Anda di halaman 1dari 20

Keperawatan Gawat Darurat 2

“Askep Gawat Darurat pada Kondisi Kerusakan Ligament dan Tendon”

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Sri Fifi Safitri : 105111101719


2. Aisyah zuyyina : 105111101619
3. Andi Reza Febrianti : 105111100719
4. Qonita : 105111100619

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberi kami kesehatan dan
kesempatan serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nantikan syafaatnya
didunia dan diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas limpahan nikmat


sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Askep
Gawat Darurat pada Kondisi Kerusakan Ligament dan Tendon”. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu,
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bias
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian semoga makalah ini bermanfaat.

Makassar, 4 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun,

aktivitas

menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain,

seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum lagi

di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas 40

tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua di

perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-

masalah yang berhubungan dengan sendi.

Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah

sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat berupa

nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-orang

dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang berhubungan

dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang berat dan sering

naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga. Pada usia di atas 40

tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan degenerasi sendi dan

naiknya berat badan.

Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk

menjaga

gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang
mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas

jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga

dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa.

Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas kemampuan

ligamen

untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau robek. Jika terjadi

cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan gerakan

sehingga dapat mengganggu aktivitas.

Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan

pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan

otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen dilakukan

tergantung dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi keseleo,

bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika terjadi

robekan yang parah, tindakan operasi harus dilakukan untuk mempertahankan

kestabilan sendi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori rupture ligament pada kasus kegawatdaruratan pada

musculoskeletal?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan pada

musculoskeletal?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep teori rupture ligament pada kasus kegawatdaruratan

pada musculoskeletal

2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan

pada

musukuloskeletal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau

menyokong

organ dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur fibrosanya, beberapa menjadi

lipatan

fascia atau peritoneum berindurasi, yang lain merupakan milik pembuluh atau

organorgan fetus (Dorland W. N., 2002).

Ligamen disusun oleh jaringan ikat berupa pita-pita berkas kolagen kuat yang

berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk membatasi derajat gerak pada

sendi. Ligamen bisa merupakan struktur tersendiri atau tersisip di dalam simpai.

Biasanya terdapat beberapa serat elastin di antara berkas kolagen ligamen (Fawcett,

2002). Ligamen termasuk ke dalam jaringan ikat padat teratur (textus connectivus

typus regularis) yang memiliki daya regang yang besar. Ligamentum melekat pada

tulang dan mengalami daya tarikan yang kuat secara terus menerus. Serat kolagen

yang tersusun padat dan sejajar memberikan tahanan yang kuat terhadap daya

tarikan

pada satu arah atau sumbu. Karena susunan serat kolagen padat maka terdapat

substantia fundamentalis yang sedikit, dan jenis sel yang dominan adalah fibroblast,

yang terletak diantara deretan serat kolagen. Serat kolagen merupakan protein

fibrosa

tebal kuat yang tidak bercabang. Serat kolagen penyusun ligamen merupakan serat

kolagen tipe I (Eroschenko, 2010).


B. Etiologi

Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak hanya

aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas tersebut

menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)

2. Lutut berpilin saat mendarat

3. Kontak atau benturan langsung (Diktat Anatomy, 2012).

C. Manifestasi Klinis

Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat

cedera

yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari

melompat

(biasanya kombinasi hiperekstensi/poros). Ketidakstabilan mendadak di lutut (lutut

terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau

setelah

pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.

Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin

merupakan

tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya


merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena pembengkakan

atau rasa sakit.

D. Penatalaksanaan

1. Terapi Operasi

Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan

disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi

stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut

akan

di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk

ligament yang baru untuk tumbuh.

Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella,

yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada posterior

pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari

patella

ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft) juga dapat digunakan.

Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya 6bulan sebelum atlit

dapat berolahraga setelah operasi.

Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan

arthroscopi

dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari
artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih

pendek dan penyembuhan lebih cepat.

Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi

ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya

sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai sebagai standard

untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia, misalnya Tiger

Wood.

2. Terapi Non-operasi

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi

tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan

yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.

a. Bracing

Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias

diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada

kaki.

b. Terapi Fisikal

Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang spesifik

dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi

sokongan padanya.

E. Komplikasi
Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena

osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya

menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun telah menjalani operasi untuk

merekonstruksi ligamen.

Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka, operasi

menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan .

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dasar dari proses keperawatan. Tujuan

utama dari

pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena

dari

data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.

1. Pengkajian Primer

a. (Airway)

Apabila pasien memberi respon dengan suara normal maka jala napas itu

normal (paten). Tanda-tanda adanya obstruksi jalan napas atau jalan napas

yang terganggu adalah sebagai berikut :

1) Adanya suara bising (seperti stridor)

2) Sesak napas (kesulitan bernapas)


3) Resirasi paradox

4) Penurunan tingkat kesadaran

5) Adanya suara mendengkur


b. B (Breathing)

Apakah ada sesak nafas ? pada komponen ini penilaian bisa dilakukan

dengan penilaian frekuensi respirasi, apakah normal ? Apakah lambat ?

apalah terlalu cepat ? Apakah tidak ada ? Apakah ada sianosis ?

c. C (Circulation)

Pada penilaian sikulasi ini menitikberatkan pada penilaian tentang sirkulasi

darah yang dapat dilihat dengan penilaian sebagai berikut :

1) Warna kulit

2) Bekeringat

3) CRV (Capillary Refill time)<2 detik

4) Palpasi denyut nadi (60-100) menit

5) Auskultasi jantung (sistolik 100-140 mmHg)

6) Penilaian EKG

d. D (Disability)

Disability menilai tentang tingkat kesadaran, dapat dengan cepat dinilai

menggunakan metode AVPU :

A (alert) – Kewaspadaan

V (voice responsive) – Respon Suara


P (pain responsive) – Respon Rasa Nyeri

U (unresponsive) – Tidak Responsif

Reflex pupil terhadap cahaya

Kadar gula darah

Gerakan (movement)

e. E (Exposure)

Adanya suatu trauma dapat mempengaruhi exposure, reaksi kulit, adanya

tusukan dan tanda-tanda lain yang harus diperhatikan. Dalam penilaian

exposure dapat diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Eksposur kulit

2) Keadaan suhu tubuh

2. Pengkajian Sekunder

a. Riwayat kesehatan dahulu

b. Riwayat kesehatan sekarang

Perlu diketahui:

1) Lamanya sakit

Lamanya klien menderita sakit kronik / akut

2) Factor pencetus

Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas

tertentu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.

d. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

2. TTV

3. Tingkat Kesadaran

4. Rambut dan Hygiene Kepala

5. Mata

Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil

6. Gigi dan Mulut

Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,

peradangan pada tonsil.

7. Leher

8. Dada/thorak

9. Cardiovaskuler

Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama

jantung

10. Pencernaan/Abdomen

Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus

11. Genitalia

Kebersihan dan keluhan lainnya

12. Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.

13. Aktivitas sehari-hari

14. Data Social Ekonomi

Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan

dengan

keluarga

15. Data Psikologis

Kesadaran emosional pasien

16. Data Spiritual

Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang

bertentangan

dengan kesehatan.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh

nyeri

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Rencana keperawatan


Tujuan dan KH Intervensi
1 Nyeri Akut (SLKI) : Nyeri Akut Intervensi Utama
berhubungan Luaran Utama Label: Manajemen Nyeri
dengan agen Label : Tingkat Nyeri Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik setelah dilakukan intervensi
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
ditandai selama ..x..24jam, diharapkan
nyeri.
dengan nyeri berkurang dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
mengeluh hasil: 4. Identifikasi factor yang memperberat
nyeri - Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
- Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
- Sikap protektif menurun
keyakinan tentang nyeri
- Kesulitan tidur menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
- Frekuensi nadi membaik
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek saming penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresure, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan atau tidak


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang di akibatkan

karena trauma . Ligamen adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan

tulang atau menyokong organ dalam. Beberapa ligamen berbeda struktur

fibrosanya, beberapa menjadi lipatan fascia atau peritoneum berindurasi,

yang lain merupakan milik pembuluh atau organ-organ fetus. Ruptur ACL
adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang menyebabkan sendi

lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser secara bebas.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,

kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan

tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang

tentunga dapat di pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik

atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap

kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian

terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher

Boston,Edisi Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC

Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

Dorland, 1994. kamus kedokteran. Jakarta. EGC

hinchliff, sue. 1999. kamus keperawatan. Edisi 17. Jakarta EGC.

Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. jakarta

SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik

2016. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan
2018. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.

SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan

2018. Tim Pokja SIKI DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai