Anda di halaman 1dari 6

o Apa hal-hal positif yang telah anda pelajari dari pemikiran KHD yang juga anda lihat

pada budaya di daerah Anda?

o Hal-hal positif yang telah kami pelajari dan pemikiran KHD yang juga Anda dilihat
pada budaya di daerah Anda

 
  Hal-Hal positif yang kami pelajari terkait pemikiran KHD, antara lain:
 
Pendidikan dan pengajaran adalah upaya penyiapan dan pembekalan bagi segala
kepentingan kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
kehidupan budaya.

Pendidikan harus memahami kodrat anak, potensi, bakat dan minat anak-anak serta
pendidikan didasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman.

Pendidikan hendaknya memerdekakan anak atau memberikan kebebasan anak dalam


belajar. Berpihak atau memandang anak dengan rasa hormat dan pembelajaran yang
berorientasi pada anak atau disebut juga dengan istilah menghamba pada anak.

Pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan yang menghasilkan budi


pekerti yang selaras dengan olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga.

Pendidikan adalah taman bermain.

Pendidik memegang konsep trilogi pendidikan, yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

Pendidikan tidak lepas dari Trisentra pendidikan, yaitu pelibatan sekolah, orang tua dan
masyarakat dalam proses pendidikan.

Pendidik berfungsi untuk mengarahkan serta menumbukan bagian yang samar


sehingga anak-anak berkembang sesuai kodratnya.

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
2. Berkebinekaan global
3. Gotong royong
 
Pemikiran KHD tersebut juga dapat dilihat pada budaya di daerah kami.

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Hal ini dapat terlihat dari pembacaan do’a setiap memulai suatu kegiatan
baik kegiatan di masyarakat (pernikahan, ulang tahun, maras tahun dll)
termasuk Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah.
Selalu mengucapkan salam dan bertegur sapa (ngelakar/betarikh) ketika
berjumpa teman, saudara ataupun orang yang baru di kenal.
2. Berkebinekaan global
Seperti kita ketahui masyarakat Belitung Timur terdiri dari beragam
suku/daerah, seperti Melayu, Betawi, Sunda, Jawa, Medan, Padang,
Palembang dll. Masyarakat Belitung Timur menerima dan menghargai
perbedaan budaya yang ada, baik kearifan lokal maupun kebudayaan dari
suku-suku pendatang. Serta dapat hidup berdampingan antar satu
dengan lainnya.
3. Gotong royong
Hal positif ini dapat terlihat dari kebiasaan warga dalam mempersiapkan
suatu acara/kegiatan. Sebelum acara di mulai biasanya diadakan rapat
panitia guna membahas penanggung jawab kegiatan tersebut, selain itu
jika memerlukan konsumsi, maka pihak perempuan akan bergotong
royong memasak menyiapkan konsumsi.
 
a)  Pendidikan itu adalah benih-benih kebudayaan.
  
Pemikiran positif ini dapat dilihat pada kekayaan alam dan budaya yang beragam di
Belitung Timur. Belitung timur memiliki kekayaan alam dengan budaya yang beragam yang
dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran dalam berbagai
jenjang (TK-SMA). Banyak kekayaan alam, seperti lokasi tambang timah, hasil laut dan
sektor wisata yang terkenal di Kota Belitung Timur. Hasil timah, laut dan sektor wisata
memberikan dampak luas terhadap perekonomian dalam menghadapi ilmu pengetahuan,
teknologi komunikasi dan informasi. Belitung Timur mampu mengarahkan peserta didik
untuk melakukan olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga menuju murid yang selamat
dan bahagia

b)  Pendidikan itu adalah taman bermain (kodrat anak adalah bermain)
 
Pemikiran ini dapat dilihat pada konteks budaya di daerah Belitung Timur dimana murid
cenderung suka menggunakan HP atau permainan berbasis digital. Potensi ini dapat
dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Pemikiran ini dapat dilihat dari permainan tradisional Belitung yaitu “caklingking”.
Permainan tradisional tidak hanya mengandung unsur kesenangan tetapi ada juga nilai-nilai
budaya yang terkandung didalamnya. Selain itu juga dapat melatih kecakapan dalam
berfikir dan berhitung. Permainan tradisional juga memiliki peran yang besar dalam proses
pembelajaran matematika, menambah keaktifan bersosialisasi, dan menambah rasa
gembira pada anak-anak. Selain itu, melalui permainan ini juga anak-anak dapat
berolahraga, bergerak dan melatih konsentrasi dalam memenangkan permainan.

c)  Pendidikan pada anak disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman

Di daerah kami khususnya Kota Belitung Timur terkenal sebagai Kota laskar pelangi.
Artinya, secara alam, murid-murid telah tumbuh, lahir dan berkembang dalam lingkungan
pendidikan yang baik. Semangat murid-murid untuk belajar juga sangat baik didukung oleh
orang tua sehingga iklim kondusif terbangun secara alami. Sementara, kodrat zaman,
murid-murid atau anak-anak di Kota Belitung Timur memiliki kemampuan yang baik dalam
mengikuti perkembangan zaman khususnya dalam perkembangan teknologi. Sehingga
tinggal mengarahkan pendidikan kepada budaya yang hendak dicita-citakan.

Kabupaten Belitung Timur terkenal dengan nama “negeri laskar pelangi. Bagi masyarakat
yang sudah pernah menonton film “Laskar Pelangi” pasti tahu kondisi alam Belitung Timur
yang dikelilingi pantai dan lingkungannya masih alami dan asri. Kondisi pemukiman pun
masih tergolong sepi. Sering di jumpai terdapat pemukiman jauh dari sekolah. Sehingga
untuk menuju sekolah dibutuhkan waktu yang lama. Secara kodrat zaman, anak-anak di
Belitung Timur sudah terbiasa dengan perkembangan teknologi terutama smartphone.
Dengan arahan yang lebih baik, mereka bisa kita ajak meraih pendidikan yang lebih baik.

d) Trilogi Pendidikan

Pemikiran positif dari Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan Trilogi Pendidikan, yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Trilogi ini
berusaha diterapkan oleh pendidik/rekan sejawat dalam proses pembelajaran. Pendidik
berusaha memberikan teladan yang baik jika berada di depan, memberikan semangat
ketika berada di tengah dan memberikan dorongan ketika berada di belakang.
e) Pemikiran tentang Trisentra Pendidikan

Pemikiran positif tentang trisentra pendidikan ini terwujud dengan adanya sinergi antara
guru, orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang ada di
sekolah. Selama di sekolah guru mendampingi belajar murid. Di rumah orang tua bisa
memberikan penguatan dan motivasi. Masyarakat memegang teguh nilai-nilai budaya
sebagai modal akulturasi budaya yang positif dalam menumbuhkan keberadapan manusia
yang lebih baik. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang selaras dengan pemikiran KHD.
 

Sepakati satu hal positif dari pemikiran KHD yang akan diterapkan di kelas/ sekolah
Anda?

Hal positif  pemikiran KHD yang akan kami terapkan dalam konteks kelas/sekolah
adalah“ Kemerdekaan dalam belajar dengan berorientasi pada kebudayaan
daerah/kearifan lokal”

Penjabaran
Kemerdekaan dalam belajar yang kami maksud adalah pembelajaran yang berpusat
pada murid. Murid bukanlah objek dari pembelajaran tetapi menjadi subyek. Artinya,
pembelajaran harus didesain berdasarkan kebutuhan, karakteristik, kodrat dan potensi
anak-anak. Pembelajaran memberikan kesempatan yang lebih untuk murid dapat
mengeksplorasi diri, mengembangkan diri, menciptakan sesuatu, berkolaborasi,
berdiskusi, memecahkan masalah namun dengan cara-cara yang menyenangkan.
Setiap murid/anak harus merasa merdeka dan bahagia Ketika mengikuti proses
pembelajaran tertentu.

Kemerdekaan belajar dalam pengaplikasiannya hendaknya mengintegrasikan


kebudayaan lokal  atau kearifan budaya sehingga anak menjadi pembelajar yang
berbudaya dan siap hidup di masyarakat.

