Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian kehilangan,berduka dan kematian

a. pengertian kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang


sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

B. faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan

a.Perkembangan .

- Anak- anak.

* Belum mengerti seperti orang dewasa,belum bisa merasakan.

* Belum menghambat perkembangan.

* Bisa mengalami regresi

- Orang Dewasa

Kehilangan membuat orang menjadimengenang tentang hidup, tujuan


hidup,menyiapkan diri bahwa kematian adalah halyang tidak bisa dihindari.

b. Keluarga.

Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresikesedihan. Anak terbesar


biasanyamenunjukan sikapkuat, tidak menunjukan sikap sedih secaraterbuka.

c. Faktor Sosial Ekonomi.

Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga,


beraati kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.

d. Pengaruh Kultural.

Kultur mempengaruhi manifestasi fisik danemosi. Kultur ‘barat’ menganggap


kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanyadiutarakan pada
keluarga, kesedihan tidakditunjukan pada orang lain. Kultur lainmenggagap bahwa
mengekspresikan kesedihanharusdengan berteriak dan menangis keras-keras.

e. Agama.

Dengan agama bisa menghibur danmenimbulkan rasa aman. Menyadarkan


bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama.Tetapi ada juga yang menyalahkan
Tuhan akan kematian.

C. Tipe kehilanganm

1. Actual Loss

Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tersebut merupakan suatu
bentuk kehilangan.contoh kehilangan anggota badan ,kehilangan suami /
istri,kehilangan pekerjaan.

2. Perceived Loss ( Psikologis )

Dirasakan seseorng,tetapi tidak sama dirasakan orang lain,contoh kehilangan


masa muda,keuangan dan lingkungan yang berharga.

3. Anticipatory Loss

Kehilangan yang bias dicegah.contoh orang yang menderita penyakit terminal

D. Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

 Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa
dan tidak dapat ditutupi.

 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

 Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,


perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.

 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal


termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

 Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya.
Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

E. Rentang Respon Kehilangan

Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance

1. Fase denial / penolakan

a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan

b. Verbalisasi itu tidak mungkin saya tidak percaya itu terjadi

c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah

a. Mulai sadar akan kenyataan

b. Marah diproyeksikan pada orang lain

c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.

a. Verbalisasi kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan saya
seandainya saya hati-hati

4. Fase depresi

Depresi adalah gangguan mental yang dapat mengontrol pikiran dan bias
menyebabkan hilangnya nafsu makan,susahtidur,dan rasa putus asa yang
mendalam

a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.

b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance / penerimaan

a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.

b. Verbalisasi apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembu yah, akhirnya
saya harus operasi

F. Dampak Kehilangan Menurut Usia

1. Masa kanak-kanak
Anak-anak tidak hanya mengadopsi pemahaman orangtua mereka tentang
kehilangan tetapi juga respon orangtuanya terhadap kehilangan. Kehilangan orangtua
atau orang-orang penting dalam hidup anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan
mereka, seringkali terjadi regresi yaitu kembali ke masa perkembangan sebelumnya.

2. Remaja dan dewasa muda


Semakin dewasa seseorang, kehilangan menjadi pengalaman yang sudah
biasa/normal. Misalnya akhirnya orangtuanya meninggal pada usia tua. Koping yang
adekuat terhadap kehilangan merupakan salah satu tugas tumbuh kembang golongan
usia dewasa muda.

Kehilangan orangtua merupakan tanda bahwa struktur inti keluarga sudah mulai
terpecah. Hal ini akan mengingatkan seorang dewasa muda bahwa ia sudah termasuk
golongan yang lebih tua dan akan semakin dekat dengan kematian juga

3. Dewasa tua
Kematian pada dewasa tua sering terjadi, tetapi respon individu terhadap
kematian tetap berbeda-beda. Biasanya krisis ini bersamaan dengan semakin
banyaknya penyakit pada janda/duda yang ditinggalkan, sehingga perawat harus
memperhatikan dampak dari respon berduka terhadap seorang dewasa tua.

G.Tahap Berduka

1. Penyangkalan

Sering kali, hal-hal buruk terjadi secara mendadak dan sulit untuk bisa benar-
benar memahamisegala sesuatu yang telah terjadi.Sementara beberapa kematian yang
bisa diperkirakan di awalterkadang memberikan sedikit waktu untuk memahami
situasi. Dalam situasi tersebut salah satu tahapan pertama berduka adalah penolakan.
Sulit bagi Anda untuk percaya bahwa suatu kehilangan telah terjadi; tahap ini
berlangsung lebih lama daripada tahapan yang lain.

2. Pelepasan Emosional

Setelah Anda benar-benar menyadari bahwa suatu kehilangan telah terjadi,


Anda akan merasakan gelombang emosi. Sulit untuk benar-benar mengendalikan
segala sesuatu yang Anda rasakan hingga pada akhirnya Anda hanya melepaskan apa
yang dipikirkan. Selain itu, tahap ini biasanya orang lebih sering menangis. Bagi
beberapa orang, tahap ini bisa jadi tahap yang tertunda dan untuk orang lain tahap ini
tidak pernah benar-benar terjadi.

