Anda di halaman 1dari 33

Laporanpraktikum 1

Geologi dan ilmu tanah Hutan

JUDUL PRAKTIKUM

NAMA : WIWILVAIN BALALEMANG


NIM : M031211004
KELAS : KONSERVASI HUTAN
KELOMPOK : 36
ASISTEN : 1. SULKIFLI R
2. SEPRINO MENDILA

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN FISIOLOGI POHON


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum.........................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2
2.1 Pengertian Tanah..........................................................................................2
2.2 Fungsi Tanah................................................................................................5
2.3 Proses Pembentukan Tanah..........................................................................8
2.4 Jenis-Jenis Tanah..........................................................................................9
2.5 Sturktur Tanah..............................................................................................13
2.6 Tekstur Tanah...............................................................................................16
2.7 Konsistensi Tanah.........................................................................................17
2.8 Warna Tanah................................................................................................17
2.9 Suhu Tanah...................................................................................................19
2.10 Klasifikasi Tanah........................................................................................20
III.METODE PRAKTIKUM..................................................................................23
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................23
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................23
3.3Prosedur Kerja......................................................................................23
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................25
4.1 Hasil.....................................................................................................25
4.2 Pembahasan.........................................................................................26
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................28
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................28
5.2 Saran ...................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................29
LAMPIRAN
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat
vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan
dengan menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Secara singkat dapat
dikatakan: ”Tanah adalah kulit bumi tempat tumbuhan hidup”. Tanah adalah bagian kerak bumi
yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan
air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat
yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Secara luas terdapat banyak pengertian mengenai tanah sesuai sudut pandang yang dimiliki ahli
tersebut.
1. Pendekatan Geologi. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang
telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit
(lapisan partikel halus).Tanah merupakan bagian terluar dari bumi.Geologi (berasal dari Yunani
γη- (ge-, “bumi”) dan λογος (logos, “kata”, “alasan”)) adalah Ilmu (sains yang mempelajari bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses yang membentuknya.
2. Pendekatan Pedologi. Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak di
permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu. Pendekatan Ilmu Tanah
sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni.Arti ”Ped” = gumpal tanah. Pedologi adalah cabang ilmu
tanah yang mempelajari sifat dan ciri tanah serta proses pembentukan tanah. Pedologi berasal dari
bahasa Rusia pedologiya, yang dalam bahasa Yunani pedon = tanah. Dalam pedologi dipelajari
genesa tanah, morfologi tanah, dan klasifikasi tanah.
3. Pendekatan Edaphologi. Tanah adalah media tumbuh tanaman. Arti “Edaphos” = bahan tanah
subur. Contoh pada suusunan tanah Secara umum tanah (dengan bahan induk mineral) tersusun
atas 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25%
udara.Sedangkan pada tanah organik (misalnya gambut), bahan padatan tersebut terdiri atas 5
%bahan organik dan 45% bahan mineral). Bahan organik dalam tanah terdiri atas mikroorganisme
10 %, akar 10% dan humat 80 %, meskipun jumlahnya sedikit namun memiliki fungsi sangat
penting.
1.2 Tujuan dan kegunaan pratikum

1. Mengetahui jenis-jenis tanah&dapat Membedakan stektur tanh-tanah


2. Mengetahui bagaaimna cara atau teknik pengambilan sampel setiap tanah
3. mengetahui penetapan sifat-sifat tanah
4. Mengetahui alat apa saja yang di gunakan untuk pengambilan tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Tanah

Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
air, udara, mineral dan bahan organik. Tanah dapat diartikan sebagai bagian teratas dari
permukaan bumi yang merupakan tempat tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan dan tempat hidupnya
segala jenis makhluk hidup.Tanah dapat juga diartikan sebagai lapisan kulit bumi paling luar yang
merupakan hasil pelapukan dan endapan batuan yang banyak mengandung bahan organik dan
nonorganik. Menurut Brady dan Weil (2008) dalam Muhajir Utomo dkk (2016), tanah merupakan
bagian dari ekosistem terrestrial di planet disebut pedosfer tanah bisa sebagai ekosistem sendiri
atau bagian dari ekosistem yang lebih besar sebagai bagian dari ekosistem lahan misalnya tanah
bisa sebagai media tumbuh agar ekosistem di pedesaan ata media infrastruktur di perkotaan bisa
juga sebagai bagian dari ekosistem hutan alami atau ekosistem buatan, artinya dalam konteks
ekologi tanah merupakan contoh tubuh alam tiga dimensi yang kompleks sebagai bagian dari
ekosistem bumi tanah mempunyai peran penting dalam mengintegrasikan litosfer atau mineral
buatan liat sedimen atmpsfer.
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi,yang tersusun dari
bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dannbahan-bahan organik sebagai hasil
pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium atau tempat tumbuhnya
tanaman dengan sifat-sifat tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan
(Yuliprianto,2010 dalam AP. Sari 2018).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan penyuplai kebutuhan air
dan udara. Secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organik dan anorganik sederhana) dan unsur-unsur esensial. Sedangkan biologis berfungsi sebagai
habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi
tanaman. Ketiga hal tersebut secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi bagi tanaman (Hanafiah, 2013).
Bowles (1989) dalam Fauizek dkk (2018) mengatakan, tanah adalah campuran partikel-partikel
yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
a. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm
sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut
kerakal (cobbles).
b. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm. 7
c. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari kasar (3-5
mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
d. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung
dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat
garis pantai pada muara sungai.
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel
ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.
2.2 Fungsi Tanah

