Anda di halaman 1dari 7

Pengelolaan Sumberdaya Hutan Aceh

Dalam Perspektif Ekonomi dan Ekologi

Oleh :
DR. Ir. Fauzi Harun, MSi
(Pemerhati Kehutanan dan Lingkumgan,
dan Alumnin Program Doktor Ilmu Pengetahuan Kehutanan, IPB Bogor)

Pengantar

Sumberdaya hutan merupakan anugerah Allah SWT yang bersifat renewable


resources (dapat dipulihkan), yang dapat dikelola dan dimanfaatkan secara rasional
untuk kemakmuran rakyat. Pemanfaatan sumberdaya hutan untuk kehidupan
ummat manusia sudah dilakukan sudah berlangsung ribuan tahun lalu ketika nenek
moyang kita hidup dari berburu di hutan. Proses pemanfaatan hutan oleh manusia
terus berevolusi haingga sekarang. Evolusi dalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan diperngaruhi oleh perkembangan peradaban manusia dan kebutuhan akan
produk hutan baik berupa kayu maupun non kayu.
Khususnya di Aceh keberadaan sumberdaya hutan Aceh berdasarkan SK
Gubernur Aceh No 11 Tahun 1999, tentang arahan fungsi hutan, bahwa luas
kawasan hutan ………ha (….% dari luas wilayah), merupakan suatu potensi yang
sangat besar jika dikelola dengan arif dan bijaksana untuk pembangunan Aceh.
Namun faktanya keberadaan sumberdaya hutan tersebut termarjinalkan, dan tidak
menjadi sektor unggulan untuk pembangunan Aceh. Dalam hal ini para pihak masih
terdapat perbedaan pandangan terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya hutan Aceh, dimana disatu sisi lebih mementingkan kepentingan
ekonomi, dan disisi lain lebih melihat dari sisi ekologi. Para pihak melihat terdapat
pertentangan antara ekonomi dan ekologi
Para pihak ada yang menganggap konservasionis adalah sumberdaya alam,
khususnya sumberdaya hutan tidak boleh diapa-apakan, dan harus dikembalikan
kealam. Namun ada para pihak yang mendifinisikan konservasionis adalah
seseorang yang percaya dan berpikir serasional-rasionalnya bahwa sumberdaya

Page 1
hutan yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat dan perlu dikelola dan
dimanfaatkan. Untuk itu makna konservasi dapat diartikan sebagai suatu upaya
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan secara rasional dan optimum,
untuk memenuhi fungsi sosial, ekologi dan ekonomi. Dalam hal ini tentunya dengan
mempertimbangkan dan memperhatikan kepentingan para pihak (masyarakat) yang
terlibat dan terkait dengan pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut, termasuk
mempertimbangkan kepentingan generasi sekarang, dan generasi yang akan
datang.
Kita sepakat untuk menjadi sebagai seorang yang konservasionis sejati, tetapi
tentunya kita tidak sepaham dan tidak sepakat dengan para pihak yang menganut
faham back to nature yaitu dengan menghentikan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya hutan. Disisi lain ilmu ekologi, ilmu biologi, dan ilmu-ilmu konservasi
manapun yang telah kita pelajari, ternyata tidak satupun yang memberi sinyal dan
mengajarkan kita untuk tidak boleh memanfaatkan sumberdaya hutan atau kembali
ke alam, tetapi lebih kepada memberitahu kepada kita cara-cara mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya hutan secara arif, bijaksana, dan bertanggung jawab,
karena kita sebagai khalifah dimuka bumi ini, serta sumberdaya hutan merupakan
anugerah Allah SWT yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan umat manusia,
terutama masyarakat yang berdomisili sekitar sumberdaya hutan tersebut.
Sering kita melihat, ketika seseorang berbicara dan melakukan berbagai orasi
seakan-akan orang tersebut sebagai seorang konservasionis sejati, dimana selalu
aktif dalam berbagai kegiatan konservasi, tetapi disisi lain menunjukkan sikap dan
perilaku yang bertolak belakang dengan prinsip-prinsip konservasionis, yaitu mencari
dan menggunakan berbagai sumber bahan baku untuk keperluannya yang tidak
ramah lingkungan, ikut menggunakan bahan baku kayu dari hasil kegiatan illegal
logging, mencari kekayaan yang sebanyak-banyaknya, mengkonsumsi sesuatu jauh
dari rata-rata penduduk, dan menggunakan kenderaan yang boros bahan bakar, dan
dapat meningkatkan emisi.

Tulisan berikut ……….

Page 2
Sumberdaya Hutan dan Pembangunan Berkelanjutan
Secara umum pada sumberdaya hutan terdapat tiga fungsi utama yaitu,
hutan berfungsi untuk kepentingan sosiall, ekologi dan kebutuhan ekonomi, dimana
antara satu fungsi dengan fungsi lainnya saling terkait, dan tidak dapat dipisahkan.
Pada dasarnya sumberdaya hutan merupakan suatu faktor produksi dan konsumsi
yang dapat digunakan untuk kesejahteraan ummat manusia. Dalam kontek
memberikan kesejahteraan kepada ummat manusia keberadaan sumberdaya hutan
lebih banyak dimensinya bila dibandingkan dengan semberdaya alam lainnya, antara
lain: dapat memberikan berbagai bentuk manfaat, baik manfaat yang bersifat
langsung (tangible), dan tidak langsung (intangible), dibutuhkan oleh setiap lapisan
masyarakat, diperlukan oleh generasi saat ini dan generasi akan datang, dan juga
dibutuhkan oleh ummat manusia yang berada diluar ekosistem hutan itu sendiri.
Disisi lain keberadaan sumberdaya hutan terkait dengan kesejahteraan manusia
sebenarnya hutan tersebut dapat dimanfaatkan, dimana dalam pemanfaatannya
tentu perlu mempertimbangkan berbagai bentuk manfaat dan kepentingannya
secara rasional dan optimal. Pemanfaatan secara rasional dan optimal terkandung
makna memperhatikan aspek lingkungan hidup, kepentingan seluruh lapisan
masyarakat, termasuk masyarakat adat, dan kepentingan generasi yang akan
datang. Untuk itu konservasi sumberdaya hutan dapat diartikan sebagai suatu upaya
pemanfaatan yang optimal, bijaksana dan rasional untuk mencapai fungsi sosial,
ekonomi dan ekologi.
Dalam pengelolaan sumberdaya hutan kaitannya dengan keutuhan
lingkungan hidup tentunya dapat dipandang sebagai suatu keseimbangan yang
dinamis, yaitu sesuai dengan keberadaan manusia itu sendiri. Dalam kontek
masyarakat yang semakin maju, berilmu pengetahuan, tentunya akan semakin
meningkat kesadaran terhadap semakin pentingnya keutuhan/kelestarian
sumberdaya hutan dan lingkungan hidupnya. Kerusakan sumberdaya hutan akibat
pemanfaatannya dapat dicegah ketika kegiatan pemanfaatan/ekonomi dilakukan
dalam koridor perilaku biologi/ekologi dan sesuai dengan batas-batas daya dukung
dan daya tampung lingkungan terkait sumberdaya hutan itu sendiri. Pemanfaatan
berdasarkan rambu-rambu ekologi tentunya tidak mengganggu atau menghambat
kegiatan ekonomi, bahkan dapat menjamin kontinyuitas kegiatan ekonomi, dan

Page 3
dapat menghindari dari bahaya-bahaya yang telah digariskan oleh rambu-rambu
ekologi tersebut.

Catatan
1. Pembangunanbberkelanjutan melakukan pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan untuk generasi di masa
mendatang dengan menitik beratkan pada daya dukung lingkungan,
pencapaian keadilan sosial, berkelanjutan ekonomi dan lingkungan. Artinya
bahwa fokos dari pembangunan tidak hanya memikirkan pembangunan
parsial pada masa kini tetapi berusaha untuk mensejahterakan secara holistik
(ekonomi, sosial, kebudayaan dan lingkungan) orang masa kini dengan
memperhatikan generasi yang akan datang. Dengan kata lian pembangunan
berkelanjutan merupakan sebuah pembanguan yang berdiri diatas empat kaki
yaitu soail, budaya, ekonomi dan lingkungan
2. Pembanguan yang fokus hanya pada embangunan ekonomi jaja akan
menghasilkan ketimpangan, atas dasar itu dianjurkan pembangauan
berkelanjutan. Dampak yang akan terjadi dari ketidak pedulian pada
kebutuhan generasi yang akan datang adalah rusaknya hutan dan linkungan
termasuk air dan tanah yang begitu besar dan luas, akibatnya generasi yang
akan datang sudah dipastikan akan mengalami kesulitan dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya secara ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
lingkungannhidupnya.
3. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan generasi masa kini bukanlah
pemilik sumberdaya alam yang ada saat ini. Generasi sekarang dianalogikan
sebagai peminjam dari generasi yang akan datang, sehingga dia harus
memelihara dan mengembalikan sumberdaya alam tersebeut kepada generasi
mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu
kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk
mendukungnya.

Perspektif Ekonomi dan Ekologi

Page 4
Para pihak menafsirkan bahwa antara ekonomi dan ekologi terkait dengan
pengelolaan sumberdaya hutan terdapat berbagai pertentangan, sehingga para
pihak ini berpendapat bahwa sumberdaya hutan tidak dapat dikelola dan
dimanfaatkan (ekonomi) karena akan mengganggu secara ekologi. Namun
sebenarnya perpaduan antara ekonomi dan ekologi dalam pemanfaatan sumberdaya
hutan tersebut dapat memberikan solusi yang terbaik. Pertentangan antara ekonomi
dan ekologi akan terjadi ketika dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
hutan, khususnya terkait dengan aspek ekonomi sudah dimasukkan ilmu
keserakahan. Dengan kata lain dalam pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut
tidak berjalan sebagaimana diatur oleh rambu-rambu ekologi.

