KB 1
WARGA NEGARA YANG CERDAS
Menurut Turner (1990), warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di
wilayah hukum tertentu.
Untuk mewujudkan warga negara yang cerdas dilakukan dengan cara memberdayakan potensi-potensi
dasar warga negara, yang meliputi:
1. Minat
2. Dorongan Ingin Tahu
3. Dorongan ingin membuktikan kenyataan
4. Dorongan ingin menyelediki
5. Dorongan ingin menemukan sendiri
KB 2
WARGA NEGARA YANG PARTISIPATIF
A. Pengertian Partisipatif
Partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam berbagai kegiatan kehidupan bangsa
dan negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kemanan.
Dilihat dari bentuknya partisipasi terdiri dari 3 bentuk ( Koentjaraningrat, 1994) yaitu:
1. Berbentuk tenaga
2. Berbentuk pikiran
3. Berbentuk materi (benda)
3 Unsur yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan warga negara berpartisipasi dalam kegiatan berbangsa,
bernegara, dan berpemerintahan (Wasistiono, 2003):
1. Ada rasa sukarela (tanpa paksaan)
2. Ada keterlibatan secara emosional
3. Memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya
B. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah keterlibatan warga negara dalam kehidupan sistem politik, yang mana disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing warga negara.
Sikap yang harus dihindari agar partisipasi politik dapat dilaksanakan dengan baik:
1. Apatisme
2. Sinisme
3. Alienasi
4. Anomie
Partisipasi politik dibedakan 2 bagian: yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non
konvensional (Mas’oed dan MacAndrew)
No. Partisipasi Politik Konvensional Partisipasi Politik Non Konvensional
1 Pemberian suara (voting) Pengajuan petisi
2 Diskusi politik Berdemonstrasi
3 Kampanye Konfrontasi
Membentuk dan aktif dalam kelompk
4 Mogok
kepentingan
Komunikasi individual dengan
5 kekerasan politil pejabat dan Tindakan terhadap harta benda
administratif
6 Tindakan terhadap manusia
7 Perang gerilya dan revolusi
Menjelang akhir abad ke-19, kebanyakan negara Barat memberikan hak suara kepada sebagian besar pria
dewasa dan selama dasawarsa awal abad ke-20, hak itu diperluas kepada sebagian besar wanita dewasa.
Pemilihan-pemilihan kompetsi yang bebas dianggap sebagai kunci bagi demokrasi perwakilan.
2. Diskusi Politik
Hal ini merupakan ajang tukar pikiran tentang masalah-masalah publik untuk kemudian dicarikan
pemecahannya yang secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan publik.
3. Kegiatan Kampanye
Dalam masa pemilihan umum, baik pemilihan kepala daerah dan presiden, bentuk kegiatan ini sangat
marak dipilih sebagai sarana efektif dalam menyampaikan aspirasi dari sebuah partai kepada masyarakat
pemilihnya. Media kampanye pun beragam, antara lain poster, kaos, bendera, yang semua diberikan kepada
masyarakat umum atau dengan melakukan pemasangan alat peraga yang tentunya tidak diperkenankan
melanggar peraturan perundang-undangan.
3. Konfrontasi
Konfrontasi digolongkan sebagai bentuk partisipasi politik nonkonvensional karena aspirasi diperjuangkan
dengan cara-cara yang tidak mengindahkan pandangan dan hak pihak lain. Dengan kata lain, pihak lain
diposisikan sebagai lawan yang harus tunduk untuk mengabulkan aspirasinya. Jadi, dalam konfrontasi tidak
dikenal kompromi tetapi merupakan penaklukan. Konfrontasi sendiri dianggap sesuatu yang tidak lazim
dalam negara demokrasi.
4. Mogok
Mogok adalah penghentian proses produksi demi suatu tuntutan tertentu. Dalam realitas, ada dua
kemungkinan yang menyebabkan proses produksi berhenti, yaitu buruh secara sadar berhenti bekerja dan
keluar pabrik serta pemblokiran kawasan dan jalanannya sehingga sebagian besar buruh tidak bisa masuk
ke pabrik untuk bekerja.
Pemogokan bisa terjadi di tingkat pabrik, kawasan sampai tingkat nasional yang melibatkan buruh di
berbagai kota dalam satu negeri. Pemogokan yang lebih luas dilakukan bukan saja karena tuntutan yang
sama, tetapi karena hubungan produksi itu bersifat luas, tidak hanya melibatkan satu atau dua pabrik.
Pemogokan kadang digunakan pula untuk menekan pemerintah untuk mengganti suatu kebijakan.
6. Perang gerlya
Cara ini digunakan pada masa perang kemerdekaan dengan tujuan melemahkan atau menghancurkan
kekuasaan kelompok lain dengan jalan perumpahan darah. Meski begitu. pada masa sekarang sistem
perang gerilya juga bukannya tidak pernah dilakukan. Terlebih oleh kelompok gerakan-gerakan sporadis.
B. Partisipasi Dalam Bidang Ekonomi
Partisipasi ekonomi berkaitan dengan keikutsertaan atau keterlibatan warga negara dalam pembangunan
ekonomoi masyarakat dan bangsa untuk dapat mendorong atau memacu pertumbuhan serta perkembangan
ekonomi yang mapan..
C. Partisipasi Dalam Bidang Budaya
Sikap dan perilaku yang mencerminkan partisipasi dalam bidang budaya:
1. Menghilangkan etnosentrisme dan chauuvinisme
Etnosentrisme: pandangan yang dimiliki oleh masing- masing individu yang menganggap bahwa
kebudayaan yang dimilikinya lebih baik dari budaya lainnya atau membanggakan budayanya sendiri dan
mengganggap rendah budaya lain.
- Penggunaan koteka bagi laki-laki dewasa di Papua. Bagi masyarakat non Papua pedalaman, penggunaan
koteka mungkin merapakan hal yang memalukan. Namun bagi masayarakat pedalaman Papua,
menggunakan koteka sebagai penutup kelamin mereka adalah hal wajar dan menjadi kebanggaan
tersendiri.
- Perilaku carok di Madura. Carok adalah sebuah upaya pembunuhan yang dilakukan oleh laki-laki
Madura ketika merasa harga dirinya terusik oleh orang lain. Bagi masyarakat di luar Madura, mungkin
perilaku tersebut dianggap sebagai bar-bar dan brutal, namun bagi masyarakat Madura perilaku tersebut
dianggap sakral dan sangat dijunjung tinggi.
Chauuvinisme: bentuk dari perasaan cinta, bangga, royalitas yang tinggi, fanatisme atau kesetiaan pada
negara. Namun sikap ini tidak mempertimbangkan pandangan dari orang lain atau bangsa lain.
- Pembatasan impor atau menutup impor barang luar negeri dengan alasan memajukan produk lokal.
- Kerusuhan-kerusuhan yang berlatar belakang SARA,
- Merendahkan dan menyalahkan negara lain atas ketidakmampuan bangsa kita sendiri dalam mengatasi
persoalan yang terjadi.
2. Mencintai budaya lokal dan nasional
3. Melakukan berbagai inovasi kreatif untuk menyokong pengembangan budaya daerah