3. Depresi

Bagi sebagian orang, perasaan tak berdaya dan terisolasi dapat terjadi setelah
pelepasan emosional. Anda mungkin merasa perlu untuk mengisolasi diri dari orang
lain dan memikirkan kenangan-kenangan di masa lalu. Depresi serius dapat
mengakibatkan perubahan bagi kepribadian seseorang dan perasaan kesedihan yang
konstan.

4. Penyesalan

Setelah periode depresi dan kesedihan, kemungkinan besar Anda akan


memasuki tahap penyesalan. Di tahap ini Anda mulai memikirkan cara-cara
bagaimana seharusnya kejadian tersebut bisa dicegah.

Ini adalah waktu ketika orang-orang mulai memiliki pikiran bagaimana jika.
Misalnya, bagaimana kalau dia tidak pernah meninggalkan rumahnya atau bagaimana
jika kita tahu tentang ini lebih cepat.

5. Penerimaan

Tak lama kemudian Anda akan menghadapi kenyataan kehilangan dan akhir
dari hidup seseorang. Dengan melalui semua tahapan sebelumnya secara emosional,
ini dapat membantu Anda dalam melakukan penerimaan dari situasi yang terjadi dan
pada akhirnya akan membantu Anda dalam mengendalikan emosi. Menerima
kehilangan adalah langkah pertama untuk berdamai dengan peristiwa yang terjadi dan
bangkit untuk menjadi lebih baik.

6. Harapan

Pada tahap ini, kehilangan tidak lagi menyakitkan dan Anda mulai melihat ke
depan untuk masa depan Anda. Meskipun Anda mungkin masih mengalami kesedihan
dan duka sesekali, Anda akan bisa berfungsi mendekati normal seperti yang Anda
lakukan dulu. Anda akan melihat ke depan untuk melakukan hal-hal baru dan
membuat hidup untuk diri sendiri.

7. Menghadapinya

Tahap akhir berduka adalah dengan menghadapinya. Sementara untuk


beberapa orang, hal ini mungkin memakan waktu selama beberapa minggu atau
beberapa bulan, untuk orang lain bisa jadi memakan waktu selama bertahun-tahun
untuk sampai ke tahap ini. Namun, pada akhirnya Anda akan bisa berhasil menghadapi
perubahan dalam hidup Anda dan berdamai dengan kehilangan orang-orang yang
dekat dengan Anda. Akhirnya hal akan menjadi lebih baik dan Anda akan dapat
melanjutkan hidup Anda.

H. Pengertian Beduka

A.     Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.

I. Teori dari Proses Berduka

Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi
untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

 Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.

Fase I (shock dan tidak percaya)

Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual,
diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

Fase II (berkembangnya kesadaran)

Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin


mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan
jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (restitusi)

Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,


karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang
yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

Fase IV

Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.

Fase V

Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga


pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru
telah berkembang.

J. Pengertian Kematian

Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia.


Namun,Pemahaman akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang
terhadap kematian. Selain pengalaman, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi
oleh perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya.

K. pamndangan masyarakat tentang kematian

Kematian selalu menghantui kita seraya kita menjalani kehidupan kita hari demi
hari, tidak soal seberapa sehat atau kaya kita. Kematian bisa merenggut kita sewaktu kita
menyeberang jalan atau berbaring di tempat tidur.Jelaslah, kematian merupakan peristiwa
yang mengganggu dan mengerikan, dan semua orang merasakan hal ini. Oleh karena itu,
kita hendaknya tidak terkejut bahwa masyarakat manusia pada umumnya memandang
kematian sebagai prospek yang mengecilkan hati. Misalnya, kematian memperlihatkan
bahwa kehidupan yang dibaktikan untuk mengejar kekayaan dan kekuasaan pada
akhirnya sia-sia saja.

L. tanda-tanda kematian

1. Mengeluarkan suara mengerikan

Istilah ini disebut juga dengan Death rattle, istilah umum rumah sakit saat pasien
hendak meninggal yang mengeluarkan suara yang mengerikan (tidak seperti biasanya).
Hal ini terjadi setelah pasien hilang refleks batuk serta kehilangan kekuatan untuk
menelan yang mengakibatkan akumulasi kelebihan air liur di tenggorokan serta paru-
paru.

2. Mengalami gangguan saat bernapas.

Gejela ini disebut juga dengan Cheynes-stokes respiration, hal ini biasanya terjadi
saat seseorang sedang tidur ataupun terjaga. Ini yakni pola pernapasan yang amat
abnormal ditandai dengan napas yang amat cepat serta sesudah itu periode tidak bernapas
(apnea). Dalam waktu pendek, jantung menjadi lemah serta terlalu banyak bekerja, ini
membuat tubuh hiperventilasi (bernapas normal cepat) serta, sesudah itu, tidak ada energi
lebih untuk bernapas untuk waktu waktu lama (apnea).

3. Kekuatan setelah Kematian

Dalam istilah medis disebut juga dengan Rigor mortis yaitu kekakuan sesudah
kematian, tidak sebatas manusia bahkan binatang pun mengalami hal ini. dalam banyak
kasus, ringor mortis biasanya diawali setelah 1-3 jam kematian. Sesudah kematian, tubuh
tidak mampu untuk memecahkan ikatan yang mengakibatkan kontraksi terus-menerus.

4. Livor mortis

Livor mortis yakni warna ungu-merah yang muncul ketika darah tenggelam
kebagian tubuh terspesifik.

Hal ini terjadi dalam area tubuh yang menyentuh tanah, atau yang menerima
tekanan sebab kapiler yang dikompresi, seperti dengan menekan jari anda pada lengan
anda selama beberapa detik serta mengamati sidik jari anda menjadi putih selama sekitar
tiga detik. Konsep ini menolong koroner memutuskan posisi kematian. Kehadiran atau
ketidakhadiran koroner pula bisa menolong untuk memutuskan perkiraan waktu
kematian. Perihal ini umumnya diawali 1-2 jam sesudah kematian serta menjadi
permanen ataup tetap, dalam 6-12 jam.

5. Temperatur Tubuh Turun


Turunnya temperatur tubuh seiring dengan kematian disebut juga dengan Algor
mortis. Terjadi bila suhu diluar lebih dingin dari suhu tubuh. Orang yang meninggal di
lantai kamar mandi lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang yang meninggal di
luar, anak kecil lebih cepat turun suhu tubuhnya daripada orang gemuk. Tetapi normalnya
perlu 24 jam sampai tubuh benar-benar menjadi dingin atau suhu tubuhnya sama dengan
lingkungan seputar.

Proses sekarat mulai terjadi ketika tubuh tidak bisa mendapatkan asupan oksigen
yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup. Sel yang berbeda akan memiliki kecepatan
kematian yang berbeda pula, sehingga panjangnya proses seseorang sekarat tergantung
pada sel-sel yang kekurangan oksigen ini.

6. Keluar Cairan merah kecoklatan

Keluarnya cairan berwarna merah kecoklatan dari mulut serta lubang anus, hal
ini disebut juga dengan Purge fluid. Pada wanita akan ditandai dengan keluarnya cairan
darah berwarna kebiruan dari Ms.V, mulut, dan hidung.

Selain itu orang yang sekarat akan kehilangan kontrol pada kandung kemih dan
ususnya, sehingga seringkali terlihat mengompol. Orang akan merasa bingung, gelisah
dan tidak tenang karena tidak dapat bernapas dengan teratur. Ketika sel-sel di dalam
tubuh mulai kehilangan sambungan, maka akan mengalami kejang otot.

7. Garis coklat kemerahan pada Bola Mata

Tanda menjelang kematian yang ke-7 adalah munculnya tanda garis coklat
kemerahan dengan posisi horizontal pada bola mata orang yang akan mati, dalah istilah
medis disebut Tache noire. Membran mukosa lain seperti lidah yang akan tampak gelap
sepertu terkena udara yang terlalu lama. Bila

M. pengkajian berduka

Pengkajian masaalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang memengaruhi


respons seseorang terhadap perasaan kehilangan yang di hadapi,antara lain:

Faktor genetik,Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat
depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan,termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.Kesehatan fisik.Individu
dengan fisik,mental,serta pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan
dalam mengatasi stes yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami
gangguan jasmani.

Kesehatan mental.Individu yang mengalami gangguan jiwa,terutama yang mempunyai


riwayat depresi yang di tandai dengan perasaan tidak berdaya dan pesimis,selalu
dibayangi masa depan peka dalam menghadapisituasi kehilangan. Pengalaman
kehilangan di masa lalu.Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang adicintai pada
masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa. Struktur kepribadian.Individu dengan konsep diri yang
negatif dan perasaan rendah diri yang rendah dan tidak objektif terhadap sters yang
dihadapi. Adanya stresor perasaan kehilangan.Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata
maupun imajenasi individu itu sendiri,seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi
kehilangan harga diri,pekerjaan,seksualitas,posisi dalam masyarakat,milik pribadi
(kehilangan harta benda atau yang dicintai,kehilangan kewarganegaraan,dan lain-
lain).Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respons

kehilangan,antara lain: pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi, supresi, dan


proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stres yang dirasakan sangat
menyakitkan.

Dalam keadaan patologi, mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak
memadai.Pengkajian tanda klinis berupa adanya distres somatis seperti gangguan
lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan merasakanlelah.Pengkajian
terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya pengetahuan dan
pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit,
serta kemampuan pemahaman terhadap prognosis dan usaha menghadapinya.

N. Diagnosa keperawatan

Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang dirasakan.

Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan.

Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan orang/benda yang dicintai atau


memiliki arti besar.

https://id.scribd.com/doc/258355325/kehilangan-dan-kematian

Anda mungkin juga menyukai