…………… Kompensasi biaya tinggi dibayar dengan rusaknya hutan……. …….


Manfaat ekonomi hutan dikuras jauh melebihi daya dukung lingkungan sebagai
kompensasi tingginya biaya yang diperlukan…………

…………………

Sehubungan dengan uraian tersebut menunjukkan bahwa antara ilmu


ekonomi dan ilmu ekologi tidak saling bertentangan, tetapi saling mendukung dan
melengkapi dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
hutan, untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan ummat manusia
dipermukaan bumi ini.

Perlu Penyamaan Konsep Berpikir.


Perlu membangun kesamaan persepsi dalam perspektif ekonomi dan ekologi
terkait dengan pengelolaan sumberdaya hutan, dimana ekologi dan ekonomi saling
melengkapi dan memperkuat satu sama lainnya. Perpaduan dan penguasaan kedua
ilmu ini tentunya akan dapat mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan secara
lestari. Namun pertentangan kedua ilmu ini sering diakibatkan oleh penguasaan dan
pemahaman terhadap ilmu ekologi, dan ilimu ekonomi yang sempit. Untuk itu

Page 5
penataan, pemahaman dan keselarasan kedua ilmu ini kepada para pihak perlu terus
dilakukan, agar para pihak dapat memahami kedua ilmu ini secara mendalam.

Beberapa hal terkait dengan perspektif ekonomi dan ekologi yang perlu
disamakan kerangka pikirnya adalah sebagai berikut:

1. Keberadaan sumberdaya hutan Aceh lebih kurang …..% dari luas daratan
tentunya dapat memproduksi kayu dan hasil hutan non kayu termasuk karbon
dan wisata. Yang sebenarnya menjadi sektor unggulan di Provinsi Aceh.
Untuk itu dari berbagai macam faktor produksi, ternyata faktor kepemilikan
bahan baku(kayu dan non kayu) yang menjadi keunggulan Pemerintah Aceh.
Keunggulan ini tentunya perlu dipertahankan, agar kontinyuitas ekonomi,
khususnya ekonomi kehutanan Aceh dapat berlangsung.

2. Sumberdaya hutan merupakan suatu ekosistem. Salah satu komponen


penting/utama dalam ekosistem tersebut adalah berupa pohon/kayu. Ketika
komponen sentral ini hilang maka komponen-komponen lainnya juga akan
terganggu bahkan hilang, dan tidak terjadi sebaliknya. Kehilangan komponen
ini juga berimplikasi pada terganggunya peluang ekonomi yang lebih dominan
dibandingkan dengan kehilangan komponen lainnya dalam ekosistem hutan
tersebut.

3. Dalam ekosistem hutan bukan hanya kayu yang dapat dimanfaatkan, tetapi
terdapat berbagai hasil hutan non kayu yang jauh lebih besar nilainya, jika
dihitung nilai ekonomi totalnya

4. Para pihak berpersepsi bahwa pemanfaatan satu komponen saja dari


ekosistem, hutan akan mengalami kerusakan, apalagi jika manfaat-manfaat
lain juga ikut diambil dari sumberdaya hutan. Persepsi semacam ini tidak
akan terjadi jika integrasi antara ilmu ekonomi dan ekologi dapat
disandingkan dengan benar. Namun demikian persepsi awal akan benar-
benar terjadi jika property right nya tidak jelas dan ketiadaan pengelolaan
ditingkat tapak (tidak ada yang bertanggung jawab), sebagai penyebab open
acces

Page 6
5. Keberadaan hutan alam campuran yang terjaga semua komponen-komponen
didalamnya (ekosistem) merupakan produsen hasil hutan yang lebih baik
dibandingkan tipe hutan lainnya. Pada saat yang bersamaan keberadaan
sumberdaya hutan ini dapat memberikan berbagai manfaat lainnya kepada
ummat manusia, seperti manfaat ekowisata, hidrorologi, penyerapan Co2,
dan manfaat-manfaat lainnya.

6. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan bukan hanya lingkup produksinya


saja, tetapi lebih kepada efisiensi pengorbanan sumberdaya hutan disatu sisi
dan efisiensi konsumsi disisi yan lain.

7. Selama ini hanya pemilik modal/teknologi dan tenaga manajemen yang diakui
dan diatur hak dan kewenangannya. Untuk itu masyarakat sekitar hutan yang
sudah tinggal secara turun-temurun, tentunya dapat ditetapkan sebagai
pemilik hutan tersebut. Keberadaan masyarakat ini berhak untuk
mendapatkan bagian keuntungan dari usaha pengelolaan dan pemanfaatan
hutan tesebut.

Page 7

Anda mungkin juga menyukai