Oleh
Kelompok 1 :
1. Aditya MH Pratama
2. Ahmad Dewa Nanta
3. Alzi Novella Mahesa Puteri
4. Ervrensi Cinta Laura
5. Febri Dahliani
6. Grace Krisdayanti Sinaga
7. Imam Fajri
8. Lili Umaya
9. Putri Anggri Devita
10. Shania Milli Theresa
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Patient Safety”. Shalawat beriringkan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya yang telah
membawa umat manusia ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan
telah mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah hasil diskusi ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari tutor ataupun dari rekan
mahasiswa/i untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.7 Standar Minimal RS dan Perannya dalam Hospital Quality dan Patient
Safety...........................................................................................................27
3.1 Kesimpulan..................................................................................................37
3.2 Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
ii
SKENARIO SUB MODUL MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Trigger 1
Patient safety
Dr.y , seorang ahli bedah saraf rumah sakit Z akan melakukan kraniotomi untuk
eksisi meningioma pada soerang anak P berusia 5 tahun. Ketika diruang operasi
dikebingungan karena ct-scan menunjukkan meningioma terletak di hemisfer
kanan. Se ingat dr.y kraniotomi akan dilakukan di hemisfer kiri, ia kemudian
melakukan cross check dengan rekam medis dan menemukan tulis tangan
diagnosisnya meningioma pada hemisfer kiri. Dr.y memutuskan mengoperasi di
hemisfer kanan sesuai CT-scan. Saat kraniotomi , ia tidak menemukan
meningioma. Pasca operasi, ahli radiologi menenemui Dr.y menyatakan ia salah
melebeli hasil ct-scan anak P. Komite medik kemudian mengaitkan hal ini telah
melanggar standart keselamatan pasien dan mengagendakan telaah ulang
penerapan tujuh langkah keselamatan pasien.
iii
penggunaan metode peningkatan kinerja untuk
melakukam evaluasi dan peningkatan keselamatan
pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien, pendidikan staff tentang
keselamatan pasien dan komunikasi, yang merupakan
kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Komite Medik Perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis agar staff medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis
Keyword :
- Patient safety
- Komite medik
- Standar keselamatan pasien
- 7 langkah keselamatan pasien
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Memberi informasi tentang definisi hospital quality, patient safety dan
kaitan keduanya
1.2.2 Memberi informasi tentang isu patient safety
1.2.3 Memberi informasi tentang standart dan program patient safety
1.2.4 Memberi informasi tentang standar minimal rumah sakit dan perannya
dalam hospital quality dan patient safety
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan.
3
Kriteria :
A. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
B. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
C. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
Standar :
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena
itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
A. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
B. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
C. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
D. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
E. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
F. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
G. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
4
3) Standar III : Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
A. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit
B. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
baik dan lancer
C. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya
D. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
5
Kriteria :
A. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
B. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan
C. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi
D. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin
Standar :
A. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit “
B. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan
C. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien
D. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien
E. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
6
Kriteria :
A. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien
B. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
yang memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event)
C. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dar
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien
D. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
E. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan
F. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”
G. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan
antar disiplin
H. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut
I. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya
7
6) Standar VI : Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
A. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
B. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
Kriteria :
A. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing
B. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden
C. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien
Standar :
A. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
B. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
8
Kriteria :
A. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien
B. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada
B. Bagi Unit/Tim:
a) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
B. Untuk Unit/Tim :
a) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien
b) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
10
3) Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikas dan asesmen hal yang potensial bermasalah. Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit :
a) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
b) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
c) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim :
a) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu -isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait;
b) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit;
c) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkahlangkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut;
d) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
11
B. Untuk Unit/Tim :
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.
B. Untuk Unit/Tim :
a) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas
dan benar secara tepat
c) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarganya.
12
6) Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. Langkah penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
a) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab.
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
B. Untuk Unit/Tim :
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
13
B. Untuk Unit/Tim :
a) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan
pastikan pelaksanaannya.
c) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.
14
2.5 Sasaran Patient Safety
21
2.6 Isu Patient Safety
22
Beberapa contoh isu / permasalahan di RS :
1. Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit, 5% dari
seluruh pasien rawat inap mengalami ini. Menurut The Association for
Healthcare Research and Quality, biaya rata-rata yang ditimbulkannya
mencapai puluhan ribu dolar. Kesulitan menurunkan angka infeksi ini antara
lain adalah karena meningkatkan resistensi terhadap berbagai obat (multi-
drugs), yang salah satunya merupakan kontribusi dari peresepan dan
penggunaan antibiotik yang kurang terkendali. Diperlukan solusi jangka
panjang untuk mengendalikan multi-drug resistance.
2. Komplikasi operasi
Meskipun kejadian tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasca
operasi, serta operasi salah sisi atau salah orang sangat jarang terjadi, namun
fatal sekali bila betul-betul terjadi. Salahsatu cara menghindari benda
tertinggal adalah menghitung seluruh peralatan yang digunakan sebelum
dan sesudah operasi. Adanya perencanaan dan perhatian yang baik dari
semua anggota tim bedah saat ini dipandang sebagai satu-satunya solusi
terbaik untuk menurunkan komplikasi pasca operasi.
3. Komunikasi handoff
Handoff yang dilakukan dengan buruk akan menghasilkan error
mayor maupun minor, yang berdampak pada meningkatnya LOS dan biaya.
Menurut The Joint Commission, sejak awal data mengenai ini dikumpulkan
di tahun 1990-an, isu ini telah menjadi akar penyebab utama malpraktik
yang berakhir ke ranah hokum. Memperbaiki sistem komunikasi perlu
ditunjang oleh budaya safety yang kuat dan hubungan kerja yang baik.
4. Diagnosis
Diagnosis yang tidak tepat dapat berakibat fatal bagi pasien, sebaik
apapun tindakan medis dilakukan. Kejadian salah diagnosis paling sering
terjadi pada congenital heart disease dan sepsis, yang berakibat fatal karena
pasien sulit diselamatkan jika terlambat dideteksi. Perlu ada perbaikan cara
mendiagnosis untuk mengurangi kesalahan ini.
23
5. Medication error
Meningkatnya angka komorbiditas menyebabkan pasien perlu
mengkonsumsi obat lebih banyak dibandingkan dengan satu dekade lalu. Ini
tentu saja meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat yang buruk.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dengan detil riwayat pengobatan
pasien, proses rekonsiliasi saat pasien ditransisi (dari RS ke rumah,
misalnya) serta edukasi pasien untuk mengurangi risiko ini.
7. Ketiadaan interoperabilitas
Interoperabilitas adalah kapabilitas dari suatu produk atau sistem
yang antar-mukanya diungkapkan sepenuhnya untuk berinteraksi dan
berfungsi dengann produk atau sistem lain, kini atau dimasa mendatang,
tanpa batasan akses atau.Definisi ini lebih mudah dipahami melalui gambar
berikut.
24
Dalam hal ini, penerapan rekam medis elektronik yang canggih
namun belum sempurna untuk menghindari terjadinya kesalahan. Salah satu
penyebabnya adalah karena antar-vendor tidak saling berkomunikasi
sehingga sulit untuk melakukan data-sharing antar sistem yang
dikembangkan oleh vendor yang berbeda. Padahal, jika ada interoperabilitas
yang tuntas, akan menghemat anggaran hingga USD 30 miliar setahun.
Karena kebutuhan untuk data-sharing semakin meningkat, saat ini banyak
vendor yang mulai melakukan investasi pada platform yang memungkinkan
terjadinya interoperabilitas yang lebih baik.
8. Pasien jatuh
Kejadian pasien jatuh sering dialami oleh pasien lansia, meskipun
pasien pada usia yang lebih muda juga berisiko terhadap hal ini. Untuk
mengurangi kejadian ini, perlu ada screening pasien yang berisiko jatuh,
misalnya pasien demensia, tekanan darah rendah atau yang mobilitasnya
sudah berkurang. Seringkali keputusan investasi terkait hal ini dilematis;
disatu sisi mengurangi jumlah perawat untuk menghemat anggaran agar bisa
dialokasikan di tempat lain, namun ini berarti mengurangi pengawasan pada
pasien yang dapat meningkatkan risiko safety, salah satunya adalah pasien
jatuh.
25
10. Tanda kelelahan
Menurut The Joint Commission, 85-99% dari sinyal alarm (pada
tubuh pasien) tidak memerlukan intervensi klinis. Namun, antara Januari
2009 hingga Juni 2012 komisi ini mencatat setidaknya 98 sentinel
events terkait dengan kelelahan dalam mengamati alarm pasien, dan 80
diantaranya berakhir dengan kematian pasien. Menurut The Joint
Commission, membuat guideline untuk untuk menyesuaikan settingan alarm
dapat mengurangi masalah ini.
26
2.7 Standar Minimal Rumah Sakit dan Perannya dalam Hospital Quality dan
Patient Safety
2.7.1 Definisi Pelayanan Minimal
Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada
masyarakat.
27
2.7.4 Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh
rumah sakit meliputi :
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah Pengendalian Infeksi
28
29
30
31
32
33
34
2.7.5 Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Pengorganisasian
a) Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan
Minimal yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit
Provinsi/Kabupaten/Kota
b) Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan
Minimal sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional
dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
35
3. Pengawasan
a) Gubernur/Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
minimal rumahsakit di daerah masing-masing
b) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan pencapaian
kinerja pelayanan rumahsakit sesuai standar pelayanan minimal
yang ditetapkan
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hospital Quality adalah tingkat nilai yang disediakan oleh sumber daya
layanan kesehatan apapun, sebagaimana ditentukan oleh beberapa pengukuran.
Tingkat dimana pelayanan perawatan kesehatan untuk individu dan populasi
meningkatkan kemungkinan hasil kesehatan yang diinginkan. Sedangkan
patient safety adalah suatu sistem yang membuat pasien lebih aman. Jadi
hubungan keduanya adalah berbanding lurus, jika semakin bagus kualitas
Rumah Sakit, maka semakin tinggi tingkat keselamatan pasien. Dan sebaliknya,
jika keselamatan pasien tidak bisa dijamin, berarti mutu Rumah Sakit tidak
bagus. Dalam patient safety, rumah sakit harus merancang proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, salah satu proses perancangan tersebut adalah
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan tujuh
langkah keselamatan pasien di rumah sakit.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menyempurnakan penulisan makalah ini sangat diharapkan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety), 2 Ed. Jakarta: Bakti Husada
https://www.mutupelayanankesehatan.net/22-editorial/1044-isu-keselamatan-
pasien-terpenting-2014
38