DJPK - Rev 6 Rakornas Pelaksanaan Anggaran-Dir DTU
DJPK - Rev 6 Rakornas Pelaksanaan Anggaran-Dir DTU
TAHUN 2022
Kalimantan Sulawesi
106,18 112,91 108,13 115,61 108,35
54,16 89,20
14,39 18,58 41,35
9,10 12,27
2002 2005 2010 2015 2020 2021 2002 2005 2010 2015 2020 2021
Kenaikan 2002 ke 2021: 651% Kenaikan 2002 ke 2021: 1091%
Sumatera
224,80 272,78 244,17
115,04
29,04 39,16
2002 2005 2010 2015 2020 2021 2002 2005 2010 2015 2020 2021
Sumatera
104,26%
96,77% 92,72%
88,33% 87,33% 83,13%
2002 2005 2010 2015 2020 2021 2002 2005 2010 2015 2020 2021
*Data realisasi 2021 posisi per 11 April 2022 dari 539 Pemda dan bersifat sementara
• Realisasi Pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun 2019 s.d 2021 secara rata-rata memiliki kontribusi terhadap PDRB Tahunan masing masing sebesar
15,8%, 13,5% dan 12,9%.
• Peran pengeluaran konsumsi pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi daerah sangat beragam. Dalam tiga tahun terakhir, rata-rata pengeluaran konsumsi
pemerintah pada wilayah Maluku memiliki kontribusi tertinggi sebesar 33,1% sedangkan terendah pada wilayah Sumatera sebesar 7,9%.
• Pengeluaran pemerintah pada wilayah Indonesia bagian Timur memiliki peranan yang signifikan terhadap PDRB, sehingga perlu dikelola dengan lebih
optimal dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah. 4
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK 4
Realisasi Belanja Per Fungsi 2021 (Angka
450.000
sementara)
Realisasi Belanja Per Fungsi Tahun 2021 100,00%
400.000 90,00%
383.425
80,00%
350.000 88,41% 84,97%
301.939 70,00%
300.000
60,00%
250.000
93,85% 50,00%
Dalam Miliar 200.000
Rupiah 180.850
40,00%
150.000
81,14% 30,00%
105.017
100.000 78,18%
20,00%
76,71% 65,32%
44.868 73,19% 87,29%
50.000 10,00%
21.200
9.984 10.051
2.559
0 0,00%
Pelayanan Umum Ketertiban dan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Kesehatan Pariwisata Pendidikan Perlindungan Sosial
Keamanan Fasilitas Umum
• Terdiri dari anggaran gaji pendidik dan non gaji pendidik dan DBH 168,83
Tambahan Migas Aceh & Papua, Papua Barat
153,23
Realisasi anggaran Pendidikan Melalui DTU TA 2021 sebesar 150,22
147,37
Rp141,28T 142,09 141,28
Pagu Realisasi
DAK Fisik Prioritas Target Realisasi
Kegiatan (miliar (miliar
Pendidikan Output Output
rupiah) rupiah)
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8
EVALUASI KINERJA ANGGARAN DANA TRANSFER UMUM
Anggaran Kesehatan Melalui Dana Transfer Umum TA 2021
Anggaran Kesehatan Melalui Earmark DTU (DAU/DBH) TA 2021 sebesar RP39.299,41 Miliar
Anggaran tersebut merupakan dukungan pendanaan belanja kesehatan untuk penanganan Covid-19 di daerah, sesuai laporan yang disampaikan
Pemerintah Daerah.
Realisasi anggaran Kesehatan Melalui Earmark DTU TA 2021 diperkirakan sebesar Rp22,93 Triliun atau 58,35% dari anggaran. Realisasi tersebut terdiri
dari:
a. penanganan COVID-19 secara nasional sebesar Rp7.968,27 Miliar atau 56,8%;
b. pelaksanaan vaksinasi sebesar Rp2.469,65 Miliar atau 43,94%;
c. dukungan tingkat kelurahan sebesar Rp652,28 Miliar atau 60,96%;
d. Insentif tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 sebesar Rp6.857,92 Miliar atau 67,86%; dan
e. belanja kesehatan lainnya dan kegiatan prioritas yang ditetapkan oleh Pemerintah sebesar Rp4.981,6 Miliar atau 58,79%.
Pagu Realisasi
DAK Fisik Prioritas Realisasi
Kegiatan (miliar (miliar Target Output
Kesehatan Output
rupiah) rupiah)
Pembangunan Puskesmas
1.544 Paket 887 Paket
Pembangunan/Rehab RS Rujukan
Kesehatan dan KB* 19.796,5 17.607,5 239 unit 140 unit
KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11
Perbandingan Belanja Pegawai di APBD
JASN/JP R-Belpeg/R-APBD
Kategori Kapfis
max min average max min average
Sangat Rendah 10.06% 0.25% 2.27% 66.24% 14.19% 38.73%
Rendah 6.35% 0.25% 1.72% 87.91% 17.86% 38.68%
Sedang 5.13% 0.08% 1.43% 77.63% 14.81% 39.25%
Tinggi 3.86% 0.16% 0.99% 59.21% 15.34% 37.58%
Sangat Tinggi 2.11% 0.07% 0.63% 47.54% 15.45% 35.23%
• Rata-rata % (Jumlah ASN/Jumlah Penduduk) untuk daerah dengan kapasitas fiskal sangat rendah
merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 2.27%, selanjutnya berturut-turut diikuti daerah dengan
kapasitas fiskal rendah, sedang, dan tinggi. Rata-rata % (Jumlah ASN/Jumlah Penduduk) untuk daerah
dengan kapasitas fiskal sangat tinggi merupakan yang terendah yaitu sebesar 0.63%
• Rata-rata %(Belpeg/Belanja Total) untuk daerah dengan kapasitas fiskal Sedang merupakan yang
tertinggi yaitu sebesar 39.25%, selanjutnya berturut turut daerah dengan kapasitas fiskal rendah,sangat
rendah, tinggi dan sangat tinggi. Rata-rata %(Belpeg/Belanja Total) daerah dengan kapasitas fiskal
sangat tinggi merupakan yang terendah yaitu sebesar 35.23%.
Sangat Sangat
31.3 0.37 4,052,834 20.63 37.9 2.42 15.43
Rendah 66,966 Rendah 153,436 3,613
Keterangan : terendah
tertinggi
Daerah Provinsi:
• Persentase belanja pegawai terhadap total belanja daerah cenderung tinggi pada daerah berkapasitas fiskal sangat rendah
• Jumlah penduduk di daerah berkapasitas fiskal sangat rendah cenderung lebih sedikit
• Persentase TPP terhadap belanja pegawai cenderung tinggi pada daerah yang berkapasitas fiskal tinggi
Daerah Kabupaten dan Kota:
• Persentase belanja pegawai terhadap total belanja daerah cenderung tinggi pada daerah daerah berkapasitas fiskal tinggi
• Jumlah ASN di daerah berkapasitas fiskal tinggi cenderung banyak
• Persentase TPP terhadap belanja pegawai cenderung tinggi pada daerah yang berkapasitas fiskal sangat tinggi
Sinergi kebijakan fiskal nasional bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan fiskal daerah dengan kebijakan fiskal
Pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan nasional
Penetapan Batas Kumulatif Defisit dan Pembiayaan Utang APBD Penyajian Informasi
Keuangan Secara
Nasional
Pengendalian dalam Kondisi Darurat
Keuangan negara merupakan konsolidasi antara APBN dan APBD, sehingga perlu didukung dengan sistem informasi yang
dapat melakukan konsolidasi keuangan Pusat dan Daerah dan sistem monev yang efektif
Mekanisme harmonisasi DAK Fisik dengan Belanja K/L Persiapan teknis harmonisasi DAK Fisik dengan Belanja K/L
serta mekanisme pengalihan Belanja K/L yang dalam struktur data dan rencana integrasi aplikasi Krisna
mendanai kewenangan daerah melalui DAK Fisik. dan Sakti.
Penguatan analisis sektoral untuk penentuan kebijakan Penguatan pemanfataan sistem/IT serta sinergi antar instansi
DAK Fisik Penugasan melalui penguatan Monitoring DAK untuk analisa, formulasi, dan evaluasi kebijakan dan
Fisik dan penguatan peran JF AKPD. pelaksanaan DAK secara lebih efektif.