Anda di halaman 1dari 19

MUHAMMAD AMIEN RAIS

“Agama dan Politik Bernegara”

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pemikiran Politik Islam dan Ideologi dalam Masyarakat Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si


Syahrir Karim, S.Ag., M.Si., Ph.D

Oleh:
Andi Anugrah Nur Hidayat M
NIM: 80100220115

KONSENTRASI PEMIKIRAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya baginya Tuhan sekalian alam yang mencucuri rahmatnya tanpa

batas ruang dan waktu. Shalawat dan salam ke atas junjungan Nabi besar Muhammad

Sallallahu ‘Alaihi Wassalam. Syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala kerana

dengan izin limpahan kurnia dan kasih sayang-Nya juga, serta berkat bimbingan murrabbi

agung kita, Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam, akhirnya penulis berhasil

menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Muhammad Amin Rais (Agama dan

Politik Bernegara)”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salahsatu tugas pada Mata

kuliah Pemikiran Politik Islam dan Ideologi dalam Masyarakat Islam di bawah bimbingan

dosen pengampu Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si dan Syahrir Karim, S.Ag.,

M.Si., Ph.D sepanjang proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemukan

hambatan dan kesulitan, namun dengan daya usaha, bimbingan serta pengarahan dan

bantuan dari semua pihak, maka makalah ini dapat diselesaikan.

Setinggi-tinggi ucapan terima kasih dan penghargaan istimewa kepada dosen

pengampu yang dihormati yang telah banyak membantu memperbaiki dengan

memberikan komentar serta kritikan yang membina sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas setiap keringat, usaha dan

tenaga yang telah dosen curahkan dengan kebaikan yang berlipat ganda. Semoga

mendapat kehidupan yang berkat di dunia dan di akhirat. Jazakumullahu khairan katsiran.

Barru, 04 Januari 2022

Andi Anugrah Nur Hidayat M


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1-2

A. Latar Belakang................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3-14

A. Biografi dan Karya Muhammad Amien Rais ................................................. 3

B. Agama dan Negara perspektif Muhammad Amien Rais ................................. 7

C. Impelentasi Pemikiran Muhammad Amien Rais dalam Politik di Indonesia... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan agama dan negara sering kali menjadi topik ijtihad yang menarik, baik

bagi perorangan maupun kelompok tertentu. Munculnya topik tersebut berpangkal dari

permasalahan: Apakah kerasulan Muhammad saw. mempunyai kaitan dengan masalah

politik dan urusan kenegaraan? atau apakah Islam merupakan agama yang terkait erat

dengan urusan politik, kenegaraan dan pemerintahan? dan apakah sistem dan bentuk

pemerintahan, sekaligus prinsip-prinsipnya terdapat dalam Islam?

Fakta sejarah di beberapa negara yang didominasi komunitas Muslim selalu

memiliki tujuan untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam, baik secara moral dan teori etika

politik sebagai prilaku kenegaraan dan pemerintahan, bahkan menjadikan syari’ah Islam

sebagai dasar negara. Hal ini sering kali melahirkan ketegangan-ketegangan. Selain itu,

dalam kenyataannya perhatian Barat terhadap dunia Islam tidak saja terfokus kepada

wilayah Timur Tengah. Islam di Asia Tenggara menjadi perhatian Barat setelah

perkembangan Islam yang luar biasa di Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Karena itu,

Islam di Indonesia tidak bisa diabaikan begitu saja dalam percaturan politik global dewasa

ini.

Kesulitan dalam upaya mengembangkan sintesis antara praktik dan pemikiran

politik Islam dengan negara tidak hanya dialami oleh penduduk Muslim di Indonesia saja,

hal serupa pun dialami oleh negara-negara Muslim seperti Turki, Mesir, Sudan, Maroko,

Pakistan, Malaysia dan Aljazair. Jika bukan permusuhan, maka ketegangan yang tajam

1
2

adalah fenomena yang mewarnai hubungan politik antara agama (Islam) dengan negara

sebagai konsekwensi logis dari upaya pengembangan sintesis tersebut di atas.

Ada dua hal yang bersifat kontradiktif dalam konteks hubungan politik antara

Islam dan negara di negara-negara Muslim atau negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Kedua hal tersebut yakni; Pertama, posisi Islam yang menonjol karena kedudukannya

sebagai agama yang dianut sebagian besar penduduk negara setempat. Kedua, sekalipun

dominan Islam hanya berperan marjinal dalam wilayah kehidupan politik negara

bersangkutan.1

Menyikapi permasalahan tersebut, banyak tokoh-tokoh muslim yang

menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam memadukan antara agama dan negara.

Agama bukanlah penghalang bagi kemajuan sebuah negara, sehingga tidak ada lagi

statement yang mengatakan “jangan membawa-bawa agama dalam urusan politik atau

negara”. Di antara tokoh pemikir dan penggerak itu adalah Muhammad Amien Rais di

Indonesia. Pemaparan tersebut menjadikan alasan penyusun mengkaji Pemikiran Politik

Muhammad Amien Rais. Penyusun selanjutnya hanya akan berfokus pada pembahasan

hubungan Agama dan Negara perspektif Amien Rais di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi dan karya Muhammad Amien Rais.?

2. Bagaimana pemikiran politik Muhammad Amien Rais mengenai Agama dan

Politik Bernegara.?

3. Bagaimana implementasi pemikiran Muhammad Amien Rais dalam perpolitikan

di Indonesia.?

1
Paisal Tanjung, “Pemikiran Amien Rais Tentang Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca
Reformasi Tahun 1999”, JOM: Jurnal Ilmu Pemerintahan 5, no. 01 (April, 2018); h. 2.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya Muhammad Amien Rais

1. Biografi Muhammad Amien Rais

Muhammad Amien Rais lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944.

Amien Rais tumbuh ditengah-tengah keluarga religius yang bercorak Muhammadiyah.

Ayahnya, Syuhud Rais merupakan Kepala Kantor Pendidikan Agama di Surakarta, dan

Ibunya, Sudalmiyah berprofesikan Guru.

Amien Rais memulai pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Muhammadiyah

Solo, dan tamat pada tahun 1956. Kemudian di SMP Muhammadiyah Solo, dan tamat

pada tahun 1959. Selanjutnya pada SMA Muhammadiyah Solo, dan tamat pada tahun

1962. Sembari mengenyam pendidikan formal, Amien Rais juga memperoleh pendidikan

di Pesantren Manba’ul ‘Ulum ketika masa SMP, dan di Pesantren Al-Islam ketika masa

SMA. Kedua pesantren tersebut berada di Solo.

Saat mau melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi, kedua orangtuanya

sangat mengharapkan agar Amien Rais memilih perguruan tinggi Islam supaya kelak bisa

studi ke Mesir. Namun Amien Rais memilih UGM (Universitas Gajah Mada), pada

fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Hubungan Internasional. Tapi agar tidak

mengecewakan orangtua, Amien Rais juga mendaftar di IAIN (Institut Agama Islam

Negeri) Yogyakarta, pada fakultas Tarbiyah. Namun karena kemudian muncul regulasi

baru yang tidak memperkenankan kuliah ganda (bersamaan), maka Amien Rais memilih

meninggalkan IAIN Yogyakarta.

3
4

Setelah menyelesaikan pendidikan di UGM pada 1968, ia dikirim ke Amerika

Serikat untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di Universitas of Notre Dame, Indian,

dan selesai tahun 1974. Kemudian ia mengikuti program doktor di Political Science,

University of Chicago, dengan mengambil spesialisasi di bidang politik Timur Tengah

dan selesai pada tahun 1984. Disertasinya berjudul “The Moslem Brotherhood in Egypt:

its Rise, Demise, and Resurgence (Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir: Kelahiran,

Keutuhan, dan Kebangkitannya Kembali)”. Untuk penulisan disertasinya ini ia harus

melakukan penelitian ke Mesir selama kurang lebih setahun. 2

Amien Rais mengawali kariernya di dunia pendidikan sebagai dosen FISIP UGM

sejak tahun 1969. Untuk beberapa lama tugas sebagai dosen ia tinggalkan karena

melanjutkan studi ke Amerika Serikat, namun ia aktif kembali di FISIP UGM pada 1981

sampai sekarang. Di samping mengajar di UGM ia juga meluangkan waktunya mengajar

di beberapa perguruan tinggi lain, seperti di UMY (Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta). Di universitas ini ia (pernah) dipercaya memangku jabatan sebagai wakil

rektor.

