Anda di halaman 1dari 9

NAMA : FIDYAWATI DJAPRI

NIM : A031191029

AKUNTANSI BELANJA DAN SISTEM INFORMASI DAERAH

BELANJA HIBAH

Belanja Hibah adalah belanja pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa yang dapat
diberikan kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional, pemerintah pusat/daerah,
perusahaan negara/daerah, kelompok masyarakat, atau organisasi kemasyarakatan yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Termasuk
dalam belanja hibah adalah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah.
Jadi, dana hibah adalah suatu pemberian dalam wujud uang, barang, ataupun jasa dari satu pihak
ke pihak lain secara umum. Contoh setiap pihak tersebut adalah pemerintah daerah, pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan organisasi masyarakat atau ormas.

 PENERIMA HIBAH

Berdasarkan peraturan perundang-undangan Indonesia, berbagai pihak yang memiliki hak untuk
menerima dana hibah adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah. Berdasarkan pasal 5 huruf A, dana hibah yang diberikan pada pemerintah
diberikan pada satuan kerja dari kementerian ataupun lembaga pemerintah non kementerian yang
wilayah kerjanya berada di dalam daerah yang berkaitan.

2. Pemerintah Daerah Lainnya. Berdasarkan pasal 5 huruf B, dana hibah untuk pemerintah
daerah lainnya diberikan pada pemerintah daerah otonom baru hasil dari pemekaran daerah yang
mana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

3. Perusahaan Daerah. Berdasarkan pasal 5 huruf C, dana hibah pada perusahaan daerah
diberikan pada BUMD atau Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya perusahan dana hibah yang
diterima pemerintah daerah dari pemerintah pusat yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Masyarakat. Berdasarkan pasal 5 huruf D, dana hibah pada masyarakat diberikan pada
kelompok orang yang mempunyai kegiatan tertentu dalam sisi pendidikan, perekonomian,
keagamaan, kesehatan, adat istiadat, keagamaan, dan sisi keolahragaan non-profesional.

5. Organisasi Kemasyarakatan. Berdasarkan pasal 5 huruf E, dana hibah pada organisasi


kemasyarakatan diberikan pada organisasi masyarakat yang dibentuk dengan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Dalam peraturannya, tidak sembarangan masyarakat dan
organisasi masyarakat berhak menerima dana hibah. Ada beberapa persyaratan agar masyarakat
dan organisasi masyarakat bisa menerima dana hibah.

 KRITERIA BELANJA HIBAH


 Hibah dapat diberikan kepada pemerintah negara lain, organisasi internasional,
pemerintah pusat/daerah, perusahaan negara/daerah, kelompok masyarakat, atau
organisasi kemasyarakatan;
 Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat bagi pemberi hibah;
 Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemberi dan penerima hibah;
 Tidak ada timbal balik/balasan secara langsung yang harus dilakukan oleh penerima
hibah
 Digunakan sesuai dengan naskah perjanjian
 Bersifat satu kali dan/atau dapat ditetapkan kembali
 Dianggarkan pada BUN/BUD
 JENIS DAN KLASIFIKASI BELANJA HIBAH

Jenis belanja hibah dari sisi bentuknya terdiri dari:

1. Dalam bentuk devisa (luar negeri);


2. Dalam bentuk rupiah.

Belanja hibah diklasifikasikan menurut pihak yang menerima hibah, yaitu:

1. Belanja hibah kepada pemerintah negara lain atau pemerintah lainnya


2. Belanja hibah kepada perusahaan negara/daerah
3. Belanja hibah kepada organisasi internasional
4. Belanja Hibah kepada kelompok masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
Pengukuran

Belanja hibah dicatat sebesar nilai nominal yang dikeluarkan atau menjadi kewajiban hibah.

Penyajian

 Realisasi belanja dan beban hibah disajikan dalam mata uang rupiah. Entitas akuntansi
dan entitas
 pelaporan menyajikan klasifikasi belanja hibah menurut jenis belanja, organisasi dan.
menurut fungsi dalam Laporan Realisasi Anggaran Belanja.
 Pada penerapan akuntansi berbasis akrual beban hibah juga disajikan pada Laporan
Operasional pada Pos Operasional.

Pengungkapan

Di samping disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional, transaksi
hibah juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga
dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai belanja hibah yang dikeluarkan.
Jenis informasi atas transaksi belanja hibah yang dapat dijelaskan pada Catatan atas Laporan
Keuangan, antara lain:

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan pengukuran atas
transaksi belanja hibah;
2. Informasi rinci tentang jenis-jenis belanja hibah dan penerima hibah;
3. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
pada lembar muka laporan keuangan.

