Anda di halaman 1dari 13

BBAB 3 : Dasar Hukum Keilmuan Bimbingan dan Konseling

A. DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING


DI SEKOLAH

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari


upaya pendidikan perperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai
pelayanan bagi peserta didik bagi pengembangan potensi mereka seoptimal mungkin. Saat
sekarang kehadiran bk pada lembaga pendidikan tidak diragukan lagi karena secara yuridis
formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan bk di sekolah. Mulai dari
Undang-Undang peraturan pemerintah, surat keputusan mentari dan peraturan menteri.
Berikut ini dikemukakan berbagai peraturan perundangan yang mendasari dan terkait lagsung
dengan layanan BK di sekolah.

1. Undang-Undang dasar 1945

Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31

Ayat 1 : setiap warga negara berhak mendapat pendidikan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur
dengan undang-undang.

2. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1 dan ayat 6

Ayat 1: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ayat 6: pendidikan adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru dosen
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tulor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartsipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. PP No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar

Bab 10 : bimbingan pasal 25

Ayat 1: bimbingan merupakan bantuan yang diberikan dala rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merancanakan masa depan.

Ayat 2 : bimbingan diberikan oleh guru pembimbing

Ayat 3 pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
menteri

4. PP No. 29/1990 tentang pendidikan menengah

Bab X : bimbingan pasal 27 ayat 1 dan 2

Ayat 1 : bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Ayat 2 : bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

5. PP No. 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa

Bab XII : bimbingan dan rehabilitasi

Ayat 1 : bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang
disandang, mengenal lingkungan dan merancanakan masa depan.

Ayat 2 : bimbingan diberikan oleh guru pembimbing

Ayat 3: pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
menteri setelah mendengar pertimbangan dari menteri yang terkait.

6. PP No. 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan

Pasal 1 ayat 2 dan 3

Ayat 2 : tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar,
dan/atau melatih peserta didik.
Ayat 3 : tenaga pembimbing adalah tenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta
didik

Pasal 3 ayat 2 : tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.

7. Kurikulum 1975 Buku III C


Untuk SD, SMP dan SMA telah dibakukan secara operasional pelasanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah demikian pula dalam kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan
1976 Buku III D.
Di dalam kurikulum tersebut dalam bab pendahuluan (1.4) berbunyi: Pelaksanaan
pendidikan di SD/SMP/SMA bertujuan mengembangkan siswa secara optimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu melibatkan 3 komponen Pokok yaitu:
a. Program kurikulum yang baik.
b. Administrasi pendidikan yang lancar
c. Pelayanan bimbingan yang terarah; disertai dengan sarana dan prasarana yang
mamadai.
Ketiga komponen pokok itu merupakan komponen-komponen yang integral dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.

8. SK Mendikbud No 0370/0/1978,
Untuk SMP, tanggal 22 Desember 1978, dan SK Mendikbud No. 0371/01978, untuk
SMA, tanggal 22 Desember 1978, menyatakan bahwa fungsi SMP / SMA adalah :
a. melaksankan pendidikan sesuai dengan kurikulum.
b. melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan bagi siswa.
c. Melakasanakan urusan tata usaha dan urusan rumah tangga sekolah.
d. Membinan kerjasama dengan orang tua siswa dan masayarakat.

9. Kurikulum SMP dan SMA tahun 1984


Tentang pelakasanaan bimbingan karir yang terdiri dari 5 paket, paket I Pemahaman diri,
paket II nilai-nilai, paket III pemahaman lingkungan, paket IV hambatan dan cara mengatasi
hambatan, paket V merencanakan masa depan.

10. Undang-undang pendidikan no 2 tahun 1989


Tentang system pendidikan nasional menegaskan bahwa :
 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya yang akan datang.
 Tenaga pendidikan adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar,
dan atau melatih peserta didik. Pendidikan nasional bertujuan mencerdasarkan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa dan Berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dan kesehatan jasmani dan rohani, mandiri
seta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

11. Peraturan Pemerintah no 28 tahun 1990


Menurut PP No. 28/1990 Tentang Pendidikan Dasar Bab X Bimbingan pasal 25 ayat (1)
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, ayat (2) Bimbingan diberikan
oleh guru pembimbing, ayat (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2
diatas oleh menteri. (1) dan (2) di atas oleh menteri.

12. Peraturan Pemerintah No 29 thun 1990 Bab X pasal 27


Tentang Sekolah Menengah: Pasal 27 Ayat (1) Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan. Ayat (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan pada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, kalimat tersebut telah secara langsung
memuat pengertaian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah.

