Anda di halaman 1dari 29

I.

KONSEP DASAR GASTROENTERITIS


A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah suatu keadaan dimana seseorang
buang air besar dengan konsisteni lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau
lebih ) dalam satu hari (DEPKES, 2016).
Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200g atau 200ml/24jm. Definisi lain memakai kriteria
frekuaensiyaitu buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai
lendir dan darah. Jadi dapat diartikan suatu kondisi buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja
yang encer dapat di sertai atau tanpa di sertai darah atau lendir sebagai
akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung dan usus.
B. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita
yaitu infeksi yang disebabkab bakteri, virus, atau parasite, adanya
gangguan penyerapan makanan dan malabsorsi, alergi, keracunan
bahan kimia atau racun yang terkadung dalam makanan,
imunodefesiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab
lain
1. Faktor Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi
bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus,
Rotavirus,Astrovirus), infeksi parasit (Entamoeba hystolytica,
Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida,
Abicans). Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: Otitis Media
Akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonia, ensefalitis.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan galaktosa).Intoleransi laktosa merupakan penyebab
Gastroenteritis Akut yang terpenting pada anak.
3. Faktor makanan
Gastroenteritis Akut dapat terjadi karena mengkonsumsi
makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Penyebab lain gastoenteritis akut
a. Perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan
terhadap mikroorganisme patogen (imunitas masih lemah)
sehingga bayi tidak memiliki antibodi pelindung yang didapat.
Selain itu bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu.
Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga
mudah dilalui oleh protein asing.
b. Pada masa bayi (usia 1-12 bulan), bayi berada pada fase oral,
sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung
dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu orang tua harus
memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun
permainan anaknya
c. Penularan penyakit ditentukan oleh faktor pejamu (terutama
umur anak) dan lingkungan. Anak yang belum bisa buang air
kecil maupun buang air besar di toilet (khususnya pada bayi),
belum mampu cebok atau cuci tangan dengan baik dan benar
beresiko tinggi menularkan atau tertular infeksi saluran cerna
d. Setiap bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
tidur. Kondisi banyak berbaring jika alas tidur kurang bersih
dapat menjadi sumber infeksi untuk bayi, termasuk infeksi
Gastroenteritis.
C. Klasifikasi
1. Gastroenteritis Akut
Merupakan keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi, yang sering disebabkan oleh agens infeksius
dalam traktus Gastrointestinal. Gastroenteritis Akut biasanya
sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Gastroenteritis Kronis
Merupakan suatu keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Gastroenteritis Kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindroma malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau Gastroenteritis
non spesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan
Gastroenteritis Akut yang tidak memadai.
D. Patofisiologi Gastroenteritis
1. Faktor Infeksi
Proses ini diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus, yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan. Juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan akan
meningkat.
2. Faktor malabsorbsi
Gastroenteritis terjadi sebagai akibat kegagalan dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan ke rongga usus yang
meningkatkan isi rongga usus
3. Faktor makanan
Terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan,
yang menyebabkan gastroenteritis.
4. Faktor fsikologis
Mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan dan terjadilah
gastroenteritis.
E. PATHWAY

Fak. Makanan (makanan


Fak. Mal Absorbsi
Basi, Beracun, Alergi Fak. Psikologi (Rasa
(Karbohidrat, lemak,
makanan) takut dan cemas)
protein)

Penyerapan sari-sari
makanan

Sel pencernaan tidak


adekuat
Terdapatnya zat-zat
makanan tidak dapat di Peningkatan motalitasi
GASTROENTERITIS
serap usus

Gangguan sekresi
Tekanan osmotik Kesempatan usus
meningkat Menyerap makanan
Peningkatan aktivitas berkurang
sekresi cairan
Rebsorbsi di dalam
Usu terganggu
Mengeluarkan isinya

BAB sering, Inflamasi sal.


komsistensi cair pencernaan

Tumbuh bereaksi Mual


Terhadap invasi
Kulit disekitar anus Peningkatan sekresi
Mikroorganisme
Lecet & teriritasi cairan & elektrolit
Defisit
Muntagh kemerhan
nutrisi
& gatal
Peningkatan
Dehidrasi Suhu tubuh

