OLEH :
HENDRA
2021-01-14901-025
Nama : Hendra
Nim : 2021-01-14901-025
Program Studi : Profesi Ners Angkatan IX
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Ujian
Virtual Kasus Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis DM
Tipe II (Diabetes Militus Tipe II) Di Ruang Sakura
Rsud Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
Pembimbing Praktik
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan anugrah-Nya sehingga saya dapat mennyelesaikan “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Ujian Virtual Kasus Pada Tn. M
Dengan Diagnosa Dm Tipe Ii (Diabetes Militus Tipe Ii) Di Ruang Sakura Rsud
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” asuhan keperawatan ini merupakan salah satu
syarat untuk lulus Stase KMB di STIKes Eka Harap Palangka Raya. Penulis
menyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak kiranya asuhan
keperawatan ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih
dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.pd.,M.Kes. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Stase KMB
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep. selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
3. Bapak Hermanto, Ners.,M.Kep. Selaku pembimbing akademik yang
membimbing, memberikan saran dan semangat kepada saya dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Aster, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing lahan yang telah banyak
membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan masih jauh
dari kata sempurna. Maka dengan ini mengaharapkan kritik dan saran yang membngun
dari pembaca dan diharapkan laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Palangka raya 02 November 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
Pada Diabetes Melitus tipe II, pankreas masih dapat membuat insulin, tetapi
kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai
kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
tinggi sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Gustaviani,
2010). Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes
mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Biasanya
terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Kejadian
DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko
mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks
masa tubuh yang lebih besar. Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun
setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar
90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
fisik (WHO, 2014).
lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian
kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri
dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan
delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama
ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies
satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena
perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di
dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel
oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar
dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler
berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong,
2010). Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan
glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan
somatostatin (Pearce, 2011).
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk
lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada
limpa (lien)
4
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat;
sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang
peranan penting pada metabolisme karbohidrat Kelenjar pankreas dalam mengatur
metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh
sel-sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai
hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
1.1.3 Etiologi
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Diabetes
melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara
relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
1) Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
2) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
3) Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA)
bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi:
1) Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative)
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.
2) Umur ≥45 tahun
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
5
3) Etnik
4) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah pada penyakit Diabetes Melitus
(DM) Tipe 2 meliputi:
1) Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita
dan ≥90 cm pada laki-laki.Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2) Kurangnya aktivitas fisik
3) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan
erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
4) Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5) Diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis
kelamin,konsumsi kopi dan kafein. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah
terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof
wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
6
1.1.4 Klasifikasi
1) Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2) Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin)
atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering
pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3) DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4) Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
Diabete
1.1.5 Patofisiologi (WOC)
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel-
sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia (kadar
glukosa darah > 110 mg / dl ).
WOC DIABETES
Reaksi autoimun,suntik insulin untuk ETIOLOGI Obesitas, Usia, Genetik
MELITUS 7
mengontrol gula dara. Faktor genetik,gaya hidup, obesitas
hypertensi dan juga rusaknya sel-sel
B atau pankreas DM Tipe II
DM Tipe I
Diabetes Tipe 1 disebut juga Insulin dependen Destruksi sel beta pulau-pulau langerherhans akibat Diabetes Tipe 2 Pankreas tidak dapat
diabetes militus (IDDM). Dicirikan dengan proses autoimun kegagalan relatif sel beta Resistensi menghasilkan insulin yang memadai
d
rusaknya sel beta pengahasil insulin pada insulin atau tubuh tidak mampu menggunakan
pulau-pulau langerherhans pankreas sehingga Insulin yang tersedia dengan benar.
terjadi kekurangn insulin pada tubuh.
DIABETES
MELITUS
1.1.7 Komplikasi
1) Akut
a) Koma hipoglikemia
b) Ketoasidosis
c) Koma hiperosmolar nonketotik
2) Kronik
a) Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembukluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
9
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
4 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Pencegahan syok
Faktor risiko …x… jam, diharapkan masalah risiko perfusi Observasi
1. Hiperglikemia perifer kembali efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
2. Gaya hidup kurang gerak Perfusi Perifer frekuensi nafas, TD, MAP)
3. Hipertensi 1. Denyut nadi perifer meningkat 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri, nadi, AGD)
4. Merokok 2. Penyembuhan luka meningkat 3. Monitor status cairan (masukan dan hakuaran, turgor kulit,
5. Prosedur endovaskuler 3. Sesasi meningkat CRT)
6. Trauma 4. Warna kulit pucat menurun 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
7. Kurang terpapar informasi tentang 5. Edema perifer menurun 5. Periksa riiwayat alergi
faktor pemberat (mis, merokok, gaya 6. Nyeri ekstremitas menurun Terapeutik
hidup kurang gerak, obesitas, 7. Parastesia menurun 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
imobilitas) 8. Kelemahan otot menurun >94%
9. Kram otot menurun 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
Kondisi Klinis terkait 10. Bruit femoralis menurun 3. Pasang jalur IV, jika perlu
1. Arterosklerosis 11. Nekrosis menurun 4. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
2. Raynaud’s disease 12. Pengisian kapiler cukup membaik 5. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
3. Trombosis arteri 13. Akral cukup membaik Edukasi
4. Atritis rheumatoid 14. Turgor kulit cukup membaik 1. Jelaskan penyebba/faktor risiko syok
5. Leriche’s syndrome 15. Tekanan darah sistolik cukup membaik 2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
6. Aneurisma 16. Tekanan darah diastolic cukup membaik 3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan
7. Buerger’s disease 17. Tekanan arteri rata-rata cukup membaik gejala awal syok
8. Varises 18. Indeks ankle-brachial cukup membaik 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
9. Diabetes melitus 5. Anjurkan menghindari allergen
10. Hipotensi Kolaborasi
11. Kanker 1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
3. Kolaborasi antiinflamasi, jika perlu
21
Perawatan sirkulasi
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, ABI)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis, diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
7. Aanjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis,
22
5 Dx 4 Gangguan eliminasi urine yang Eliminasi urin (SLKI. L.04034. halm 24) Manajemen eliminasi urine (I.04152. Halm. 175)
berhubungan dengan kadar gula darah Setelah diberi Asuhan Keperawatan selama Observasi
meningkat (D,0040 Hal 96) 1x7 jam, diharapkan pongosangan kandung 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia
kemih yang lengkap. dengan kriteria hasil : urine
1. Sensasi berkemih meningkat 5 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
2. Desakan berkemih (urgensi) menurun inkontinensia urine
5 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
3. Distensi kandung kemih menurun 5 aroma, volume, dan warna)
4. Berkemih tidak tuntus menurun 5 Terapeutik
5. Volume residu urine menurun 5 1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
6. Nokturia menurun 5 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
7. Mengompol menurun 5 3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
8. Frekuensi buang air kecil membaik 5 Edukasi
9. arakteristik urine membaik 5 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu.
24
DX 7 Defisit perawatan diri berhubungn Perawatan diri (SLKI. L.1103, halm 81) Dukungan perawatan diri ( I.11348, halm 36)
dengan diabetes militus di tandai dengan Setelah diberi Asuhan Keperawatan selama 1x7 jam, Observasi
Kegagalan relatif sel beta dan resistensi diharapkan kemampuan melakukan atau 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
insulin kesemutan,kelelahan, kram (D.0109, menyelesaikan aktivitas perawatan diri. dengan sesuai usia
halm 240) kriteria hasil :
2. Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi meningkat 5
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
2. Kemampuan mengenakan pakaian diri, berpakaian, berhias, dan makan
meningkat 5 Terapeutik
3. Kemampuan ketoilet meningkat 5 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
4. Minat melakukan perawan diri meningkat 5 2. Siapkan keperluan pribadi
5. Mempertahankan kebersihan diri meningkat 3. Dampingi dalam melalukan perawatan diri
6. Mempertahankan kebersihan mulut 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
meningkat 5 ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan dir
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
27
1.2.3 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan, selama
fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.
Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas
merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat
pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya.
1.2.4 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : SWASTA
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Danau mare No 29, Palangka
Tgl MRS : 12 November 2021
Ruang Praktel : Sakura
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2
28
29
dada semakin bertambah pada hari yang sama jumat tanggal 12 november
2021 pasien dibawa oleh keluarga ke RSD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya dan di tangani di ruang IGD. Pada saat di IGD didapatkan hasil
pengkajian pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri pada dada, tanda–tanda
vital, tekanan darah 98/81 mmHg, Nadi 102x/menit, pernapasan 30x/menit
dan suhu 37 0C, Spo2 94 % dan mendapatan tindakkan keperawatan
pemasangan infus, Nacl 0,9 % 7 tpm ditangan kiri, Gcs: 15 Compos
mentis dan juga mendapat terapi oksigen 5 lpm, injeksi actrapid 10 mg
pemeriksaan laboraturiu. GDS 418, Ph: 7,3, Pco2: 40, Hco3 :19. Troponin
I 0,31 Mg/dl , Natrium (Na) 130 Mg/dl, Kalium (K) 4,3 Mg/dl, Calcium
1,10 Mg/dl, WBC 8, 61 x 10^3ˆ/ul, NCT 41,7 [%], HGB 13,7 g/dl.
kemudian pasien dianjurkan untuk rawat inap di ruang sakura untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3) Riwayat penyakit sebelumnya
pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit seperti DM,
dari 4 tahun lalu samapi sekarang dan sudah beberapa kali masuk rumah
sakit
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga memiliki riwayat penyakit seperti
DM, dan Hipertensi.
2.1.3 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
30
muncul, tidak ada kram kaki, tidak pucat, tidak ada pusing, tidak clubbing
finger, tidak sianosis, tidak ada sakit kepala, tidak ada palpitasi, tidak
pingsan. Capillary refill <2 detik, tidak ada edema, tidak ada asites, ictus
cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan vena jugularis, suara jantung
normal S1 lup, S2 dup.
Keluhan lainnya : Pasien mengatakan nyeri dada, seperti ditindih beban
dengan skala nyeri 5, nyerinya hilang timbul.
Masalah keperawatan : Nyeri
6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M
6 ( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Tn.
M compos menthis, pupil Tn. M isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya
kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada
pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien
mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II (Optikus):
pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada saat perawat meminta
pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotorik): pasien dapaat
mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien
dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial
V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar.
Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan
asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar
dimana suara petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf kranial IX
(Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus):
pada saat makan pasien dapat mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI
(Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII
(Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien
dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif
32
dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan kiri
positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji
sensasi pasien di sentuh bisa merespon. Kaki terasa kebas dan bebal Tidak ada
masalah keperawatan
7) Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 1200 ml/24 jam warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Tn. M tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah keperawatan.
8) Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak lembab , tidak ada lesi. Gigi ada
yang tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidakada caries, gusi
terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan
pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi
abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada
hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari warna kuning dan lunak
konsistensinya, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan Bising usus 6-7 X
/menit
Tidak ada masalah keperawatan.
9) Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Pergerakan Tn. M secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5 dan
ekstremitas bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun
deformitas pada tulang, maupun patah tulang dengan skala aktivitas 4
Tidak ada masalah keperawatan.
10) Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan,
alergi kosmetik. Suhu kulit Tn. M hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan,
turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan
parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kuku
simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik,
penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12) Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
13) Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji.
Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.
2) Nutrisi dan Metabolisme
Tinggi badan 165 cm, berat badan sebelum sakit 63 kg, berat badan saat
sakit 55 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam, diet rendah gula
tidak kesukaran menelan atau normal. IMT : 18, 5 normal
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Tn.M di Ruang Sakura
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x sehari 3x sehari
Porsi Setengah porsi 1 piring makan
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur, buah Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, the
Jumlah minuman/cc/24 jam 1000 cc/24 jam 1500 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Mudah lapar dan haus Tidak ada
3) Pola istirahat dan tidur
34
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam pada
malam hari dan tidur siang hari 1-2 jam.
Tidak ada masalah keperawatan.
4) Kognitif
Pasien mengatakan “saya sudah mengerti tentang penyakit yang saya
derita saat ini’’.
Tidak ada masalah keperawatan.
5) Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien
ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien
seorang suami dan ayah dari anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di
perhatikan oleh keluarga, istri dan merasa di hargai, Peran: pasien adalah
sebagai suami sekaligus ayah untuk anaknya.
Tidak ada masalah keperawatan.
6) Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit
pasien tidak mampu bekerja sendiri. Namun setelah sakit pasien hanya
bisa berbaring ditempat tidur dengan posisi semi folwer. Saat pengkajian
pasien tampak lemah, dan sebagian aktivitas pasien tampak dibantu oleh
keluaga skala aktivitas pasien 4 ( pasien memerlukan atau pengawasan
orang lain
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7) Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada istrinya dan
keluarganya.
Tidak ada masalah keperawatan.
8) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yang dianut.
Tidak ada masalah keperawatan.
35
2.1.5 Sosial-Spritual
1) Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.
2) Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.
3) Hubungan dengan keluarga
Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Tn. M
dirawat di ruang Sakura terlihat keluarga selalu menjenguk.
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5) Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. M adalah Istri , anak, dan keluarga
6) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.
Hendra
NIM : 2021-01-14901-025
37
1. Pola nafas tidak efektif Berhubungan dengan suplai O2 tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh dibuktikan dengan klien mengatakan sesak nafas. Pasien tampak
lemah, berbaring terlentang, posisi pasien semi fowler, terpasang terafi oksigen
nasal kanul 5 lpm, TTV : TD: 98 / 81 mmHg, N : 102x/menit, RR: 30 x/menit, S
: 37,0oC, Spo2 : 94 [%]
2). Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan
perifer) di tandai denngan:
DS
: pasien mengatakan nyeri dada
Do :
1. Pasien tampak sakit sedang
2. pasien tampak lemah
3. pasien tampak kesakitan jika beraktivitas dan beristirahat
4. keadaan umum compois mentis
PQRST : P : nyeri muncul pada saat melakukan aktivitas ,Q : Nyeri terasa
seperti tertindih benda tumpul, R : Nyeri dibagian dada, S : skala nyeri 5
sedang, T : nyeri terasa pasien mengatakan nyeri hilang tibul pada saat
beraktivitas berlangsung 5-10 menit saat nyeri muncul. TD: 98/81 mmHg, N :
102x/menit, RR: 30 x/menit, S : 37,0oC, Spo2 : 94 [%]
3). Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi insulin
dibuktikan dengan pasien mengatakan mudah lelah
Do :
- Pasien tampak sakit sedang
- Pasien tampak lesu
- pasien tampak lemah
- keadaan umum compois metis
- Hasil pemeriksaan laboratorium
Gds : 418
- TTV pasien TD: 98/81 mmHg N : 102x/menit RR: 30x/menit S : 37,oC
Spo2 : [ 94 %]
41
2 .4 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : Sakura
Jumat 12 Dx 1: S:
November – Pasien mengatakan “masih sesak nafas” saat
1. Memonitor pola nafas (frekuensi, beraktivitas
2021 ,13:30 kedalaman, upaya nafas) O:
WIB 2. Memonitor pola napas (seperti 1. Pasien tampak sesak
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, 2. Irama nafas teratur
1.15.00 wib Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, 3. Pasien tampak lemah
ataksik) 4. Tidak ada batuk dan tidak ada sputum
2.15.20 wib 5. Pasien posisi semi fowler
3. Memonitor adanya sumbatan jalan
6. Menganjurkan klien untuk tarik nafas melalui
napas hidung kemudain hembuskan
3. 15.30 wib
4. Memonitor saturasi oksigen 7. Terapi oksigen dengan nassal kanul 4 Hendra
5. Memposisikan semi-Fowler atau liter/menit
4. 15.45 wib
fowler 8. Tanda-tanda vital
6. Mengajarkan Teknik relaksasi nafas RR : 30 x/menit
5. 15.55 wib
dalam SPO2 : 94%
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam A : Masalah sebagian teratasi
pemberian terapi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 7
45
Arisman, 2011. Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas dan
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC.