting dalam USG paru adalah konsolidasi

paru, yang dapat dilihat pada semua pasien RDS, tetapi luas dan cakupan

konsolidasi bervariasi menurut derajat RDS. Konsolidasi pada RDS derajat

II mungkin terbatas pada subpleural, muncul sebagai fokal dan skala kecil,

dan bronkogram udara mungkin tidak terlihat. Sebaliknya, area konsolidasi

tampak meluas secara signifikan pada RDS parah (derajat III~IV dengan

rontgen dada), dengan bronkogram udara menjadi lebih jelas. Abnormalitas

garis pleura adalah salah satu pengamatan USG yang paling umum pada

pasien RDS, tetapi juga ada pada penyakit paru-paru lainnya seperti

pneumonia, perdarahan, dan takipnea transien pada bayi baru lahir (TTN).

Oleh karena itu, kelainan garis pleura seperti yang divisualisasikan oleh

USG tidak spesifik untuk RDS. Menurut literatur, sensitivitas dan

spesifisitas kelainan garis pleura untuk diagnosis RDS adalah 100% dan

45% masing- masing. Hilangnya A-lines ditemukan pada 100% pasien

RDS. Hal ini menunjukkan bahwa hilangnya garis A juga merupakan

indikator sonografi RDS neonatus. Namun, seperti kelainan garis pleura,

hilangnya garis A juga dapat ditemukan pada penyakit paru-paru lainnya. 42

Anda mungkin juga menyukai