Fungsi tanah di antaranya, tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.Penyedia


kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara). Penyedia kebutuhan skunder
tanaman (zat-zat pemacu tumbuh : hormon, vitamin, dan asam-asam organik, antibiotik dan toksin
anti hama, enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara) sebagai habitat biota tanah, baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer
dan skunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan
penyakit tanaman. Dua pemahaman penting tentang tanah : tanah sebagai tempat tumbuh dan
penyedia kebutuhan tanah, dan tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan
hama dan penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
Pembentukan tanah berasal dari bahan induk, bahan induk berasal dari batuan (Darsiman 2017

2.2.1 Bahan mineral tanah

Bahan mineral merupakan komponen penyusun tanah dengan persentase tertinggi yakni
kisaran 45%. Komponen ini terbentuk dari proses pelapukan batuan yang berlangsung dalam
jangka waktu sangat lama. Batuan yang melapuk pada proses pembentukan tanah akan sangat
mempengaruhi jenis tanah yang dihasilkan. Secara umum ada 3 jenis batuan yang dapat melapuk
dan berubah menjadi tanah, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan (AP Sari,
2018).
2.2.2 Bahan cairan Tanah
Bahan cairan yang dimaksud di sini disebut sebagai larutan tanah, yaitu air
yang terdapat dalam tanah bersama bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Dalam larutan tanah,
terkandung bahan-bahan terlarut berupa kation, anion ataupun molekul, termasuk di dalamnya
unsur-unsur hara.Sumber utama air tanah adalah air hujan atau air irigasi yang ditahan oleh
partikel tanah secara adhesi dan kohesi. Air juga dapat tertahan di dalam tanah karena adanya
lapisan yang tidak dapat ditembus (lapisan kedap) air pada lapisan bawah, atau karena drainase
tanah yang buruk. Air pada lapisan bawah dapat menjadi air tanah karena gaya kapiler.
Kandungan air dalam tanah disebut sebagai kadar air tanah. Tingginya kadar air dalam tanah
dipengaruhi oleh tekstur, bahan organik, jenis vegetasi penutup tanah, dan tinggi muka air tanah.
Selain ditahan oleh partikel tanah, larutan tanah juga mengisi ruang pori mikro tanah, yaitu ruang
pori yang berada di dalam uni-unit struktur tanah (AP Sari, 2018).
2.2.1 Bahan Gas (Udara Tanah)

Pada umumnya selain air, yang juga mengisi pori tanah adalah bahan gas.Bahan gas
menempati ruang pori makro (pori > 10 μm), yaitu ruang yang adadi antara unit-unit struktur
tanah. Susunan gas yang terdapat dalam udara tanah ditentukan oleh hubungan antara tanah-air-
tanaman. Gas utama penyusun udara tanah sama dengan gas-gas penyusun udara atmosfir, yaitu
CO₂, O₂ dan gas-gas nitrogen. Namun demikian dikarenakan adanya proses respirasi akar dan
mikroba tanah, serta dekomposisi bahan organik kandungan CO₂ udara tanah lebih tinggi dari
kandungan CO₂ atmosfir; sebaliknya kandungan O₂ udara tanah lebih rendah dari kandungan O₂
atmosfir. Pada tanah yang tergenang atau dalam kondisi air berlebih, kandungan O₂ bahkan dapat
lebih rendah lagi.Pada kondisi anaerob (kekurangan oksigen), udara tanah dapat mengandung gas
CH₄ dan H₂S. Adapun kandungan gas-gas nitrogen pada keduanya relatif sama. Selain itu udara
tanah memiliki kandungan uap air lebih tinggi daripada di atmosfir (kelembaban nisbi dapat
mencapai 100%).(Anwar, et al., 2014).
2.2.4 Bahan Organik Tanah

