Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN RASA NYAMAN


NYERI

Disusun oleh :
YUDHI AGUNG NUGROHO
2019122036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
TA 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

1. Pendahuluan
Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan
tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun
2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur. Menurut DEPKES
RI tahun 2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang mengalami fraktur,
fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang mengalami fraktur,
prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur yaitu
terdapat 19.729 orang yang mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang
yang mengalami fraktur cluris dan terdapat 3.776 orang mengalami fraktur
tibia. Salah satu cara untuk mengembalikan fraktur seperti semula yaitu salah
satu cara adalah rekognisi atau dilakukan tindakan pembedahan
(Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
Pembedahan adalah segala upaya tindakan pengobatan yang secara
invasif dengan cara membuka bagian organ tubuh yang akan ditangani.
Setelah tindakan pembedahan akan dilakukan tindakan untuk menangani rasa
nyeri yaitu dengan menggunakan obat penghilang rasa nyeri (Sjamsuhidajat,
R. & Jong, 2005). Menurut The International Association for the Study of
Pain, nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan yang
diakibatkan oleh kerusakan jaringan ataupun yang berpotensi merusak
jaringan. Nyeri itu 1 2 merupakan suatu hak yang kompleks meliputi aspek
fisik dan psikis. Aspek fisik meliputi perubahan keadaan umum, denyut nadi,
suhu tubuh, pernapasan, sedangkan aspek psikis akibat nyeri dapat terjadinya
stress yang bisa mengurangi sistem imun dalam proses inflamasi. Nyeri
merupakan hak yang bersifat subjektif dan personal, sehingga masing-masing
individu akan memberikan respon yang berbeda terhadap rasa nyeri
berdasarkan pengalaman sebelumnya (Judha, Sudarti & Fauziah,2012).
Penatalaksanaan manajemen nyeri ada 2 teknik yaitu dengan cara
farmakologi dan non-farmakologi. Penatalaksanaan manajemen nyeri
farmakologi adalah penatalaksanaan manajemen nyeri dengan menggunakan
obat yang berkolaborasi antara perawat dengan dokter dalam pemberian obat
anti nyeri, sedangkan teknik non-farmakologi adalah penatalaksanaan
manajemen nyeri tanpa obat-obatan, penatalaksanaan manajemen nyeri
nonfarmakologi meliputi Guided imagery, distraksi, hypnoanalgesi.
2. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual dan
potensial yang terlokalisasi pada suatu begian tubuh ataupun sering disebut
dengan istilah destruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk,
panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter,2012).
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi
ketidaknyamanan dalam merespons suaru rangasanagan yang tidak
menyenangkan (Lynda Juall, 2012).
Menurut American Medical Association (2013), nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial. Nyeri merupakan alasan
utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan dan yang paling
banyak dikeluhkan.

3. Etiologi
Menurut (PPNII ,2017) penyebab nyeri yaitu :
a. Nyeri akut
1) Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
b. Nyeri kronis
1) Kondisi musculoskeletal kronis
2) Kerusakan sistem saraf
3) Penekanan saraf
4) Infiltrasi tumor
5) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor
6) Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolic
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
4. Patofisiologi
Menurut Perry & Potter (2010), ada tiga jenis sel saraf dalam proses
penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut
konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel
syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls
nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor
ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan
kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut
nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan
zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien,
substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung
syaraf dan menyampaikan impuls ke otak
Kornu dorsalis dari medula spinalis dapat dianggap sebagai tempat
memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus sensori
asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neural
desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak
bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks
serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden
harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang
terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam
kornu dorsalis yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan
taransmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam
jaras asenden. Seringkali area ini disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah
gerbang adalah membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer untuk
mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika
kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan
menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem assenden menutup
gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Mubarak,
2015).
Pathway
Chemic, thermik, mekanik

Jejas

Kerusakan nesoseptor
( reseptor )

Nyeri kronik/akut

Gangguan Pola tidur


Gg . Mobilitas Fisik

Sumber : (Mubarak, 2015).

5. Klasifikasi nyeri
Menurut (PPNI ,2017) nyeri dibagi 2 yaitu :
a. nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

6. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)


a. Managemen Farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-
obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling sering
diberikan oleh perawat dengan kolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga
kelompok obat nyeri yaitu (Tarwoto & Wartonah, 2015):
1) Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)
Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama
asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik
dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin
(Morfin, Advil) merupakan OAINS yang sering digunakan untuk
mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS menghasilkan analgetik
dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis
prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat. .
2) Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat.
Obat-obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca
operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan salah satu jenis
obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat.
3) Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek
komplementer dalam penatalaksanaan nyeri yang semula
dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat ini adalah
Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin).
b. Managemen Non-Farmakologi
Terapi non-farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni
dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan
berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri
saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah (Tarwoto
& Wartonah, 2015):
1) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual,
misalnya membaca atau menonton televisi, Distraksi auditory,
misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya menarik
nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.
2) Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari
dankesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu
memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide pikiran
dan kemudian kondisi-kondisi yang menghasilkan respons tertentu
bagi mereka
3) Stimulas Kutaneus
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan
untuk menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres
panas atau dingin dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan
persepsi nyeri.
4) Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau
perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan
relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi
nyeri yang paling primitive dan menggunakan refleks lembut
manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian
tubuh yang nyeri.
5) Terapi Hangat dan Dingin
Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor
tidak nyeri (non-nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan
prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar
efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan
panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat
penyembuhan dan penurunan nyeri.
6) Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien
bagaimana cara melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto & Wartonah. (2015):
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
d. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah yang
pecah di otak.

8. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Pengkajian Fokus
a) Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien
satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
b) Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri
c) Riwayat penyakit sekarang:
Fraktur
d) Riwayat penyakit dahulu
Menjelaskan riwayat kesehatan pasien sebelum masuk rumah sakit
e) Riwayat kesehatan keluarga:
Menjelaskan anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama sebelumnya seperti pasien .
f) Pengakajian nyeri
Cara pendekatan yang digunakan dalam mengakaji nyeri adalah
dengan PQRST (Mubarak, 2015).
Tabel 2.1 Pengkajian nyeri PQRST
P (Provoking atau pemicu) Yaitu faktor yang memperparah atau
meringankan nyeri.
Q (Quality atau kualitas) Yaitu kualitas nyeri (misalnya
tumpul, tajam, merobek).
R (Region atau daerah) Yaitu daerah penjalaran nyeri.
S (Severity atau keganasan) Yaitu intensitasnya.
T (Time atau waktu) Yaitu serangan, lamanya, frekuensi,
dan sebab.
Sumber : Mubarak, Wahit Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar Buku 2.Jakarta : Salemba Medika
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ikat, pembuluh darah
dan membran mukosa
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan sendi
dan kerusakan neuromuskular
3) Gangguan Pola tidur berhubungan dengan nyeri
c. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Tidakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1 Nyeri akut b.d agen Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen nyeri
pencedera fisiologis; keperawatan selama 3 x 24 Aktivitas keperawatan:
agen pencedera kimiawi; jam, Nyeri akut teratasi 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui sejauh
agen pencedera fisik dengan: komprehensif meliputi lokasi, mana nyeri terjadi
NOC: Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
Batasan karakteristik :  Dipertahankan pada 4 intensitas nyeri dan faktor pencetus
 Perubahan seleran  Ditingkatkan pada 5 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
makan  1= Berat pasien
 Perubahan tekanan  2= Cukup berat 3. Gali bersama pasien faktor yang 3. Membantu pasien
darah  3= Sedang dapat menurunkan nyeri seperti mengidentifikasi nyeri yang
 Perubahan frekuensi  4= Ringan kompres hangat/dingin dialami agar dapat
jantung meringankan dan mengurangi
 5= Tidak ada
 Diaphoresis nyeri sampai pada
Dengan kriteria hasil
 Perilaku distraksi kenyamanan yang diterima
 Skala nyeri 1/2/3/4/5
(berjalan mondar- pasien
mandir) - Nyeri yang dilaporkan 4. Evaluasi efektivitas tindakan 4. Untuk mengetahui tindakan
 Sikap melindungi - Panjangnya episode pengontrolan nyeri yang pernah yang nyaman dilakukan bila
nyeri nyeri digunakan sebelumnya. nyeri muncul
 Laporan isyarat - Mengerang dan 5. Berikan informasi mengenai 5. Pengetahuan yang akan
menangis penyebab nyeri dan berapa lama dirasakan membantu
- Ekspresi nyeri wajah nyeri akan dirasakan mengurangi nyerinya dan
- Mengeluarkan keringat dapat membantu
- Ketegangan otot mengembangkan
- Tidak bisa istirahat 6. Kendalikan faktor lingkungan 6. Lingkungan tenang akan
- Kehilangan nafsu makan tenang, batasi pengunjung, suhu menurunkan stimulus nyeri
ruangan, pencahayaan eksternal
7. Ganti linen tempat tidur bila 7. Memberikan rasa nyaman
diperlukan
8. Berikan posisi nyaman ketika nyeri 8. Untuk mengurangi atau
muncul meringankan rasa nyeri
sampai pada tingkat yang
dapat diterima pasien
9. Ajarkan teknik distraksi pada saat 9. Distraksi dapat menurunkan
nyeri stimulus internal
10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat 10. Untuk meringankan rasa nyari
untuk membantu penurunan nyeri
Evidance Base
11. Lakukan manajemen sentuhan 11. Manajemen sentuhan pada
saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri..
12. Ajarkan tekhnik relaksasi (tarik 12. Istirahatkan secara fisiologis
nafas dalam) ketika nyeri muncul akan menurunkan kebutuhan
oksigen untuk memenuhi
metabolisme basal.
13. Berikan terapi nonfarmakologi 13. Analgesik memblok lintasan
mendengarkan music klasik nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
14. lakukan managemen nyeri terapi 14. melancarkan sirkulasi darah
non farmakologi foot massage
15. pemberian rendam air hangat 15. pemberian rendam air hangat
dapat melancarkan sirkulasi
darah yang tidak lancar
sehingga menimbulkan efek
rileks
2 Ganguan rasa aman dan Setelah diberikan intervensi NIC: Manajemen nyeri
nyaman b.d gejala keperawatan selama 3 x 24 Aktivitas keperawatan:
penyakit terkait jam, Ganguan rasa aman dan 1. Observasi adanya petunjuk 1. Agar klien dan keluarga dapat
syaman teratasi teratasi nonverbal mengenai mengetahui tentang nyeri dan
Batasan karakteristik : dengan: ketidaknyamanan terutama kepada cara penanganannya
 ansietas NOC: Tingkat pasien yang berkomunikasi tidak
 menangis ketidaknyamanan efektif

