Anda di halaman 1dari 20

RESUME HEMATOLOGI

DARAH

Pada sel darah terdapat matriks yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
yaitu plasma dan serum. Plasma dan serum merupakan matriks yang digunakan
dalam studi biologi dan klinis. Plasma merupakan campuran darah dengan
antikoagulan. Antikoagulan sendiri ini merupakan bahan yang digunakan untuk
mecegah pembekuan darah. Plasma berfungsi sebagai medium transportasi untuk
zat-zat yang diangkut dalam darah. Sedangkan, serum merupakan spesimen darah
yang tidak diberi antikoagulan dan membiarkan darah dalam tabung membeku
dalam waktu 15-30 menit dan selanjutnya di sentrifuge untuk mengendapkan semua
sel- sel darah. Serum merupakan bagian cair darah yang bebas dari sel darah dan
tanpa fibrinogen karena protein darah sudah berubah menjadi jaring fibrin dan
menggumpal bersama sel.

Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian
padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan
bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan
hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit dengan melihat kenaikan dan
penurunan jumlah sel darah. Pemeriksaan hematologic dilakukan agar sebagai
uji penyaringan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada proses fisiologi
tubuh, dapat membantu menetapkan diagnosis, sebagai diagnosis banding, dapat
memantau perjalanan penyakit, penatalaksanaan penderita dan dapat menentukan
prognosis. Pemeriksaan preparatapus darah tepi merupakan bagian yang penting
dari rangkaian pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus
darah tepi ialah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi
sel (eritrosit, leukosit, trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit,
mengestimasi jumlah trombosit dan mengidentifikasi adanya parasite. Pada apusan
darah tepi salah satu sel yang dapat diamati ialah leukosit. Leukosit memiliki
sebuah inti yang bentuk dan ukurannya bervariasi sehingga mudah dibedakan
dengan eritrosit dan trombosit. Pembuatan apusan darah adalah darah pada
tabung vakum EDTA harus dikocok ke atas dan kebawah agar plasma darah
bercampur dengan sel-sel darahlalu darh diambil menggunakan pipet tetes dan
diteteskan pada objek glass. Kemudian objek glass diletakkan pada sudut 25° - 30°
pada tetesan darah kemudian ditarik lurus sampai ujung preparat [6]. Kriteria
preparat darah apusan yang baik yaitu lebar dan panjangnya tidak memenuhi
seluruh kaca benda, secara gradual penebalannya berangsurangsur menipis dari
kepala ke ekor, tidak memiliki lubang, tidak terputus, tidak terlalu tebal dan
memiliki pengecatan yang baik [7].

Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai
alat untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah
merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan protein
pernafasan yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen yang disebabkan oleh hemoglobin. Dalam darah juga terdapat
kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah juga dibedakan
menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga memiliki peranan
penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah merah,sel darah
putih serta kepingan darah. Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari
susunan sel darah manusia yang memiliki peranan utamadalam hal sistem imunitas
atau membunuh kuman dan bibit penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah
manusia. Sel darah putih atau yang juga dapat disebut dengan leukosit. Leukosit
dibagi menjadi lima jenis tipeberdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil,
eosinofil, neutrofil, limfosit dan monosit. Masing- masing jenis sel darah putih
ini memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda [8]. Neutrofil berwarna merah
kebiruan dengan tiga inti sel dan bentuk intinya bermacam- macam. Basofil
berwarna bintik- bintik kebiruan. Eosinofil berwarna bintik-bintik kemerahan.
Monosit berwarna biru dengan bentuk bulat panjang. Limfosit berwarna biru pucat
dan tidak dapat bergerak bebas [9]. Limfosit dapat membentuk pertahanan sistem
imun dan terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit B dan T. Limfosit B berfungsi
menghasilkan antibodi yang beredar di dalam darah dan bertanggungjawab dalam
imunitas humoral, berbeda dengan limfosit T yang tidak menghasilkan antibodi
namun langsung. Pembentukan antibody dipicu oleh adanya antigen. Antibodi
secara spesifik akan bereaksi dengan antigen, ada beberapa cara antibodi melawan
atau menghancurkan antigen yaitu dengan netralisasi, penggumpalan, pengendapan
dan pengaktifan sistem kompelemen.
- Netralisasi terjadi jika antibodi rnemblokir beberapa tempat antigen
berikatan dan membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan virus
dengan menempel pada tempat yang seharusnya berikatan dengan sel
inang. S Selain itu, antibodi menetralkan bakteri dengan menyelimuti
bagian beracun bakteri dengan antibodi. Hal tersebut menetralkan racun
bakteri sehingga sel fagosit dapat mencerna bakteri tersebut.
- Aglunitasi merupakan penggumpalan bakteri, virus, atau sel patogen
lain oleh antibodi. Cara ini memudahkan sel fagosit menangkap sel-sel
patogen tersebut.
- Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi. Hal ini
untuk membuat antigen terlarut tidak bergerak dan mernudahkan
ditangkap oleh sel fagosit.
- Pengaktifan sistem komplemen merupakan cara dimana antibodi yang
berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem komplemen
(protein komplemen) untuk membentuk luka atau pori pada sel mikroba
patogen. Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan luka ataupori
pada sel mikroba patogen. Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan
lisozim dapat masuk dan sel patogen tersebut akan hancur (lisis).
Leukosit dibagi menjadi dua kategori utama, yang bergantung pada
gambaran nucleus dan ada tidaknya granula di dalam sitoplasamnya jika
dilihat dibawah mikroskop.
- Granulosit artinya sel yang mengandung granula-granula. Granula
mengandung senyawa kimia tersimpan yang belum diubah yang
dilepaskan oleh eksositosis pada stimulasi yang sesuai untuk
melaksanakan fungsi granulosit. Adapun untuk perannya, garnulosit
berperan dalam proses fagositosis apabila terjadi infeksi yang parah.
Tipe leukosit yang masuk kategori ini adalah neutrophil, eosinophil,
serta basofil. Ketiga jenis granulosit dibedakan berdasarkan afinitas
granula mereka terhadap zat warna: eosinofil memiliki afinitas terhadap
pewarna merah eosin, basofil cenderung menyerap pewarna biru basa,
dan neutrofil bersifat netral, tidak menunjukkan preferensi warna
- Agranulosit artinya sel yang tidak memiliki granula. Terdiri atas
monosit dan limfosit. Keduanya memiliki satu nukleus besar yang tidak
bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada limfosit
dan memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit,
leukosit yang paling kecil, secara khas memiliki nukleus bulat besar
yang menempati sebagian besar sel. Adapun untuk fungsi dari
agrunolosit ialah sebagai penghasil antibodi untuk sistem kekebalan
tubuh. Agranulosit adalah sel yang tidak memiliki segmen atau lobus
pada inti dan tidak ada granul pada sitoplasma, terdiri atas limfosit dan
monosit. Limfosit berupa sel bulat kecil berdiameter 7-12 μm, memiliki
nukleus yang relatif besar, berbentuk bulat atau sedikit berlekuk, yang
dikelilingi oleh sitoplasma. Fungsi utama limfosit sebagai respon
terhadap adanya antigen dengan cara membentuk antibodi yang
bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas seluler.
Selnya bulat berdiameter 9-12 μm dalam larutan, tetapi pada apusan
darah kering, berdiameter sampai 17 μm. Monosit berperan sebagai
prekursor untuk makrofag, dan sel ini akan mencerna dan membaca
antigen.
Pada praktikum hematologi darah dengan percobaan apusan darah tepi
diperoleh hasil dengan dua jenis leukosit yang berbeda yang dapat dilihat pada
gambar 1 dan gambar 2. Pada gambar 1 tidak terdapat sel darah putih dan untuk
gambar 2 terdapat leukosit dengan jenis neutrofil. Neutrofil merupakan leukosit
yang memiliki lobus inti 3-5 yang saling berhubungan dengan benang kromatin dan
sitoplasma. Neutrofil memiliki sifat fagositosis dan peka pula terhadap rangsangan
kemotaksis. Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulnya berbentuk butiran halus

tipis dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam dan warna basa,
sedang pada granula menghasilkan warna ungu atau merah mudah yang samar.
Sirkulasi neutrofil dalam darah yaitu sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari
pada saat berada dalam jaringan ekstravaskuler.
RESUME U-CRP

C-Reactive Protein (CRP) merupakan protein fase akut yang terdapat


dalam serum normal dalam jumlah yang sangat sedikit (1ng/L). Dalam kondisi
tertentu, misalnya reaksi inflamasi kerusakan jaringan akibat penyakit infeksi
maupun non infeksi, kadar CRP dapat meningkat sampai100 kali.. Sintesa CRP di
hati berlangsung sangat cepat setelah ada sedikit rangsangan, konsentrasi serum
meningkat diatas 5mg/L selama 6-8 jam dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam.
Kadar CRP akan menurun tajam bila proses peradangan atau kerusakan jaringan
mereda dan dalam waktu sekitar 24-48 jam telah mencapai nilai normal kembali.
CRP mempunyai sifat stabil dalam jangka lama pada waktu penyimpanan,
mempunyai half life yang panjang, tidak dipengaruhi variasi diurnal, tidak
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Untuk penyebab infeksi bakteri/virus,
trauma, pembedahan, luka bakar, penyakit keganasan, kerusakan jaringan maupun
penyakit autoimmun, kadar CRP biasanya mencapai >10 mg/L. Kadar CRP juga
meningkat pada penyakit hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok maupun
adanya riwayat penyakit jantung. CRP sangat berguna untuk menegakkan
diagnostik inflamasi maupun penyakit infeksi.

C-reactive protein (CRP) adalah protein fase akut dengan strukur


homopentamer dan memiliki tempat ikatan kalisum spesifik terhadap
phosphocholin. CRP merupakan penanda inflamasi dan salah satu proteinfase akut
yang disintesis di hati untuk memantau secara non-spesifik penyakit lokal maupun
sistemik. Kadar CRP meningkat setelah adanya trauma infeksi bakteri dan
inflamasi. Sebagai biomarker CRP dianggap sebagai respon peradangan fase akut
yang mudah dan murah untuk diukur jika dibandingkan dengan penanda inflamasi
lainnya. CRP juga dijadikan sebagai penanda prognostik untuk inflamasi.
Pemeriksaan kadar CRP darah merupakan salah satu tes laboratorium yang
banyak digunakan untuk mendeteksi adanya peradangan tahap awal sehingga
dikatakan sebagai penanda prognostik untuk inflamasi. Adapun tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk memantau secara nonspesifik penyakit lokal
maupun sistemik. CRP penting digunakan untuk memantau perubahan-perubahan
dalam fase inflamasi akut yang dihubungkan dengan banyak penyakit infeksi
(penanda peradangan) dan penyakit autoimun.

Adanya inflamasi atau kerusakan pada jaringan atau organ tubuh akan
direspon tubuh dengan cara sekresi protein fase akut penanda inflamasi, salah
satunya adalah C-reactive protein (CRP). CRP disintesis dalam hepar, muncul
secara non spesifik sebagai tanda adanya penyakit lokal maupun sistemik.
Pembentukan CRP dipengaruhi oleh IL-6, IL-1 serta TNF-α saat terjadi inflamasi
CRP akan dilepas oleh hati dan sel inflamasi seperti neutrofil dan makrofag akan
melepaskan sitokin yang dengan cepat akan merangsang pembentukan CRP. Kadar
CRP meningkat setelah adanya trauma, inflamasi dan infeksi bakteri sehingga
digunakan sebagai biomarker peradangan fase akut yang mudah dan murah serta
penanda prognostik adanya inflamasi. Peningkatan kadar CRP berhubungan
dengan penggunaan tembakau, peningkatan indeks massa tubuh, usia, hipertensi,
resistensi insulin, diabetes, penyakit ginjal kronis, penurunan fungsi ventrikel kiri,
aterosklerosis luas, infeksi aktif, dan depresi. Konsentrasi serum CRP akan
meningkat dalam wakt 8-12 jam setelah terjadi peradangan dan akan mencapai
puncak pada waktu 24-48 jam dan memiliki waktu paruh 4-7 jam sehingga
penurunan kadar CRPnya cepat.

Pengujian kadar CRP dapat dilakukan dalam beberapa metode seperti


aglutinasi latex, immunoassay dengan double antibody sandwich ELISA dan High
sensitivity C-reactive protein (hs-CRP) tetapi metode aglutinasi latex yang paling
umum digunakan karena mudah dilakukan, murah, dan cepat tetapi kurang sensitif
dan hanya dapat mendeteksi dengan kadar CRP > 6 mg/dl. Metode aglutinasi latex
juga dapatdigunakan karena dapat digunakan sebagai pemeriksaan kualitatif dan
semi kuantitatif dengan menambahkan reagen latex sehingga akan terjadi
aglutinasi. . Metode sandwish ELISA adalah metode pemeriksaan dengan
mengukur intensitas warna menggunakan Nycocard Reader. Jika terdapat CRP
dalam sampel pada level patologis, maka akan tebentuk warna merah-coklat pada
area tes dengan intensitas warna yangproposional terhadap kadar. Intensitas warna
ukur diukur secara kuantitatif menggunakan NycoCard reader II. Metode High
Sensitivity C- Reactive Protein (Hs-CRP) adalah pemeriksaan secara kuantitatif
untuk mengukur kadar CRP yang lebih sensitif dan akurat dengan menggunakan
metode LTIA (Latex Turbidimetry Immunoassay), dengan range pengukuran : 0,3
– 300 mg/L.Metode Hs- CRP ini mendeteksi adanya inflamasi lebih cepat
dibandingkan dengan metode lainnya. Kadar CRP dianggap normal jika nilainya
< 0,5 mg/dL, sehingga apabila saat pemeriksaan ditemukan hasil dari kadar normal
maka hal tersebut menandakan bahwa adanya peradangan atau kondisi yang serius
terjadi pada tubuh. Kadar CRP akan meningkat dalam waktu 8-12 jam setelah
terjadinya peradangan atau inflamasi (3). Adapun untuk perkiraan peningkatan kadar
CRP oleh karena infeksi virus 10-40 mg/L, infeksi bakteri 40-200 mg/L, dan untuk
kasus infeksi berat oleh bakteri atau luka bakar didapat nilai >200 mg/L. Rumus
perhitungan titer untuk kadar CRP dalam darah adalah A x 6 mg/L dimana A adalah
pengenceran tertinggi yan masih positif dan 6 mg/L adalah sensitivitas analitik yang
diperoleh dari reagen CRP lateks. Pada praktikum UJI CRP digunakan metode
aglutinasi latex dan didapatkan hasil bahwa tidak terdeteksi karena metode
aglutinasi hanya dapat mendeteksi CRP >6 mg/dl dan menandakan bahwa tidak
terjadi inflamasi pada sampel.
RESUME SEROLOGI HATI

Hepatitis merupakan peradangan hati yang bersifat sistemik yang


disebabkan oleh virus hepatitis. Sampai saat ini, telah dikenal tujuh macam hepatitis
virus yaitu Virus hepatitis A (VHA), Virus Hepatitis B (VHB), Virus Hepatitis C
(VHC), Virus Hepatitis D (VHD), Virus Hepatitis E (VHE).

- Hepatitis A

Penularan terjadi melalui rute fekal-oral, orang ke orang atau melalui


konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Hepatitis A terbagi
menjadi tiga fase yaitu fase inkubasi yang terjadi selama kurang lebih 28
hari, fase hepatitis akut yang berlangsung selama dua bulan dan fase
pemulihan, namun hepatitis A ini tidak menyebabkan efek kronis.

- Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyebab utama hepatitis kronis, sirosis hati dan


karsinoma hepatoseluler. Rute penyebaran terjadi melaui kontak seksual
dan terbagi menjadi tiga fase yaitu fase inkubasi yang terjadi selama 4
hingga 10 minggu diikuti dengan gejala fase dengan flare hepatitis
intermiten dan peningkatan yang nyata pada aminotransferase kadar
serum. Fase terakhir adalah serokonversi menjadi antigen inti anti-
hepatitis B (anti HbcAg).

- Hepatitis C

Hepatitis C terjadi melalui kontak seksual, hemodialysis atau papapran


pekerjaan atau perinteral. Hepatitis C menyebabkan infeksi kronis.

Hepatitis perlu pengendalian atau penanggulangan penyakit agar tidak


terjadi penularan maupun infeksi. Sehingga, terapi penyakit hepatitis terbagi menjadi
empat yaitu :

- Terapi Tanpa Obat

Terapi tanpa obat dapat dilakukan dengan menjalankan pola hidup yang
sehat, menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Selain itu,
dapat dilakukan transplantasi hati untuk pasien hepatitis dengan
komplikasi penyakit hati kronis (Depkes, 2007).
- Terapi dengan Obat

Sedangkan, untuk terap dengan obat, pasein hepatitis dapat diberikan:

- Antivirus, seperti lamivudine untuk pasien hepatitis B yang dapat


diberikan secara peroral sekali sehari. Selain itu, dapat juga diberikan
anti retroviral (ARV) yang dapat diberikan pada pasien hepatitis C.
Adapun untuk contoh obat anti retroviral yaitu zidovudine.

- Kolagogum, Kolelitotik dan hepatic protector, misalnya calcium


antothenate, L-ornithine-L-aspartate, lactulose, metadoxine, p
phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic acid.

- Terapi dengan Vaksinisasi

- Interferon alfa, diberikan pada pasien hepatitis B dan C yang bersifat


kronis.

- Vaksin HBV, yang mengandung partikelpartikel HBsAg yang tidak


menular.

Uji serologi hepatitis dilakukan sebagai penanda papararan terhadap virus


epatitis B, selain itu untuk menentukan seorang pasien hepatitis berada pada fase
apa karena masing-masing fase memiliki waktu tertentu dan gejala klinis yang
berbeda pada penderitanya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui virus hepatitis didalam tubuh adalah dengan pemeriksaan HBsAg.
HbsAg merupakan salah satu jenis antigen yang terdapat pada bagian pembungkus
dari virus hepatitis B yang dapat dideteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi.
Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan RIA
(Radio Immuno Assay), ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay), RPHA
(Reverse Passive Hemaglutination), dan immunechromatografi. Salah satu metode
yang digunakan untuk uji serologi adalah HbsAg Diagnostic Test. Pemeriksaan
HBsAg yang merupakan salah satu jenis antigen yang terdapat pada bagian
pembungkus dari virus Hepatitis B yang dapat di deteksi pada cairan tubuh yang
terinfeksi. Prinsip dari HBsAg rapid screening ini berdasarkan prinsip atau metode
immunochromatografi yang ditandai dengan munculnya garis merah diatas area
control (C) dan test (T). Munculnya garis merah merupakan reaksi antara HBsAg
dengan AntiHBs yang sudah dilapisi dengan konjugat koloidal. Konjugat koloidal
yang semula tidak berwarna akan berwarna merah bila terjadi ikatan antara antigen-
antibodi secara kapilaritas dengan serum yang mengandung HBsAg sebagai antigen
dan immune-chromatografi stick yang sudah terdapat anti-HBs sebagai antibodi.
Prosedur pemeriksaan diagnosa hepatitis B menggunakan HbsAg Diagnostic Test:

1. Prosedur pengambilan Darah

Untuk pemeriksaan HBsAg dipelukan darah vena sebanyak 2 ml yang


diambil dari vena fosa cubiti.