Kesibukannya disamping tugas mengajar di UGM, ia dipercaya pula memimpin

sebuah lembaga bernama Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK), sebagai salah

satu pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) pada tahun 1990, menjadi

ketua umum PP Muhammadiyah (1995-2000), mendirikan PAN (partai Amanat

Nasional) pada tahun 1998, selanjutnya pernah menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-

2004), sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PAN (2010-2015) dan sempat menjadi

2
Asep Indra Gunawan, “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang Hubungan
Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 80.
5

Ketua Dewan Kehormatan PAN dan Anggota Dewan Kehormatan ICMI (2015-2020),

dan yang terbaru adalah mendeklarasikan Partai Ummat pada hari Kamis, 29 April 2021.

Istrinya, Kusnasriyati Rahayu, selain aktif mengasah bidang pendidikan bersama

pengurus Aisyiah, ia juga membuka usaha wiraswasta warung soto di samping rumahnya

di Condong Catur, Yogyakarta. Lumayan “Penghasilannya lebih besar daripada gaji saya

di UGM,” kata Amien. Pasangan yang menikah pada tahun 1969 ini telah dikaruniai tiga

putra dan dua putri yang dididik dengan disiplin ketat. “Kelihatannya disiplin itu seperti

keras, tetapi kami berpikir jangka panjang untuk mereka,” jelas sang Ayah yang super

sibuk ini.

Amien Rais pernah terpilih sebagai tokoh politik tahun 1997 melalui hasil pilihan

mahasiswa UGM. Hal itu terungkap dari hasil polling yang dibuat oleh tabloid mahasiswa

UGM, Bulaksumur. Polling bertajuk Survey Tokoh Terpopuler di UGM tahun 1997 itu

dibuat bulan Juli hingga Agustus 1997 dan memilih 10 tokoh dalam berbagai bidang,

meliputi sains dan teknologi, seni dan kebudayaan, pendidikan, ekonomi, perempuan,

politik, agama, militer, gerakan mahasiswa dan media massa.

Bersama Amien Rais terpilih tokoh terpopuler di bidang sains dan terknologi (B.J.

Habibie), seni dan kebudayaan (Emha Ainun Nadjib), pendidikan (Ki Hajar Dewantoro),

ekonomi (Soemitro Djojohadikusumo), perempuan (Megawati), militer (R. Hartono),

agama (Abdurrahman Wahid), gerakan mahasiswa (Budiman Sudjatmiko), dan media

massa (Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin).3

3
Ali Fathurrohman, “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan Relevansinya
Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter”, skripsi (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Ponorogo, 2017), h. 49-55.
6

2. Karya-karya Muhammad Amien Rais

Kontribusinya dalam dunia pendidikan juga terlihat dari karya-karya yang cukup

banyak, antara lain, ialah4:

a. Muhammad Amien Rais, Orientalisme dan Humanisme Sekular, Yogyakarta:

Salahuddin Press, 1983.

b. Muhammad Amien Rais, Politik dan Pemerintahan di Timur Tengah, PAU-UGM.

c. Muhammad Amien Rais, Tugas Cendikiawan Muslim (terjemahan Ali Syariati),

Yogyakarta: Salahudin Press, 1985.

d. Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Bandung:

Mizan, 1987.

e. Muhammad Amien Rais, Timur Tengah dan Krisi Teluk, Surabaya: Amarpress,

1990.

f. Muhammad Amien Rais, Keajainban Kekuasaan: Bentang Budaya, Yogyakarta:

PPSK, 1994.

g. Muhammad Amien Rais, Moralitas Politik Mohammadiyah, Yogyakarta: Pena,

1995.

h. Muhammad Amien Rais, Tangan Kecil, Jakarta: UM Jakarta Press, 1995.

i. Muhammad Amien Rais, Demi Kepentingan Bangsa, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996.

j. Muhammad Amien Rais, Refleksi Amien Rais, dari Persoalan Semut Sampai

Gajah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Ali Fathurrohman, “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan Relevansinya
4

Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter”, skripsi, h. 56-57.


7

k. Muhammad Amien Rais, Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998.

l. Muhammad Amien Rais, Melangkah Karena Dipaksa Sejarah, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1998.

m. Muhammad Amien Rais, Membangun Kekuasaan di Atas Keberagaman,

Yogyakarta: Pustaka SM, 1998.

n. Muhammad Amien Rais, Tauhid Sosial, Formula Menggempur Kesenjangan,

Bandung: Mizan, 1998.

o. Muhammad Amien Rais, Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid

Sosial, Menegakkan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Bandung: Zaman Wacana

Mulia, 1998.

p. Muhammad Amien Rais, Suara Amien Rais, Suara Rakyat, Jakarta: Gema Insani

Press, 1998.

q. Muhammad Amien Rais, Amien Rais Sang Demokrat, Jakarta: Gema Insani

Press, 1998.

B. Agama dan Negara Perspektif Muhammad Amien Rais

1. Konsep Dasar Agama

Orientasi model pendekatan yang dilakukan Amien Rais dalam pandangannya

tentang hubungan agama dan negara, mula-mula difokuskan pada pandangan

intelektualnya terhadap persoalan-persoalan mendasar agama yang mencakup konsep-


8

konsep5: Tauhid, Syari’ah, dan Agama sebagai suatu “citra” (normativitas) serta sebagai

suatu “fakta” (historisitas).

a. Tauhid

Menurut Amien, ada dua jenis tauhid, yakni tauhid aqidah (tauhidullah) dan

tauhid sosial. Yang dimaksud dengan tauhid aqidah adalah dua kategori tauhid yang lazim

dikenal dalam ilmu ushuluddin yaitu tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah. Adapun

tauhid sosial adalah dimensi sosial dari tauhid aqidah (tauhidullah). Konsep tauhid sosial

ini dimaksudkan agar tauhidullah yang sudah tertanam dalam pemikiran umat Islam

dapat direalisasikan ke dalam realitas sosial secara konkret.

b. Syari’at sebagai sistem hukum

Dalam pengertian yang longgar, syari’at bisa merujuk kepada Islam sebagai

agama Tuhan. Sebagai hukum Tuhan syari’at menempati posisi paling penting dalam

masyarakat Islam. Sebab syari’at mencakup moral, prilaku, tata aturan mulai dari

peribadahan hingga urusan kenegaraan, yang secara keseluruhan sangat bergantung pada

kesadaran manusia. Sebagai sistem hukum, syari’at menurut Amien Rais merupakan

hukum yang lengkap dan terpadu.

c. Agama sebagai suatu “citra” (normativitas) dan sebagai suatu “fakta”

(historisitas).

Islam pada hakekatnya adalah suatu agama, ia juga suatu budaya dalam dirinya

sendiri dan peradaban yang menopang dirinya sendiri. Yang berarti juga bahwa agama

Asep Indra Gunawan, “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang Hubungan
5

Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 87.
9

bukan soal sebagian-sebagian, ia bukanlah akal semata-mata, tidak pula hanya perasaan

saja, ataupun tindakan semata-mata, ia adalah ekspresi dari seluruh manusia. Totalitas

makna agama tersebut menunjukkan pada pengertian bahwa agama (Islam) selain

memiliki dimensi spiritual-transendental juga memiliki dimensi sosial-historikal.

Dengan demikian, secara garis besarnya prinsip agama Islam terdiri dari dua pilar.

Pertama, nilai spiritualitas tauhid. Kedua, nilai-nilai keadilan dalam kehidupan sosial

kemasyarakatan. Wilayah yang pertama disebut sebagai wilayah doktrin, ajaran,

normativitas, atau das sollen. Sedangkan wilayah kedua disebut wilayah historisitas, atau

wilayah das sein, yakni praktik ajaran agama secara konkret dalam wilayah kesejarahan

manusia Muslim pada era, wilayah, dan budaya tertentu.

2. Agama dan Politik Bernegara

Politik dan agama sering dipahami secara terpisah di dalam kehidupan bernegara.