Dasar Pemikiran Kontekstual


TANTANGAN :
● Pembelajaran yang kita temui masih sering bersifat teacher centered yaitu
didominasi oleh guru.
● Pembelajaran masih bersifat transfer knowledge atau mentransfer ilmu
pengetahuan dan berbasis kompetensi pengetahuan kognitif semata
● Penilaian dominan dari segi kognitif
● Pembelajaran belum berdiferensiasi dimana murid diajarkan secara
homogen meskipun memiliki keunikan masing-masing
● Pembelajaran masih minim mengintegrasikan kebudayaan lokal setempat
sehingga perlahan-lahan murid mulai melupakan bahkan tidak mengenali
kebudayaannya sendiri
● Pembelajaran yang masih sering dilakukan hanya dalam sekat-sekat ruang
kelas dan belum memanfaatkan sepenuhnya lingkungan sebagai sumber
belajar.
POTENSI :
● Potensi Kota Belitung Timur sebagai Kota wisata, budaya untuk
dikembangkan dan dijadikan sumber pembelajaran.
● Kemampuan kolaborasi dan komunikasi peserta didik masih kurang
meskipun pemanfaatan teknologi sudah relatif memadai dan menguasai.
● Masih banyak dijumpai anak-anak Belitung Timur yang memiliki sifat
kebhinekaan yaitu dapat menerima dan menghargai perbedaan
Contoh ide/gagasan pembelajaran merdeka belajar berbasis kebudayaan
daerah/kearifan lokal  

● Membuat survey non kognitif dan kognitif untuk mengetahui profile murid
sehingga dapat ditentukan strategi/metode/model pembelajaran
● Merancang pembelajaran berpusat pada murid dengan menggunakan model
pembelajaran inovatif dan kooperatif untuk membentuk kemampuan
kolaboratif dan komunikasi
● Murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan minat dan
potensinya (pendidikan yang berdiferensiasi)
● Proses pembelajaran tidak hanya di kelas tetapi dapat dilaksanakan di luar
kelas (outdoor learning and moving class) dengan beragam aktivitas, seperti:
bermain peran, percobaan, mengukur lapangan, membuat proyek dan lain-
lain.
● Pembelajaran memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan
● Mengintegrasikan kebudayaan lokal daerah Belitung Timur dalam
pembelajaran seperti budaya "MAKAN BEDULANG" dalam bentuk
pembelajaran berbasis proyek atau dengan pendekatan STEAM. Mengingat
budaya ini memiliki kekayaan nilai filosofi yang mendalam sebagaimana
profil pelajar pancasila. Seperti religius, gotong royong, hormat menghormati,
toleransi dan sebagainya.
  
Tantangan yang dihadapi dan solusi pada saat pembelajaran

⮚ Murid belum terbiasa dengan aktivitas pembelajaran konsep ‘merdeka belajar’


berbasis budaya lokal. Solusinya: membangun kesepakatan kelas dan
memberikan scaffolding oleh guru
⮚ Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran merdeka belajar berbasis
budaya lokal. Solusinya dapat bekerjasama dengan pihak/mitra lain
(masyarakat)
⮚ Proses pembelajaran merdeka belajar akan kompleks dan memerlukan waktu
yang lama sehingga capaian kurikulum tidak tercapai. Solusinya : kolaborasi
antar guru mata pelajaran.

1. Pilih satu ‘Profil Pelajar Pancasila’ dalam mengembangkan kerangka ‘Merdeka Belajar’

gotong royong

2. Identifikasi sumber daya dan potensi (minimal 3 potensi) yang dimiliki oleh sekolah dan
kelas Anda yang mendukung ‘Merdeka Belajar’,
a. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar
b. Profesionalisme guru untuk mendidik dan mengajar siswa dan memiliki kecakapan
hidup
c. Penerapan teknologi.
d. Budaya masyarakat yang terjaga kelestariannya.

3. Tujuan Utama: ‘Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki


kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’

o Profil Pelajar Pancasila: Gotong Royong

o Kompetensi Pelajar Pancasila:

1. menciptakan kolaborasi dalam pencapaian bersama


2. membangun kepedulian dan saling berbagi antar sesama

o Indikator Ketercapaian:

A.

1. Siswa terlibat aktif dalam aktivitas berkelompok


2. Siswa memahami peranannya dalam aktivitas berkelompok
3. Siswa mencari solusi mengatasi perbedaan
4. Siswa menghargai perbedaan pendapat

B.

1. Siswa melakukan tugas sesuai kesepakatan bersama


2. Siswa membantu temannya yang mengalami kesulitan
3. Siswa mendorong temannya untuk bekerjasama demi tercapainya tujuan bersama

o Elaborasi hingga pelaksanaan konkret di sekolah dan kelas Anda:

a. Apa yang akan dilakukan untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?

Yang kami lakukan untuk mewujudkan karakter pancasila berupa gotong


royong adalah dengan memberikan pembelajaran berbasis proyek, hal ini
akan mengembangkan dan melatih kerjasama diantara siswa sehingga
nantinya mereka akan terbiasa untuk berkolaborasi dan saling berbagi tugas
serta tolong menolong secara ikhlas demi mencapai tujuan bersama. Contoh
konkretnya adalah pembelajaran berbasis proyek pembuatan Film
dokumenter. Didalam memproduksi film akan banyak peran yang akan
ditempati oleh siswa, menjadi sutradara, pemain ( protagonis, antagonis,,
peran utama, peran pendukung.) editor juru kamera, juru rias, tim teknikal
lainya. Siswa akan memilih peran yang akan membantu proses pembuatan
film berdasarkan kemampuan yang dimilikinya misalnya editing video
( editor ). Sementara itu siswa yang masih belum mengetahui peran apa yang
akan diambilnya diajak oleh temanya itu untuk ikut berpartisipasi dan siap
untuk dilatih agar memiliki dan menguasai kemampuan tersebut. Dengan
demikian motivasi mereka adalah bagaimana film tersebut dapat diproduksi
dan dinikmati penonton nantinya.

Intinya sebagai guru kita akan membuat rencana kerja atau rancangan
pembelajaran, pelaksanaanya, evaluasi, dan tindak lanjut yang
dilakukan secara berkesinambungan.

b. Mengapa memilih Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?


Kami memilih profil pancasila gotong royong karena menyadari dengan
kebersamaan akan menciptakan kekuatan yang besar dan dengan kekuatan
tersebut maka semakin mudah untuk mencapai tujuan bersama. dengan
melatih semangat kebersamaan siswa, mereka terbiasa mengedepankan
gotong royong dalam mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian , harapan kita nantinya terbentuk generasi muda


khususnya di Kabupaten Belitung Timur sebagai penerus dan harapan
bangsa menjadi lebih bermartabat. Pelajar kabupaten Belitung Timur
sebagai penyanggah masa depan bangsa yang kuat dan kokoh
keimanannya, berjiwa Pancasila memiliki kreativitas dan berprestasi
mendunia dengan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
c. Bagaimana mencapai Profil Pelajar Pancasila yang dipilih?

Untuk mencapainya yaitu peserta didik diberi kebebasan memilih peran dari
tugas proyek yang diberikan sehingga diharapkan tanggung jawab atas
pilihannya tersebut dan harus bisa bekerja sama terhadap peserta didik lain
untuk mewujudkan proyek tersebut. Disamping itu diperlukan pengkondisian
yang secara matang untuk menumbuhkan kerjasama diantara siswa, dengan
adanya motivasi dan apresiasi kepada siswa, secara perlahan guru mengajak
siswa untuk memahami perbedaan pendapat, melatih untuk mendahulukan
kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Selain itu guru juga
dapat memberikan motivasi pada proses kolaborasi siswa, sehingga tercipta
suasana yang nyaman diantara siswa

Intinya dalam kegiatan ini diperlukan 4 tahapan yaitu tahap


perencanaan, tahap pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut

d. Siapakah para pihak yang terlihat dan bagaimana peran mereka?

Peran guru : Sebagai motivator, dan fasilitator yang menuntun siswa untuk
memiliki semangat gotong royong

Peran sekolah : memberikan dan menjamin suasana aman dan tentram


dalam ekosistem sekolah. Misalnya apabila terdapat perbedaan pendapat
dapat diberikan solusi untuk penyelesaiannya

Peran orang tua : memberikan contoh keteladanan yang baik dengan


menunjukan contoh kepada anaknya tentang pentingnya kegiatan
bekerjasama/ bergotong royong didalam masyarakat misalnya mengajak
anaknya ikut kegiatan kebersihan lingkungan

Peran masyarakat : menjaga semangat gotong royong sebagai tradisi dan


jiwa bangsa yang tidak pudar di era kemajuan teknologi dengan cara
kegiatan gotong royong yang terjadwal

Anda mungkin juga menyukai