 takut  Dipertahankan pada 4 2. Gali bersama pasien mengenai 2. Untuk menentukan tindakan

 merintih  Ditingkatkan pada 5 faktor penyebab nyeri yang akan dilakukan untuk
 1= Berat mengurangi rasa nyeri klien
 ketidakmampuan
 2= Cukup berat 3. Kendalikan faktor lingkungan 3. Membantu pasien
untuk rileks
 3= Sedang tenang, batasi pengunjung, suhu mengidentifikasi nyeri yang
 melaporkan merasa
 4= Ringan ruangan, pencahayaan dialami agar dapat
dingin
meringankan dan mengurangi
 melaporkan merasa  5= Tidak ada
nyeri sampai pada
panas Dengan kriteria hasil
kenyamanan yang diterima
 melaporkan rasa  Skala nyeri 1/2/3/4/5
pasien
gatal - Nyeri
 gelisah - Cemas 4. Melihat sejauh mana
4. Evaluasi efektivitas tindakan
 berkeluh kesah - Perilaku obsesif efektifitas pengontrol nyeri
pengontrolan nyeri yang pernah
 melaporkan kurang - Meringis yang di berikan
digunakan sebelumnya.
puas dengan keadaan - Ketegangan wajah 5. Agar klien mengetahui cara
5. Mengajarkan prinsip-prinsip
- Tidak bisa istirahat mengatasi nyeri
manajemen nyeri
- Hiperaktifitas 6. Agar klien mengetahui
6. Berikan informasi mengenai nyeri
- Menyentak penyebab nyeri, kualitas
seperti penyebab nyeri, berapa
- Posisi tubuh yang buruk nyeri, cara mengatasi nyeri
lama, dan antisipasi
- Nyeri lepas
ketidaknyamanan akibat prosedur
- Mual 7. Agar klien dapat mengalihkan
7. Gunakan tindakan pengontrol nyeri
- Muntah fokusnya dan juga
sebelum bertambah berat
- Ketidakmampuan menghilangkan ketegangan
berkomunikasi otot
- Konstipasi 8. Untuk meningkatkan pola
8. Dukung istrahat/ tidur untuk
- Posisi tubuh yang bruk tidur klien
membantu penurunan nyeri

