Anda di halaman 1dari 9

MIKROBIOLOGI PERIKANAN

“PENERAPAN MIKROBIOLOGI DALAM KARANTINA IKAN”

Kelompok 4/Perikanan B

Disusun oleh :

Muhammad Seikei S 230110200072


Amara Rohullah B.H 230110200075
Aditya Fikri 230110200077
Lisa Desanti J 230110200106
M Dzaky Dzulhadi 230110200124

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2022
A. Pengertian Karantina Ikan

Karantina merupakan lokasi pengasingan dan tindakan sebagai upaya untuk


pencegahan masuk dan tersebarnya hama penyakit agar tidak mengganggu
organisme lainnya. Karantina ikan adalah tempat untuk melakukan kegiatan
pencegahan ikan-ikan yang tidak sehat (sakit) ke dalam suatu tempat dengan
bertujuan agar penyakit ini tidak menular. Karantina ikan berfungsi untuk
melindungi negara atau suatu tempat dari ancaman tersebarnya HPIK (Hama dan
Penyakit Ikan Karantina) yang berpotensi untuk menggangu kelestarian organisme
lain. Hal ini diupayakan untuk melakukan karantina terhadap ikan yang terkena
penyakit, dan komoditas import – ekspor (Purnamawati, 2016).

Karantina ikan legal diakui oleh negara, ini terdapat dalam UU No. 16
Tahun 1992 tentang Karantika Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Perarturan Pemerintah
No. 15 Tahun 2002 tentang Karantikan Ikan. Terdapat pula dalam Peraturan
Presiden No. 24 Tahun 2010 yang menjelaskan bahwa fungsi karantina ikan
bertanggung jawab akan pencegahan masuk dan tersebarnya HPIK ke dalam
wilayah NKRI (Ikan, 2011).

Terdapat tiga resiko umum dalam karantina ikan, yaitu :

1) Karantina spesies “Beresiko Tinggi” (Quarantine of High Risk Species)

Karantina ini ditujukan untuk digunakan dalam kegiatan budidaya,


penangkapan pengembangan perikanan atau aplikasi lain dimana pelepasan hewan
atau pathogen yang mungkin dibawa ke lingkungan alam

2) Karantina spesies “Beresiko Lebih Rendah” (Quarantine of Lowe Risk


Species)

Ditujukan untuk pedagangan ikan hias agar meningkatkan biosekuriti bagi


hewan air lainnya.

3) Karantina rutin hewan air di fasilitas produksi (Routine Quarantine of


Aquatic Animals)
Contoh yang sering terjadi yaitu pada indukan baru, produksi dalam negeri,
atau tangkapan lokal maupun anakan atau hewan yang pergerakannya bergantung
pada tindakan manajemen resiko.

B. Pengertian Hama dan Penyakit Ikan

Penyakit ikan adalah kondisi ikan tidak normal (abnormal) pada bagian
tubuh atau perbedaan karakteristik dengan ikan yang normal (Manoppo, 1995).
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Sesuai dengan UU
No. 16 Tahun 1992 Pasal 1 (3) bahwa HPIK merupakan semua hama dan penyakit
ikan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau
tersebar di dalam wilayah NKRI (Purnamawati, 2016). Penyakit ini disebabkan
oleh hama yang merupakan mikroorganisme atau makroorganisme yang dapat
mengakibatkan penyakit atau disebut dengan organisme pathogen (Afrianto &
Liviawaty, 1992).

Faktor utama terdapat penyakit pada ikan yaitu disebabkan oleh host
(organisme peliharaan/inang), pathogen (mikroba dan parasite), dan lingkungan.
Penyakit non-infeksius merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh hama
maupun organisme parasite, sedangkan penyakit infeksius disebabkan oleh
organisme pathogen (virus, bakteri, jamur, dan parasite) (Suwarsito & Mustafidah,
2001).

C. Fungsi Karantina

Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,


Ikan dan Tumbuhan serta Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan yaitu memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Mencegah masuknya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) ke


dalam wilayah NKRI
2) Mencegah tersebarnya HPIK dari satu area ke area lain dalam wilayah
NKRI
3) Mencegah keluarnya HPIK dari wilayah NKRI sesuai dengan
persyaratan negara penerima atau negara tujuan
D. Tindakan Karantina

Tindakan yang dilakukan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan


Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya I yaitu meliputi pemeriksaan bakteri,
pemeriksaan virus, pemeriksaan parasite dan pemeriksaan jamur.

a. Pemeriksaan bakteri ikan

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan bakteri ikan yaitu dengan


menggunakan metode konvensional atau uji biokimia. Uji biokimia merupakan
identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil
isolasi dengan mengamati sifat morfologi koloni, morfologi sel bakteri, pengujian
sifat-sifat fisiologis dan biokimia (Purnamawati, 2016).

Terdapat contoh hasil pengujian bakteri menggunakan metode biokimia di


Bai Karantina Ikan Jakarta II yaitu sebagai berikut :
b. Pemeriksaan virus ikan

Pemeriksaan virus yang terdapat pada ikan yaitu menggunakan metode PCR
(Polymerase Chain Reaction) yaitu pemeriksaan virus dengan alat Thermal Cycler
PCR yang mmapu mengamplifikasi fragmen DNA secara in vitroo. PCR dibagi
menjadi 2 metode, yaitu PCR konvensional dan PCR Real-Time.

c. Pemeriksaan parasite ikan

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan parasite yaitu metode natif


makroskopis dan mikroskopis. Mikroskopis yaitu pemeriksaan dengan mata
telanjang maupun dengan bantuan alat mikroskopis

d. Pemeriksaan jamur ikan


Pemeriksaan jamur dengan menggunakan metode natif atau pemeriksaan
secara langsung dan slide culture methode. Metode ini merupakan pengamatan
secara mikroskopis dengan membuat slide culture yaitu meliputi pengamatan
terhadap bentuk hifa, bentuk dan ukuran konidia.

e. Tabel standar pengujian mikrobiologi

Untuk melihat mutu produk secara mikrobiologi perlu dilakukan pengujian, adapun
standar acuan dapat dilihat pada tabel berikut ini menurut Kepala Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu Dan keamanan Hasil Perikanan NOMOR 75/KEP-
BKIPM/2017:

E. Pencegahan Penyakit Ikan Karantina

Hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan ikan yaitu dengan
menerapkan biosecurity. Biosecurity yaitu upaya untuk mencegah atau mengurangi
peluang masuknya suatu penyakit pada suatu sistem budidaya dan mencegah
penyebarannya dari satu tempat ke tempat lain. Fungsi menerapkan biosecurity
pada bidang perikanan yaitu 1) adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan
di lingkungan perairan; 2) kondisi lingkungan terus berubah; 3) food safety bagi
konsumen; 4) mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen.

Berikut ini merupakan tahap biosecurity yang perlu dilakukan yaitu


diantaranya menurut Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan (KKP)

a. Penerapan pada manusia


1) Alas kaki dilepas dan diganti dengan perlengkapan khusus ketika memasuki
daerah sensitive
2) Menggunakan pakaian khusus apabila memasuki fasilitas sensitive
3) Perlatan tidak steril tidak boleh memasuki area budidaya
b. Penerapan pada ikan

Perlu dilakukan pengecekan berkala pada pemasukan ikan, ikan hasil


budidaya, penerimaan ikan, pemeliharaan ikan, penanganan ikan sakit, penanganan
ikan mati, prapanen & pascapanen serta pengemasan ikan.

c. Penerapan pada lingkungan

Persayaratan lingkungan yang perlu dipenuhi yaitu dengan

1) Sanitasi lingkungan
- Menyediakan tempat sampah tertutup yang dibersihkan setiap hari
- Toilet ditempatkan terpisah dari unit produksi dengan septitank berjarak
minimal 10 meter dari sumber air
- Toilet dilengkapi dengan sabun antiseptic
2) Pengelolaan limbah
- Setiap unit pembenihan harus mempunyai bak/petak pengolah limbah
- Air buangan proses produksi harus diolah agar menjadi netral sebelum
dibuang ke lingkungan.
KESIMPULAN

Karantina merupakan lokasi pengasingan dan tindakan sebagai upaya untuk


pencegahan masuk dan tersebarnya hama penyakit agar tidak mengganggu
organisme lainnya. Karantina ikan adalah tempat untuk melakukan kegiatan
pencegahan ikan-ikan yang tidak sehat (sakit) ke dalam suatu tempat dengan
bertujuan agar penyakit ini tidak menular. Karantina ikan berfungsi untuk
melindungi negara atau suatu tempat dari ancaman tersebarnya HPIK (Hama dan
Penyakit Ikan Karantina

Terdapat metode pengujian yang digunakan dalam penanganan penyakit


ikan karantina. Selain itu, pencegahan yang perlu diperhatikan yaitu dengan
menerapkan biosecurity yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., & Liviawaty, E. (1992). Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Jakarta: Kanisius.
Arthur, J.R., Reantaso, M.G.B. and Subasinghe, R.P. 2008.Procedure For The
Quarantine of Lives Aquatic Animals. a Manual. FAO Fisheries Technical
Paper. Rome

Ikan, B. K. (2011). Pedoman Analisis Resiko Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta.
Manoppo, H. (1995). Parasit dan Penyakit Ikan. Unsrat, Manado.
Purnamawati, R. (2016). METODE PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DI BALAI
KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN KELAS I SURABAYA I. Laporan Praktik Kerja Lapangan,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Suwarsito, & Mustafidah, H. (2001). Diagnosa Penyakit Ikan menggunakan
Sistem Pakar (Diagnozing Fish Disease Using Expert System. Purwekerto.

Anda mungkin juga menyukai