Gangguan integritas
kulit Hipovelemia Hipertermi
F. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul Gastroenteritis.
Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna feses
makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan feses
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama gastroenteritis
.
2. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah gastroenteritis dan
dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan,
gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor
berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (khususnya pada
bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses, secara makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar
gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman
untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotika (pada gastroenteritis persisten).
2. Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa
gas darah (terutama Na, K, Ca, dan serum pada gastroenteritis yang
disertai kejang). Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.
H. Komplikasi
1. Hipertermi
2. Hipoglikemia
3. Intoleransi akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktase.
4. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
5. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika
berlangung lama atau kronik).
I. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan
a. Jenis cairan. Pada gastroenteritis Akut yang ringan dapat diberikan
oralit. Dapat juga diberikan cairan Ringer Laktat, bila tidak dapat
diberikan cairan NaCl isotonik ditambah 1 ampul Natrium
Bicarbonat 7,5% 50 ml.
b. Jumlah cairan. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Rute pemberian cairan
dapat dipilih oral maupun intravena
d. Jadwal pemberian cairan. Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan
cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya kebutuhan cairan rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap
pada jam ketiga.
2. Identifikasi penyebab Gastroenteritis Akut
Secara klinis, tentukan jenis gastroenteritis-nya. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik
Obat anti gastroenteritis bersifat simtomatik dan diberikan sangat
hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus
seperti Loperamide, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi Salmonella,
Shigela, dan Koletis Pseudomembran, karena akan memperburuk
gastroenteritis yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan
waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus. Pemberian antiemetik
pada anak dan remaja, seperti Metoklopramid dapat menimbulkan kejang
akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi
melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
J. Pencegahan
1. Meningkatkan kebersihan diri (seperti cuci tangan setelah ke toilet atau
setelah mengganti popok dan sebelum makan maupun menyiapkan
makan bayi) dan kebersihan di dalam rumah.
2. Hindari konsumsi susu mentah dan makanan yang terkontaminasi atau
basi.
3. Hindari penggunaan obat-obatan yang tidak perlu, khususnya antibiotik.
Antibiotik tidak baik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus yang
umum seperti flu, muntah, gastroenteritis dan sakit tenggorokan (kecuali
bila infeksi disebabkan oleh bakteri Streptococcus).
4. Kebiasaan mengkonsumsi antibiotik menyebabkan bayi menjadi kebal
dan pada saat yang diperlukan antibiotik justru menjadi tidak berfungsi.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
1) Perkembangan psikoseksual
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan
libido, mulai menunjukan kelakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah
latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
2) Perkembangan psikososial
a) Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang
ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak
mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan cairan tubuh/ hipovolemia
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB
sering.
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
1 Hipovolemia Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
Pengertian : Penurunan tindakan keperawatan Hipovolemia
volume cairan intravascular,
selama 4 x 24 jam Observasi
interstisial atau intraselular.
masalah keseimbangan a. Periksa tanda dan gejala
Cairan intravaskuler,
cairan pasien dapat hipovolemia (misalkan,
intersial dan intraselular berkurang atau dapat frekuensi nadi
Penyebab: teratasi, dengan kriteria meningkat, nadi teraba
a. Kehilangan cairan aktif.
hasil : lemah, tekanan darah
b. Kegagalan mekanisme SLKI : Status Cairan menurun, tekanan nadi
regulasi (L.03028) menyempit, turgor kulit
c. Peningkatan 1. Kekuatan nadi menurun, membrane
permeabilitas kapiler 2. Turgor kulit mukosa kering, volume
d. Kekurangan intake
3. Output urine urin menurun, hematocrit
cairan 4. Pengisian vena meningkat, haus, lemah)
e. Evaporasi 5. Berat badan b. Monitor intake dan
6. Keluhan haus output cairan
Gejala dan Tanda Mayor : 7. Frekuensi nadi
Objektif : 8. Tekanan darah Terapeutik
a. Frekuensi nadi 9. Tekanan nadi a. Hitung kebutuhan cairan
meningkat 10. Intake cairan b. Berikan posisi modified
b. Nadi teraba lemah 11. Suhu tubuh Trendelenburg
c. Tekanan darah c. Berikan asupan cairan
menurun oral
d. Tekanan nadi Edukasi
menyempit a. Anjurkan memperbanyak
e. Turgor kulit menurun asupan cairan oral
f. Membran mukosa b. Anjurkan menghindari
kering perubahan posisi
g. Volume urin menurun mendadak
h. Hematokrit meningkat
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor : a. Kolaborasi pemberian
Subjektif cairan IV isotonis (misal,
a. Merasa lemah NaCl, RL)
b. Mengeluh haus b. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
Objektif (misal, glukusa 2,5%,
a. Pengisian vena NaCl 0,4%)
menurun c. Kolaborasi pemberian
b. Status mental berubah cairan koloid (misal,
c. Suhu tubuh meningkat albumin, Plasmanate)
d. Konsemtrasi urin d. Kolaborasi pemberian
meningkat darah
e. Berat badan tiba-tiba
menurun

Kondisi Klinis Terkait :


1. Penyakit Addison
2. Trauma / perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Deden,
2012).
E. Evaluasi
Menurut Nursalam (2009: 135-137), evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya.
III. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG
A. Definsi
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari
perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi
sampai maturitas/dewasa.
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan
juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
(skill) struktur dan hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan
menyangkut berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa,
motorik, emosi dan perkembangan prilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Perkembangan merupakan progresif, terarah, dan
terpadu/kohelen..Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi
mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur
kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang pasti antara perubahan yang terjadi saat ini, sebelumnya dan berikutnya

B. Tujuan Umum Ilmu Tumbuh Kembang


1. Memahami pola normal tumbuh kembang anak
2. Memahami faktor-faktor yang terkait dengan tumbuh kembang anak
3. Melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang fisik,mental/kognitif, kemampuan sosial-
emosional.
4. Melakukan deteksi dini terhadap kelainan tumnuh kembang dengan
cara melakukan skrining rutin serta melakukan assessment untuk
menegakkan diagnosis dan mencari penyebab
5. Melakukan tatalaksana yang komperhensif terhadap masalah-
masalah yang terkait dengan tumbuh kembang anak,serta melakukan
upaya pencegahan.

C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Pada Anak


Menurut Hurlock EB dalam Soetjiningsih (2016), tumbuh kembang
anak mempunyai cirri-ciri tertentu, yaitu:

1. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves change)


2. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan lanjutannya
(Early development more critical than critical than later
development)
3. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
(Development is the product of maturation and the leaning
4. Pola perkembangan dapat diramalkan (the developmental patenrt is
predicable)
5. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat
diramalkan(the developmental pattern has predicable characteristic).
6. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan (there
individual defferences the development)
7. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there are
periods in the development pattern)
8. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there
are social expectation for every developmental period).
9. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area of
developmens has potensial hazards).
D. Tahap Tumbuh Kembang Anak

a. Masa perinatal mulai dari konsepsi sampai lahir. Pada masa ini
terjadi tumbuh kembang yang sangat pesat. Sel telur yang telah
dibuahi mengalami deferenisasi yang berlangsung cepat hinggga
terbentuk organ- organ tubuh yang berfungsi sesuai dengan
tugasnya, hanya perlu waktu 9 bulan didalam kandungan. Masa
kombrio berlangsung sejak konsepsi sampai umur 8 minggu (ada
yang mengatakan sampai 12 minggu). Pada saat ini terbentuk
organ-organ yang sangat peka terhadap lingkungan. Pada msa fetus
ini, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
yang sempurna, dan organ-organ tubuh yang telah terbentuk mulai
berfungsi. Sedangkan pada masa fetus lanjut, pertumbuhan
berlangsung pesat dan berkembang fungsi organ-organ tubuh.

b. Pada masa neonatal, terjadi adaptasi lingkungan dari kehidupan


intrauteri ke kehidupan ektrauteri dan terjadi perubhan siklus darah.
Organ-organ tubuh berfungsi sesuai tugasnya di dalam kehidupan
ektrauteri. Pada masa 7 hari pertama (neonatal dini), bayi harus
mendapatkan perhatian khusus, karena angka kematia pada masa
bayi ini tinggi,

c. Pada masa bayi dan masa anak dini, pertumbuhan anak pesat
walaupun kecepatan telah mengalami deselerasi dan proses
maturasi yang berlangsung, terutama sistem saraf.

d. Pada masa anak prasekolah, kecepatan pertumbuhan lambat dan


berlangsung stabil (plateau) pada masa ini terdapat kecepatan
perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. Aktifitas fisik
bertambah serta keterampilan dan proses fikir meningkat.

e. Pada masa praremaja, anak perempuan 2 tahun lebih cepat


memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke dewasa, pada masa
ini terjadi pacu tumbuh berat badan, tinggi badan dan juga
pertumbuhan yang pesat pada alat-alat kelamin dan timbul tanda-
tanda seks sekunder.
Tabel Tumbuh Kembang utama pada masa anak dan remaja
Tahap/Umur Tumbuh Kembang Utama
Masa prenatal (dari a. Pembentukan struktur tubuh asar dan organ-organ
konsepsi sampai b. Pertumbuhan fisik tercepat dalam rentang
lahir) kehidupan anak
c. Sangat peka terhadap lingkungan
Masa bayi dan a. Bayi baru lahir masih tergantung pada orang lain
masa anak (dependent), tetapi mempunyai kompetensi
dini (lahir sampai (competent)
umur 3 tahun) b. Semua pancaindera berfungsi pada waktu lahir
c. Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik
berlangsung cepat
d. Mempunyai kemampuan belajar dan mengingat,
bahkan pada minggu-minggu pertama kehidupan
e. Kelekatan terhadap orangtua atau benda lainnya
sampai akhir tahun pertama
f. Kesadaran diri (self-awareness) berkembang
dalam tahun kedua
g. Komperhensi dan bahasa berkembang pesat
h. Rasa tertarik terhadap anak lain meningkat.
Masa prasekolah ( 3 a. Keluarga masih merupakan fokus dalam hidupnya,
– 6 tahun) walaupun anak lain menjadi lebih penting
b. Ketermpilan motorik kasar dan halus serta kekuatan
meningkat
c. Kemandirian, kemampuan mengontrol diri dan
merawat diri meningkat.
d. Bermain, kreativitas, dan imajinasi menjadi lebih
berkembang.
e. Imaturitas kognitig mengakibatkan pandangan yang
tidak logis terhadap dunia sekitar
f. Prilaku pada umumnya masih egosentris, tetapi
pengertian terhadap pandangan orang lain mulai
tumbuh.
Masa praremaja (6- a. Teman sebaya sangat penting
12 tahun) b. Anak mulai berfikir logis, meskipun masih
konkrit operasional
c. Egoisentris berkurang
d. Memori dan kemampuan berbahasa meningkat
e. Kemampuan kognitif meningkat akibat sekolah formal
f. Konsep diri tubuh yang mempengaruhi harga dirinya
g. Pertumbuhan fisik lambat
h. Kekuatan dan kemampun atletik meningkat

Masa remaja (12 a. maturitas reproduktif dimulai sampai mencapai dewasa


sampai sekitar 20 b. Perubahan fisik cepat dan jelas
tahun) c. teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan dan
konsep dirinya
d. kemampuan berfikir absrak dan menggunakan alasan
yang bersifat ilmiah dan sudah berkembang
e. sifat egoisentris menetap pada beberapa perilaku
f. hubungan dengan orang tua pada umumnya baik

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap perkembangan


anak menurut umur sebagai berikut:

a. umur 0-3 bulan

1) mengangkat kepala setinggi 45⁰

2) menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah

3) melihat dan menatap wajah anda

4) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

5) suka tertawa keras

6) bereaksi terkejut terhadap suara keras

7) bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau tersenyum

8) mengenal ibu dengan pengelihatan,

9) menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah

10) melihat dan menatap wajah anda

11) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

12) suka tertawa keras


13) bereaksi terkejut terhadap suara keras

14) bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau tersenyum

15) mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman,pendengaran,


kontak.

b. umur 3-6 bulan


1) berbalik dari telungkup ke terlentang
2) mengangkat kepala setinggi 90⁰
3) mempertahankan posisi kepala tatap tegak dan stabil
4) menggenggam pensil
5) meraih benda yang ada dalam jangkauannya
6) memegang tangannya sendiri
7) berusaha memperluas pandangan
8) mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9) mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10) tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri
c. umur 6-9 bulan
1) duduk (sikap tripoid-sendiri)
2) belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
3) merangakak meraih mainan atau mendekati seseorang
4) memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya
5) memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang 1 benda
pada saat bersamaan
6) memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
7) bersuara tanpa arti, mamama, dadada, tatata
8) mencari mainan atau benda yang dijatuhkan
9) bermain tapuk tangan atau ciluk ba
10) bergembira dengan melempar benda
11) makan kue sendiri
d. umur 9-12 bulan
1) mengangkat benda keposisi berdiri
2) belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dengan kursi
3) dapat berajalan dengan dituntun
4) mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diingikan
5) menggenggam erat pensil
6) memasukkan benda ke mulut
7) mengulang menirukan bunyi ynag didengar
8) menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
9) mengekplorasikan sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
10) bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11) senang diajak main “ciluk ba”
12) mengenal anggota keluarga, takut pada orang lain yang belum
dikenal
e. umur 12-18 bulan
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) membungkuk memungut permainan kemudian berdiri kembali
3) berjalan mundur 5 langkah
4) memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu dengan kata
“mama”
5) menumpuk 2 kubus
6) memasukkan kubus di kotak
7) menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik
tangan ibu.
8) memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
f. umur 18-24 bulan
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) bertepuk tangan, melambai-lambai
4) menumpuk 4 buah kubus
5) memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) menggelindingkan bola kearah sasaran
7) menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8) membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
9) memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
g. umur 24-36 bulan
1) jalan naik tangga sendiri
2) dapat bermain dan menendang bola kecil
3) coret-coret pensil pada kertas
4) baca dengan baik menggunakan 2 kata
5) dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
6) melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda
atau lebih
7) membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat piring jika
diminta
8) melepaskan pakaian sendiri
h. umur 36-48 bulan
1) berdiri 1 kaki 2 detik
2) melompat kedua kaki diangkat
3) menggayuh sepeda roda tiga
4) menggambar garis lurus
5) menumpuk 8 kubus
6) mengenal 2-4 warna
7) menyebut nama umur dan tempat
8) mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
9) mendengarkan cerita
10) mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
11) bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
12) mengenakan sepatu sendiri
13) mengenakan celana panjang, kemeja, baju
i. umur 48-60 bulan
1) berdiri satu kaki 6 detik
2) melompat-lompat satu kaki
3) menari
4) menggambar tanda silang
5) menggambar lingkaran
6) menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
7) mengancing baju atau pakaian boneka
8) menyebut nama lengkap tanpa dibantu
9) senang bertanya tentang sesuatu
10) menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
11) bicaranya mudah dimengerti
12) bicara membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya
13) menyebut angka dan menghitung jari
14) menyebut nama-nam hari
15) berpakaian sendiri tanpa bantuan
16) bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika ditinggal ibu
j. umur 60-72 bulan
1) berjalan lurus
2) berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
3) menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
4) menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) menggambar segi empat
6) mengerti arti lawan kata
7) mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
8) menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya
9) mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10

E. Faktor – Faktor Yang Mmempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan


Perkembangan Anak
1. Faktor Heredite/Keturunan

Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran


utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan
tulang. Yang termasuk faktor genetic antara lain adalah berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Gangguan pertumbuhan di Negara maju
lebih sering disebabkan oleh faktor genetik ini, misalnya
kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan kromosom
seperti sindrom Down, sindrom turner, dan sebagainya.
Sementara itu, dinegara yang sedang sudah berkembang,
gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetic,
juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang kondusif
untuk tumbuh kembang anak, seperti penyakit infeksi, kurang
gizi, penelantaran anak dan sebagainya.

2. Faktor lingkungan

a. Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormone


dan emosi. Ada tiga hormone yang mempengaruhi
pertumbuhan anak, hormone somatotropin merupakan
hormone yang mempengaruhi jumlah sel tulang,
merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya
hormone ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormone tiroid
akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan
hormone ini akan menyebabkan kretinesme dan hormone
gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang
perkembangan seks laki – laki dan memproduksi
spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang
perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur,
jika kekurangan hormone gonadrotopin ini akan
menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
b. Lingkungan eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang


mempengaruhi diantaranya adalah kebudayaan suatu daerah
akan mempengaruhinya kepercayaan, adat kebiasaan dan
tingkah laku dalam bagaimana orang tua mendidik anaknya.
Status social ekonomi keluarga juga berpengaruh, orang tua
yang ekonominya menengah keatas dapat dengan mudah
menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah yang
berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau
mengadopsi cara-cara baru bagaimana cara merwat anak
dengan baik. Status nutrisi pengaruhnya juga sangat besar,
orang tua dengan ekonomi lemah bahkan tidak mampu
memberikan makanan tambahan buat anaknya, sehingga anak
akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya
tahan tubuh akan menurun dan akhirnya anak akan jatuh
sakit.

c. Faktor pelayanan kesehatan


Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada
disekitar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang,
diharapkan tumbang anak dapat di pantau. Sehingga apabila
terdapat sesuatu hal sekiranya meragukan atau terdapat
keterlambatan dalam perkembangannya, anak dapat segera
mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan solusi
pencegahannya.
d. Faktor psikososial
1) Stimulasi
Stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang
penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih
cepaat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang / tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga akan
mengoptimalkan potensi genetk yang dipunyai anak.
Linkungan yang kondusif akan mendorong
perkembangan fisik dan mental yang baik, sedangkan
lingkungan yang kurang mendukung akan mengakibatkan
perkembangan anak dibawa potensi genetiknya.