9. Untuk mengetahui sejauh


9. Periksa ketidaknyamanan bersama
mana atau kemajuan nyeri
pasien, catat perubahan dalam
yang dirasakan hingga
rekam medis pasien berkurang
10. Agar keluarga mengetahui
keadaan klien dan
10. Libatkan keluarga dalam modalitas
mempermudah melakukan
terhadap manajemn nyeri
tindakan keperawatan
11. Pemberian aroma terapi
Evidence base
memghasilakn efek endorphin
11. pemberian aroma terapi
yang membuat otot menjadi
rileks
12. Melancarkan sirkulasi darah

12. pemberian terapi distraksi


(membaca, menonton,
13. Pengurangan ketegangan dan
mendengarkan music dll)
melancarkan sirkulasi darah
13. pemberian terapi relaksasi otot
14. Melancarkan sirkulasi darah
progresif
15. Pengalihan nyeri dengan
14. pemberian terapi relaksasi benson
membayangkan sesuatu agar
15. mengajarka teknik guided imagery
nyeri teralihkan
3 Nyeri kronis Setelah diberikan intervensi 1. Lakukan pengkajian secara 1. Untuk menentukan tindakan
Batasan karakteristik : keperawatan selama 3 x 24 komperhesif menliputi PQRST yang akan dilakukan untuk
 Perubahan seleran jam, Nyeri akut teratasi mengurangi rasa nyeri klien.
makan dengan: 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan umum
 Perubahan tekanan NOC: Tingkat Nyeri pasien
darah  Dipertahankan pada 4 3. Untuk meringankan rasa nyeri
3. Dukung istirahat tidur yang adekuat
 Perubahan frekuensi  Ditingkatkan pada 5
untuk membantu meredahkan nyeri
jantung  1= Berat 4. Membantu pasien
4. Gali bersama pasien faktor yang
 Diaphoresis  2= Cukup berat mengidentifikasi nyeri yang
dapat menurunkan nyeri seperti
 Perilaku distraksi  3= Sedang dialami agar dapat
kompres hangat/dinged
(berjalan mondar-  4= Ringan meringankan dan mengurangi

mandir) nyeri sampai pada


 5= Tidak ada
 Sikap melindungi kenyamanan yang diterima
Dengan kriteria hasil
nyeri pasien
 Skala nyeri 1/2/3/4/5
5. Kondisi yang nyaman akan
 Laporan isyarat - Mondar mandir
5. Mulai modifikasi tindakan
menciptakan kondisi
- Menggosok area yang
pengontrol nyeri berdasarkan
pendukung nyeri menurun
terkena dampak
respon pasien
6. Agar klien dapat mengalihkan
- Mengerinyit
6. Ajarkan teknik manajemen nyeri
perhatiannya sehingga tidak
- Ketegangan otot
terfokus pada rasa nyeri yang
- Mual dialaminya.
- Muntah 7. Untuk meningkatkan
- Berkeringat berlebihan 7. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor kenyamanan klien.
- Nyeri yang dilaporkan yang dapat menceuskan atau
- Panjangnya episode meningkatkan nyeri 8. Untuk mengetahui sejauh
nyeri 8. Evaluasi efektivitas tindakan mana atau kemajuan nyeri
- Focus menyempit pengontrolan nyeri yang pernah yang dirasakan hingga
- Mengerang dan digunakan sebelumnya berkurang
menangis 9. Obat analgetik dapat
- Ekspresi nyeri wajah 9. Berkolaborasi dalam pemberian membantu mengurangi nyeri
- Ketegangan otot analgetik pada klien.
- Intoleran aktivitas 10. Untuk mengetahui sejauh
10. Evaluasi keefektifan pengontrol
- Tidak bisa istirahat mana atau kemajuan nyeri
nyeri
- Kehilangan nafsu makan yang dirasakan hingga
berkurang
Evidence base
11. Agar klien dapat mengalihkan
1. Pemberian terapi imajinasi
perhatiannya sehingga tidak
terbimbing
terfokus pada rasa nyeri yang
dialaminya
12. Pengalihan modulasi nyeri
2. Pemberian terapi slow back untuk meredahkan nyeri
massage 13. Meredahkan nyeri melalui
3. Pemberian terapi relaksasi kondisi nyaman
Lammaze 14. Aga Pengalihan nyeri dengan
4. Pemberian relaksasi meditasi berfokus pada sesuatu
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya
perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang
baik dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan  Klasifikasi. Jakarta : EGC
Mubarak, Iqbal, & Cahyatin. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :
Teori dan Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC.
NIC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi Enam.
Elsevier.
NOC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi Enam.
Elsevier.
Perry & Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 5. Jakarta : EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnsa Keperawatan Indonesia. Edisi satu. Jakarta :
Dewan Pengurus PPNI
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai