PEMERIKSAAN FISIK PADA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
(TAMBAHAN)
1. Pengkajian ada 3 bentuk: wawancara / anamnesa, observasi berupa pemeriksaan fisik,
dan data penunjang / data klinis (hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen). 2. Tanyakan intake dan output cairan: untuk mengetahui jumlah / volume, frekuensi, dan jenis cairan (IN: air metabolic, minuman / oral, makanan berkuah. OUT: IWL, urin, feses, muntah, pendarahan). 3. Pemeriksaan urin berhubungan dengan penyakit ginjal, jantung, dan eliminasi alvi. Pemeriksaan urin yang dilakukan untuk mengetahui: Warna urin: Normal (kuning jernih), kurang cairan (pekat), kelebihan cairan (jernih tidak berwarna). Khas urin: Warna kuning keruh dan tampak serpihan tisu (protein) pertanda protein tubuh pasien ikut keluar bersama urin mengakibatkan kekurangan protein dan pembengkakan, biasa dijumpai pada sindrom nefrotik. Warna merah Fanta / air cucian daging pertanda pendarahan pada saluran kemih dan pembengkakan, adanya batu ginjal sehingga urin hanya menetes, biasa dijumpai pada glomerulonephritis. 4. Pola-pola pada askep merupakan bagian anamnesa. 5. Tujuan pemeriksaan fisik pada gangguan cairan dan elektrolit: Mengetahui jenis gangguan / ketidakseimbangan cairan dan elektrolit & mengetahui tingkat keparahan gangguan / ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. 6. Pemeriksaan Fisik (Observasi) Terdapat 3 pendekatan: Head to Toe (keseluruhan), per-sistem, dan per-kebutuhan dasar / keseimbangan. a. Kaji klien apakah terdapat proses penyakit / cidera yang mengganggu keseimbangan cairan (ginjal, jantung, obstruksi usus sebelum / sesudah operasi), pendarahan trauma (cidera), dan luka bakar. b. Tidak ada penyakit / cidera namun terdapat steroid, diuretic urin (obat perangsang berkemih), infus terlalu banyak, dan cairan / nutrisi yang adekuat (makan / minum kurang atau berlebih) biasanya dapat dilihat pada diabetes insifidus. c. Persiapan alat dan bahan (tambahan): penggaris 2 buah dan akhir tindakan dilakukan dokumentasi. Pemeriksaan focus gangguan keseimbangan cairan: 1. Pemeriksaan berat badan: timbangan harus sama, ukur dalam waktu yang sama, dan pastikan diawali dari angka 0. 2. Pemeriksaan tekanan darah: kelebihan cairan maka tekanan darah meningkat mengakibatkan hipertensi, kekurangan cairan maka tekanan darah menurun mengakibatkan hipotensi. 3. Pemeriksaan nadi: nadi meningkat namun tekanan darah menurun maka menandakan dehidrasi / syok (diabet dan obat-obatan), nadi menurun maka volume darah akan menurun. 4. Pemeriksaan pernapasan: RR menurun maka akan sesak (TBC (akral hangat, dan mengeluarkan secret darah pada mulut), pneumonia, gagal jantung (akral dingin), anemia) mengakibatkan kelebihan volume cairan. Terdapat secret berwarna merah muda (frothy sputum / pink frothy) saat batuk (berusaha mengeluarkan benda asing) karena kelebihan volume cairan pada paru-paru. 5. Pemeriksaan kesadaran: a. Kualitatif: compos mentis (kesadaran penuh), apatis (kesadaran segan), letargi / somnolen (bicara keras), obtundasi (menggoyangkan tubuh / memberi rangsangan), delirium / confusion (gelisah & disorientasi), stupor (tidur lelap sehingga diberi rangsangan nyeri agar bangun), dan coma (tidak bisa dibangunkan). b. Kuantitatif: GCS (Glasgow Coma Skala) berupa Eye (4), Verbal (5), dan Motorik (6) sehingga kesadaran penuh berupa GCS E4V5M6. 6. Pemeriksaan wajah: oedem (oedem anasarka: pembengkakan seluruh tubuh) dan fullmoonface. 7. Pemeriksaan leher (JVP) dan mulut 8. Pemeriksaan abdomen 9. Pemeriksaan ginjal 10. Pemeriksaan ekstremitas bawah: pitting oedem dan nonpitting oedem 11. Pemeriksaan paru: a. Ronchi +/+ (sputum / secret dan ditandai dengan apabila bagian paru diperiksa menggunakan stetoskop lalu dibatukkan maka suara sputum akan hilang / berpindah tempat). b. Rales +/+ (cairan dan ditandai dengan apabila bagian paru diperiksa menggunakan stetoskop lalu dibatukkan maka suara cairan akan tetap). c. Apabila terdapat ronchi atau rales maka suara pada stetoskop seperti suara meremas plastik.