13. Menurut SK Menpan no 26 tahun 1989


Surat Edaran Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN tanggal 15 Agustus 1989 serta
Surat Edaran Mendikbud tanggal 5 juli 1990 terdapat guru BP dengan latar belakang yang
berbeda-beda:
a. Guru kelas sekaligus sebagai guru BP
b. Guru bidang studi yang merangkap guru BP
c. Guru BP yang merangkap sebagai guru bidang studi
d. Guru BP yang dengan latar pendidikan no BP
e. Kepala Sekolah yang sekurang-kurangnya membimbing 40 siswa.
f. Guru yang memiliki minor BP
g. Guru BP yang memiliki ijasah BP.
Mengingat latar belakang yang berbeda-beda seperti tersebut diatas, maka akan mengahadapi
berbagai hambatan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

14. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 38 Tahun 1992 tanggal


17 Juli 1992
Tenaga kependidikan pada bab I pasal 1 :
 Ayat 2 berbunyi: Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas
membimbing, mengajar atau melatih peserta didik.
 Ayat 3 berbunyi: tenaga kependidikan terdiri atas pembimbing, pengajar dan pelatih.
Pada Bab XI pasal 38 samapai dengan pasal 47 menyatakan bahwa pembimbing
adalah tenaga kependidikan pada TK, SD, SMP, SMU, SMK, Sekolah Menengah
Keagaamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah Umum Luar
Biasa.

15. SK Menpen No 84/ 1993


Tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya, pasal 3, tugas pokok Guru
adalah :
a. Menyusun program Pengajaran, menyajikan program pengajaran, evaluasi belajar,
analisis evaluasi hasil belajar, serta menyusun program perbaikan dan pengayaan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Atau
b. Menyusun Program Bimbingan Melaksanakan program bimbingan, evaluasi program
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program
bimbingan terhadap peserta didik yang menajdi tanggung jawabnya.

Pasal 5 butir 2 : Proses belajar mengajar atau bimbingan meliputi :


a. Melaksanakan proses belajar mengajar atau praktek atau melaksanakan bimbingan
dan konseling. Jadi istilah bimbingan dan penyuluhan diganti dengan bimbingan dan
konseling.

16. SK Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No 0433/0/1993 dan No 25 tahun 1993
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan atau Fungsional Guru dan Angka Kreditnya :
Pasal 1 butir 4, berbunyi Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam bimbingan dan konseling terhadap sejumlah
peserta didik. (butir 10,11,12,13,14) adalah uraian penjelasan tugas pokok guru pembimbing.
SK Menpan No 84/1993, dan SK Mendikbud no 025/0/1995 :
1) Menyusun program bimbingan,
2) Melaksanakan program bimbingan,
3) Evaluasi pelaksanaan program bimbingan,
4) Analisis pelaksanaan bimbingan,
5) Tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi
tanggung jawabnya yang menyatakan bahwa IPBI sejajar dengan PGRI dan ISPI.
Hal ini tercantum dalam pengumuman Menteri Dalam Negeri taggal 5 Agustus 1994, bahwa
IPBI tercantum dalam nomor urut 43 dari 738 organisasi kemasyarakatan

B. Format Layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:

1. Individual yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani peserta
didik secara perorangan.
2. Kelompok yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
3. Klasikal yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah
peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
4. Lapangan yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
5. Pendekatan Khusus/Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang
dapat memberikan kemudahan.
6. Jarak Jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani kepentingan
siswa melalui media dan/ atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana elektronik.
C. Konsep Keliru Bimbingan dan Konseling

1. BK Untuk Anak Salah Suai

Sasaran Bimbingan dan Konseling adalah hanya orang-orang normal yang mengalami
masalah. Melalui bantuan psikologis yang diberikan konselor diharapkan orang tersebut
dapat terbebaskan dari masalah yang menghinggapinya. Jika seseorang mengalami
keabnormalan yang akut tentunya menjadi wewenang psikiater atau dokter untuk
penyembuhannya. Masalahnya, tidak sedikit petugas bimbingan dan konseling yang tergesa-
gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil kesimpulan untuk menyatakan seseorang tidak
normal. Pelayanan bantuan pun langsung dihentikan dan dialihtangankan (referal).

2. Menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter dan psikiater.

Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan
konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan
konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah
teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah
konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.

3. Dibatasi hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidental.

Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan
terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling
yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan
maupun penyembuhan (pengentasan).

4. Dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.

Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau
siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat
melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan
mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan
dan konseling yang tersedia.

5. Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama (gejala) saja


Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dari gejala yang ditemukan
atau keluhan awal disampaikan konseli. Konselor mengejar dan mendalami gejala yang ada
bukan inti masalah dari gejala yang muncul. Misalkan, menemukan siswa dengan gejala
sering tidak masuk kelas, pelayanan dan pembicaraan bimbingan dan konseling malah
berkutat pada persoalan tidak masuk kelas, bukan menggali sesuatu yang lebih dalam dibalik
tidak masuk kelasnya.

6. Menangani masalah yang ringan

Paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan
tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan
perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah (referal) kepada pihak
yang lebih kompeten.

7. Diperankan sebagai “polisi sekolah”


 Harus menjaga dan mempertahankan tata tertib,
 Disiplin dan keamanan di sekolah.

Dengan kekuatan inti bimbingan dan konseling pada pendekatan interpersonal, konselor
justru harus bertindak dan berperan sebagai

 Sahabat kepercayaan siswa,


 Tempat mencurahkan kepentingan apa-apa yang dirasakan dan dipikirkan siswa.
 Konselor adalah kawan pengiring,
 Penunjuk jalan,
 pemberi informasi,
 pembangun kekuatan, dan
 pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapa pun yang
berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan
memberi harapan.
 Sebagai proses pemberian nasihat

Pemberian nasihat hanyalah merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan
konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan konseli
dalam rangka pengembangan pribadi konseli secara optimal.

a. Menyama–ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien


 Untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai
hal yang terkait dengannya.
 Untuk masalah yang sama cara yang dipakai perlu dibedakan.
 Pemakaian sesuatu cara bergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah,
tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling, dan
sarana yang tersedia.
b. Menyama–ratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
 Untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai
hal yang terkait dengannya.
 Untuk masalah yang sama cara yang dipakai perlu dibedakan.
 Pemakaian sesuatu cara bergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah,
tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling, dan
sarana yang tersedia.

D. Standar Kompetensi Lulusan


Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).
Konselor pendidikan adalah konselor yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor
pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga
kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang – undang tentang guru dan
dosen.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penataan yang bersifat sistematik dilakukan melalui UU RI No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, namun konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor yang
berbeda dari konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru itu, ternyata belum diatur secara tegas
dalam undang-undang tersebut, maupun dalam peraturan pemerintah dan peraturan-peraturan
lain yang diterbitkan berikutnya, sehingga mendorong Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) untuk mengambil prakarsa untuk menegaskan konteks tugas dan
ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
pelayanan, yang pada gilirannya, juga menuntut penataan secara menyeluruh pula kerangka
pikir pelayanan ahli bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal di tanah air.
Untuk melakukan penataan kerangka pikir yang dimaksud, ABKIN melakukan kajian
akademik yang menyeluruh termasuk terhadap ketentuan perundang-undangan di tanah air
yang hasilnya dituangkan dalam bentuk Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional
Konselor, yang pengembangannya didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen
Pendidikan Nasional.

Dalam kaitan dengan pendidikan profesional konselor, penataan dilakukan sesuai dengan
amanat UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Demikianlah, sebagai pendidik, konselor
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimum S-1, sebagaimana halnya pengampu
layanan ahli di bidang lain seperti dokter. Konselor juga dipersyaratkan memiliki kualifikasi
akademik S-1, yang mencerminkan penguasaan kemampuan akademik di bidang bimbingan
dan konseling. Untuk keperluan ini diselenggarakan program S-1 Bimbingan dan Konseling
dengan tujuan memfasilitasi pembentukan kompetensi akademik calon konselor, yang
direpresentasikan dengan Ijazah sarjana pendidikan dengan kekhususan dalam bidang
bimbingan dan konseling.

E. Standar Prestasi Kerja Guru


Menurut petunjuk pelaksanaan Keputusan Mendikbud dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara no 0433 P/1993, No 25 tahun 1993 Bab III pasal IV, menyatakan :
1. Standar prestasi keeja Guru Pratama sampai dengan Guru Dewasa Tingkat I dalam
melaksanakan proses belajar mengajar atau bimbingan meliputi kegiatan :
a. Persiapan program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan konseling.
b. Penyajian program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling,
c. Evaluasi program pengajaran atau praktek atau bimbingan atau konseling.
2. Standar prestasi kerja Guru Pembina sampai dengan Guru Utama selain tersebut pada ayat
1, ditambah:
a. Analisis hasil evaluasi pengajaran atau praktek atau bimbingan konseling.
b. Penyusunan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut pelakasanaan
bimbingan dan konseling.
c. Pengembangan profesi dengan angka kredit sekurang-kurangnya 12.
3. Khusus Standar kompetensi prestasi kerja Guru kelas, selain tersebut pada ayat 1) atau
ayat 2) sesuai dengan jenjang jabatannya ditambah melaksanakan program bimbingan dan
konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 5
Ayat 3 : Jumlah peserta didik yang harus dibimbing oleh seorang guru pembimbing adalah
150 orang.
Ayat 4 : kelebihan peserta didik bagi guru pembimbing yang dapat diberi angka kredit adalah
75 orang, berasal dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Ayat 7 : Guru pembimbing yang menjadi Kepala Sekolah wajib melaksanakan bimbingan
dan konseling terhadap 40 orang pesrta didik.
Ayat 9 : Guru sebagaimana tersebut pada ayat 7 yang menjadi wakil Kepala Sekolah wajib
melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 75 orang peserta didik.

4. SK Mendikbud No 025/0/1995 tentang Petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan


Fungsional Guru dan Angka kreditnya, antara lain ( Butir 1, 5a, 5c, 7a, b, d)
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun secara kelompokagar mampu mandiri dan berkembang secara optimal,
dalam bidang bimbigan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang
berlaku (jenis layanan ada 7 butir, kegiatan pendukung ada 5 butir).
Butir 5a: setiap Guru Pembimbing diberi tugas bimbingan dan konseling sekurang-
kurangnya terhadap 150 siswa.
Butir 5b: pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam
atau luar jam pelajaran sekolah.
Butir 7a: setiap kegiatan penyusunan program, melaksanakan program, mengevaluasi,
menganalisis, dan melaksanakan kegaitan tindak lanjut; kegiatannya meliputi :
a. Layanan Orientasi
Kegiatan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan diluar jam
pelajaran sekolah ini dapat mencapai 50% dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah (SK Mendikbud No. 25/O/1995)
b. Layanan Informasi
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
d. Layanan Pembelajaran
e. Layanan Konseling Perorangan
f. Layanan Bimbingan Kelompok
g. Layanan Konseling Kelompok
h. Instrumentasi BK
i. Himpunan Data
j. Konferensi Kasus
k. Kunjungan Rumah
l. Alih Tangan Kasus
Butir 7b: Kegitan bimbingan secara keseluruhan harus mencakup bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.
Butir 7 d: Kegiatan Bimbingan Memakan Waktu rata-rata 2 jam tatap muka.

5. Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


nasional. Bab 1 Tentang Ketentuan Umum. Pasal 1 :
Ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan Negara.
Maka dapat diterima pendapat yang mengatakan bahwa pendidik, di dalamnya termasuk
konselor seyogyanya adalah pribadi-pribadi yang memiliki ciri-ciri berikut :
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Ciri ini hendaknya
tampil dalam perilaku keseharian seorang konselor dalam memperlakukan
klien dan pengambilan keputusan ketika merancang pendekatan yang akan
digunakan.
b. berpandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai mahluk spiritual,
bermoral, individual dan sosial. Konselor hendaknya memandang klien bukan
sebagai mahluk yang dapat diperlakukan semena-mena sesuai dengan rasa
senang konselor (dianggap permainan).
c. menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya, serta bersikap
demokratis. Karakteristik ini menunjuk kepada suatu perlakuan konselor
terhadap klien dengan didasarkan pada anggapan bahwa klien sama dengan
dirinya sendiri sebagai mahluk yang mempunyai harkat dan martabat mulia.
Disamping itu konselor tidak boleh membeda-bedakan perlakuan kepada
klien.
d. menampilkan nilai, norama dan moral yang berlaku dan beraklak mulia.
Karakteristik ini memberikan gambaran bahwa konselor dituntut selalu
bertindak dan berperilaku sesuai nilai, norma, dan moral yang berlaku. Ciri ini
hendaknya tercermin dalam diri konselor dalam perilaku kesehariannya
maupun dalam segala tindakan konseling.
e. menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian dan kematangan emosional.
Seorang konselor hendaknya memiliki kepribadian yang utuh sehingga ia
tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat konseling.
f. cerdas, kreatif, mandiri dan berpenampilan menarik. Ciri ini sangat diperlukan
oleh seorang konselor, sebab ia harus dapat mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang seharusny dilakukan dalam menghadapi klien yang seperti
apapun kondisinya. Ia juga harus dapat menarik hati klien karena banyak klien
yang sebelum bertemu dengan konselor sudah mempunyai pandangan negatif
terhadapnya.

Anda mungkin juga menyukai