Anda di halaman 1dari 9

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA PASIEN TRAUMA DADA DENGAN POLA

NAFAS TIDAK EFEKTIF


(Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat)

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Achmad Arifin (1903006)


2. Sandra Yustiana P (1903054)
3. Alif Gartina (1803010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan
perlunya mengelavuasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (science
evidence). Sejak itu berbagai ilmiah digunakan terkait dengan evidence base,
diantaranya evidence base medicine (EBM), evidence base nursing (EBN) dan
evidence base practice (EBP). Evidence base practice merupakan upaya untuk
mengambil keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh
karena itu, EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalan
praktek sehingga peawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain
itu, implementasi EBP juga akan menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak
positif tidak hanya bagi pasien, perawat tetapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan.
Evidence base practice (EBP) merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam
praktik perawatan kesehatan, yamg berdasarkan evidence atau fakta. Sebagai contoh,
penerapan posisi semi fowler pada pasien Trauma Dada yang mengalami sesak nafas
biasanya masih digunakan oleh petugas kesehatan dengan asumsi sesak nafas akan
cepat menurun, sedangkan hasil penelitian terbaru mengungkapkan bahwa
penggunaan metode posisi semi fowler meningkatkan efektivitas pola nafas dalam
menurunkan sesak nafas.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari evidence based practice
2. Untuk mengetahui tingkatan dan hierarki dari evidence based practice
3. Untuk mengetahui evidence based practice dengan decision making
4. Untuk mengetahui model implementasi evidence based practice
5. Untuk mengetahui pelaksanaan evidence based practice dalam keperawatan
6. Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan evidence based practice dalam
keperawatan
7. Untuk menjelaskan dan menelaah situasi tentang Evidence Base Practice di
tatanan klinis keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada decade ini untuk
membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public
health, konseling dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004;
Brownson et al, 2002; Sackett et al, 2000)
Menurut (Goode & Piedalu, 1999) praktik klinik berdasarkan bukti melibatkan temuan
pengetahuan dari penelitian, review atau tinjauan kritis. EBP didefinisikan sebagai
intervensi dalam perawatan kesehatan yang berdasarkan pada fakta terbaik yang
didapatkan. EBP merupakan proses yang panjang, adanya fakta dan produk hasil yang
membutuhkan evaluasi berdasarkan hasil penerapan pada praktik lapangan.

B. Tingkatan dan Hierarki dalam Penerapan EBP


Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan untuk
mengukur kekuatan suatu evidence dari tentang bukti terbaik sampai dengan bukti
paling rendah,rendah ke yang paling tinggi. Dibawah ini mulai dari yang paling
rendah ke yang paling tinggi:
1. Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temuai sehari-hari
2. Studi kasus
3. Studi lapangan atau laporan deskriptif
4. Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara acak
(random)
5. Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompokpembanding,
dan menggunakan sampel secara acak
6. Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu pengkajian
berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
C. Evidence Based Practice dengan Decision Making
1. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untukmeningkatkan
penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler:
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 : Translasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
2. Model IOWA Model Of Evidence Based Practice to Promote Quality Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,FAAN, Model
IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai focus ataupun
focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera
dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga
kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah
selanjutkan adalah mensistesis EBP.Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat
cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan. Kemudian dilakukan
evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004; Bernadette
Mazurek Melnyk,2011).
3. Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang terdiri
dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 : Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : Tentukkan evidence terbaik
Tahap 3 : Kritikal analisis evidence
Tahap 4 : Design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : Implementasi dan evaluasi perunbahan
Tahap 6 : Integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing kelahan paktek
harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan
metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang standar.
D. Model Implementasi Evidence Based Practice
Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan
professional untuk dapat menerapkan praktek klinis berbasis bukti, yaitu :
1) Mengindentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek
2) Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan,
3) Melakukan pencarian literature yang efisien,
4) Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari bukti tersebut
untuk menentukan tingkat validitasnya
5) Mengaplikasikan temuan literature pada masalah pasien, dan
6) Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien dapat
mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian dari
pilihan manajemen/terapi (Jette et al., 2003).
E. Pelaksanaan EBP Dalam Keperawatan
1) Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian perawatan
berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan klien.
2) Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan mendukung
“pemberian perawatan berdasarkan fakta”
3) Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam penggunaan EBP.
4) Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan.
5) Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas praktek.
Penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6) Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan evaluasi yang
berkelanjutan.
7) Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi, observasi
pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang diberikan. Dalam
tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik, sex, usia, kultur, dan status
kesehatan.
F. Hambatan Pelaksanaan EBP Pada Keperawatan
1) Berkaitan dengan penggunaan waktu.
2) Akses terhadap jurnal dan artikel.
3) Keterampilan untuk mencari.
4) Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
5) Kurang paham atau kurang mengerti.
6) Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-hasil riset.
7) Salah pengertian tentang proses.
8) Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9) Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk menggunakan
literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang terbaik untuk diterapkan
pada klien.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Perawat memiliki tanggung jawab dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien.
Memberikan perawatan didasarkan tidak hanya pada pengalaman klinis tetapi juga
pada hasil temuan keperawatan untuk mengeksplorasi intervensi keperawatan terbaik
bagi pasien sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Namun, pada kenyataannya pengetahuan perawat terkait EBP ini masih rendah sejalan
dengan hasil penelitian mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan persiapan perawat
klinis dalam konsep aplikasi berbasis bukti. Studi ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan proses keperawatan, tahapan studi dari pengkajian hingga evaluasi
mengambil 1 pasien gangguan pola nafas yang mengalami sesak nafas di ruang rawat
inap RSUD Moewardi Surakarta.
B. Analisis Jurnal
Dalam menganalisis jurnal terkait evidence base practice digunakan metode PICO
sebagai berikut kemudian mereview jurnal terkait :
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gangguan pola nafas yang mengalami
sesak nafas di ruang rawat inap RSUD Moewardi Surakarta .
2. Intervensi
Intervensi yang digunakan pada penelitian ini yaitu posisi semi flowler dengan
kemiringan 45 derajat pada pasien trauma dada yang mengalami sesak nafas.
3. Comparison
Peneliti tidak menerapkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya.
4. Outcome
Menurunkan sesak nafas.
No Resume Jurnal Analisa

1. Nama Peneliti Refi Safitri

2. Judul Penelitian KEEFEKTIFAN PEMBERIAN POSISI SEMI


FOWLER TERHADAP PENURUNAN SESAK
NAFAS PADA PASIEN GANGGUAN POLA
NAFAS DIRUANG RAWAT INAP KELAS III
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

3. Tempat dan waktu Tempat :


penelitian Ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
Waktu :
2011

4. Tujuan Penelitian Mengetahui keefektifan pemberian posisi semi


fowler pada pasien dengan gangguan pola nafas
guna mengurangi sesak nafas

5. Latar Belakang Gangguan pola nafas adalah keadaan darurat


yang dapat mengancam jiwa bagi pasien yang
mengalaminya. Penelitian ini telah menunjukkan
bahwa posisi semi fowler yang diberikan selama
perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
pada pasien gangguan pola nafas dapat
mengurangi sesak nafas.

7. Jenis dan desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam


penelitian adalah Quasi Eksperiment dengan
rancangan One Group Pre test-Post tets.

8. Populasi Pasien dengan gangguan pola nafas di ruang


rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
9. Sampel 1 pasien yang menderita gangguan pola nafas

10. Hasil penelitian Terbukti ada perbedaan sesak nafas antara


sebelum dan sesudah pemberian posisi semi
fowler.

11. Simpulan Pemberian posisi semi fowler dapat efektif


mengurangi sesak nafas pasien dengan
gangguan pola nafas.

DAFTAR PUSTAKA
Safitri, R. (2011). KEEFEKTIFAN PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP
PENURUNAN SESAK NAFAS PADA PASIEN GANGGUAN POLA NAFAS
DIRUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.
783-792.

Anda mungkin juga menyukai