Stevenson, 1994 dalam R. Anggriawan, 2015 mengatakan, bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Pengaruh pemberian bahan organic terhadap struktur tanah sangat berkaitan
dengan tekstur tanah yang diperlakukan.Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan
struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat
struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah.Komponen organik seperti asam
humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel lempung dengan
membentuk komplek lempung logam humus Pada sifat kimia tanah, bahan organik berperan
meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation.Unsur hara makro diikat dalam bentuk
organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian (leaching) (Bailey,
1986 dalam R. Anggriawan, 2015).Bahan organik yang dihasilkan dari biomassa edamame
(bokashame) sangat berpengaruh terhadap kualitas tanah. Ketersediaan unsur hara dalam tanah
sebagian dihasilkan dari gaya destruktif pelapukan dan perapuhan oleh mikrobia yang
menghasilkan bahan organik. Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu
system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk. (Hardjowigeno, 2007 dalam R.
Anggriawan, 2015)
2.3 Proses Pembentukan Tanah

2.3.1 Pelapukan Batuan

Proses pelapukan batuan terjadi ketika batuan hancur secara fisik, kimiawi, dan biologis.
Proses ini biasanya berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Faktor yang
memengaruhinya adalah cuaca, suhu, dan tekanan dalam batu itu sendiri. Proses pelapukan batuan
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu fisik, kimiawi, dan biologis (AP. Sari, 2018)
a. Pelapukan fisik, terjadi karena hancurnya material batuan yang tidak mengubah struktur
kimiawinya. Proses ini biasanya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca yang sangat ekstrim. Pada
proses ini batuan akan hancur menjadi partikel yang lebih kecil.
b. Pelapukan kimiawi, terjadi karena perubahan struktur kimiawi di dalam batuan. Kondisi ini
biasanya dipengaruhi oleh hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan kondensasi metan dan
sulfur yang akhirnya menciptakan efek korosit pada batuan.
c. Pelapukan biologis, terjadi karena pengaruh aktivitas makhluk hidup dan faktor alami.
Pelapukan biologis adalah penyempurna yang menjadikan butiran batu menjadi sesuai dengan
sifat tanah.
2.3.2 Pelunakan Struktur Tanah

Saat batuan telah berubah menjadi partikel yang lebih kecil, batu ini perlahan akan terkikis
hingga mengalami pelunakan. Proses ini kemudian disebut sebagai proses pelunakan struktur
tanah. Air dan udara berperan mengikis batuan kecil dengan cara melewati celah-celah batuan
tersebut. Dalam prosesnya, rongga-rongga dalam batuan akan terbentuk. Kemudian rongga ini
akan menjadi tempat hidup bagi mikroorganisme seperti mikroba dan lumut (AP. Sari, 2018).
2.3.3 Tumbuhnya Tanaman Perintis

Batuan yang telah melewati proses pelunakan akan ditumbuhi tanaman perintis. Tanaman
ini ukurannya lebih besar daripada lumut.Tanaman sudah memiliki akar yang bisa masuk melalui
celah batuan.Tumbuhnya tanaman perintis ini disebabkan karena adanya unsur air yang melimpah
di dalam batuan lunak. Tanaman perintis akan menghasilkan asam humus yang kemudian
mengalir ke celah batuan. Kemudian asam humus akan membuat batuan lunak menjadi lapuk
sempurna hingga berbentuk tanah. Proses ini biasanya disebut sebagai pelapukan biologis (AP.
Sari, 2018).
2.3.4 Penyuburan Tanah

Batuan yang sudah lapuk sempurna akan mendapatkan bahan organik dari organisme yang
tumbuh di atasnya. Tanah akan mengalami proses penggemburan sehingga mampu menghasilkan
unsur hara dan air. Selanjutnya tanah akan menjadi subur dan dapat ditumbuhi berbagai macam
organisme (AP. Sari, 2018)
2.3.5 Faktor Pembentuk Tanah

Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya dan bahan organik yang
berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya.Bahan-bahan ini membentuk bagian padat
tanah yang dinamakan dengan kerangka tanah.Di antara partikel padat ini terdapat rongga yang
dapat berisi udara atau berisi air. Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada
horizon A, sedangkan pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit jumlahnya. Bagian pori
yang lebih kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara mengisi bagian pori yang lebih besar.
Bahan mineral tanah terdiri atas partikel yang berukuran sangat beragam, yaitu dari yang
berukuran sangat kasar (pasir, kerikil, dan batu) hingga yang berukuran halus (debu dan
liat).Perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat disebut tekstur tanah.Bahan mineral ini sangat besar
perannya bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan penyediaan hara serta
air.tanaman (Herry Gusmara, 2017).
Lapisan tanah biasanya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dalam proses
pembentukannya. Hans Jenny, 1941 dalam Herry Gusmara, 2017 menjelaskan bahwa tanah dalam
proses pembentukannya membutuhkan lima faktor, yaitu iklim, organisme, relief (topografi),
bahan induk (parent material), dan waktu.
a) Iklim adalah faktor yang sangat penting dalam pembentukan tanah. Komponen iklimyang
paling penting dan berperan aktif adalah suhu dan curah hujan. Kedua komponen iklim ini
sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika tanah (Herry Gusmara,
2017).Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam kecepatan reaksi kimia tanah. Setiap
kenaikan suhu sebesar 100 C akan mempercepat reaksi kimia 2 kali lipat. Selanjutnya, reaksi
yang dilakukan oleh jasad renik tanah juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya.Curah
hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelarutan dan pengangkutan (pencucian
koloid tanah serta kation yang dikandung tanah). Di daerah tropis, curah hujan serta suhu
biasanya cukup tinggi sehingga proses pelapukan serta pencucian berjalan dengan sangat cepat.
Hal ini akan menghasilkan pelapukan lanjut, tanah miskin hara serta memiliki reaksi masam
b) Bahan Induk
Bahan induk merupakan bahan asal terbentuknya tanah. Sifat bahan induk akan sangat
mempengaruhi sifat tanah yang dihasilkan. Sifat ini bahkan masih dapat dilihat pada tanah yang
terdapat di daerah humid (lembab) yang telah mengalami pelapukan lanjut. Salah satu contoh
adalah apabila tanah bertekstur pasir, maka tentu dia berkembang dari bahan induk yang
mengandung pasir dalam jumlah tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, akan tetapi juga menentukan jenis vegetasi yang
tumbuh di atasnya. Sebagai contoh, tanah mineral yang kaya kapur akan menghambat
terjadinya pemasaman tanah. Di samping itu, vegetasi yang tumbuh di atasnya juga kaya akan
kapur. Pengembalian vegetasi ini ke dalam tanah akan menghambat kemasaman tanah. 16
Bahan induk tanah pada dasarnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorfosa (Herry Gusmara, 2017).
(1) Batuan beku
Batuan beku terbentuk karena magma yang membeku. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan
ini dibedakan menjadi:
a. Batuan beku atas (batuan vulkanik) yaitu magma yang membeku di permukaan bumi.
b. Batuan beku gang yaitu magma yang membeku di saluran (antara sarang magma dan
permukaan bumi). Batuan beku dalam yaitu magma yang membeku di sarang magma.
Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku masam, batuan
beku intermedier, dan batuan beku basa. Semakin tinggi kadar SiO2 maka sifat batuan semakin
asam (Herry Gusmara, 2017).
(2) Batuan Sedimen
Batuan sedimen (endapan) dibedakan menjadi batuan endapan tua dan batuan endapan baru,
yaitu sebagai berikut:
a. Batuan endapan tua yaitu bahan endapan (pada umumnya endapan laut) yang telah diendapkan
berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan yang keras. Contoh batuan ini adalah
batuan gamping, batuan pasir, serta batuan liat.
b. Batuan endapan baru yaitu bahan endapan yang masih baru sehingga belum menjadi batu.
Contohnya adalah bahan yang diendapkan oleh air (di daerah banjir) dan bahan yang
diendapkan oleh angin (di daerah pantai) (Herry Gusmara, 2017).
(3) Batuan Metamorfose
Batuan ini berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang karena tekanan dan suhu yang
tinggi akan berubah menjadi jenis batuan yang lain. Batuan ini pada umumnya bertekstur lembar
(foliated texture) sebagai akibat rekristalisbeberapa mineral dan orientasi mineral menjadi paralel
sehingga membentuk lembaran. Beberapa contoh batuan ini adalah:
a. Batuan metamorf dengan lembaran halus yang disebut dengan schist, misalnya mika schist.
b. Batuan metamorf dengan lembaran kasar disebut dengan gneis, misalnya granit gneis.
(4) Bahan Induk
Organik Pada daerah rawa yang selalu tergenang air, penghancuran bahan organik terjadi sangat
lambat (lebih lambat daripada penimbunannya), sehingga terjadi penimbunan bahan organik.
Bahan organik ini selanjutnya akan menjadi bahan induk tanah gambut yang banyak dijumpai di
daerah pantai di Indonesia, misalnya di Sepanjang Timur Pantai Sumatera, Pantai Barat, Selatan,
dan Timur Kalimantan, dan batas Selatan Papua Barat (Herry Gusmara, 2017).