Dana Hibah untuk Partai Politik

Partai politik memiliki peran fundamental dalam masyarakat demokrasi. Mereka menjadi
perantara antara masyarakat dan pemerintah. Sebagai organisasi yang hidup di
tengah masyarakat, partai politik menyerap, merumuskan, dan mengagregasi kepentingan
masyarakat. Sedangkan sebagai organisasi yang menempatkan kader-kadernya di lembaga
legislatif maupun eksekutif, partai politik menyampaikan dan mendesakkan kepentingan
masyarakat tersebut untuk dibuat kebijakan pemerintah. jika hendak memaksimalkan peran
perantara antara masyarakat dan pemerintah, partai politik harus mampu mengatasi masalah
finansial, sebab ketersediaan dana merupakan sesuatu yang vital. Dana
tidak hanya diperlukan untuk membiayai kampanye pada masa pemilu, tetapi juga untuk
membiayai kegiatan partai politik sepanjang tahun. kegiatan itu meliputi operasional
kesekretariatan, pendidikan politik dan kaderisasi, konsolidasi organisasi, unjuk publik atau
public expose, dan perjalanan dinas pengurus.

Bantuan keuangan partai politik bukan hal baru dalam penataan sistem kepartaian
Indonesia. UU no. 3/1975, yang merupakan undang-undang pertama mengatur partai politik di
Indonesia, menyebutkan bahwa sumber keuangan partai politik dan golongan karya adalah: (1)
iuran anggota; (2) sumbangan yang tidak mengikat; (3) usaha lain yang sah; (4) bantuan dari
negara/pemerintah. Meskipun undang-undang produk rezim Orde Baru itu tidak mengatur lebih
lanjut bagaimana penyaluran dana bantuan partai politik, namun Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Golongan karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indoneisa (PDI), secara rutin menerima
dana bantuan setiap tahun. Penyaluran disampaikan melalui Dirjen Sosial dan Politik,
Departemen Dalam negeri, yang diatur oleh Peraturan Menteri Dalam negeri. Memasuki era
reformasi pasca jatuhnya Orde Baru, penataan sistem politik demokratis menjadi agenda
nasional, sehingga UU no. 3/1975 yang membelenggu kehidupan sosial politik diganti dengan
UU no. 2/1999. Undang-undang ini pertama-tama bertujuan menjamin kebebasan rakyat
membentuk partai politik; lalu mendorong partai politik menjadi organisasi modern untuk
mengemban fungsi pendidikan politik,partisipasi politik, agregasi politik, rekrutmen politik, dan
kontrol politik.
Undang-undang ini membuat batas-batas agar partai politik dapat menghindari jebakan
kepentingan perorangan maupun kelompok akibat pengaruh sumbangan keuangan.
Itulah yang melatarbelakangi lahirnya pengaturan keuangan partai politik.

 BANTUAN SOSIAL

Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang/jasa dari pemerintah daerah/pusat
kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.

Kriteria Pemberian Bantuan Sosial


Adapun kriteria untuk pemberian bantuan sosial paling sedikit memenuhi beberapa hal berikut:

1) Selektif. Diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon penerima yang
ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan risiko sosial atau dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan sosial kemasyarakatan.
2) Memenuhi persyaratan penerima bantuan. Adapun persyarannya meliputi:
a. memiliki indentitas yang jelas; dan
b. berdomisili dalam wilayah administratif pemerintah daerah.
3) Bersifat sementara dan tidak terus menerus (kecuali dalam keadaan tertentu). Diartikan
bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan di setiap tahun
anggaran.
4) Sesuai tujuan penggunaan. Adapun tujuan pemberian bantuan sosial meliputi:
a. Rehabilitasi sosial. Ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.
b. Perlindungan sosial. Ditujukan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan
dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan
hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
c. Pemberdayaan sosial. Ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat
yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
d. Jaminan sosial. Merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
e. Penanggulangan kemiskinan. Merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak
bagi kemanusiaan.
f. Penanggulangan bencana. Merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
rehabilitasi.
g. Jaminan kesehatan masyarakat miskin. Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka memberikan perlindungan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin.
h. Penyantunan sosial. Merupakan kegiatan penyantunan sosial kepada masyarakat miskin.
i. Sosial kemasyarakatan. Merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk membantu
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
 TAHAP PENGANGGARAN BELANJA BANTUAN SOSIAL

Sesuai dengan tahapan penyusunan APBD (Murni) berdasarkan Permendagri Nomor 31 Tahun
2016

1) Penyampaian proposal usulan dari pemohon yang ditujukan kepada Walikota (Minggu I
April);
2) Disposisi dan distribusi proposal (Minggu II April);
3) Verifikasi dan Rekomendasi oleh SKPD teknis (Minggu II April s.d. Minggu II Mei);
4) Pertimbangan TAPD (Minggu IV Mei);
5) Pencantuman alokasi belanja hibah dan bantuan sosial dalam KUA-PPAS (Minggu IV Mei) ;
6) Penyampaian KUA-PPAS (Minggu I Juni);
7) Pembahasan dan penetapan KUA-PPAS (Minggu I Juni s.d Minggu IV Juli) ;
8) Pencantuman nama penerima hibah dan bantuan sosial dalam RAPBD (Minggu I Oktober); (
9) 9) Pembahasan dan penetapan APBD (Oktober s.d akhir Desember);
10) Penetapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) (Januari tahun berikutnya);
11) Penetapan daftar nominatif penerima hibah dan bantuan sosial melalui Keputusan Walikota
(Januari tahun berikutnya);
12) Proses pencairan

