INCENERATOR
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Incinerator
Incinerator adalah Teknologi yang mengkonversi materi padatan dalam hal ini
yang dimaksud , yaitu sampah untuk menjadi materi buangan yang berupa gas
dan materi padatan yang sulit untuk terbakar , yaitu abu ( bottom ash ) dan
debu ( fly ash ) adalah teknologi insinerasi . Dalam hal ini dihasilkan panas
yang berasal dari proses insinerasi dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi
suatu materi menjadi maten yang lain dan energi lain , misalnya untuk menjadi
pembangkit listi dan air panas .
Insinerasi adalah metode pengolahan sampah dengan cara membakar sampah
pada suatu tungku pembakaran . Teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan
kapasitas besar ( skala kotak di beberapa negara maju Teknologi incinerator
skala besar terus berkembang , akan tetapi teknologi ini juga ada yang
menganggap bermasalah dalam sudut pencemaran udara . Teknologi ini juga
memiliki kelebihan salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam
teknologi terbaru dari incinerator ini adalah pemanfaatan enersi , sehingga
nama incinerator cenderung berubah seperti waste - to - energy , thermal
converter .
Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah
teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik.
Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan
sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah
menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang
dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas
yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Insinerasi
dengan energy recovery adalah salah satu teknologi sampah-ke-energi (waste-
to-energy, WtE). Teknologi WtE lainnya adalah gasifikasi, pirolisis, dan
fermentasi anaerobik. Insinerasi juga bisa dilakukan tanpa energy recovery.
Insinerator yang dibangun beberapa puluh tahun lalu tidak memiliki fasilitas
pemisahan material berbahaya dan fasilitas daur ulang. Insinerator ini dapat
menyebabkan bahaya kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan
sekitar karena tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menjalankan suatu
incinerator, yaitu :
1. Aspek keamanan menyangkut titik nyala, tekanan uap deteksi logam berat,
dan operasional incinerator .
2. Aspek keterbakaran : menyangkut nilai kalor, kadar air dan kadar abu dari
buangan padat , khususnya sampah .
3. Aspek pencegahan pencemara udara penanganan debu terbang
4. gas toksik , dan uap metalik.
Agar terjadi proses optimal maka ada beberapa aspek yang haris
diperhatikan dalam menjalankan suatu incinerator, antara lain :
1. Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu
dari buangan padat, khususnya sampah.
2. Aspek keamanan: menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi
3. logam berart, dan operasional incinerator. Aspek pencegahan
pencemaran udara menyangkut penanganan debu terbang, gas toksik
dan uap metalik.(Linda Barus,2021)
D. Proses Pembakaran
Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran
sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran sempurna adalah proses
pembakaran yang terjadi jika semua karbon bereksi dengan oksigen
menghasilkan CO2, sedangkan pembakaran tidak sempurna adalah proses
pembakaran yang terjadi jika bahan bakar tidak terbakar habis dimana
proses pembakaran yang tidak semuanya menjadi CO2 (Abdullah et, al.,
1998 dalam Arif Budiman, 2001) Menurut Culp (1991 dalam Arif Budiman,
2001) proses pembakaran actual dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
1. Pencampuran udara dan bahan dengan baik
2. Kebutuhan udara untuk proses pembakaran.
3. Suhu pembakaran Lamanya waktu pembakaran yang berhubungan
dengan laju pembakaran.
4. Berat jenis bahan yang akan dibakar.
Proses pembakaran sampah pada rumah tangga berlangsung secara
bertahap. Tahap awal terjadi penguapan kandungan air sampah yang belum
terbakar menggunakan panas dari bahan terbakar yang berada di
sekelilingnya atau menggunakan energi panas yang ditambahkan dari luar.
Pada saat pemanasan sampah terjadi pelepasan karbon atau bahan volatile
yang terkonversi menjadi gas yang mudah terbakar, proses ini disebut
gasifikasi. Gas ini selanjutnya bercampur dengan oksigen yang dapat
mengalami reaksi oksidasi. Kondisi ini apabila menghasilkan temperature
cukup tinggi dan berlangsung lama dapat terkonversi secara sempurna
(complete combustion) menghasilkan uap air dan CO2 yang dilepaskan ke
udara
F. Pengertian Limbah B3
Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan/usaha baik dari sektor industri,
pariwisata, pelayanan kesehatan maupun dari domestik rumah tangga.
Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 yang mana dalam peraturan ini
juga tercantum daftar lengkap limbah B3 baik dari sumber tidak spesifik,
limbah B3 dari sumber spesifik, serta limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3
yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk dan bekas kemasan
B3. Bahan Berbahaya dan Beracun atau sering disingkat dengan B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Definisi ini tercantum dalam Undang – Undang RI Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan –
peraturan lain di bawahnya. (Veronika Adyani,2019).
I. Jenis Limbah B3
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
(Anonim, 2019)
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal
dari proses utama, melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat,
inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-
lain.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses
suatu industri (kegiatan utama).
3. Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang
tidak diduga, misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan,
tumpahan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
B. Bahan
B. Pembahasan
Pada praktikum yang kami lakukan, menggunakan limbah B3 yaitu limbah
medis berupa handscoon, masker , dan APD lainya dengan berat 6kg.
Langkah pertama dalam proses insinerasi yaitu menimbang limbah medis
yang akan di bakar menggunakan alat incinerator ,sebelum alat incinerator
digunakan isi bahan bakar berupa solar, selanjutnya masukan limbah medis
kedalam alat incinerator kemudian tutup.
Pada praktikum yang kami lakukan, menggunakan limbah B3 yaitu limbah
medis berupa handscoon, masker , dan APD lainya dengan berat 6kg.
Langkah pertama dalam proses insinerasi yaitu menimbang limbah medis
yang akan di bakar menggunakan alat incinerator ,sebelum alat incinerator
digunakan isi bahan bakar berupa solar, selanjutnya masukan limbah medis
kedalam alat incinerator kemudian tutup dan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dikakukan dapat disimpulkan bahwa
incinerator adalah alat yang digunakan untuk proses pembakaran sampah .
Alat ini berfungsi untuk merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan
praktis serta menghasilkan sisa pembakaran yang sterill sehingga dapat
dibuang langsung ke tanah . Energi panas hasil pembakaran dalam
incinerator dapat digunakan sebagai energi alternative bagi proses lain
seperti pemanasan atau pengeringan . alat incinertor ini digunakan untuk
proses pembakaran limbah B3 dimana asap yang keluar adalah asap emisi
dan juga dengan adanya alat incinerator dapat mengurangi limbah B3 yang
melimpah dirumah sakit. Selain hal yang perlu diperhatikan juga yaitu
menggunakan APD untuk melindungi diri saat melakukan pembakaran
limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Permen LHK No 56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 Di Fasilitas Kesehatan
Diakses Pada tanggal 22 Maret 2022, