Askep Obstruksi Saluran Nafas
Askep Obstruksi Saluran Nafas
Askep Obstruksi Saluran Nafas
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Salah satu bentuk dari sumbatan paru adalah acute upper obstruction pulmonary
disease (AUOPD). Kelainan ini pada umumnya terjadi pada bagian konduksi atau dead space.
Defenisi yang digunakan untuk auopd adalah suatu obstruksi yang terjadi di antara bagian
yang dimulai dari kavum oral (rongga mulut)/kavum nasi (rongga mulut) sampai ke cabang
kedua trakeobronkus.
Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera
dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tak dapat memberikan pernafasan
buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung. Pada
sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda tersebut menyumbat airway
sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sadar akan menjadi tidak sadar
(karena otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi.
Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah "makanan".
B. ETIOLOGI
1. Kelainan congenital hidung atau laring
Atresia koane
Stenosis supraglotis, glotis dan infra glotis
Kista diktus tiroglossus
Kista brankiogen yang besar
Laringokel yang besar.
2. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan misalnya ingesti kaustik, patah tulang
wajah,cedera laringotrakeal, intubasi lama, paralisis nervus laringeus rekuren bilateral,
gantung diri, atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang
rawan sekitar laring, misalnya aritenoid, pita suara, dan lain-lain.
3. Tumor
Hemangioma
Higroma kistik
Papiloma laring rekurren
Limfoma
Tumor ganas tiroid
Karsinoma sel squamous laring, faring dan esofagus
4. Infeksi akut
Laringotrakeitis.
Epiglotitis
Hipertropiatonsiler
Angina Ludwig
Abses para faring
5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis
6. Pangkal lidah jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar.
7. Benda asing
Benda-benda asing tersebut dapat tersangkut pada:
Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai berikut, yakni
secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-otot
napas tambahan atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda asing ini biasanya
terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak
teratur bentuknya.
Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka dapat dibagi atas
pada trachea, dan pada bronkus.
8. latrogenik
Disebabkan oleh karena pemasangan alat-alat intubasi trakeostomi, misalnya infeksi. Pada
anak-anak , misalnya disebabkan oleh difteri, virus, dan berbagai bakteri gram positif, dapat
menyebabkan terjadinya laringitis akut.
a. Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda asing
& yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1. Secara mendadak tidak dapat berbicara.
2. Tanda-tanda umum tercekik—rasa leher tercengkeram
3. Bunyi berisik selama inspirasi
4. Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk.
6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7. Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wizing.
c. Peralatan
1. Suction oral, jika tersedia.
2. Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (utk mengeluarkan benda asing yg dapat dilihat
di jalan napas atas).
d. Persiapan Klien
1.Posisi klien—duduk, berdiri atau supine.
2.Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien.
3.Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal.
4.Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya cricothyrotomi.
1. Diambil
Buka mulut korban Bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan
mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik kain
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing
2. Dihisap
Posisikan korban terlentang / miring, kepela lebih rendah dari tungkai.
Buka mulut korban
Hisap dengan bahan yang dapat meresap cairan
Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap dengan pipa karet
menggunakan semprit penghisap atau hisap dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap
mekanik/ listrik
3. Abdominal thrust
Prosedur Abdominal Thrust
1.Jika pasien dlm keadaan berdiri/duduk:
a) Anda berdiri di belakang klien
b) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan
kanan tsb dg lengan kiri. Posisi lengan anda pd abdomen klien yakni dibawah prosesus
xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas.
d) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan
napas.
e) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
2.Jika pasien dlm keadaan supine/ unconcious:
a)Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
b)Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen tepatnya di
bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c)Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas.
d) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan
napas.
e)Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
f)Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika
tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep.
4. Chest Thrust
Tahapan Prosedur Chest Thrust
1. Jika posisi klien duduk/ berdiri:
a) Anda berdiri di belakang klien
b) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas
prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
c) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
2. Jika posisi klien supine:
a) Anda mengambil posisi berlutut/ mengangkangi paha klien.
b) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan
kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi
saat kompresi jantung luar).
c) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust
beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
d) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
e) Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika
tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep.
a) Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien.
b) Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus.
c) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan tidak diarahkan
ke sisi abdomen.
d) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.
g. Intubasi orotrakea
Bila dengan cara pemasangan pipa jalan napas belum berhasil, maka perlu dilakukan
intubasi orotrakeal. Intubasi orotrakea merupakan metode yang paling sering digunakan
untuk menangani gangguan jalan napas pada pasien. Pasien mungkin dalam keadaan sadar
atau tidak sadar. Pasien sadar biasanya disedasi, tetapi masih dapat mempertahankan jalan
napasnya agar tetap tetap terbuka dan dapat mempertahankan jalan napasnya agar tetap
terbuka dan dapat bernapas secara spontan.
Bila intubasi orotrakeal tidak mungkin dilakukan, maka dapat dilakukan krikotirotomi atau
pungsi membrana krikotiroid.
E.KOMPLIKASI
1. Nyeri abdomen, ekimosis
2. Fraktur iga
3. Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada.
G. PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK KLIEN
1. Makan perlahan
2. Potong makanan menjadi kecil-kecil
3. Kunyah mkanan hingga halus
4. Jangan mengobrol dan tertawa saat mengunyah
5. Pastikan gigi/gigi palsu anda baik
6. Duduk saat makan
7. Jaga makanan/mainan yang berukuran kecil/keras seperti kacang, agar jauh dari jangkauan
anak di bawah 3 tahun
8. Larang anak berjalan atau lari saat makan utk menurunkan kemungkinan aspirasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OBSTRUKSI(SUMBATAN) JALAN NAFAS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan yang lalu:
· Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
· Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
· Kaji riwayat pekerjaan pasien.
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan pada
ventilasi, perfusi, kognisi, dan eliminasi.
a. Ventilasi
Bunyi napas
Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan. Hilangnya
atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin
mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas
dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing
Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapsan/menit pada bayi
atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia <3 tahun merupakan kondisi sensitive dan
spesifik adanya infeksi saluran pernapasan bawah.
Lajua aliran ekspirasi
Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan menggunakan
peak flowmeter. Jika nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera ke ruang tindakan.
Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi kontinu. Jika tingkat SpO2 91 % atau
kurang, diperkirakan pasien harus dirawat di rumah sakit.
Sputum
Jelaskan produksi sputum. Sputum merah muda yang berbusa merupakan tanda edema
alveoli paru kardiogenik.
Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah distandarisasi.
b. Perfusi
Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus gagal jantung.
Titik impuls maksimal
Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada dinding
anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di garis midklavikula.
Distensi vena jugularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi semifowler
dengan kepala miring kanan atau kiri.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin dan
alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal menimbulkan efek pada
sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia dan
hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan kesadaran.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan
peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan,
ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).
d. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi
e. resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
e. Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau
cairan ke dalam saluran nafas.
Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafas
Intervensi:
- Kaji kepatenan jalan napas
- Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi
paru
- Lakukan tindakan Manuver Heimlich
- Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
- Awasi tanda vital dan irama jantung
f. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
· Berikan ketenangan pada orang tua
· Memberikan rasa nyaman
· Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi
· Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya
· Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.
Intervensi untuk anak:
· Bina hubungan saling percaya
· Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya
· Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya
· Melibatkan anak dalam bermain
· Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan
· Memberikan rasa nyaman
· Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges ME, Moorhouse Mf and geisslerAC. (1999). Nursing care plans. Guidelines for
planning and documenting patient care. (3rd ed). Philadelphia: F.A Davis Company.
JAMA. 2006;295(5):527-535.doi:10.1001/jama.295.5.527
JAMA. 2006;295(5):527-535.doi:10.1001/jama.295.5.527
JAMA. 2006;295(5):527-535.doi:10.1001/jama.295.5.527
BAB 3
KESIMPULAN
Salah satu bentuk dari sumbatan paru adalah acute upper obstruction pulmonary
disease (AUOPD). Kelainan ini pada umumnya terjadi pada bagian konduksi atau dead
space. Defenisi yang digunakan untuk auopd adalah suatu obstruksi yang terjadi di antara
bagian yang dimulai dari kavum oral (rongga mulut)/kavum nasi (rongga mulut) sampai
ke cabang kedua trakeobronkus.
Sumbatan jalan nafas karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera
dibersihkan karena apabila tidak dapat bernafas, maka kita tak dapat memberikan
pernafasan buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan henti jantung.
Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda tersebut menyumbat airway
sepenuhnya. Beberapa menit kemudian penderita yang sadar akan menjadi tidak sadar
(karena otak kekurangan oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi.
Penyebab sumbatan yang banyak ditemukan adalah "makanan".
Ada beberapa penyebab terjadinya sumbatan jalan yakni, kelaianan congenital.
Trauma, tumor, infeksi akut, Paralisis satu atau kedua plika vokalis, Pangkal lidah jatuh
ke belakang pada pasien tidak sadar, Lain-lain :Benda asing. Dan ada lima cara
menangani kegawatan sumbatan jalan napas tersebut yaitu, dengan cara diambil, dihisap,
abdominal trust,chest thrust, dan back blow