Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Oleh :

Putu Rizka Arnelia

2114901126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI

TAHUN 2021/2022
A. Pengertian oksigenasi

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua
proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang
zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta
pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga
merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah
& Kusnadi, 2013).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem


tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh
secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan
proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan
dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan (Saputra, 2013).

Oksigen dibutuhkan manusia untuk tetap mempertahankan kehidupannya.


Organ yang berperan penting dalam menghirup oksigen dan mengangkutnya
ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme adalah paru-paru, jantung,
dan pembuluh darah. Hasil metabolisme berupa karbondioksida dan diangkut
lagi oleh sistem kardiovaskuler menuju paru-paru untuk dibuang. Dengan
demikian sistem pernapasan sangat penting karena disinilah terjadinya
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida (Wedho, et al. 2014).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih


tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian laut,
konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Penggunaan oksigen
berkesinambungan ( > 15 jam sehari) dapat meningkatkan harapan hidup bagi
pasien-pasien yang mengalami kegagalan respirasi kronis, dan memperbaiki
tekanan arteri pulmonary, polisitemia (hematokrit > 55 %), mekanik paru, dan
status mental. ( Ikawati, 2016)

B. Anatomi Sistem Pernafasan


Anatomi saluran pernafasan terbagi menjadi dua bagian yaitu saluran
pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.

1. Sistem pernafasan atas


a. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan (respirasi ) dan indra penciuman (pembau). Dinding organ
hidung dilapisi oleh mukosa yang berfungsi untuk menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui hidung.
Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan
berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak
masuk kesaluran pernafasan bagian bawah.
b. Faring
Faring (tekak) adalah saluran otot selaput kedudukan nya tegak lurus
antara basis krani dan vertebrae servikalis VI. Faring merupakan
saluran yang sama-sama dilalui oleh udara dan makanan. Faring terbagi
menjadi nasofaring dan orofaring yang kaya akan pasokan jaringan
limfe yang menangkap dan menghancurkan pathogen yang masuk
bersamaan dengan udara.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum.
Laring sangat penting untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
bawah dari makanan dan minuman yang ditelan. Selama menelan
pintu masuk ke laring (epiglottis) menutup, mengarahkan makanan
masuk ke esophagus. Epiglottis terbuka selama bernafas, yang
memungkinkan udara bergerak bebas ke jalan nafas bawah.
2. Sistem pernafasan bawah
a. Trakea (batang tenggorokan)
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti
huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan
oleh selaput, terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi
bawah kartilago krikoidea vertebra V. tabung tulang yang
menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru, maka merupakan
bagian penting pada system pernafasan. trakea adalah tabung berotot
kaku terletak di depan kerongkongan, yang sekitar 4,5 inci panjang dan
lebar 1 inci. Diameter didalam sekitar 21-27 mm, panjang 10-16 c, ada
sekitar 15-20 cincin tulang rawan berbentuk C tidak Lengkap, yang
melindung trakea dan menjaga jalan nafas. Otot-otot trakea yang
terhubung ke cincin lengkap dan kontrak saat batuk, yang mengurangi
ukuran lumen trakea untuk meningkatkan aliran udara.
b. Bronkus dan bronkiolus
Trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus
kanan lebih pendek, lebar, dan lebih vertical daripada kiri. Bronkus
kiri lebih panjang dan langsing dari yang kanan, dan berjalan dibawah
artei pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah. Bronkiolus membentuk percabangan
bronkiolus terminalis , yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
Bronkiolus terminalis ini kemudian menjadi bronkiolus respiratori
yang di anggap menjadi saluran tradisional antara jalan udara
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Pulmo (paru)
Pulmo (paru) adalah organ utama dalam system pernafasan, merupakan
salah satu organ sistem pernafasan yang berada di dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat
lunak, elastis dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air (Muttaqin, 2012).

C. Fisiologi Sistem Pernafasan


Oksigen masuk ke saluran pernapasan melalui hidung dan mulit. Oksigen
kemudian diedarkan melalui saluran pernapasan (faring, trakea, dan bronkus)
ke alveolus, yang merupakan pundi-pundi udara yang dikelilingi pembuluh
darah kapiler. Pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh darah kecil
dengan dinding halus yang mempermudah pertukaran gas. Pergantian gas
dimulai ketika oksigen yang dihrup masuk ke dinding kapiler yang dikelilingi
alveolus dan dibawa oleh sel-sel darah melalui aorta. Aorta bercabang emnjadi
arteri-arteri kecil dan bahkan arterioles yang lebih kecil, pada akhinya menjadi
pembuluh darah kapiler. Dinding kapiler yang paling tipis membiarkan
terjadinya difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam berbagai jaringan tubuh.
(Vaughans, 2013). Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh(inspirasi) serta mengeluarkan udara dari
dalam tubuh (ekspirasi). Proses oksigenasi tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas. (Muttaqin, 2012).
1. Ventilasi
Ventilasi adalah prose untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis
dan persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diafragma. Diafragma disarafi oleh syaraf frenik, ynag keluar dari medulla
spinalis pada vertebra servikal keempat.
2. Difusi gas
Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area
yang bertekanan tinggi kea rah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli,
O2 melintasi membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya
perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveoli dan tekanan pada kapiler
yang lebih rendah.
3. Transportasi gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jariingan ke paru dengan bantuan aliran darah.

D. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Oksigenasi


Faktor yang dapat mempengaruhi suatu penyakit dibedakan menjadi dua yaitu
faktor predisposisi dan presipitasi.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi ini meliputi :
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
2) Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran pernapasan bagian atas.
3) Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
5) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.

c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan arteriosclerosis.
2) Latihan/Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok yang mengandung nikotin dapat menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4) Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake
nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat.
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi)
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
2. Faktor presipitasi
a. Alergi yang menggangu pernafasan seperti alergi debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri dan polusi.
b. Ingestan yang masuk kedalam mulut seperti makanan dan obat-obatan
c. Kontaktun yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti perhiasan,
logam dan jam tangan
d. Stress yang biasanya pencetus serangan asma
E. Gangguan Terkait Oksigenasi
Ada beberapa gangguan yang menggangu sistem pernafasan terkait oksigenasi
yaitu :
1. Hipoksia
Kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan.

a. Etiologi hipoksia
gangguan pernapasan, gangguan peredaran darah, gangguan sistem
metabolis, gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen
(nekrose) dan penurunan hemoglobin.
b. Proses terjadinya hipoksia
Hipoksia terjadi karena ketidakadekuatan pemenuhan O2 seluler akibat
dari defisien O2 yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2
pada tingkat seluler
c. Manifestasi klinis
Kelelahan, menurunya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan clubbing
2. Hiperventilasi
Upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan dalam
a. Etiologi
Kecemasan, Inspeksi/sepsis, keracunan obat dan ketidakseimbangan
asam basa.
b. Proses terjadinya
Jumlah udara dalam paru berlebihan sering disebut hiperventilasi
elveoli sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh,
yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi
sehingga menyebabkan peningkatan rata-rata dan kedalaman
pernafasan.
c. Manifestasi klinis
pusing, nyeri kepala, henti jantung, koma, dan ketidakseimbangan
elektrolit (Hudak dan Gallo dalam Subekti, et al. 2013).
3. Hipoventilasi
a. Etiologi
kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat.

b. Proses terjadinya
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas,
atau efek samping dari beberapa obat.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala: napas pendek, nyeri dada, sakit kepala ringan,
pusing, dan penglihatan (Hudak dan Gallo dalam Subekti, et al. 2013).
4. Gagal napas
Gagal napas merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan
ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas
karbondioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai dengan adanya
peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
napas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan
obat, gangguan metabolism, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi
jalan napas (Kozier, 2011).
5. Perubahan irama/frekuensi pernapasan
Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi,
insufisiensi pernapasan.
a. Perubahan irama pernapasan
1) Pernapasan Cheyne stokes Pernapasan cheyne stokes
merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung
kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat.
Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat
pada orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas
permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
2) Pernapasan Biot Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip
dengan pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit
radang selaput otak.
3) Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit.
Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan
asidosis metabolic dan gagal ginjal.
b. Perubahan frekuensi pernapasan
1) Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat
dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
2) Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun
dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi
pernapasan normal.
c. Insufisiensi pernapasan Penyebab insufisiensi pernapasan dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi
berkurang misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker
dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane
pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan
lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi
yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya
pada thrombosis paru.