c). Organisme
Selain sebagai sumber bahan organik, organisme juga membantu dalam siklus hara, menstabilkan
struktur serta mampu menghambat erosi tanah. Perbedaan jenis vegetasi antara lingkungan hutan dan
padang rumput akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda pula. Selain itu, kandungan unsur kimia pada
tanaman juga mempengaruhi sifat tanah yang ada di sekitarnya. Misalnya, jenis cemara tertentu
mengandung kation Ca, Mg, dan K yang rendah. Dengan demikian, siklus hara yang berada di bawah
tanaman ini akan lebih rendah dari pada yang terjadi di bawah tanaman yang berdaun lebar yang lebih
kaya basa. Jadi, tanah yang berada di bawah pohon pinus/cemara akan lebih masam. Selain itu pencucian
basa pada lingkungan ini juga lebih intensif (Herry Gusmara, 2017).
d). Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi ini mempengaruhi pembentukan tanah dengan cara:
1) Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah.
2) Mempengaruhi kedalaman air tanah. 3). Mempengaruhi besarnya erosi.
3) Mengarahkan gerakan air dan bahan yang terlarut di dalamnya (Herry Gusmara, 2017).

2.5 STRUKTR TANAH

Herry Gusmara, 2017 mengatakan dua jenis tanah yang memiliki tekstur yang sama bisa jadi
akan memiliki sifat fisik yang berbeda karena perbedaan susunan partikel penyusun tanah
tersebut. Penyusunan partikel tunggal menjadi satuan yang lebih besar ini disebut dengan
pembentukan struktur tanah.Jadi struktur tanah pada hakekatnya adalah gabungan antara partikel
tunggal tanah dalam bentuk gumpalan (agregat) yang dibatasi oleh bidang belah
alami.Penggabungan ini terjadi karena adanya partikel halus tanah, terutama liat dan
humus.Pengikatan antar partikel tanah menghasilkan rongga (ruang) yang terbentuk di
antaranya.Rongga ini merupakan bagian tanah yang diisi oleh air serta udara.
Beberapa jenis struktur tanah yang penting adalah sebagai berikut:
a. Tanpa struktur
a. Butiran lepas; tanah dengan struktur ini memiliki sifat setiap partikel tanahnya terlepas satu
sama lain. Keadaan ini khususnya dijumpai pada tanah sangat berpasir.
b. Masif; seluruh massa tanah memadat tanpa menunjukkan adanya celah atau retakan. Keadaan
ini dijumpai terutama pada bahan induk tanah yang kaya akan liat.
b. Berstruktur
a. Butir (granular); partikel primer tanah bergabung dan membentuk struktur bulat/berbutir. Di
antara butiran ini masih terdapat rongga. Struktur ini merupakan struktur yang sangat
diinginkan oleh tanaman, sebab banyak terdapat ruang di antara satuan strukturnya. Di sini air
dapat diikat oleh butiran tanah, sedangkan udara masih dapat bergerak di antara butiran tanah.
Struktur butir biasa dijumpai pada horizon A. Struktur butir yang memiliki porositas sangat
tinggi biasanya disebut dengan struktur remah.
b. Lempeng (platy); dicirikan oleh ukuran horizontalnya yang lebih besar dibandingkan dengan
ukuran vertikalnya. Struktur ini seringkali ditemukan di horizon A2. Adanya struktur ini
mengakibatkan pergerakan air yang horizontal.
(3)Struktur yang hancur Lumpur; apabila tanah, terutama yang kaya akan liat, diolah pada saat
jenuh air, maka akan terbentuk lumpur. Di sini struktur tanahnya telah hancur, pori-pori yang
lebih besar akan 26 hilang dan tanah tetap berada dalam keadaan yang kurang baik bagi
kebanyakan tanaman (kecuali bagi tanaman padi sawah) (Herry Gusmara, 2017).
2.5.1 Pembentukan Struktur Tanah

Bahan induk tanah pada dasarnya tidak memiliki struktur sehingga keadaannya bisa pejal
atau butiran lepas, tergantung kepada teksturnya. Dengan adanya agen pembentuk tanah, maka
akan terbentuklah struktur tanah. Pembasahan dan pengeringan mengakibatkan perubahan volume
partikel tanah sehingga terbentuklah pengikatan antara partikel tersebut dan jika akar tersebut
mati, maka akan meninggalkan ruang pori di dalam tanah. Demikian pula halnya dengan aktivitas
fauna tanah yang menggali tanah untuk tempat tinggal atau mencari makanan.Di samping itu,
tanaman, fauna, serta jasad renik tanah menghasilkan zatzat yang dapat merekatkan partikel tanah
untuk membentuk struktur.Kegiatan ini berlangsung terus-menerus sejalan dengan perkembangan
tanah (Herry Gusmara, 2017).