PENCAIRAN DAN PENYALURAN BANSOS

1) Proses Penetapan Penerima Bansos


Seleksi Menetapkan SK SK disahkan
Kuasa PA

Dilakukan oleh Dilakukan oleh Dasar


PPK; PPK pemberian
seusai Pedoman Memuat bansos kepada
Umum (PA) identitas penerimanya
dan Juknis penerima, nilai pengesahan SK
(Kuasa PA) uang, dan no. dapat dilakukan
rek scr bertahap
bagi penerima
yang memenuhi
syarat

Adapun proses penetapan penerima bantuan sosial adalah sebagai berikut:

1) Dalam rangka menentukan penerima bantuan sosial, PPK melakukan seleksi penerima
bantuan sesuai kriteria/persyaratan yang ditentukan dalam pedoman umum pengelolaan
dan pertanggungjawaaban Belanja Bantuan Sosual yang ditetapkan oleh PA dan petunjut
teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial yang ditetapkan oleh Kuasa PA.
2) Selanjutnya, PPK menetapkan surat keputusan penerima bantuan sosial. SK ini paling
sedikit memuat:
a. Identitas penerima bantuan sosial;
b. Nilai uang bantuan sosial;
c. Nomor rekening penerima bantuan sosial. jika tidak mempunyai nomor rekening,
maka yang dicantumkan dalam SK penerima bantuan sosial adalah nomor
rekening bank/pos penyalur.
3) SK penerima bantuan sosial disahkan oleh Kuasa PA.

Untuk mempercepat proses pemberian bantuan sosial, penetapan surat keputusan dan
pengesahannya dapat dilakukan secara bertahap bagi penerima yang telah memenuhi
persyaratan.

2) Alur Pencairan Dana Belanja Bansos yang Disalurkan dalam Bentuk Uang
Rekening
Penerima
pada Rekening
Rekening Kas Bank/Pos Penerima
Umum Kuasa PA Bansos
Negara Membuka
Rekening Penyaluran
Rekening
Bank/Pos kepada
pada
Penyaur penerima
Bank/Pos Uang Tunai
Penyalur dari Rek.
Bank/Pos
Penyalur oleh
Petugas

Pencairan dana belanja bantuan sosial yang dilakukan melalui pembayaran langsung (LS)
dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Dari rekening kas umum negara ke rekening penerima bantuan sosial pada bank/pos.
2) Dari rekening kas umum negara ke rekening bank/pos penyalur. Untuk pencairan dana ini
dilakukan dalam hal:
a. Penerima tidak memungkinkan untuk membuka rekening pada bank/pos;
b. Dana belanja bantuan sosial yang disalurkan merupakan program nasional;
c. Jumlah penerima bantuan sosial dalam bentuk uang pada satu jenis belanja bantuan
sosial dan satu DIPA lebih dari 100 (seratur) penerima bantuan sosial.

Untuk pencairan dana dari rekening kas umum negara ke rekening bank/pos penyalur
kuasa membuka rekening pada bank/pos penyalur (dilaksanakan sesuai PMK No.
57/PMK.05/2007. Selanjutnya dana dari belanja bantuan sosial disalurkan kepada penerima
bantuan sosial dengan cara:

1) Pemindahbukuan dari rekening bank/pos penyalur ke rekening penerima bantuan sosial; atau
2) Pemberian uang tunai dari rekening bank/pos penyalur kepada penerima bantuan sosial oleh
petugas bank/pos penyalur.
C. Proses Pencairan Dana Belanja Bantuan Sosial yang Disalurkan dalam Bentuk Barang
dan/atau Jasa

Adapun proses pencairan dana belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk barang
dan/atau jasa meliputi:

1) Dalam rangka pengadaan barang dan/jasa untuk bantuan sosial akan disalurkan kepada
penerima dalam bentuk barang dan/atau jasa.
2) PPK menandatangai kontrak pengadaan barang dan/atau jasa dengan penyedia barang
dan/atau jasa.
3) Pencairan dana belanja bantuan sosial dalam rangka pengadaan barang dan/atau jasa yang
disalurkan ke penerima bantuan sosial dilakukan dengan metode pembayaran langsung (LS)
dari rekening kas umum negara ke rekening penyedia barang dan/atau jasa.
4) Penyaluran barang dan/atau jasa atas dana belanja bantuan sosial dilakukan oleh PPK atau
penyedia barang dan/atau jasa sesuai kontrak yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai