Perilaku penyimpangan seksual merupakan tingkah laku seksual yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan tata cara serta norma- norma
agama. Penyimpangan seks dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan neorotis dengan
dorongan-dorongan non-seksualistas dari pada kebutuhan erotis yang pada akhirnya
menutun seseorang pada tingkah laku menyimpang. Penyimpangan seksual ini dapat
merugikan orang lain dan orang banyak. Menurut Kartono (1998:22) Ketidakwajaran
seksual “sexual perversion” itu mencakup perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual
yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual dengan jenis kelamin yang sama atau dengan partner yang belum dewasa
dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa
diterima secara umum.
1. Perzinaan
Hubungan seksual antara dua orang yang bukan merupakan suami-istri,
baik dilakukan oleh seorang perjaka dengan perawan atau orang-orang yang
sudah berumah tangga untuk memuaskan dorongan seksual sesaat. Perzinaan ini
dilakukan untuk memperoleh tambahan kepuasan seks yang tidak terpenuhi dan
bila dilakukan akan menimbulkan kecemasan, rasa bersalah yang terus
membayangi sehingga timbul kesengsaraan dan penderitaan batin bagi si
pelakunya karena telah melanggar norma agama dan norma social di masyarakat.
2. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seorang wanita yang bukan isterinya dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam bahasa inggris perbuatan tersebut
dinamakan rape yang berasal dari bahasa latin rapere, yakni “mengambil sesuatu
dengan kekerasan”. Seorang suami yang memaksa istrinya untuk bersetubuh
dengannya, tidak dapat dikenakan pidana “perkosaan” karena persetubuhan itu
terjadi dalam perkawinan. Dalam sebuah kasus pemerkosaan untuk membuktikan
membuktikan tindak pidana perkosaan ini, maka penuntut umum harus
membuktikan bahwa persetubuhan telah terjadi dengan paksaan (kekerasan atau
ancaman kekerasan) dan tertudulah yang berbuat seperti itu. Oleh karena itu,
perlu dicari bukti yang menguatkan atau membenarkan (corroborate) keterangan
wanita bahwa ia telah disetubuhi secara paksa. Bukti koroboratif dapat berupa
kesaksian seseorang yang mendengar jeritan meminta pertolongan atau melihat
wanita itu diseret dan melawan.
3. Pelacuran
Penyediaan pelayanan hubungan seks dengan imbalan uang atau hadiah-
hadiah, disebut sebagai hubungan seks diluar perkawinan karena terjadi
hubungan seks antara orang yang tidak terikat oleh cinta perkawinan. Pelacuran
bisa dilakukan secara sendiri-sendiri atau dengan perantara orang lain dengan
perjanjian prosentase tertentu. Pelacuran, apapun namanya di kalangan
masyarakat tidak diterima kehadirannya bahkan dimusuhi, karena dianggap
sebagai perkerjaan yang tidak bermoral.
7. Waria (Transvetisme)
Transvetisme adalah Seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi
secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan
berperilaku dan berpakaian seperti perempuan Untuk mendapatkan kegairahan
seksual. Seorang transvestit memakai pakaian wanita (cross-dressing) sebagai
pernyataan identifikasi dirinya wanita (fiminine identification). Bangkitnya
rangsangan seksual dan orgasme menandakan kemenangan atas identifikasi
feminim itu. Ada transvestite yang melakukannya dikamar tidurnya tanpa
kehadiran orang lain, memandang dirinya pada kaca. Pada waktu cross-dressed,
terjadi ereksi penis. Orgasme dapat menjadi spontan atau dengan melakukan
masturbasi. Transvestite lain terdorong untuk berjalan mondar-mandir di jalan,
berpakaian wanita lengkap dengan wig, make up dan perhiasan. Ia dapat begitu
teliti dan mahir sehingga penampilannya tampak sekali mirip dengan wanita.
Namun bila tanpa cross-dressing akan terlihat jelas kelaki-lakiannya. Dalam
masyarakat kita dikenal dengan istilah banci atau waria.
9. Rancap (Masturbasi)
Masturbasi bisa disebut juga onani atau rancap. Kata masturbasi berasal
dari bahasa latin yang berarti memuaskan diri sendiri. Kata masturbasi sendiri
terdiri atas dua kata yaitu manus yang berarti tangan dan stuprare yang berarti
mengurangi kehormatan. Kata onani berasal dari nama orang yaitu Onan dalam
kitab kejadian (Kitab Suci Yahudi Kristen) pasal 38 ayat 9. Dalam kisah tersebut,
Onan melakukan senggama terputus atau coitus interruptus. Masturbasi diartikan
sebagai pemenuhan dan pemuasan kebutuhan seksual dengan merangsang alat
kelamin sendiri dengan tangan atau alat-alat mekanik. Yang dilakukan pria adalah
menggosok-gosok kemaluannya dengan tangan sendiri sehingga spermanya
keluar. Sedangkan yang dilakukan wanita adalah memasukkan jari tangannya
kedalam vagina, menggosok-gosok klitoris dan sebagainya, baik dilakukan
dengan jari tangan atau alat lainnya seperti pisang, botol kecil atau alat lain yang
berbentuk seperti alat kelamin pria, misalnya dildo atau vibrator sehingga terjadi
orgasme.
Hal ini sebenarnya sejalan dengan Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Islam
yang memberikan pengetahuan dan pemahaman dari perspektif agama Islam:
1. Menanamkan jiwa kelaki-lakian dan kewanitaan yang benar menurut Islam
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara
berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna
bagi pergaulannya. Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada
laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan
jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya,
seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.
3. Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang
berlawanan jenis denga memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar
anak mampu memahami etika bergaul dalam islam mampu membedakan antara
muhrim dengan yang bukan muhrim sehingga pemahaman tersebut akan selalu
melekat di hati dan menjadi selfcontrol pada waktu anak memasuki usia remaja.
c) Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap
anak- anak yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi
tingkah laku sehari- harinya. Dalam pendidikan seks anak harus
diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam
peribadatan. Apa yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap
oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya pemberian
keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.
Hasil kegiatan dari program kerja yang telah saya lakukan yaitu saya dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya COVID-19. Masyarakat mulai
membiasakan hidupnya dengan adaptasi kebiasaan baru dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan sesuai anjuran pemerintah dalam setiap aktivitas baik dalam pembelajaran Daring
maupun aktifitas sehari-hari lainnya. Dengan adanya edukasi yang saya lakukan, kini desa
Tembelang rajin menerapkan gotong royong setiap minggu nya, dan tidak lupa tetap memakai
masker dan rutin dalam mencuci tangan, kini masyarakat didesa tersebut lebih sadar akan
pentingnya kebersihan sekitar dan kebersihan diri untuk mengurangi resiko didesa Tembelang
agar tidak terpapar virus Covid-19 yang saat ini melanda diseluruh dunia salah satu nya di
Indonesia.
Hasil kegiatan dari program kerja yang telah saya lakukan yaitu saya dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tata cara pencegahan Covid-19 agar terhindar dari
virus tersebut. Dengan Cara:
1. Cuci tangan secara rutin, gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan
berbahan alkohol.
2. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan bagian
dalam,lalu buang tisu yang sudah digunakan ketempat sampah dan akan lebih baik jika
selalu memakai masker.
6. Jika anda mengalami demam, batuk atau sesak napas, segera menghubungi fasilitas
kesehatan terdekat.
Dari beberapa program kerja yang saya lakukan didesa tersebut menjadi suatu hal yang kini
berdampak positif bagi masyarakat setempat, sehingga kini masyarakat bekerja sama untuk terus
mematuhi protokol yang sudah ditentukan, dan melakukan hal hal yang dapat memutus rantai
penyebaran virus tersebut . Dengan demikian dapat mengurangi sekaligus memutus rantai
penyebaran Covid-19. Dengan Cara :
1. Edukasi kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya menghindari hal-hal yang sudah
dilarang di era Covid saat ini.
4. Menempel pamflet di tempat umum dan disetiap rumah warga agar lebih mudah
diketahui banyak orang tentang bagaimana dan langkah apa saja yang harus dihindari
agar tidak terpapar Covid-19.
5. Menghimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas yang sifat nya masal atau
berkumpul dengan warga sekitar di desa tersebut.
4. Dampak Kegiatan
a) Sosialisasi COVID-19
1. Membantu pemahaman siswa terhadap tugas mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Membantu siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru atau wali kelas.
4. Membantu beberapa kesulitan siswa dalam bentuk sarana media seperti harus
menggunakan handhone untuk mengakses absen maupun dalam pengumpulan soal yang
diberikan oleh guru.
5. Memberkan pemahaman dan semangat kepada mereka agar tidak lalai dalam
pengerjaan tugas karena hal ini akan berpengaruh pada nilai yang akan mereka terima
2.1 Cuci Tangan
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/
tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air
yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol).
Sedangkan menurut James (2008), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan seperti perawat
merupakan sarana yang paling lazim dalam penularan infeksi
nosokomial, untuk itu salah satu tujuan primer cuci tangan adalah
mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Pruss, 2005) serta
mengurangi transmisi mikroorganisme (Suratun, 2008).
2.1.2 Tujuan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:
a) menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan, b) mencegah
infeksi silang (cross infection), c) menjaga kondisi steril, d) melindungi
diri dan pasien dari infeksi, e) memberikan perasaan segar dan bersih.
2.1.3 Indikasi Cuci Tangan
Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima
waktu) cuci tangan menurut SPO gizi adalah: a) Sebelum masuk ke
dalam area produksi dan distribusi, b) Setelah memegang bahan
mentah/ kotor, c) Setelah memegang anggota tubuh, d) Sebelum dan
setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji pasien, e) Setelah
keluar dari kamar mandi/ toilet.
2.1.4 Cuci Tangan 6 Langkah dengan Hand wash dan Hand rub
a. Cuci Tangan Hand-Wash
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar rumah
sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air
bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah
medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang
terkontaminasi atau terinfeksi, alat pengering seperti tisu, lap tangan
(hand towel), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang
berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta dibawah wastafel
terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh karena itu sarana serta
prasarana juga harus memadai untuk mendukung cuci tangan supaya
dapat dilakukan dengan maksimal.
Prosedur Hand-wash sebagai berikut: a) melepaskan semua
benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan. b) membuka kran air dan membasahi tangan. c) menuangkan
sabun cair ke telapak tangan secukupnya. d) melakukan gerakan
tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan. e)
kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
f) bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan
menyilang. g) membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada
telapak tangan. h) membersihkan ibu jari secara bergantian. i)
posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan
telapak tangan secara bergantian. j) bilas tangan dengan air yang
mengalir. k) keringkan tangan dengan tisu sekali pakai. l) menutup
kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena jari
yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakukan semua
prosedur diatas selama 40 – 60 detik.
Gambar 2.1
Hand wash
Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)
Gambar 2.2
Hand Rub
Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)
2.1.5 Cuci Tangan 6 Langkah menurut WHO di RSUP Dr. Kariadi