2.5.2 Peran Struktur Tanah

Struktur tanah pada lapisan atas sangat penting artinya bagi dunia pertanian. Hal ini
disebabkan struktur tanah sangat mempengaruhi aerasi tanah, permeabilitas air, ketahanan tanah
terhadap erosi, dan peran tanah sebagai media perkecambahan tanaman. Struktur butir (granular)
merupakan struktur yang sangat baik bagi sirkulasi air serta udara tanah. Tanah yang memiliki
struktur ini tidak mudah mengalami erosi. Hal ini disebabkan air hujan yang jatuh tidaklangsung
mengalir di permukaan tanah, melainkan melesap dulu ke dalam tanah. Mudahnya sirkulasi air
dan udara pada tanah ini menjadikan tanah cocok bagi perkecambahan benih tanaman. Selain itu,
akar tanaman akan sangat mudah berkembang pada tanah seperti ini. Pemberian bahan organik ke
dalam tanah dapat membantu terbentuknya struktur granular terutama pada tanah yang bertekstur
liat.(HERY GAMARA,2017).
2.5.3 Stabilitas Agregat

Sifat yang penting dalam struktur tanah adalah (i) bagaimanakah partikel tanah tersusun dan
membentuk struktur tanah atau agregat dan (ii) tingkat kestabilan struktur atau agregat yang
terbentuk ini terhadap faktor luar yang merusaknya. Stabilitas agregat sangat penting artinya
dalam mempertahankan tingkat kesuburan tanah sebagai akibat pengolahan tanah yang
berkelanjutan atau oleh sebab alamiah, misalnya oleh tempaan air hujan. Tanah yang memiliki
stabilitas agregat yang tinggi biasanya strukturnya tidak mudah hancur, sehingga tanah ini tetap
menjadi media tanaman yang baik. Pemberian bahan organik akan membantu tanah untuk
mempertahankan agregatnya 28 dari pengaruh perusakan dari luar. Namun, pengaruh bahan
organik ini hanya akan nampak jika telah melapuk (Herry Gusmara, 2017).
2.6 Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah kasar dan halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2mm, berdasarkan
perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003 dalam AP. Sari
2018).Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari lapisan lapisan tanah ada juga yang
mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah.Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir
tidak berubah berlainan, dengan struktur dan konsistensi. Karena sifatnya yang relative tetap untuk
jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah serta
struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yangberupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990 dalam AP. Sari 2018). Keadaan tekstur
tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah,
permeabilitas tanah, porositas dan lainlain.Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti
oleh butir debu (silt),pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-
batu.Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hamper
seimbang.Tanah seperti ini disebut tanah lempung.Semakin halus butir-butir tanah (semakin
banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah
yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka
akan menjadi lengket.Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butirbutir pasir debu dan liat.Teksur tanah dibedakan berdasarkan
presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno, 2002 dalam AP. Sari 2018).
2.7 Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah adalah kohesivitas (daya gabung) partikel penyusun tanah. Berdasarkan
kandungan airnya, konsistensi tanah dapat dinyatakan dalam tingkat kekerasan (hardness),
kepadatan (firmness), kelenturan (plasticity), dan kelekatan (stickiness). Dengan demikian, untuk
mengukur konsistensi tanah perlu dilakukan pada setiap kondisi kandungan air tanah. Pada
kondisi kering, konsistensi tanah diukur berdasarkan tingkat kekerasannya, yaitu tanah yang lepas,
lunak, agak keras, keras, sangat keras, atau keras sekali. Kekerasan ini berkaitan erat dengan
kandungan liat tanah. Pada tanah lembab, konsistensi tanah diukur berdasarkantingkat
kepadatannya yaitu tanah yang lepas, sangat remah, remah, padat, sangat padat, atau padat sekali.
Pada kondisi hampir jenuh air, konsistensi tanah ditentukan berdasarkan tingkat plastisitas
(kelenturan) dan kelekatannya. Plastisitas merupakan kemampuan tanah untuk mempertahankan
bentuknya sebagai akibat penekanan. Tanah yang kurang plastis biasanya akan retak jika diberi
tekanan. Berdasarkan plastisitasnya tanah dibedakan menjadi agak plastis, plastis, atau sangat
plastis.Tanah yang mudah lekat akan mempersulit pengolahan tanah sehingga dikategorikan
sebagai tanah berat. Sedangkan tanah yang kaya pasir dikategorikan sebagai tanah ringan (Herry
Gusmara, 2017).
2.8 Warna Tanah

Warna merupakan satu dari sifat tanah yang mudah diamati. Warna tanah merupakan sifat
yang penting, sifat ini erat kaitannya dengan kandungan bahan organik, iklim, drainase, serta
mineral yang dikandung oleh tanah. Warna mineral tanah biasanya putih atau agak kelabu,
sekalipun beberapa mineral memiliki warna lain misalnya hitam, merah, dan sebagainya. Horizon
A2 memiliki warna yang paling dekat dengan warna mineral asli penyusun tanah yang
bersangkutan. Di dalam tanah, terdapat dua bahan yang sangat mempengaruhi warna tanah yaitu
bahan organik (humus) dan komponen besi. Kedua bahan ini mampu menyelimuti partikel mineral
tanah sehingga menghilangkan warna aslinya. Warna hitam biasanya dikaitkan oleh penyelimutan
mineral tanah oleh bahan organik sedangkan warna merah disebabkan oleh oksida besi. Selain
bahan penyusun tanah, kondisi drainase tanah juga sangat menentukan warna tanah yang
bersangkutan. Kondisi drainase yang jelek akan mengakibatkan terjadinya reduksi yang
memberikan warna tanah yang sangat berbeda dengan kondisi normal (drainase baik). Warna hijau
pucat (glei) pada lapisan tanah sawah merupakan salah satu contoh warna reduksi yang dijumpai
pada tanah yang memiliki drainase jelek (Herry Gusmara, 2017).
2.9 Suhu Tanah

Suhu tanah adalah suhu pada lapisan tanah (biasanya pada kedalaman 25 - 30 cm). Peran suhu
tanah ini sangat besar bagi tanaman maupun aktivitas jasad renik tanah. Di samping itu, suhu
tanah juga mempengaruhi sifat tanah secara umum, seperti reaksi kimia yang terjadi, tingkat
ketersediaan hara, serta sifat lainnya. Suhu tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain sudut jatuhnya sinar matahari, adanya penutup tanah, warna tanah, kandungan air tanah, serta
kedalaman profil. Di daerah tropis, biasanya pengaruh sudut jatuhnya sinarmatahari terhadap suhu
tanah tidak begitu nyata. Pengaruh ini lebih nyata pada daerah yang memiliki empat musim.
Selain itu, variasi suhu tanah di daerah permukaan tanah akan lebih besar dibandingkan dengan
yang terjadi di lapisan tanah yang lebih dalam kekuningan (Herry Gusmara, 2017).
2.10 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam kelompok yang sesuai
dengan karakteristiknya. Sistem klasifikasi ini menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah
yang sangat bervariasi namun tidak ada yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas
mengenai kemungkinan pemakainya (Das, 1995 dalam AP. Sari 2018). Tujuan klasifikasi tanah
adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan
tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar.
Seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989 dalam
Adha 2014).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Lokasi 1 pengambilan sampel tanah dilakukan di Tengah Pohon Salak Depan Rumah 28 maret
2022 pada pukul 14:45 - selesai. Lokasi 2 pengambilan sampel tanah dilakukan di samping
Rumah, 28 maret 2022 pada pukul 15.00 - Selesai.
3.2 Alat dan Bahan

a. Cooper ring berbentuk tabung dapat digantikan dengan kaleng bekas (kaleng susu, kaleng
ikan sarden atau sejenisnya yang sudah dilubangi atas dan bawahnya)
b. Sekop dan cangkul
c. Pisau tajam yang tipis
d. Alat penekan (papan)
e. Kotak penyimpan (dus kecil)
f. Kantong plastic/plastic bening
g. Karet gelang
h. Label/spidol permanen
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengambilan Contoh Tanah Utuh

1. Bersihkan kemudian ratakan permukaan tanah. Gali tanah disekitar tabung dengan
pisau/cangkul sampai hamper mendekati tabung (Gambar 10a)
2. Letakkan tabung tegak lurus pada lapisan tanah, sebaiknya tabung yang agak tajam yang
menghadap kebawah (Gambar 10b)
3. Ambil papan yang permukaannya rata, letakkan diatas tabung dengan seimbang, pegang ujung
kiri kanan papan.
4. Kemudian bagian tengah papan yang bertepatan dengan tabung di bawahnya, dipukul perlahan-
lahan hingga tiga per empat bagian masuk ke dalam tanah (Gambar 10c)
5. Letakkan tabung lain yang berukuran sama di atas tabung pertama, lakukan seperti tahap ke 4
hingga tabung ke dua masuk ke dalam tanah kurang lebih 2 cm (Gambar 10d)
6. Gali kedua tabung dan tanah, bersihkan tanah di sekeliling tabung dan balikkan hingga tabung
1 ada di atasnya (Gambar 10f)
7. Potong bagian tanah di bagian ujung tabung pertama sampai rata dengan permukaan tabung
menggunakan pisau tipis dan tutup dengan penutup plastic atau plastic bening kemudian diikat
karet agar tidak goyah (10f)
8. Pisahkan tabung pertama dan kedua dengan hati-hati dengan memotong tanah diantara tabung
pertama dan kedua menggunakan pisau tipis hingga rata dengan permukaan tabung dan tutup
dengan penutup plastic atau plastic bening kemudian diikat karet agar tidak goyah (10f)
9. Beri label dan nama contoh tanah dengan kertas label/spidol permanen pada tabung kemudian
simpan di kotak penyimpanan.
10. Jangan lupa mendokumentasikan tahapan kegiatan (foto dan video)
3.3.2 Pengambilan Contoh Tanah Agregat

1. Bersihkan permukaan tanah yang akan diambil contohnya.


2. Cangkul atau sekop tanah hingga diperoleh bongkahan tanah dengan diameter ± 15-20 cm
3. Masukkan bongkahan tanah tersebut kedalam plastic
4. Beri label dan nama agregat utuh dengan kertas label/spidol permanen.
5. Simpan contoh tanah dalam kotak penyimpanan
6. Jangan lupa mendokumentasikan tahapan kegiatan (foto dan video)
IV. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Hasil

4.1.1 Lokasi 1 kebun salak depan rumah

Contoh Tanah agrerat

Contoh Tanah Biasa

Contoh tanah utuh

4.2 Pembahasan
Pengambilan sampel tanah utuh, tanah agregat dan tanah biasa (terusik) di lokasi pertama
dilaksanakan di Tegakan Jati Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan di Tegakan Jati samping Gedung
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepala Masyarakat Universitas Hasanuddin di hari yang
sama. Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan
tidak terganggu atau terusik, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi dilapangan.Tanah
agregat merupakan bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah.Selanjutnya yaitu
pengambilan sampel tanah terusik (biasa) tanah ini bertujun untuk penetapan kandungan air,
tekstur tanah, kandungan bahan organik, pH, dan sifat kimia yang lainnya, contoh tanah ini
(Disturbed Soil Sample).
Cara pengambilan sampel tanah agregat utuh yaitu pertama-pertama bersihkan permukaan
tanah dari rerumputan, kemudian tancapkan ring sampel lalu tekan atau di pukul-pukul secara
perlahan-lahan, setelah itu apabila ring sudah mulai tenggelam maka galilah tanah di sekitaraan
ring sampel, lalu tutup kedua permukaannya dengan kertas lalu masukkan kedalam plastic sampel
dan beri labelContoh tanah agregat (bongkah) dilakukan perlakuan metode standar dengan
mencangkul hingga kedalaman 0-20 cm. Tanah yang diambil harus berupa bongkahan alami yang
tidak mudah pecah dan tidak terintervensi oleh benda lain atau tercangkul.
V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

1. Pengambilan sampel tanah terganggu dapat dilakkan dengan dikemas menggunakan kantong
plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal
pengambilan, dan kedalaman tanah.
2. Tanah agregat utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam
keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan
3. Pengambilan sampel tanah agregat diambil dari bongkahan disekitar lokasi pengambilan kedua
sampel tanah diatas
Contoh tanah yang diambil dan yang akan digunakan untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah
ini perlu mewakili seluruh populasi tanah yang ada di sekitarnya. Namun hasil uji tanah tidak akan
berarti apa-apa jika contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang diminta. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
5.2 SARAN

Penulis sadar bahwa laporan ini mengandung banyak kekurangan. Oleh kerena itu kriktik dan
saran sangat diharapkan agar penulis bisa memperbiki laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Munawar.(2018). kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanah.Bogor :PT.


Penerbit OPB Press

I Wayan Dana Atmajaya.(2017). Kajian Sifat Biologi Tana Pada Beberapa Tipe

Penggunaan Lahan. denpasar : Universitas Udayana

Darismaan.(2017). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Malang. Intelegen Media.

Rianida Taisa. (2021). Ilmu Kesuburan Tanah dan pemumpukan.

Kudus:Yayasan Kita Menulis


Anggriawan, R. (2015). repostory.unmuhjember.ac.id, 1-3.

Fatma, d. (2016, Juni 24). 5 Dampak Pencemaran Tanah Terhadap Lingkungan.

Gusmara, H. (2016). BAHAN AJAR DASA-DASAR ILMU TANAH ITN 100.


psit.faperta.unib.ac.id, 14-33.

Khasanah, s. (2015, Mei 21). Pengambilan contoh tanah.

Sari, A. (2018). Pengertian Tanah. dspace.uii.ac.id, 5-10.

Uny.ac.id. (n.d.). Pengertian tanah menurut para ahli. eprints.uny.ac.id, 1-8.


LAMPIRAN

LAMPIRAN BUKU

Anda mungkin juga menyukai