Sehingga seolah tidak ada keterkaitan fungsional dan organik antara politik dan agama

serta politik dan dakwah. Bahkan ada kesan dalam masyarakat seolah-olah politik selalu

mengandung kelicikan, hipokrasi, ambisi buta, pengkhianatan, penipuan, dan berbagai

konotasi buruk lainnya. Bagi Amien Rais, persepsi politik yang demikian tentu cukup

berbahaya. Ditinjau dari kaca mata agama dan dakwah, pandangan politik seperti ini juga

sangat merugikan.

Menurut Amien Rais, seorang politisi haruslah bersandar pada moralitas dan etika

yang bersumber pada ajaran tauhid. Bila moralitas dan etika tauhid ini dilepaskan dari

politik, maka politik itu akan berjalan tanpa arah, dan bermuara pada kesengsaraan orang

banyak. Dengan demikian, maka politik harus mengindahkan nilai-nilai agama dan
10

fungsional terhadap tujuan dakwah. Politik yang fungsional terhadap tujuan dakwah

adalah politik yang sepenuhnya mengindahkan nilai-nilai Islam.

Amien Rais berpendapat bahwa “keabadian wahyu Allah justru terletak pada

tiadanya perintah dalam al-Quran dan Sunnah agar mendirikan Negara Islam (Daulah

Islamiyyah). Jika umpamanya ada perintah tegas untuk mendirikan negara Islam, maka

al-Quran dan Sunnah juga akan memberikan tuntunan terinci tentang struktur institusi-

institusi negara yang dimaksudkan. Bila demikian halnya, maka negara Islam itu tidak

akan tahan zaman. Mungkin negara itu cocok dan sangat tepat untuk masa 14 abad yang

silam, tetapi perlahan-lahan ia akan menjadi usang (out of date), dan tidak dapat lagi

memiliki kemampuan menanggulangi masalah-masalah modern yang timbul sejalan

dengan dinamika masyarakat manusia. Namun, menurutnya dengan demikian tidak

berarti lantas kaum muslimin diperkenankan membangun negara sesuai dengan kemauan

manusiawinya sendiri, dan terlepas dari fundamentals agama Islam.6

Amien Rais mendasarkan wacana tentang pemerintahan (negara) lebih pada

konsep- konsep dasar tekstual Islam, yakni al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Hal ini

terlihat dari kuatnya Amien Rais untuk merujuk kepada dua sumber dasar Islam ketika ia

berbicara tentang unsur-unsur yang terkait dengan prinsip-prinsip dasar negara. Menurut

Amien, Al-Qur’an dan Sunnah menekankan beberapa nilai politik atau prinsip-prinsip

konstitusional yang harus ditegakkan dan dijadikan pilar-pilar pengelolaan suatu negara.

Prinsip-prinsip ajaran sosial politik islam tersebut mencakup musyawarah (al-syura),

6
Andri Nirwana AN, “Konsep Islamic State Amien Rais Dan Nurcholish Madjid”, Jurnal
Substantia 15, no. 01 (April, 2013); h. 45.
11

keadilan (al-‘adalah), kebebasan atau kemerdekaan (al-hurriyah), persamaan (al-

musawah), dan pertanggung jawaban penguasa terhadap masyarakat.

Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, hal lain yang harus menjadi prinsip dasar

negara adalah keterbukaan. Menurut Amien, keterbukaan merupakan tuntutan mutlak

yang mesti dipenuhi dalam pengelolaan negara, khususnya dalam sebuah negara modern.

Negara tidak bisa dibangun di atas eksklusivitas suatu kelompok bangsa tertentu,

sementara kesempatan yang sama untuk memberikan partisipasi sosial politik dan

mendapatkan hak dari negara tidak didapat oleh kelompok bangsa lainnya. Artinya

penegakkan negara harus melibatkan partisipasi seluruh potensi bangsa sesuai dengan

kapasitas dan prioritasnya masing-masing.

Prinsip keterbukaan itu akhirnya menuntut adanya kejujuran dari penyelenggara

negara, karena bagaimanapun kejujuran dipandang sebagai suatu keharusan dalam

pengelolaan negara. Jika kejujuran lenyap, dapat dipastikan akan muncul berbagai macam

penyimpangan. Munculnya budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), sebenarnya

merupakan bagian dari serangkaian contoh akibat hilangnya kejujuran dari

penyelenggaraan negara. Atas dasar itu, Amien Rais pernah menggagas perlunya clean

and grand coalition dalam penyelenggaraan negara, yakni koalisi yang anti Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme. Pada akhirnya, prinsip keterbukaan tersebut menuntut adanya

(accountability) yang optimal dari penyelenggara negara.

Pertanggungjawaban penguasa terhadap rakyat merupakan prinsip dasar yang

terakhir bagi penegakkan suatu negara. Prinsip ini mengharuskan penguasa untuk

senantiasa dapat mempertanggungjawabkan setiap kebijakan dan mekanisme

penyelenggaraan negara seara transparan, baik terhadap masyarakat maupun di hadapan


12

Allah. Menurut Amien Rais, prinsip pertanggungjawaban ini termasuk prinsip penting

dalam wawasan Syari’at. Menurutnya, dalam pandangan Islam, prosedur penentuan

pertanggungjawaban (Impeachment procedure) terhadap penguasa yang gagal memenuhi

kewajibannya, sepenuhnya dibenarkan. Model penguasa demikian tidak perlu ditaati lagi

dan harus diturunkan.

Prinsip-prinsip dasar politik atau prinsip konstitusional di atas, harus dijadikan

pedoman dalam membangun suatu negara yang Islami. Sekalipun demikian, menurut

Amien Rais, syari’at tidak berbicara secara rinci mengenai aspek-aspek kelembagaan,

teknik, dan prosedur pengelolaan suatu negara. Tidak dirincinya persoalanpersoalan itu,

menurutnya, agar masyarakat Islam secara cerdas, kreatif dan inovatif dapat merumuskan

keperluan-keperluannya. Akhirnya dapat ditegaskan bahwa tidak ada yang lebih penting

dalam pengelolaan negara, kecuali tegaknya beberapa prinsip dasar seperti diungkapkan

di atas.

Amien mencatat ada dua tujuan pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara. Yakni, tegaknya keyakinan agama terjamin dan terpenuhinya keyakinan rakyat.

Kedua tujuan pokok itu mesti diorientasikan pada pencapaian tujuan akhir kebahagian di

akhirat. Dengan kata lain, kedua tujuan pokok pemerintahan itu bukan tujuan akhir hidup,

melainkan hanya tujuan antara menuju kebahagiaan yang bersifat abadi. Terealisasinya

keyakinan agama dan terpenuhinya kepentingan rakyat secara bersamaan, sejatinya

merupakan tugas dan kewajiban yang senantiasa harus dijalankan oleh penyelenggara

negara, baik itu lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif secara sinergis.

Tampak jelas dari pemikiran Amien di atas, bahwa yang memiliki kekuatan untuk

melaksanakan penerapan hukum itu adalah negara, sehingga lahir pemahaman dari
13

dirinya; “Negara adalah penjaga syari’at”, supaya syari’at tidak mengalami

deteriorasi dan penyelewengan. Negara merupakan “alat syari’at” yang mengatur

seluruh dimensi kehidupan manusia; negara berfungsi sebagai penjaga

keteraturan dan tertib hukum, politik, budaya, akhlak, dan lain-lain.7

C. Impelentasi Pemikiran Muhammad Amien Rais dalam Perpolitikan di

Indonesia

Kiprah Amien Rais dalam perjalanan perpolitikan di Neagara Indonesia

dimulai ketika di awal reformasi ia dipercaya untuk memegang jabatan Ketua

MPR, bersama aktor-aktor reformasi lainnya melakukan Amandemen UUD

1945. Setelah dilakukan kajian secara mendalam.

Berikut ditemukan lima hal perubahan ketatanegaraan Indonesia yang

erat kaitannya dengan Pemikiran Amien Rais;17

Pertama, Reformasi TNI/Polri. Amien Rais selalu menuntut agar

Dwifungsi ABRI yang dianggap sebagai tembok pertahanan kekuasaaan bagi

pemerintahan Soeharto harus dihapuskan. Kedua, Eksistensi KPK, artinya telah

lahir lembaga baru yang merupakan hasil dari lahirnya reformasi. Lembaga ini

dibentuk sebagai salah satu bagian untuk pemberantasan korupsi yang

merupakan salah satu agenda terpenting dalam pembenahan tata pemerintahan di

Indonesia, dan sampai saat ini eksistensinya masih memiliki integritas.