3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan


oksigen dari paru-paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut
oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.
6. Covid-19
Penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan
a. Etiologi
Virus SARS dan Percikan- percikan cairan yang keluar dari mulut/
hidung pada pasien covid 19. Percikan- percikan ini bisa menempel di
benda dan permukaan lainya.
b. Proses terjadinya
Sesorang yang terkena covid-19 biasanya mengalami batuk, pada saat
seseorang batuk akan mengeluarkan droplet yang bisa jatuh di
permukaan benda atau bisa dari udara. Virus ini masuk dari rongga
hidung atau mulut yang nantinya masuk ke baru- paru. Jika sudah
terinfeksi paru seseorang akan menggalami masalah susah bernafas
yang merupakan salah satu gejala dari covid-19
c. Manifestasi klinis
Batuk kering, sesak nafas dan hilangnya kemampuan indra
penciuman, demam, lemas dan merasa lelah.

d. Komplikasi
Penemonia, infeksi sekunder pada organ lain, gagal ginjal.
F. Patofisiologi
Gangguan oksigenasi dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trafnsportasi. Pada
proses ventilasi mengalami gangguan sehingga menyebabkan oksigen tidak
tersalurkan dengan baik menimbulkan pengeluaran mukus yang berlebih
sehingga mengalami masalah pada bersihan jalan nafas tidak efektif. Pada
proses dipusi mengalami gangguan mengakibatkan terjadinya pembesaraan
alveoli sehingga terjadi penyempitan saluran udara maka masalah yang akan
muncul gangguan pertukaran gas. Kerusakan pada transfortasi mengalami
perubahan pada volume sekuncup, afterload dan kontraktivitas miokard
sehingga suplay oksigen keseluruh tubuh tidak adekuat ditandai dengan
terjadinya hipoksia dan sesak sehingga masalah yang muncul pola nafas tidak
efektif
G. Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang Terkait KDM
1. Pemeriksaan analisis gas darah (AGD)
Proses pemeriksaan AGD yaitu arteria radialis atau brakialis yang terletak
di pergelangan tangan karena arteri ini lebih mudah dicari. Darah diambil
sebanya 5 ml, lalu disimpan di atas es untuk kemudian dianalisis di
laboratarium.
Jika PaCO2 meningkat dipastikan terjadi hipoventilasi alveolar.
Hipoventilasi menyebabkan asidosis respiratorik dan penurunan pH darah.
Hipoventilasi terjadi jika volume tidak turun, misalnya pada pernapasan
yang cepat dan dangkal. Hipoventilasi dapat terjadi juga, jika pernapsan
menurun seperti pada overdosis narkotik atau juga menekan pernapasan.
PaCO2 dapat meingkat pula untuk kompensasi alkaliosis metabolic. Karena
itu, untuk menginterprestasikan nilai PaCO2 dengan tepat perlu dilihat juga
pH darah dn kadar bikarbonat, untuk menentukan apakah suatu perubahan
yang timbul disebabkan karena kondisi pernapsan primer atau merupakan
kompensasi dari suatu kondisi metabolic. Sebaliknya jika PaCO2
menurun, maka bias dipastikan terjadi hiperventilasi alveolar.
Hiperventilasi menyebabkan alkaliosis respiratorik dan kenaikan pH darah.
Perubahan kadar bikarbonat menggambarkan usaha ginjal untuk
mengkkompensasi keadaan asidosis atau alkaliosis respiratorik. Sedangkan
perubahan PaCO2 pada gangguan metabolic memggambarkan peran paru-
paru dalam usaha kompensasi. Tujuan kompensasi adalah mengembalikan
pH darah ke Ph normal. (Ikawati, 2016).
2. Pengukuran fungsi paru
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas.
3. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia dan
hemophylus influenza.
4. Pemeriksaan radiologi thoraks
foto Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan are paru. Pada enfisema paru didapatkan diafragma dengan
letak yang lebih rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal . (foto
lateral), jantung tampak bergantung, memanjang dan menyempit.
5. Pemeriksaan oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen
6. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/ benda
asing yang menghambat jalan nafas.
7. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
8. Ct-scaan
Untuk mengidentifikasi massa abdomen.
H. Penatalaksana Medis
1. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanul,
sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan
norebreathing.
a. Nasal kanul Dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 Liter/menit
dan konsentrasi oksigen 24-44 %.
b. Sungkup muka sederhana Aliran oksigen yyang diberikan melalui alat
ini sekitar 5-8 Liter/menit dengan kosentrasi 40-60%.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing Konsentrasi oksigen yang
diberikan lebih tinggi dari sungkuop muka sederhana yaitu 60-80%,
dengan aliran oksigen 8-12 Liter/menit.
d. Sungup muka dengan nonrebreathing Memeberikan oksigen sampai
99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing.
2. Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan keperawatan terdiri atas
peerkusi, vibrasi, dan postural drainage. Tujuan dari tindakan ini yaitu
melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus.
3. Napas dalam merupakan bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapsan
abdominal ( diafragma) dan purse lips breathing.
4. Batuk efektif Adalah bentuk latihan batuk untuk mengeluarkan secret.
5. Suctioning (penghisapan lendir) merupakan suatu metode untuk
mengeluarkan secret yang berlebihan pada jalan napas. Suctioning dapat
diterapkan pada oral, nasofaringeal, tracheal, dan endotracheal. Tujuan
tindakan ini yaitu untuk membuat jalan napas yang paten dengan menjaga
kebersihan jalan napas dari sekresi yang berlebihan (Asmadi. 2009).
6. Pengobatan bronkodilator
7. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret

I. TINJAUAN TEORI ASKEP KEBUTUHAN KDM OKSIGENASI


1. Pengkajian
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan) Umur
pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit dan tiingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengutahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama saat pengkajian adalah
keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkajii, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur.
c. Data Subjektif
1) Mengkaji perasaan klien (mengkaji psikologis yang muncul)
2) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap pola napas
3) Mengkaji kebiasaan klien sehari-hari
4) Mengkaji 14 dasar kebutuhan klien.
d. Data Obyektif
1) Sesak
2) Terdapat mucus
3) Pasien mengalami perubahan pola tidur
4) Pernapasan meningkat
5) Posisi semi fowler/ fowler
6) Terpasang alat oksigenasi

e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi :
Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti menilai apakah nafas
spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan
selang endotrakeal atau trachcostomi, kemudian menentukan status
kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya secret, pendarahan,
bengkak, atau obstruksi mekanik.
Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit (
umumnya wanita bernapas lebih cepat ) yaitu, 20 kali per menit
orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit oada anak-anak, pada
bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal, dan
kombinasi dari keduanya.
Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah , masa
inspirasi dan ekspirasi. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara
normal adalah regular atau irregular.
a) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
b) Kusmaul yaitu pernapsan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitudonya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hamper kelihatan tidak bergerak
ini biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan
pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks
pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti
getaran suara atau fremitus vocal, dapat dideteksi bila terdapat
getaran sewaktu pemeriksaan meletakkan tangannya sewaktu
pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat
juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara
membrane pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan
(ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
a. Suara perkusi normal
b. Suara perkusi abnormal
a) Hiperresonor : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang
abnormal berisi udara.
b) Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat di
dengar pada perkusi daerah paha, di mana seluruh areanya
berisi jaringan.

4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkupp mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas tambahan adalah :
a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui napas yang menyempit.
b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus –
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
c) Pleural fiction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat
dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Fine crackles : setiap fase lebh sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik
atau influenza.
2) peningkatan produksi mukus
3) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
4) Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan:
1) Lemahnya otot pernafasan
2) Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
1) Perubahan suplai oksigen
2) Adanya penumpukan cairan dalam paru (edema paru)
d.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran, dan
tidak efektif keperawatan selama . . . pasien dan TTV kondisi ubuh dalam keadaan
x 24 jam diharapkan normal atau tidak.
bersihan jalan nafas
efektif dengan kriteria : 2. Pemeriksaan fisik dengan 2. Mengetahui adanya bunyi nafas
- Menunjukkan jalan cara Auskultasi bunyi tambahan, seperti rochi,
nafas bersih nafas wheezing yang menunjukkan
- Suara nafas normal tertahannya secret obstruksi
tanpa suara tambahan 3. Atur posisi tidur yang jalan nafas
- Tidak ada nyaman pada pasien
seperti posisi semi fowler 3. Meningkatkan pengembangan
penggunaan otot
bantu nafas diafragma
4. Beri latihan pernafasan
- Mampu melakukan
dalam dan batuk efektif
perbaikan bersihan pada pasien
jalan nafas 4. Memudahkan pernafasan dan
5. Berikan teknik Fisoterapi membantu mengeluarkan secret
dada (vibrasi dan cleping).

5. Membudahkan penegluaran
dahak yang susah keluar dengan
6. Kolaborasi humidikasi memobilisasi sekresi jalan nafas
tambahan (nebulizer) melalui perkusi dan getaran

7. Berikan terapi oksigen 6. Membantu menghangatkan dan


kepada pasien mengencerkan secret

7. Memberikan tambahan oksigen


untuk mencegah dan mengatasi
kondisi kekurangan oksigen ke
jaringan

2. Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran, dan
keperawatan selama . . . pasien dan TTV kondisi tubuh dalam keadaan
x 24 jam diharapkan pola normal atau tidak
nafas efektif dengan
kriteria : 2. Atur posisi sesuai 2. Memungkinkan ekpansi paru
- Menunjukkan pola kebutuhan, seperti dan memudahkan pernapasan
nafas efektif dengan semifowler
frekuensi nafas 16-
24 kali/menit dan 3. Ajarkan teknik nafas dalam 3. Memperbaiki pola nafas
irama teratur
- Mampu 4. Stabilisasi jalan nafas 4. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas baik tampa alat
menunjukkan
maupun dengan alat bantuan
perilaku peningkatan
jalan nafas
fungsi paru
5. Melakukan HE kepada 5. Untuk mencegah terjadinya
pasien untuk menghindari serangan sesak yang terus
alergi yang dapat beulang
mengganggu pernafasan
6. Kolaborasi dalam 6. Memperbaiki pola nafas dan
pemberian oksigenasi irama nafas menjadi teratur
serta Memberikan tambahan
oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan
oksigen ke jaringan

3. Gangguan pertukaran Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran dan
gas keperawatan selama . . . pasien dan TTV kondisi tubuh dalam keadaan
x 24 jam diharapkan normal atau tidak
mempertahankan
pertukaran gas yang 2. Observasi warna kulit dan 2. Menentukan adekuatnya
normal dengan kriteria : capillary refill sirkulasi yang penting untuk
- Menunjukkan pertukaran gas ke jaringan
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi 3. Kurangi aktivitas pasien 3. Mengurangi kebutuhan akan
jaringan oksigen
- Tidak ada gejala 4. Beri posisi pasien yang 4.
distress pernafasan Memudahkan pernafasan
nyaman, seperti
semifowler
5. Memaksimalkan sediaan
5. Kolaborasi dalam oksigen khususnya ventilasi
pemberian oksigenasi menurun

6. Untuk mengetahui oksigenasi


6. Pengambilan sampel darah darah arteri, pertukaran gas
arteri jika diperlukan yang terjadi di alveoli dan
keseimbangan asam basa
4. Resiko aspirasi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor reflek batuk dan 1. Mengetahui kesadaran dan
keperawatan selama . . . kemampuan menelan kondisi tubuh dalam keadaan
x 24 jam diharapkan normal atau tidak
tidak terjadi resiko
aspirasi dengan kriteria : 2. Mencegah terjadinya sumbatan
- Bernafas dengan 2. Monitor status paru jalan nafas
mudah dan pelihara jalan nafas
frekuensi
pernafasan 3. Mempermudah bernafas
3. Posisikan semi fowler
normal
- Mampu menelan 4. Memberikan posisi yang aman
4. Pertahankan kepatenan untuk saluran nafas
dan mengunyah jalan nafas (teknik head tilt,
tampa adanya chin lift dan jaw trust)
aspirasi 5. Untuk membantu
- Jalan nafas paten, 5. Lakukan suction jika membersihkan jalan nafas
mudah bernafas, diperlukan
tidak merasa 6. Untuk mencegah resiko
tercekik dan tidak 6. Kolaborasi pemberian obat terjadinya aspirasi
ada suara nafas oral dalam bentuk cair
abnormal
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti
komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak
lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment).
DAFTAR PUSTAKA
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia.
Tanggerang Selatan : Binarupa aksara publisher
Bruner & suddarth (2010). Keperawatan medical bedah. EGC.Jakarta
Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : Trans Info Media
Mubarak,wahit Iqbal & cahayani, nurul. 2012. Kebutuhan dasar. Jakarta :
EGC
Nanda internasional (2015). Diagnosa keperawatan: definisi & klasifikasi.
Jakarta: EGC
Potter & perry. 2010. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Page 111

Anda mungkin juga menyukai