Andi Anugrah - Pemikiran Amin Rais
Andi Anugrah - Pemikiran Amin Rais
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pemikiran Politik Islam dan Ideologi dalam Masyarakat Islam
Oleh:
Andi Anugrah Nur Hidayat M
NIM: 80100220115
Segala puji hanya baginya Tuhan sekalian alam yang mencucuri rahmatnya tanpa
batas ruang dan waktu. Shalawat dan salam ke atas junjungan Nabi besar Muhammad
dengan izin limpahan kurnia dan kasih sayang-Nya juga, serta berkat bimbingan murrabbi
agung kita, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam, akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Muhammad Amin Rais (Agama dan
Politik Bernegara)”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salahsatu tugas pada Mata
kuliah Pemikiran Politik Islam dan Ideologi dalam Masyarakat Islam di bawah bimbingan
dosen pengampu Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si dan Syahrir Karim, S.Ag.,
M.Si., Ph.D sepanjang proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, namun dengan daya usaha, bimbingan serta pengarahan dan
makalah ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas setiap keringat, usaha dan
tenaga yang telah dosen curahkan dengan kebaikan yang berlipat ganda. Semoga
mendapat kehidupan yang berkat di dunia dan di akhirat. Jazakumullahu khairan katsiran.
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan agama dan negara sering kali menjadi topik ijtihad yang menarik, baik
bagi perorangan maupun kelompok tertentu. Munculnya topik tersebut berpangkal dari
politik dan urusan kenegaraan? atau apakah Islam merupakan agama yang terkait erat
dengan urusan politik, kenegaraan dan pemerintahan? dan apakah sistem dan bentuk
memiliki tujuan untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam, baik secara moral dan teori etika
politik sebagai prilaku kenegaraan dan pemerintahan, bahkan menjadikan syari’ah Islam
sebagai dasar negara. Hal ini sering kali melahirkan ketegangan-ketegangan. Selain itu,
dalam kenyataannya perhatian Barat terhadap dunia Islam tidak saja terfokus kepada
wilayah Timur Tengah. Islam di Asia Tenggara menjadi perhatian Barat setelah
perkembangan Islam yang luar biasa di Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Karena itu,
Islam di Indonesia tidak bisa diabaikan begitu saja dalam percaturan politik global dewasa
ini.
politik Islam dengan negara tidak hanya dialami oleh penduduk Muslim di Indonesia saja,
hal serupa pun dialami oleh negara-negara Muslim seperti Turki, Mesir, Sudan, Maroko,
Pakistan, Malaysia dan Aljazair. Jika bukan permusuhan, maka ketegangan yang tajam
1
2
adalah fenomena yang mewarnai hubungan politik antara agama (Islam) dengan negara
Ada dua hal yang bersifat kontradiktif dalam konteks hubungan politik antara
Islam dan negara di negara-negara Muslim atau negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Kedua hal tersebut yakni; Pertama, posisi Islam yang menonjol karena kedudukannya
sebagai agama yang dianut sebagian besar penduduk negara setempat. Kedua, sekalipun
dominan Islam hanya berperan marjinal dalam wilayah kehidupan politik negara
bersangkutan.1
menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memadukan antara agama dan negara.
Agama bukanlah penghalang bagi kemajuan sebuah negara, sehingga tidak ada lagi
statement yang mengatakan “jangan membawa-bawa agama dalam urusan politik atau
negara”. Di antara tokoh pemikir dan penggerak itu adalah Muhammad Amien Rais di
Muhammad Amien Rais. Penyusun selanjutnya hanya akan berfokus pada pembahasan
B. Rumusan Masalah
Politik Bernegara.?
di Indonesia.?
1
Paisal Tanjung, “Pemikiran Amien Rais Tentang Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca
Reformasi Tahun 1999”, JOM: Jurnal Ilmu Pemerintahan 5, no. 01 (April, 2018); h. 2.
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad Amien Rais lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944.
Ayahnya, Syuhud Rais merupakan Kepala Kantor Pendidikan Agama di Surakarta, dan
Solo, dan tamat pada tahun 1956. Kemudian di SMP Muhammadiyah Solo, dan tamat
pada tahun 1959. Selanjutnya pada SMA Muhammadiyah Solo, dan tamat pada tahun
1962. Sembari mengenyam pendidikan formal, Amien Rais juga memperoleh pendidikan
di Pesantren Manba’ul ‘Ulum ketika masa SMP, dan di Pesantren Al-Islam ketika masa
sangat mengharapkan agar Amien Rais memilih perguruan tinggi Islam supaya kelak bisa
studi ke Mesir. Namun Amien Rais memilih UGM (Universitas Gajah Mada), pada
fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Hubungan Internasional. Tapi agar tidak
mengecewakan orangtua, Amien Rais juga mendaftar di IAIN (Institut Agama Islam
Negeri) Yogyakarta, pada fakultas Tarbiyah. Namun karena kemudian muncul regulasi
baru yang tidak memperkenankan kuliah ganda (bersamaan), maka Amien Rais memilih
3
4
dan selesai tahun 1974. Kemudian ia mengikuti program doktor di Political Science,
dan selesai pada tahun 1984. Disertasinya berjudul “The Moslem Brotherhood in Egypt:
its Rise, Demise, and Resurgence (Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir: Kelahiran,
Amien Rais mengawali kariernya di dunia pendidikan sebagai dosen FISIP UGM
sejak tahun 1969. Untuk beberapa lama tugas sebagai dosen ia tinggalkan karena
melanjutkan studi ke Amerika Serikat, namun ia aktif kembali di FISIP UGM pada 1981
rektor.
sebuah lembaga bernama Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK), sebagai salah
satu pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) pada tahun 1990, menjadi
Nasional) pada tahun 1998, selanjutnya pernah menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-
2004), sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PAN (2010-2015) dan sempat menjadi
2
Asep Indra Gunawan, “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang Hubungan
Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 80.
5
Ketua Dewan Kehormatan PAN dan Anggota Dewan Kehormatan ICMI (2015-2020),
dan yang terbaru adalah mendeklarasikan Partai Ummat pada hari Kamis, 29 April 2021.
pengurus Aisyiah, ia juga membuka usaha wiraswasta warung soto di samping rumahnya
di Condong Catur, Yogyakarta. Lumayan “Penghasilannya lebih besar daripada gaji saya
di UGM,” kata Amien. Pasangan yang menikah pada tahun 1969 ini telah dikaruniai tiga
putra dan dua putri yang dididik dengan disiplin ketat. “Kelihatannya disiplin itu seperti
keras, tetapi kami berpikir jangka panjang untuk mereka,” jelas sang Ayah yang super
sibuk ini.
Amien Rais pernah terpilih sebagai tokoh politik tahun 1997 melalui hasil pilihan
mahasiswa UGM. Hal itu terungkap dari hasil polling yang dibuat oleh tabloid mahasiswa
UGM, Bulaksumur. Polling bertajuk Survey Tokoh Terpopuler di UGM tahun 1997 itu
dibuat bulan Juli hingga Agustus 1997 dan memilih 10 tokoh dalam berbagai bidang,
meliputi sains dan teknologi, seni dan kebudayaan, pendidikan, ekonomi, perempuan,
Bersama Amien Rais terpilih tokoh terpopuler di bidang sains dan terknologi (B.J.
Habibie), seni dan kebudayaan (Emha Ainun Nadjib), pendidikan (Ki Hajar Dewantoro),
3
Ali Fathurrohman, “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan Relevansinya
Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter”, skripsi (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Ponorogo, 2017), h. 49-55.
6
Kontribusinya dalam dunia pendidikan juga terlihat dari karya-karya yang cukup
d. Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Bandung:
Mizan, 1987.
e. Muhammad Amien Rais, Timur Tengah dan Krisi Teluk, Surabaya: Amarpress,
1990.
PPSK, 1994.
1995.
Pelajar, 1996.
j. Muhammad Amien Rais, Refleksi Amien Rais, dari Persoalan Semut Sampai
Ali Fathurrohman, “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan Relevansinya
4
Pelajar, 1998.
Mulia, 1998.
p. Muhammad Amien Rais, Suara Amien Rais, Suara Rakyat, Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
q. Muhammad Amien Rais, Amien Rais Sang Demokrat, Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
konsep5: Tauhid, Syari’ah, dan Agama sebagai suatu “citra” (normativitas) serta sebagai
a. Tauhid
Menurut Amien, ada dua jenis tauhid, yakni tauhid aqidah (tauhidullah) dan
tauhid sosial. Yang dimaksud dengan tauhid aqidah adalah dua kategori tauhid yang lazim
dikenal dalam ilmu ushuluddin yaitu tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah. Adapun
tauhid sosial adalah dimensi sosial dari tauhid aqidah (tauhidullah). Konsep tauhid sosial
ini dimaksudkan agar tauhidullah yang sudah tertanam dalam pemikiran umat Islam
Dalam pengertian yang longgar, syari’at bisa merujuk kepada Islam sebagai
agama Tuhan. Sebagai hukum Tuhan syari’at menempati posisi paling penting dalam
masyarakat Islam. Sebab syari’at mencakup moral, prilaku, tata aturan mulai dari
peribadahan hingga urusan kenegaraan, yang secara keseluruhan sangat bergantung pada
kesadaran manusia. Sebagai sistem hukum, syari’at menurut Amien Rais merupakan
(historisitas).
Islam pada hakekatnya adalah suatu agama, ia juga suatu budaya dalam dirinya
sendiri dan peradaban yang menopang dirinya sendiri. Yang berarti juga bahwa agama
Asep Indra Gunawan, “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang Hubungan
5
Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 87.
9
bukan soal sebagian-sebagian, ia bukanlah akal semata-mata, tidak pula hanya perasaan
saja, ataupun tindakan semata-mata, ia adalah ekspresi dari seluruh manusia. Totalitas
makna agama tersebut menunjukkan pada pengertian bahwa agama (Islam) selain
Dengan demikian, secara garis besarnya prinsip agama Islam terdiri dari dua pilar.
Pertama, nilai spiritualitas tauhid. Kedua, nilai-nilai keadilan dalam kehidupan sosial
normativitas, atau das sollen. Sedangkan wilayah kedua disebut wilayah historisitas, atau
wilayah das sein, yakni praktik ajaran agama secara konkret dalam wilayah kesejarahan
Politik dan agama sering dipahami secara terpisah di dalam kehidupan bernegara.
Sehingga seolah tidak ada keterkaitan fungsional dan organik antara politik dan agama
serta politik dan dakwah. Bahkan ada kesan dalam masyarakat seolah-olah politik selalu
konotasi buruk lainnya. Bagi Amien Rais, persepsi politik yang demikian tentu cukup
berbahaya. Ditinjau dari kaca mata agama dan dakwah, pandangan politik seperti ini juga
sangat merugikan.
Menurut Amien Rais, seorang politisi haruslah bersandar pada moralitas dan etika
yang bersumber pada ajaran tauhid. Bila moralitas dan etika tauhid ini dilepaskan dari
politik, maka politik itu akan berjalan tanpa arah, dan bermuara pada kesengsaraan orang
banyak. Dengan demikian, maka politik harus mengindahkan nilai-nilai agama dan
10
fungsional terhadap tujuan dakwah. Politik yang fungsional terhadap tujuan dakwah
Amien Rais berpendapat bahwa “keabadian wahyu Allah justru terletak pada
tiadanya perintah dalam al-Quran dan Sunnah agar mendirikan Negara Islam (Daulah
Islamiyyah). Jika umpamanya ada perintah tegas untuk mendirikan negara Islam, maka
al-Quran dan Sunnah juga akan memberikan tuntunan terinci tentang struktur institusi-
institusi negara yang dimaksudkan. Bila demikian halnya, maka negara Islam itu tidak
akan tahan zaman. Mungkin negara itu cocok dan sangat tepat untuk masa 14 abad yang
silam, tetapi perlahan-lahan ia akan menjadi usang (out of date), dan tidak dapat lagi
berarti lantas kaum muslimin diperkenankan membangun negara sesuai dengan kemauan
konsep- konsep dasar tekstual Islam, yakni al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Hal ini
terlihat dari kuatnya Amien Rais untuk merujuk kepada dua sumber dasar Islam ketika ia
berbicara tentang unsur-unsur yang terkait dengan prinsip-prinsip dasar negara. Menurut
Amien, Al-Qur’an dan Sunnah menekankan beberapa nilai politik atau prinsip-prinsip
konstitusional yang harus ditegakkan dan dijadikan pilar-pilar pengelolaan suatu negara.
6
Andri Nirwana AN, “Konsep Islamic State Amien Rais Dan Nurcholish Madjid”, Jurnal
Substantia 15, no. 01 (April, 2013); h. 45.
11
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, hal lain yang harus menjadi prinsip dasar
yang mesti dipenuhi dalam pengelolaan negara, khususnya dalam sebuah negara modern.
Negara tidak bisa dibangun di atas eksklusivitas suatu kelompok bangsa tertentu,
sementara kesempatan yang sama untuk memberikan partisipasi sosial politik dan
mendapatkan hak dari negara tidak didapat oleh kelompok bangsa lainnya. Artinya
penegakkan negara harus melibatkan partisipasi seluruh potensi bangsa sesuai dengan
pengelolaan negara. Jika kejujuran lenyap, dapat dipastikan akan muncul berbagai macam
penyelenggaraan negara. Atas dasar itu, Amien Rais pernah menggagas perlunya clean
and grand coalition dalam penyelenggaraan negara, yakni koalisi yang anti Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme. Pada akhirnya, prinsip keterbukaan tersebut menuntut adanya
terakhir bagi penegakkan suatu negara. Prinsip ini mengharuskan penguasa untuk
Allah. Menurut Amien Rais, prinsip pertanggungjawaban ini termasuk prinsip penting
kewajibannya, sepenuhnya dibenarkan. Model penguasa demikian tidak perlu ditaati lagi
pedoman dalam membangun suatu negara yang Islami. Sekalipun demikian, menurut
Amien Rais, syari’at tidak berbicara secara rinci mengenai aspek-aspek kelembagaan,
teknik, dan prosedur pengelolaan suatu negara. Tidak dirincinya persoalanpersoalan itu,
menurutnya, agar masyarakat Islam secara cerdas, kreatif dan inovatif dapat merumuskan
keperluan-keperluannya. Akhirnya dapat ditegaskan bahwa tidak ada yang lebih penting
dalam pengelolaan negara, kecuali tegaknya beberapa prinsip dasar seperti diungkapkan
di atas.
negara. Yakni, tegaknya keyakinan agama terjamin dan terpenuhinya keyakinan rakyat.
Kedua tujuan pokok itu mesti diorientasikan pada pencapaian tujuan akhir kebahagian di
akhirat. Dengan kata lain, kedua tujuan pokok pemerintahan itu bukan tujuan akhir hidup,
melainkan hanya tujuan antara menuju kebahagiaan yang bersifat abadi. Terealisasinya
merupakan tugas dan kewajiban yang senantiasa harus dijalankan oleh penyelenggara
negara, baik itu lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif secara sinergis.
Tampak jelas dari pemikiran Amien di atas, bahwa yang memiliki kekuatan untuk
melaksanakan penerapan hukum itu adalah negara, sehingga lahir pemahaman dari
13
Indonesia
lahir lembaga baru yang merupakan hasil dari lahirnya reformasi. Lembaga ini
7
Paisal Tanjung, “Pemikiran Amien Rais Tentang Ketatanegaraan Republik Indonesia
Pasca Reformasi Tahun 1999”: h. 10-13.
14
Komnas HAM sebagai lembaga yang secara khusus menangani persoalan HAM
juga telah merubah ketatanegaraan terutama dalam Amandemen UUD 1945 yang
diketuai Amien Rais. Keempat, Otonomi Khusus Aceh dan Papua, otonomi
Amandemen.
ditunjuk oleh pemerintah maka sekarang dipilih langsung oleh rakyat. Bahkan
Otonomi saat ini sudah menjangkau ke tingkat Desa, dimana Kepala Desa dipilih
dilakukan pada tahun 2004 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR,
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Amien Rais lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944.
Keluarga Amien Rais sangat religius yang bercorak Muhammadiyah. Ia merupakan dosen
di UGM, pernah dipercaya memimpin sebuah lembaga Pusat Pengkajian Strategi dan
Kebijakan (PPSK), sebagai salah satu pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim
mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) pada tahun 1998, selanjutnya pernah
menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-2004), juga pernah sebagai Ketua Majelis
Pertimbangan Pusat PAN (2010-2015) dan sempat menjadi Ketua Dewan Kehormatan
PAN dan Anggota Dewan Kehormatan ICMI (2015-2020), dan yang terbaru adalah
Berkenaan dengan hubungan antara agama dan negara, paradigma yang dibangun
dan dikembangkan oleh Muhammad Amien Rais lebih ditekankan pada aspek substansi
daripada bentuk. Amien memandang bahwa Islam tidak pernah menentukan bentuk
negara yang harus dibangun oleh masyarakat Muslim. Yang terpenting bagi Islam dari
negara bisa saja secara formal berbentuk demokratis, namun implementasinya bersumber
otoriter atau bahkan totaliter. Adapun yang dimaksud Amien sebagai substansi dalam
15
DAFTAR PUSTAKA
AN, Andri Nirwana. “Konsep Islamic State Amien Rais Dan Nurcholish Madjid”, Jurnal
Substantia 15, no. 01 (April, 2013); h. 41-52.
Fathurrohman, Ali. “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan
Relevansinya Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter”. Skripsi. (Ponorogo:
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, 2017).
Gunawan, Asep Indra. “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang
Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-
Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 76-94.
16