Ayat 1 : setiap warga negara berhak mendapat pendidikan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur
dengan undang-undang.
2. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6
Ayat 1: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ayat 6: pendidikan adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru dosen
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tulor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartsipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. PP No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar
Ayat 1: bimbingan merupakan bantuan yang diberikan dala rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merancanakan masa depan.
Ayat 3 pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
menteri
Ayat 1 : bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Ayat 1 : bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang
disandang, mengenal lingkungan dan merancanakan masa depan.
Ayat 3: pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
menteri setelah mendengar pertimbangan dari menteri yang terkait.
Ayat 2 : tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar,
dan/atau melatih peserta didik.
Ayat 3 : tenaga pembimbing adalah tenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta
didik
Pasal 3 ayat 2 : tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
8. SK Mendikbud No 0370/0/1978,
Untuk SMP, tanggal 22 Desember 1978, dan SK Mendikbud No. 0371/01978, untuk
SMA, tanggal 22 Desember 1978, menyatakan bahwa fungsi SMP / SMA adalah :
a. melaksankan pendidikan sesuai dengan kurikulum.
b. melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan bagi siswa.
c. Melakasanakan urusan tata usaha dan urusan rumah tangga sekolah.
d. Membinan kerjasama dengan orang tua siswa dan masayarakat.
16. SK Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No 0433/0/1993 dan No 25 tahun 1993
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan atau Fungsional Guru dan Angka Kreditnya :
Pasal 1 butir 4, berbunyi Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam bimbingan dan konseling terhadap sejumlah
peserta didik. (butir 10,11,12,13,14) adalah uraian penjelasan tugas pokok guru pembimbing.
SK Menpan No 84/1993, dan SK Mendikbud no 025/0/1995 :
1) Menyusun program bimbingan,
2) Melaksanakan program bimbingan,
3) Evaluasi pelaksanaan program bimbingan,
4) Analisis pelaksanaan bimbingan,
5) Tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi
tanggung jawabnya yang menyatakan bahwa IPBI sejajar dengan PGRI dan ISPI.
Hal ini tercantum dalam pengumuman Menteri Dalam Negeri taggal 5 Agustus 1994, bahwa
IPBI tercantum dalam nomor urut 43 dari 738 organisasi kemasyarakatan
1. Individual yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani peserta
didik secara perorangan.
2. Kelompok yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
3. Klasikal yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
4. Lapangan yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
5. Pendekatan Khusus/Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang
dapat memberikan kemudahan.
6. Jarak Jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
siswa melalui media dan/ atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana elektronik.
C. Konsep Keliru Bimbingan dan Konseling
Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami
masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut
dapat terbebaskan dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami
keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk
penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas bimbingan dan konseling yang tergesa-
gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak
normal. Pelayanan bantuan pun langsung dihentikan dan dialihtangankan (referal).
Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan
konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan
konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah
teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah
konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.
Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan
terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling
yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan
maupun penyembuhan (pengentasan).
Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau
siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat
melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan
mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan
dan konseling yang tersedia.
Paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan
tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan
perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak
yang lebih kompeten.
Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada pendekatan interpersonal, konselor
justru harus bertindak dan berperan sebagai
Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan
konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan konseli
dalam rangka pengembangan pribadi konseli secara optimal.
Dalam kaitan dengan pendidikan profesional konselor, penataan dilakukan sesuai dengan
amanat UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Demikianlah, sebagai pendidik, konselor
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimum S-1, sebagaimana halnya pengampu
layanan ahli di bidang lain seperti dokter. Konselor juga dipersyaratkan memiliki kualifikasi
akademik S-1, yang mencerminkan penguasaan kemampuan akademik di bidang bimbingan
dan konseling. Untuk keperluan ini diselenggarakan program S-1 Bimbingan dan Konseling
dengan tujuan memfasilitasi pembentukan kompetensi akademik calon konselor, yang
direpresentasikan dengan Ijazah sarjana pendidikan dengan kekhususan dalam bidang
bimbingan dan konseling.