2) Motivasi belajar
Konsep Cairan dan Elektrolit Motivasi belajar dapat
ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang
kondusif untuk belajar, misalnya perpustakaan, buku – buku
yang menarik minat baca anak dan bermutu, suasana tempat
belajar yang tenang, sekolah yang tidak terlalu jauh, serta
sarana lainnya.
3) Kelompok sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi
dengan lingkungan.Perhatian dari orangtua tetap dibutuhkan
intuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul.
Khususnya bagi remaja, harus diperhatikan teman sebyanya,
karena teman sebaya dapat mempengaruhi hal – hal yang
tidak baik, seperti penyalah gunaan obat – obatan terlarang,
alcohol, merokok, “geng motor”, dan sebagainya.
4) Stres
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya; misalnya, anak akan menarik diri, rendah diri,
gagap, nafsu makan menurun, dan bahkan bunuh diri.
5) Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, diharapkan
setiap anak mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah
minimal 9 tahun.Pendidikan yang baik dapat meningkatkan
taraf hidup anak kelak.Saat ini, yang masih menjadi masalah
social adalah masih benyaknya anak yang terpaksa tidak
sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk
keluarganya.
6) Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan di
lindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan
yang adil dari orangtuanya, agar kelak ia jadi anak yang
tidak sombong dan memberikan kasih sayangnya. Kasih
sayang yang diberikan secara berlebihan, yang menjurus ke
arah memanjakan akan menghabat bahkan mematikan
perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak
akanmenjadi manja, kurang mandiri, pemborosan, kurang
bertanggung jawab, dan kurang bisa menerima kenyataan.
7) Kualitas interaksi anak-orangtua
Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka
kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa timbal balik
dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama.
Kedekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak sangat
penting.Interaksi tidak ditentukan oleh lama waktu bersama
anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi
terebut.Kualitas interaksi adalah pemahaman terhadap
kebutuhan masing- masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa
saling menyayangi. Hubungan yang menyenangkan dengan
orang lain, terutama dengan anggota keluarga akan
mendorong anak untuk mengembangkan kepribadian dan
interaksi social dangan orang lain.
IV.KONSEP HOSPITALISASI
A. Definisi
Hospitalisasi adalah pengalaman penuh cemas baik bagi anak
maupun keluarganya. Kecemasan utama yang dialami dapat berupa
perpisahan dengan keluarga, kehilangan kontrol, lingkungan yang
asing, kehilangan kemandirian dan kebebasan. Reaksi anak dapat
dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit,
diagnosa penyakit, sistem dukungan dan koping terhadap cemas
(Nursalam, 2013).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta
mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi stresor. Stresor
utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali dan
nyeri (Wong, 2009).
B. Reaksi Terhadap Hospitalisasi
1. Reaksi anak
a. Ansietas dan ketakutan
Bagi banyak anak memasuki rumah sakit adalah seperti
memasuki dunia asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas
dan kekuatan. Ansietas seringkali berasal dari cepatnya awalan
penyakit dan cedera, terutama anak memiliki pengalaman
terbatas terkait dengan penyakit dan cidera.
b. Ansietas perpisahan
Ansietas terhadap perpisahan merupakan kecemasan
utama anak di usia tertentu. Kondisi ini terjadi pada usia sekitar
8 bulan dan berakhir pada usia 3 tahun.
c. Kehilangan kontrol
Ketika di hospitalisasi anak mengalami kehilangan
kontrol secara signifikan.
2. Reaksi orang tua
Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan
hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada awalnya
orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika
penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan
frustasi merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang
tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit
dan jenis prosedur medis yang digunakan. Sering kali kecemasan
yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi
pada anak (Wong, 2009).
3. Reaksi saudara kandung
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat
di rumah sakit adalah kesiapan, ketakutan, khawatiran, marah,
cemburu, benci, iri dan merasa bersalah. Orang tua sering kali
memberikan perhatian yang lebih pada anak yang sakit
dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal tersebut menimbulkan
perasaan cemburu pada anak yang sehat dan merasa ditolak
4. Perubahan peran keluarga
Selain dampak perpisahan terhadap peran keluarga,
kehilangan peran orang tua dan sibling. Hal ini dapat
mempengaruhi setiap anggota keluarga dengan cara yang berbeda.
Salah satu reaksi orang tua yang paling banyak adalah perhatian
khusus dan intensif terhadap anak yang sedang sakit.
C. Dampak Hospitalisasi
Menurut Cooke & Rudolph (2009), hospitalisasi dalam waktu
lama dengan lingkungan yang tidak efisien teridentifikasi dapat
mengakibatkan perubahan perkembangan emosional dan intelektual
anak. Anak yang biasanya mendapatkan perawatan yang kurang baik
selama dirawat, tidak hanya memiliki perkembangan dan pertumbuhan
fisik yang kurang optimal, melainkan pula mengalami gangguan hebat
terhadap status psikologis. Anak masih punya keterbatasan kemampuan
untuk mengungkapkan suatu keinginan. Gangguan tersebut dapat
diminimalkan dengan peran orang tua melalui pemberian rasa kasih
sayang. Berikut ini adalah dampak hospitalisasi terhadap anak usia
prasekolah :
1. Cemas di sebabkan perpisahan
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak
pertengahan sampai anak periode prasekolah khususnya anak
berumur 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan. Hubungan
anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan
menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi
diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan
mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
2. Kehilangan Kontrol
Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan
kontrol. Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal
kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal,
melakukan aktivitas hidup sehari-hari activity daily living (ADL),
dan komunikasi. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan
kehilangan kebebasan pandangan ego dalam mengembangkan
otonominya. Ketergantungan merupakan karakteristik anak dari
peran terhadap sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan
dengan cara negatif, anak akan menjadi cepat marah dan agresif.
Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena
penyakit kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada
akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.
3. Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri)
Konsep tentang citra tubuh, khususnya pengertian body
boundaries (perlindungan tubuh), pada kanak-kanak sedikit sekali
berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan, bila dilakukan
pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada rektal akan membuat
anak sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak
menyakitkan sama seperti tindakan yang sangat menyakitkan. Anak
akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan
gigi, menggigit bibir, menendang, memukul atau berlari keluar.
4. Dampak negatif dari hospitalisasi lainya pada usia anak prasekolah
adalah gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai