Anda di halaman 1dari 26

A.

Penyimpangan Seksual dan Bentuk-Bentuknya

Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara serta norma- norma
agama. Penyimpangan seks dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan neorotis dengan
dorongan-dorongan non-seksualistas dari pada kebutuhan erotis yang pada akhirnya
menutun seseorang pada tingkah laku menyimpang. Penyimpangan seksual ini dapat
merugikan orang lain dan orang banyak. Menurut Kartono (1998:22) Ketidakwajaran
seksual “sexual perversion” itu mencakup perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual
yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partner yang belum dewasa
dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa
diterima secara umum.

Perilaku penyimpangan seksual menurut Surtiretna (2001) adalah sebagai berikut :

1. Perzinaan
Hubungan seksual antara dua orang yang bukan merupakan suami-istri,
baik dilakukan oleh seorang perjaka dengan perawan atau orang-orang yang
sudah berumah tangga untuk memuaskan dorongan seksual sesaat. Perzinaan ini
dilakukan untuk memperoleh tambahan kepuasan seks yang tidak terpenuhi dan
bila dilakukan akan menimbulkan kecemasan, rasa bersalah yang terus
membayangi sehingga timbul kesengsaraan dan penderitaan batin bagi si
pelakunya karena telah melanggar norma agama dan norma social di masyarakat.

2. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan isterinya dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam bahasa inggris perbuatan tersebut
dinamakan rape yang berasal dari bahasa latin rapere, yakni “mengambil sesuatu
dengan kekerasan”. Seorang suami yang memaksa istrinya untuk bersetubuh
dengannya, tidak dapat dikenakan pidana “perkosaan” karena persetubuhan itu
terjadi dalam perkawinan. Dalam sebuah kasus pemerkosaan untuk membuktikan
membuktikan tindak pidana perkosaan ini, maka penuntut umum harus
membuktikan bahwa persetubuhan telah terjadi dengan paksaan (kekerasan atau
ancaman kekerasan) dan tertudulah yang berbuat seperti itu. Oleh karena itu,
perlu dicari bukti yang menguatkan atau membenarkan (corroborate) keterangan
wanita bahwa ia telah disetubuhi secara paksa. Bukti koroboratif dapat berupa
kesaksian seseorang yang mendengar jeritan meminta pertolongan atau melihat
wanita itu diseret dan melawan.

3. Pelacuran
Penyediaan pelayanan hubungan seks dengan imbalan uang atau hadiah-
hadiah, disebut sebagai hubungan seks diluar perkawinan karena terjadi
hubungan seks antara orang yang tidak terikat oleh cinta perkawinan. Pelacuran
bisa dilakukan secara sendiri-sendiri atau dengan perantara orang lain dengan
perjanjian prosentase tertentu. Pelacuran, apapun namanya di kalangan
masyarakat tidak diterima kehadirannya bahkan dimusuhi, karena dianggap
sebagai perkerjaan yang tidak bermoral.

4. Laki-laki Pencinta Laki-laki (Homoseksual)


Homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan
jenis kelamin yang sama, pria suka sama pria. Definisi homoseksual tidak hanya
diberlakukan untuk laki-laki, sebenernya wanita yang hanya Suka terhadap
sesamanya juga termasuk dalam kategori Homoseksual, tetapi di masyarakat
umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk wanita yang suka sama wanita.
Padahal arti Homo sendiri berarti sama, sejenis atau satu golongan. Bagi
homoseksualitas pada pasangan pria dengan pria. Cara pemuasan seksual sedikit
berbeda, dimana seorang pria homoseksual dapat mencari obyek mangsanya
diantara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual, bahkan diantaranya anak-
anak dibawah umur, dengan rayuan-rayuan, janji-janji dan imbalan-imbalan
material. Diantara mereka ada yang memutuskan untuk menikah (cara ini
ditempuh untuk menghindarkan imej negatif masyarakat pada dirinya) dan
dikaruniai beberapa anak dan kemudian keinginannya untuk memuaskan diri
secara homoseksual hilang. Akan tetapi ada pula diantara mereka yang secara
tersembunyi masih melakukan hubungan homoseksual, karena pada dasarnya
mereka termasuk dalam biseksual. Sering mereka menunjukkan gejala- gejala
transvitisme, yaitu mengenakan pakaian wanita atau bermasturbasi sambil
mengkhayalkan sedang bermesraan dengan seorang pria.
5. Perempuan Pencinta perempuan (Lesbianisme)
Lesbi adalah label yang diberikan untuk menyebut homoseksual
perempuan atau perempuan yang memiliki hasrat seksual dan emosi kepada
perempuan lainnya (Ricch, 2000: 94).Namun demikian banyak diantara mereka
yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam hubungan heteroseksual
(perempuan - lelaki). Lesbian yang aktif tidak akan menikah, akan tetapi hanya
pasangan yang sejenis kelaminnya saja. Frekuensi lesbianisme cukup tinggi,
menurut Jeffcoate kira-kira 25% dan menurut Kinsey dkk kira-kira 28%.

6. Pencinta seks anak (Pedofilia erotica)


Berasal dari kata paido (anak) dan philein (mencintai). Orang dewasa
yang merasakan kepuasan seksual dengan mengadakan persetubuhan dengan
anak- anak. Biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai kelainan mental.
Pedofil membahayakan perkembangan seksualitas anak-anak. Oleh karena itu,
orang tua harus memperhatikan secara cermat lingkungan pergaulan anaknya,
istilahnya dia akan merasa aman secara psikis justru dilingkungan anak-anak.
Seorang yang pedofilia umumnya impoten atau kurang paten dalam hubungan
heteroseksual biasa.

7. Waria (Transvetisme)
Transvetisme adalah Seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi
secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan
berperilaku dan berpakaian seperti perempuan Untuk mendapatkan kegairahan
seksual. Seorang transvestit memakai pakaian wanita (cross-dressing) sebagai
pernyataan identifikasi dirinya wanita (fiminine identification). Bangkitnya
rangsangan seksual dan orgasme menandakan kemenangan atas identifikasi
feminim itu. Ada transvestite yang melakukannya dikamar tidurnya tanpa
kehadiran orang lain, memandang dirinya pada kaca. Pada waktu cross-dressed,
terjadi ereksi penis. Orgasme dapat menjadi spontan atau dengan melakukan
masturbasi. Transvestite lain terdorong untuk berjalan mondar-mandir di jalan,
berpakaian wanita lengkap dengan wig, make up dan perhiasan. Ia dapat begitu
teliti dan mahir sehingga penampilannya tampak sekali mirip dengan wanita.
Namun bila tanpa cross-dressing akan terlihat jelas kelaki-lakiannya. Dalam
masyarakat kita dikenal dengan istilah banci atau waria.

8. Seks dubur (Sodomi)


Pengertian Liwath (Sodomi) atau seksual analisme ialah pemakaian anus
untuk bersenggama. Dalam ensiklopedi agama dan filsafat, Liwath (Sodomi)
dalam bahasa Arab artinya melakukan jima (persetubuhan) melalui lubang dubur
yang dilakukan oleh sesama pria. Dalam al-Quran perilaku liwath disebut dengan
kata fahisyah. Menurut Muhammad Ali al-Shabuni,kata fahisyah diartikan
pelampiasan nafsu seks laki-laki kepada sesama jenisnya melalui dubur.
Pengertian ini sama dengan pengertian Liwath (Sodomi) dalam referensi yang
sudah disebutkan. sodomi ini juga berlaku dikalagan para gay atau bisek dan
bahkan hubungan heteroseksual juga ada yang melakukannya dengan cara
sodomi (hubungan seks melalui anus).

9. Rancap (Masturbasi)
Masturbasi bisa disebut juga onani atau rancap. Kata masturbasi berasal
dari bahasa latin yang berarti memuaskan diri sendiri. Kata masturbasi sendiri
terdiri atas dua kata yaitu manus yang berarti tangan dan stuprare yang berarti
mengurangi kehormatan. Kata onani berasal dari nama orang yaitu Onan dalam
kitab kejadian (Kitab Suci Yahudi Kristen) pasal 38 ayat 9. Dalam kisah tersebut,
Onan melakukan senggama terputus atau coitus interruptus. Masturbasi diartikan
sebagai pemenuhan dan pemuasan kebutuhan seksual dengan merangsang alat
kelamin sendiri dengan tangan atau alat-alat mekanik. Yang dilakukan pria adalah
menggosok-gosok kemaluannya dengan tangan sendiri sehingga spermanya
keluar. Sedangkan yang dilakukan wanita adalah memasukkan jari tangannya
kedalam vagina, menggosok-gosok klitoris dan sebagainya, baik dilakukan
dengan jari tangan atau alat lainnya seperti pisang, botol kecil atau alat lain yang
berbentuk seperti alat kelamin pria, misalnya dildo atau vibrator sehingga terjadi
orgasme.

10. Pamer alat Vital (Ekshibionisme)


Kata ini berasal dari bahasa latin exhibere, yang berarti menunjukkan.
Adapun menurut istilahnya orang yang merasa puasa dengan memamerkan organ
tubuhnya sendiri kepada orang yang tidak dikenalnya dengan tujuan untuk
mendapatkan kegairahan seksual, tanpa upaya lanjut untuk mengadakan aktivitas
seksual dengan orang yang tidak dikenalnya itu. Misalnya, pria memamerkan alat
kelamin genitalnya dan wanita memamerkan payudaranya. Kepuasan seksual
didapat dari melihat reaksi seperti : terperanjat, takut, kagum atau jijik yang
berasal dari orang yang menyaksikannya. Orgasme dicapai dengan melakukan
masturbasi pada waktu atau setelah kejadian itu. Penyebabnya antara lain pemalu,
merasa tidak aman, rendah diri dan sebagainya. Gejala ini lebih banyak terdapat
pada pria.

11. Pengintip (Voyeurisme)


Pengintip Adalah suka mengintip orang yang lagi berhubungan seks atau
suka melihat alat kelamin orang lain, yang jelas mereka seperti itu dengan sengaja
alias punya niatan khusus untuk kegiatan-kegiatan seperti tadi, dan sudah pasti ini
menjadi kebiasaan mereka. Voyeurisme ini juga dasarnya dilakukan supaya
mendapatkan kepuasan seksualnya.Hanya dengan mengintip saja.

12. Hubungan intim Sedarah (Insestus)


Berasal dari bahasa Latin cestus, yang berarti murni. Jadi insectus berarti
tidak murni. Hubungan seksual antara pria dan wanita yang satu sama lain terikat
oleh pertalian keluarga sedarah, pertalian keluarga karena perkawinan atau
pertalian keluarga angkat yang menurut agama atau kebudayaan dianggap sebagai
penghalang bagi hubungan seksual itu seperti antara ayah dengan putrinya, antara
kakek dan cucu perempuaannya Demikian juga hubungan seksual antara ayah tiri
dan anak tiri perempuan atau antara saudara tiri. Insect banyak terjadi di kalangan
rakyat yang tingkat sosialnya rendah. Alasan sosial dan bologis mendukung
pantangan terhadap insect. Perkawinan antara orang-orang yang sedarah
mengandung resiko akan timbulnya gen resesif yang merugikan yakni
kemungkinan menghasilkan anak-anak yang cacat baik fisik maupun mental.
Secara sosial insect biasanya menimbulkan dan merupakan gejala broken home
dalam sebuah keluarga, yang membuat kekacauan hubungan dan status sosial
khususnya dalam sistem. Misalnya ada seorang kakek yang sekaligus merangkap
ayah.

13. Seks dengan kekerasan (Sadisme)


Istilah ini muncul pertama kali dari seorang bangsawan Perancis.
Seseorang yang melakukan tindakan sadistik biasanya dia akan merasakan
kepuasaan yang amat sangat kalau orang tersebut ketika melakukan hubungan
seks dengan cara menyiksa, menganiaya dan menyakiti ( seperti memukul,
mencambuk) Orang yang seperti ini akan terus menerus mencari pasangan seks
yang sesuai dengan keinginannya.

14. Pencinta pakaian dalam (Fetikhisme)


Berasal dari bahasa Portugis feitico, yang berarti sulapan atau sihir. Kata
ini berarti ketergantungan pada suatu bagian tubuh atau benda mati sebagai satu-
satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual dan ejakulasi. Keadaan ini
terutama ditemukan pada para pria. Ciri utama fetisisme adalah penggunaan
benda mati (fetisy) sebagai cara terpilih atau ekslusif untuk mencapai kepuasan
seksual. Benda mati itu dapat berupa suatu bagian dari tubuh seorang wanita,
seperti rambut kepala, rambut kemaluan, kuku, pakaian dan benda lain milik
seorang wanita seperti BH, kaos kaki, syal, sepatu dan tas kulit. Pria mencapai
kepuasan seksual dengan menyentuh benda-benda atau bagian tubuh dari wanita
yang menjadi sasaran nafsu seksualnya. Penyebab fetisisme antara lain karena
perasaan infantil dibarengi dengan rasa agresif. Sering sebagai akibat dari sifat
asosial dan dibayangi kecemasan menjadi impoten. Benda-benda itu dibutuhkan
untuk dapat membangkitkan nafsu seksualnya. Seorang fetis dapat melanggra
hukum karena tindak pidana pencurian, misalnya ia mencuri celana dalam atau
kutang dari jemuran atau menggunting rambut seorang wanita karena nafsu
birahinya timbul ketika melihat rambut wanita yang panjang.

15. Pencinta Mayat (Nekrofilia)


Berasal dari kata nekros yang berarti mayat dan philein yang berarti
mencintai. Maksudnya yaitu Orang yang melakukan senggama dengan mayat dan
merasa puas secara seksual. Penyebabnya antara lain rasa minder, pemalu, tidak
mampu mengadakan sublimasi atau rasa dendam yang kronis. Perbuatan seksual
atas mayat dapat berupa menciumi, memeluk dan meraba- raba tubuh mayat,
melakukan masturbasi sambil memegang payudara dan ala kelamin mayat atau
melakukan senggama dengan mayat. Perbuatan tersebut dapat disertai dengan
membuat cacat mayat (nekrosadisme).

16. Seks Segi Tiga (Troilisme)


Berasal dari bahasa Perancis trois yang berarti tiga, adalah gejala
melakukan senggama dengan pasangannya dengan mengajak orang lain sebagai
penonton. Penderita gangguan psikoseksual jenis ini biasanya melakukan
hubungan seks dengan tiga orang dua wanita dan satu pria, atau dua pria dan satu
wanita secara bersama-sama sekaligus melakukan kegiatan menyimpang sepeti
felasio, kunilingus, pederasti atau senggama yang disertai beberapa kegiatan
seksual lain. Misalnya, seorang pria menyuruh isterinya dan wanita lain saling
melakukan kunilingus sedangkan ia sendiri melakukan sodomi pada isterinya.
Hubungan segitiga yang terdapat pada troilisme mencerminkan keadaan
oedipus di masa kanak-kanak dimana seorang anak ingin ikut serta dalam
percintaan antara ayah dan ibunya. Keinginan atau nafsu itu akan terbawa terus
hingga troilisme tidak menyadari motivasi yang mendorongnya kedalam
perbuatan tersebut. Namun perasaan bersalah dapat timbul dan jika ditekan akan
menimbulkan psikosomatik.

17. Seks Dengan Hewan (Bestialitas)


Persetubuhan dengan hewan. Penyebabnya karena merasa kekurangan
untuk melakukan hubungan seks dengan manusia. Hal ini bisa terjadi pada pria
dan wanita. Misalnya seorang wanita yang memelihara anjing yang sangat
disayanginya. Dia melatih anjingnya untuk menjilati kelaminnya dan kemudian
bersetubuh dengan anjing itu.
Kepuasan seksualnya diperoleh dari persetubuhan dengan anjingnya. Dari
berbagai macam penyimpangan seksual diatas banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah pendidikan seks yang salah diantaranya adalah ketidaktahuan
ayah tentang pendidikan seks pada anak, rangsangan seksual yang terjadi dalam
keluarga, anak tidak terlatih untuk meminta izin memasuki kamar orang lain
dalam rumahnya, tempat tidur orang tua yang terlalu berdekatan dengan anak,
peniruan perilaku seksual orang tua, melarang anak bertanya tentang seks dan
masih banyak lagi.

B. Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual


Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Seksual Pencegahan
penyimpangan seksual adalah upaya untuk mencegah terjadinya Penyimpangan
Seksual salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan seks sejak usia dini
atau setidaknya pada usia sekolah dengan memberikan pemahaman tentang teori-
teori seks yang benar pada anak. Pendidikan seks yang dilakukan dalam hal ini
adalah dengan memberikan materi-materi terkait dengan seks setidaknya ada
beberapa hal sebagai berikut:
1. Memberikan pelajaran tentang perbedaan-perbedaan terkait jenis
kelamin terutama tentang topik biologis bentuk tubuh dan fungsi-
fungsinya
2. Memberikan pemahaman tentang bagaimana sikap dan cara
bergaul dengan lawan jenis dan sesama jenis yang tidak
diperbolehkan dan dibolehkan.
3. Memberikan pemahaman tentang bentuk-bentuk terjadinya
penyimpangan seksual.
4. Mampu membedakan mana penyimpangan, pelecehan atau
kekerasan seksual dan mana yang bukan.
5. Mencegah agar anak tidak menjadi korban atau – bahkan pelaku–
penyimpangan, pelecehan dan atau kekerasan seksual; Keenam:
Menumbuhkan sikap berani untuk memberitahukan pada orang tua
atau guru apabila terjadi atau menjadi korban penyimpangan ,
pelecehan dan atau kekerasan seksual.

Hal ini sebenarnya sejalan dengan Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Islam
yang memberikan pengetahuan dan pemahaman dari perspektif agama Islam:
1. Menanamkan jiwa kelaki-lakian dan kewanitaan yang benar menurut Islam
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara
berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna
bagi pergaulannya. Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada
laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan
jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya,
seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.

2. Mendidik menjaga pandangan mata


Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak
dijelaskan pula mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat
merupakan anggota tubuh yang yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau
diperlihatkan kepada orang lain.

3. Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang
berlawanan jenis denga memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar
anak mampu memahami etika bergaul dalam islam mampu membedakan antara
muhrim dengan yang bukan muhrim sehingga pemahaman tersebut akan selalu
melekat di hati dan menjadi selfcontrol pada waktu anak memasuki usia remaja.

4. Mendidik cara berpakaian yang baik


Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami,
model-model pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai
model pakaian pada diri anak, agar mereka tidak terjerumus pada konsep model
pakaian barat yang lebih menonjolkan erotikannya.

5. Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin


Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu
dimaksudkan agar anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar
membersihkan alat kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.

6. Memberikan pengertian tentang mimpi basah dan haidh


Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami
oleh anak sebelum ia benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan
seksualnya dapat berjalan secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan.
Lebih dari itu agar anak dapat menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai
berlaku bagi dirinya.

7. Pemisahan tempat tidur


Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar
mereka mampu memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis
kelamin yang berbeda. Dalam pemberian pengetahauan dan pemehaman terkait
hal-hal diatas ada Metode-metode yang dianggap efektif dalam menyampaikan
pendidikan seksual kepada siswa madrasah Ibtidaiyah antara lain sebagai berikut:
a) Metode pengawasan
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup
aurat dan memberikan pengertian mengenai bahaya yang timbul
akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu diawasi dalam
pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar
anak mampu memahami etika bergaul dalam islam. Pengawasan ini
harus dilakukan saat siswa di rumah maupun di sekolah.
b) Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks
melalui cara membiasakan anak agar menjaga pandangan mata dari
hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur terpisah dengan
orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat
kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan
jenisnya tanpa didampingi muhrimnya dimulai dengan hal kecil
misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta membiasakan anak
berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.

c) Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap
anak- anak yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi
tingkah laku sehari- harinya. Dalam pendidikan seks anak harus
diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam
peribadatan. Apa yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap
oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya pemberian
keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.

d) Metode Reward and Punishment


Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman
dapat diterapkan dalam rangka menanamkan aturan-aturan islami
menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya etika seksual. Bagi
anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka,
mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan
pujian. Namun apabila melanggar, mereka harus diberi hukuman
meskipun hanya berupa teguran.
e) Metode dialog
Metode dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar
pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling
umum adalah selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik
perhatiannya. Metode tanya jawab tidak hanya dilakukan di kelas,
tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas.
Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk
berinteaksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar akademis, tentang
pemasalahan aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan
seks. Islam memandang seks, bertitik tolak dari pengetahuan tentang
fitrah manusia dan usaha pemenuhan kecenderungannya agar setiap
individu di dalam masyarakat tidak melampaui batas- batas fitrahnya
dan tidak menempuh jalan yang menyimpang yang bertentangan
dengan nalurinya. Ia berjalan sesuai dengan cara yang normal dan
benar yang telah digariskan Islam, yakni dengan pernikahan.
1. Sosialisasi ke Masyarakat Tentang Covid-19

Hasil kegiatan dari program kerja yang telah saya lakukan yaitu saya dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya COVID-19. Masyarakat mulai
membiasakan hidupnya dengan adaptasi kebiasaan baru dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan sesuai anjuran pemerintah dalam setiap aktivitas baik dalam pembelajaran Daring
maupun aktifitas sehari-hari lainnya. Dengan adanya edukasi yang saya lakukan, kini desa
Tembelang rajin menerapkan gotong royong setiap minggu nya, dan tidak lupa tetap memakai
masker dan rutin dalam mencuci tangan, kini masyarakat didesa tersebut lebih sadar akan
pentingnya kebersihan sekitar dan kebersihan diri untuk mengurangi resiko didesa Tembelang
agar tidak terpapar virus Covid-19 yang saat ini melanda diseluruh dunia salah satu nya di
Indonesia.

2. Tata Cara Pencegahan Covid-19

Hasil kegiatan dari program kerja yang telah saya lakukan yaitu saya dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tata cara pencegahan Covid-19 agar terhindar dari
virus tersebut. Dengan Cara:

1. Cuci tangan secara rutin, gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan
berbahan alkohol.

2. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan bagian
dalam,lalu buang tisu yang sudah digunakan ketempat sampah dan akan lebih baik jika
selalu memakai masker.

3. Jaga kebersihan lingkungan. Selain menerapkan perilaku hidup sehat, disarankan


untuk tidak bepergian ketempat yang sudah memiliki kasus infeksi atau berpotensi
menjadi lokasi penyebaran Virus Corona.

4. Hindari kontak atau berkomunikasi jarak dekat dengan penderita flu/batuk.

5. Melakukan olahraga secara rutin dan istirahat yang cukup.

6. Jika anda mengalami demam, batuk atau sesak napas, segera menghubungi fasilitas
kesehatan terdekat.

7. Jangan merokok dan hindari asap rokok.


3. Cara Memutus Rantai Penyebaran Covid-19

Dari beberapa program kerja yang saya lakukan didesa tersebut menjadi suatu hal yang kini
berdampak positif bagi masyarakat setempat, sehingga kini masyarakat bekerja sama untuk terus
mematuhi protokol yang sudah ditentukan, dan melakukan hal hal yang dapat memutus rantai
penyebaran virus tersebut . Dengan demikian dapat mengurangi sekaligus memutus rantai
penyebaran Covid-19. Dengan Cara :

1. Edukasi kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya menghindari hal-hal yang sudah
dilarang di era Covid saat ini.

2. Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.

3. Membagikan masker dan handsatizer dan memberikan pengertian dalam


penggunaannya.

4. Menempel pamflet di tempat umum dan disetiap rumah warga agar lebih mudah
diketahui banyak orang tentang bagaimana dan langkah apa saja yang harus dihindari
agar tidak terpapar Covid-19.

5. Menghimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas yang sifat nya masal atau
berkumpul dengan warga sekitar di desa tersebut.

4. Dampak Kegiatan

a) Sosialisasi COVID-19

Dampak dari program kerja sosilisasi COVID-19 yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahayanya COVID-19.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan penularan COVID-19.

3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana penularan COVID-19.

b) Pendampingan belajar daring


Dampak dari pendampingan belajar daring, yaitu:

1. Membantu pemahaman siswa terhadap tugas mata pelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Membantu siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru atau wali kelas.

3. Membantu orang tua siswa dalam memberikan pendampingan bagi pembelajaran


anak.

4. Membantu beberapa kesulitan siswa dalam bentuk sarana media seperti harus
menggunakan handhone untuk mengakses absen maupun dalam pengumpulan soal yang
diberikan oleh guru.

5. Memberkan pemahaman dan semangat kepada mereka agar tidak lalai dalam
pengerjaan tugas karena hal ini akan berpengaruh pada nilai yang akan mereka terima
2.1 Cuci Tangan
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/
tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air
yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol).
Sedangkan menurut James (2008), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan seperti perawat
merupakan sarana yang paling lazim dalam penularan infeksi
nosokomial, untuk itu salah satu tujuan primer cuci tangan adalah
mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Pruss, 2005) serta
mengurangi transmisi mikroorganisme (Suratun, 2008).
2.1.2 Tujuan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:
a) menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan, b) mencegah
infeksi silang (cross infection), c) menjaga kondisi steril, d) melindungi
diri dan pasien dari infeksi, e) memberikan perasaan segar dan bersih.
2.1.3 Indikasi Cuci Tangan
Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima
waktu) cuci tangan menurut SPO gizi adalah: a) Sebelum masuk ke
dalam area produksi dan distribusi, b) Setelah memegang bahan
mentah/ kotor, c) Setelah memegang anggota tubuh, d) Sebelum dan
setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji pasien, e) Setelah
keluar dari kamar mandi/ toilet.
2.1.4 Cuci Tangan 6 Langkah dengan Hand wash dan Hand rub
a. Cuci Tangan Hand-Wash
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar rumah
sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air
bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah
medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang
terkontaminasi atau terinfeksi, alat pengering seperti tisu, lap tangan
(hand towel), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang
berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta dibawah wastafel
terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh karena itu sarana serta
prasarana juga harus memadai untuk mendukung cuci tangan supaya
dapat dilakukan dengan maksimal.
Prosedur Hand-wash sebagai berikut: a) melepaskan semua
benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan. b) membuka kran air dan membasahi tangan. c) menuangkan
sabun cair ke telapak tangan secukupnya. d) melakukan gerakan
tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan. e)
kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan
menyilang. g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada
telapak tangan. h) membersihkan ibu jari secara bergantian. i)
posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan
telapak tangan secara bergantian. j) bilas tangan dengan air yang
mengalir. k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai. l) menutup
kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena jari
yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakukan semua
prosedur diatas selama 40 – 60 detik.
Gambar 2.1

Hand wash
Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)

b. Cuci Tangan Hand-Rub


Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan
dengan cairan berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan Hand-rub hanya
cairan berbasis alkohol sebanyak 2 – 3 cc. Prosedur cuci tangan
Hand-rub sebagai berikut: a) melepaskan semua benda yang melekat
pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan. b) cairan berbasis
alkohol ke telapak tangan 2 – 3 cc. c) melakukan gerakan tangan,
mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan. d) kedua
punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian. e)
bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan
menyilang. f) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada
telapak tangan. g) membersihkan ibu jari secara bergantian. h)
posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan
telapak tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas
selama 20 – 30 detik.

Gambar 2.2

Hand Rub
Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)
2.1.5 Cuci Tangan 6 Langkah menurut WHO di RSUP Dr. Kariadi

Berdasarkan regulasi serta SPO (Standar Prosedur Operasional)


di RSUP Dr. Kariadi Semarang No.HK.00.01/I.IV.I/12/2012 tentang
Kebersihan Tangan bahwa kebersihan tangan adalah prosedur/ tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol
atau sabun dengan air yang mengalir. Tujuan cuci tangan yaitu untuk
menghilangkan kotoran dan menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit tangan serta mencegah penyebaran mikro
organism penyebab infeksi yang ditularkan melalui tangan. Kegiatan
cuci tangan dilakukan oleh semua orang yang berada di RSUP Dr.
Kariadi berdasarkan 5 waktu cuci tangan (SPO RSUP Dr. Kariadi,
2012).
Kebersihan tangan di bagi menjadi 2 (dua), yaitu mencuci
tangan dengan air mengalir dan sabun (Hand-wash) dan mencuci
tangan dengan antiseptik berbasis alkohol (Hand-rub). Langkah-
langkah cuci tangan Hand-wash yaitu: a) membasuh tangan dengan air,
lalu tuangkan sabun anti septik di telapak tangan secukupnya, b)
meratakan dengan kedua telapak tangan, c) menggosok punggung dan
sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, d)
menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan
kiri bergantian, e) jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci, f) menggosok ibu jari kiri dengan cara berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, g) menggosok
dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya searah jarum jam, h) membilas kedua tangan dengan air
mengalir, i) mengeringkan dengan handuk sekali pakai/ kertas tissue, j)
menutup kran dengan menggunakan handuk sekali pakai/ kertas tissue
tersebut, k) semua prosedur dilakukan selama 40-60 detik, l) indikasi
cuci tangan dilakukan pada tangan yang tampak kotor, setelah
menggunakan sarung tangan, setelah kontak dengan cairan tubuh
pasien, serta setelah 5 X Hand-rub (SPO RSUP Dr. Kariadi, 2012).
Langkah-langkah cuci tangan Hand-rub yaitu: a) menuangkan
larutan anti septik berbasis alkohol ke telapak tangan secukupnya, b)
meratakan di kedua telapak tangan, c) menggosok punggung dan sela-
sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, d) menggosok
kedua telapak dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri
bergantian, e) jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci, f)
menggosok ibu jari kiri dengan cara berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya, g) menggosok dengan memutar ujung
jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya searah jarum
jam, h) biarkan sampai kering, i) semua prosedur dilakukan selama 20-
30 detik (SPO RSUP Dr. Kariadi, 2012).
2.2 Praktik Cuci Tangan
Notoatmodjo mengatakan bahwa bentuk respons seseorang terhadap
suatu stimulus ditunjukkan dalam dua bentuk, pertama perilaku tertutup
(covert behavior), hal ini ditunjukkan dalam bentuk perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan reaksi lainnya yang tidak tampak. Sedangkan
yang kedua adalah perilaku terbuka (overt behavior), yaitu dalam bentuk
tindakan nyata, misalnya cuci tangan sebelum makan (Sudarma, 2008). Jadi
dapat disimpulkan bahwa praktik cuci tangan adalah respons seseorang
terhadap suatu stimulus berupa tindakan nyata untuk melakukan cuci tangan.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti
fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung
(support) dari pihak lain (Maulana, 2009). Tindakan (practice) merupakan
salah satu komponen pembentuk perilaku seseorang untuk ranah psikomotor,
selain pengetahuan (knowledge) untuk ranah afektif, dan sikap atau tanggapan
(attitude) untuk ranah afektif (Notoatmodjo dalam Anies, 2006).
Praktik menurut Notoatmodjo dalam Efendy (2009), dibagi menjadi
beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut:
1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
Contohnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi
anak balitanya.
2. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator
praktik tingkat kedua. Contohnya, seorang ibu dapat memasak sayur
dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya,
lamanya memasak, menutup panci, dan sebagainya.
3. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga. Contohnya,
seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur
tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adopsi (adoption). Adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Contohnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi
berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik menurut Lawrence Green
dalam Maulana (2009):
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini
termasuk pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-nilai,
norma sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi. Misalnya di rumah sakit
adanya regulasi maupun Standart Operational Procedure (SOP) tentang
cuci tangan.
b. Faktor pendorong (Enabling factors)
Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku. Hal ini berupa
lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang
mendukung, dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. Misalnya
ada tidaknya sarana-prasarana cuci tangan, seperti wastafel, tisu kering,
cairan sabun maupun cairan antiseptik berbasis alkohol.
c. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat untuk terjadinya
perilaku tertentu tersebut. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
dari atasan dan lintas profesi, termasuk dalam pemberian reward dan
punishment. Misalnya ada tidaknya sanksi dan penghargaan bagi yang tidak
cuci tangan maupun yang cuci tangan
2.3 Bakteri
Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, ada
beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan
bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel
0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk
bulat atau kokus, bentuk batang atau bacillus, bentuk spiral (Harti, 2015).
James (2008) menyatakan bahwa: identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat
morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah sebagai berikut:
1. Bakteri gram positif
a. Kokus
1) Katalase positif : Staphylococcus
2) Katalase negatif : Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus
b. Batang
1) Anaerobik atau Fakultatif Anaerobik: Clostridium botulinum,
Lactobacillus, Propionic bacterium
2) Aerobik: Bacillus
2. Bakteri Gram Negatif
c. Fermentatif (batang) :
Proteus, Eschericia coli, Enterobacter
d. Non Fermentatif (spiral/
batang) : Pseudomonas,
Alcaligenes
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri menurut
Sudjadi dan Laila (2006) ada dua yaitu :
1. Faktor Intrinsik yaitu sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Adapun penjelasan
dari masing-masing faktor sebagai berikut :
a. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal hampir semua bakteri
memperbanyak diri dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit.
b. Makanan
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan
menyediakan:
1) Energi, biasanya diperoleh dari substansi mengandung karbon.
2) Nitrogen untuk sintesa protein.
3) Vitamin dan yang berkaitan denagn faktor pertumbuhan.
c. Kelembaban
Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan
air untuk mempertahankan hidupnya. Banyaknya air dalam pangan
yang tersedia untuk digunakan dapat di diskripsikan dengan istilah
aktivitas air (AW).
d. Suhu
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya.
1) Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada
suhu dibawah 20oC, kisaran suhu optimal adalah 10oC sampai
20oC.
2) Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu
pertumbuhan optimal antara 20oC sampai 45oC.
3) Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh
baik pada suhu diatas 45oC, kisaran pertumbuhan optimalnya
adalah 50oC sampai 60oC.
e. Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, bakteri diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
menurut keperluan oksigennya.
1) Aerob Obligat (hanya dapat tumbuh jika terdapat oksigen yang
banyak)
2) Aerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi
juga dapat tumbuh sacara anaerob)
3) Anaerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika tidak ada oksigen,
tetapi juga dapat tumbuh secara aerob)
f. pH
Daging dan pangan hasil laut lebih mudah mengalami kerusakan
oleh bakteri, karena PH pangan tersebut mendekati 7,0. Bakteri yang
terdapat di permukaan ikan (lapisan lendir) adalah dari jenis
Pseudomonas, Acinobacter, Moraxella, Alcaligenes, Micrococcus,
Flavobacterium, Corynebacterium, Serratia, Vibrio, Bacillus,
Clostridium dan Eschericia. Bakteri Pseudomonas dan Acromabacter
merupakan bakteri Psikrofil yang paling menyebabkan kebusukan ikan
(Harti, 2015)
2. Faktor Ekstrinsik yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan
penyimpanan bahan pangan.
Kondisi pangan produk bahan pangan akan juga mempengaruhi
spesies mikroorganisme yang mungkin berkembang dan menyebabkan
kerusakan. Bahan pangan yang disimpan pada suhu lemari es akan dirusak
oleh spesies dari kelompok Psikrotofik. (Harti, 2015)
3. Menurut Harti (2015) fase pertumbuhan bakteri meliputi:
a. Fase adaptasi yaitu fase untuk menyesuaikan dengan substrat dan
kondisi lingkungan disekitarnya
b. Fase pertumbuhan awal yaitu fase dimana sel mulai membelah dengan
kecepatan yang masih rendah
c. Fase logaritmik yaitu fase dimana mikroorganisme membelah dengan
cepat dan konstan
d. Fase pertumbuhan lambat yaitu fase dimana zat nutrisi di dalam
medium sudah sangat berkurang dan adanya hasil-hasil metabolisme
yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan bakteri
e. Fase pertumbuhan tetap (statis) yaitu fase dimana jumlah populasi sel
yang tetap karena jumlah sel yang hidup tumbuh sama dengan jumlah
sel yang mati
f. Fase menuju kematin dan fase kematian yaitu fase dimana sebagian
populasi baktei mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu
zat gizi di dalam medium habis dan energi cadangan di dalam sel habis.
2.4 Makanan
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi
untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, mengatur metabolism dan berbagai keseimbangan air,
mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Asydhad & Mardiah, 2008).
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
setiap saat dan dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik
dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman,
manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Adapun pengertian makanan
menurut WHO (World Health Organization), yaitu semua substansi yang
diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi yang
dipergunakan untuk pengobatan (Chandra, 2007).
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit,
diantaranya:
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat
dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit
dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
2.5 Cemaran Bakteri pada Makanan
Makanan dikatakan tercemar jika mengandung sesuatu benda atau
bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya. Keracunan makanan
merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh
makanan yang telah dicemari racun, biasanya bakteri.
Bergantung kepada jenis racun, kekejangan abdomen, demam,
muntah dan akan berlaku dalam tempoh 3 hingga 24 jam. Jika
makanan telah dicemari bakteri, bakteri akan menghasilkan
racun yang dikenali sebagai toksin. Toksin memberi kesan
langsung pada lapisan usus dan menyebabkan peradangan. Ada
berbagai jenis bakteri yang menyebabkan keracunan makanan
tetapi yang biasa didapati ialah salmonella, shigella,
staphylococcus dan E.coli (Ismail, 2008).

Anda mungkin juga menyukai