7
Paisal Tanjung, “Pemikiran Amien Rais Tentang Ketatanegaraan Republik Indonesia
Pasca Reformasi Tahun 1999”: h. 10-13.
14

Ketiga, Penegakan HAM. Adanya kepastian dan jaminan HAM diatur

dalam UUD 1945 dan terdapat di dalam UU No 39 Tahun 1999. Lahirnya

Komnas HAM sebagai lembaga yang secara khusus menangani persoalan HAM

juga telah merubah ketatanegaraan terutama dalam Amandemen UUD 1945 yang

diketuai Amien Rais. Keempat, Otonomi Khusus Aceh dan Papua, otonomi

khusus merupakan pengertian baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pasca

Amandemen.

Kelima, Pemilu/Pilkada langsung. Hal ini jelas perubahan besar dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia, jika dulu Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota

ditunjuk oleh pemerintah maka sekarang dipilih langsung oleh rakyat. Bahkan

Otonomi saat ini sudah menjangkau ke tingkat Desa, dimana Kepala Desa dipilih

langsung oleh masyarakat desa bersangkutan. Pemilu langsung pertama kali

dilakukan pada tahun 2004 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR,

DPD, serta DPRD.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhammad Amien Rais lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944.

Keluarga Amien Rais sangat religius yang bercorak Muhammadiyah. Ia merupakan dosen

di UGM, pernah dipercaya memimpin sebuah lembaga Pusat Pengkajian Strategi dan

Kebijakan (PPSK), sebagai salah satu pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia) tahun 1990, menjadi ketua umum PP Muhammadiyah (1995-2000),

mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) pada tahun 1998, selanjutnya pernah

menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-2004), juga pernah sebagai Ketua Majelis

Pertimbangan Pusat PAN (2010-2015) dan sempat menjadi Ketua Dewan Kehormatan

PAN dan Anggota Dewan Kehormatan ICMI (2015-2020), dan yang terbaru adalah

mendeklarasikan Partai Ummat pada hari Kamis, 29 April 2021.

Berkenaan dengan hubungan antara agama dan negara, paradigma yang dibangun

dan dikembangkan oleh Muhammad Amien Rais lebih ditekankan pada aspek substansi

daripada bentuk. Amien memandang bahwa Islam tidak pernah menentukan bentuk

negara yang harus dibangun oleh masyarakat Muslim. Yang terpenting bagi Islam dari

penyelenggaraan negara adalah substansi. Bagaimanapun secara historis-realitas suatu

negara bisa saja secara formal berbentuk demokratis, namun implementasinya bersumber

otoriter atau bahkan totaliter. Adapun yang dimaksud Amien sebagai substansi dalam

penyelenggaraan negara adalah penegakkan semua prinsip dasar Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

AN, Andri Nirwana. “Konsep Islamic State Amien Rais Dan Nurcholish Madjid”, Jurnal
Substantia 15, no. 01 (April, 2013); h. 41-52.

Fathurrohman, Ali. “Konsep Tauhid Sosial Menurut Muhammad Amien Rais dan
Relevansinya Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter”. Skripsi. (Ponorogo:
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, 2017).

Gunawan, Asep Indra. “Pandangan Yusuf Al-Qardhawi dan M. Amien Rais tentang
Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Siyasah Syar’iyah”, Jurnal At-
Tatbiq 04, no. 01 (2019); h. 76-94.

Tanjung, Paisal, “Pemikiran Amien Rais Tentang Ketatanegaraan Republik Indonesia


Pasca Reformasi Tahun 1999”, JOM: Jurnal Ilmu Pemerintahan 5, no. 01
(April, 2018); h. 1-15.

16

Anda mungkin juga menyukai