2. Prosedur Pembuatan Serum Darah

Darah vena yang telah diperoleh dari vena fosa cubit dimasukkan
kedalam tabung bersih kemudian didiamkan selama 15 menit. Darah di
sentrifugasi dengan kecepatan 1500-200 rpm selama 15 menit.
Kemudian, serum dipisahkan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan
kedalam wadah atau tabung yang bersih.

3. Prosedur Pemeriksaan

Serum atau plasma diambil sebanyak 200 μl menggunakan mikropipet.


Kemudian, masukkan serum tersebut kedalam tabung serologis yang
telah diberikan label identitas. Setelah itu, teteskan serum pada tempat
sampel dan tunggu selama kurang lebih 10-15 menit agar serum bereaksi
secara sempurna.

4. Interpretasi Hasil

Apabila HBsAg terdeteksi dalam serum maka, akan membentuk dua


garis merah pada stick yang tampak jelas dalam waktu 15 menit. Hasil
dinyatakan invalid apabila tidak terbentuk garis merah pada area C dan
T.

Pada praktikum pengujian serologi dengan metode HBsAg dengan cara


immunechromatografi. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada sampel serum
terdapat 2 garis yang muncul yang menandakan bahwa sampel positif mengandung
antigen hepatitis atau HBsAg karena apabila terdapat HBsAg dalam serum akan
membentuk 2 tanda garis merah sedangkan pada sampel plasma dan darah tidak
terdapat 2 garis yang muncul maka sampel tersebut negatif atau tidak mengandung
antigen hepatitis. Namun, untuk sampel serum dan plasma didapatkan dari
laboratorium klinik yang sama sehingga ada faktor lainnya yang menyebabkan hasil
dari sampel plasma negative. Hal tersebut dapat disebabkan karena saat
penyimpanan plasma mengalami pengendapan dan akan membentuk fibrinogen
mempengaruhi pemeriksaan.
RANGKUMAN BPP

Bioavailabilitas atau ketersediaan hayati yaitu jumlah dan kecepatan zat


aktif obat dalam hal ini paracetamol dapat mencapai sirkulasi sistemik. Jumlah obat
paracetamol yang mencapai sirkulasi sistemik diukur dengan parameter
farmakokinetik AUC atau Area Under Curve yaitu luas dibawah kurva kadar obat
terhadap waktu. Serta, kecepatan diukur dengan konsentrasi maksimum atau
Cmaks dan waktu untuk mecapai konsentrasi maksimum atau tmaks [1]
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic atau penahan rasa sakit / nyeri
dan antipiretik atau penurun panas / demam yang aman, efektif dan dapat
ditoleransi dengan baik, serta efek samping yang ditimbulkan relative sedikit [2].
Metode analisis yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode HPLC atau High
Perfomance Liquid Chromatography yang dapat memisahkan, mengidentifikasi
dan mengkuantifikasi komponen yang ada pada sampel yang dapat larut dalam
cairan. Prinsip utama HPLC yaitu adsorpsi, HPLC merupakan Teknik kromatografi
yang menggunakan cairan sebagai fase geraknya. Sampel yang dalam bentuk
larutan diinjeksikan ke dalam kolom dengan bahan berpori (fase diam) dan fase
cair (fase gerak). Sampel akan melewati kolom bersama fase gerak dengan tekanan
tinggi dari pompa. Komponen-komponen sampel akan berjalan berdasarkan
afinitasnya masingmasing terhadap fase diam. Komponen yang memiliki afinitas
yang lebih besar terhadap fase diam akan bergerak lambat, sedangkan komponen
yang memiliki afinitas yang lebih kecil terhadap fase diam akan bergerak cepat,
sehingga komponen-komponen akan terpisah satu-sama lain. Penerapan HPLC
yaitu dalam pemisahan zat kimia, purifikasi, dan identifikasi.

Komponen HPLC yaitu:

1. Solvent reservoir yang akan menyimpan solven atau fase gerak, yang
terbuat dari wadah kaca atau stainless-steel namun umumnya terbuat
dari botol kaca. Mixing system yang akan mencampur pelarut dengan
akurasi yang tinggi dan presisi yang tinggi. Dan degassing system yang
menghilangkan gelembung udara yang terjebak pada pelarut atau
solven, dilakukan dengan ultra-sonikasi dan filtrasi.

2. High pressure pump yang akan mendorong fase gerak dan memberikan
laju alir yang spesifik. Laju alir dinyatakan dalam mililiter per menit.
Laju alir normal yaitu 1-2 ml/menit. Dan rentang pompa yaitu 6000-
9000 psi. Umumnya, pompa yang digunakan yaitu pompa tekanan
konstan, pompa jarum suntik, dan reciprocating piston pump.

3. Sample injector sampel cair dimasukkan menggunakan sampel


injector. Injektor dapat memasukkan sampel ke fase gerak yang terus
mengalir yang akan membawa sampel melewati kolom HPLC.

4. Column atau kolom adalah tempat terjadinya pemisahan komponen


yang sebenarnya. Kolom terbuat dari stainless steel dengan Panjang 5-
25 cm dan diameter dalam 2-4,6 cm.

5. Detector merupakan bagian yang mendeteksi komponen yang terelusi


dari kolom dan mengubah data tersebut menjadi sinyal listrik.

6. Data recording system, output kemudian direkam sebagai rangkaian


puncak dan area di bawah puncak dapat dihitung secara otomatis oleh
computer yang terhubung ke layar.

Protein pada umumnya dapat diendapkan dengan pelarut organic seperti


methanol, etanol, dan asetonitril. Pelarut organic yang digunakan yaitu untuk
mengendapkan komponen utama serum yaitu albumin dan globulin. Pengendapan
protein dapat dilakukan dengan menambahkan garam ammonium sulfat
(NH4)2SO4 dengan prinsip kelarutan protein dalam larutan. Namun, beberapa
protein mengalami kerusakan apabila dilakukan penambahan garam ammonium
sulfat sehingga untuk jenis protein tersebut dapat digunakan pelarut organic
seperti methanol, etanol, 2- propanol, dan aseton yang menurunkan konstanta
dielektrik larutan sehingga kelarutan protein menurun.
Video Praktikum

Alat bahan:

1) Holder

2) Jarum vakuntainer

3) Sarung tangan

4) Tourniquet

5) Tabung vakuntainer

6) Kapas dan plaster

Prosedur Kerja:

1) Alat dan bahan disiapkan

2) Identitas pasien dicatat

3) Tourniquet dipasang pada pasien

4) Pasang jarung pada holder dengan erat

5) Vena ditentukan dengan memilih vena mediana cubiti, basilica, dan cephalica
dengan melakukan perabaan/ palpasi utk memastikan posisi pena, jarum ditusuk
dengan sudut 15-30 derajat dengan lubang jarung menghadap ke atas.

6) Darah mengalir ke dalam tab vakuntainer byg terpasangpada holder

7) Spesimen yang telah diambil menggunakan tube dengan antikoagulan


disentrifugasi pada suhu ruang dengan keceptan 500 g selama 15 menit.

8) Setelah selesai, maka pada tube akan terbentuk lapisan, plasma dan sel darah
merah. Lapisan diatas akan diambil dengan pipet dan dipindahkan ke dalam wadah
yang lain.
9) Plasma yang telah dipindahkan akan disimpan dalam lemari pendingin dengan
suhu minimal -20 oc untuk digunakan pada proses selanjutnya

10)Plasma yang telah diambil tadi digunakan dalam proses bionalaisis


parasetamol dalam plasma

METODE SPIKE IN

Sampel dimasukkan ke dalam plasma kemudian akan diekstraksi dengan


pengendap protein.

Bahan dan alat:

1) Pipet mikro

2) Mikro tip

3) Tabung Eppendorf

4) Vial

5) Pengendap protein yaitu methanol

6) Sampel parasetamol

Prosedur kerja:

1) Cuplik 90 mikroliter plasma dan dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf.

2) Kemudian, sampel dicumplik sebanyak 10 mikroliter kemudian dihomogenkan

3) Campuran plasma dan sampel divorteks selama 30 detik untuk memastikan


semua terhomogenkan.

4) Setelah campuran plasma dan sampel homogen, selanjutnya dicuplik 30


mikroliter methanol dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung Eppendorf.

5) Kemudian campuran di vortex selama 10 menit, selanjutnya sampel


disentrifugasi untuk memisahkan protein plasma dan sampel selama 10 menit pada
kecepatan 14000 g pada suhu 4oC

6) Kemudian, supernatant diambil dan dimasukkan ke dalam vial

7) Supernatan diuapkan untuk memastikan yang berada di dalam vial adalah


sampel parasetamol

8) Setelah semua menguap, maka sampel tadi direkonstitusi dengan fase gerak
yaitu asetonitril

9) Kemudian sampel divorteks selama 1 menit dan disonikasi selama 5 menit.

10)Sampel dipindahkan ke dalam tabung Eppendorf untuk disentrifugasi sehingga


dipastikan tidak ada protein plasma yang terikut pada saat analisis nanti.

11)Supernatant dipindahkan ke dalam vial HPLC dan disusun dalam autosampler


dan dianalisis dengan HPLC.

12)Setelah sampel disusun dalam autosamples, kemudian disusun dalam HPLC.

13)Dilakukan pengaturan pada monitor, dimana sampel yang akan dianalisis


diberi nama dan dipilih metode analisisnya (fase gerak asetonitril : air 60 : 40) laju
alir 0,5 ml/menit.

14)Selanjutnya tombol start dipencet dan proses analisis akan dimulai

Pembuatan larutan baku pct

Dibuat larutan baku 1000 ppm (1 mg/1ml) dalam 5 ml maka ditimbang 5 gram pct
lalu dilarutkan dengan etanol p dalam labu tentukur.
RESPON-RESPON

1. Trombosit

2. Autoimun

3. Leukopenia

4. Neutrofil

5. 2017
1. Cara inaktivasi virus dapat dengan cara diambil inti virus jadi Cuma permukaannya
yang akan terdeteksi oleh tubuh sebagai virus tidak ada DNA sama seperti cara
vaksin untuk menginaktivasi virus. Dapat juga dengan formalin. Formalin diyakini
menonaktifkan virus dengan mereaksikan asam amino dari protein permukaan
dengan asam nukleat, kemungkinan besar dalam kasus ini dengan bagian untai
tunggal kecil dari DNA HBV.

2. LFD menggunakan teknologi immunoassay menggunakan nitroselulosa


membrane, nanopartikel berwarna atau label, dan biasanya antibodi untuk
menghasilkan hasil. Ketika sampel ditambahkan sampel akan mengalir sepanjang
perangkat uji melewati info pad konjugasi membran nitroselulosa dan kemudian
ke pad penyerap.
Respon BPP

1. Mekanisme kerja preparasi sampel BPP

2. Bedanya plasma dan serum berdasarkan kandungannya

Plasma merupakan campuran darah dengan antikoagulan. Antikoagulan sendiri


ini merupakan bahan yang digunakan untuk mecegah pembekuan darah.
Sedangkan, serum merupakan spesimen darah yang tidak diberi antikoagulan dan
membiarkan darah dalam tabung membeku dalam waktu 15-30 menit dan
selanjutnya di sentrifuge untuk mengendapkan semua sel- sel darah.

3. Cara mendenaturasi protein plasma

Dengan pemanasan, menggunakan urea, pelarut organik (metanol, etanol, 2-


propanol, dan aseton), penambahan garam amonium sulfat, pengocokan.
Denaturasi dilakukan agar tidak mengganggu hasil karena serum akan dihilangkan
dan untuk membunuh patogen
4. Zat yang digunakan sebagai antikoagulan

EDTA dan obat anti koagulan lainnya seperti warfarin, heparin

Anda mungkin juga menyukai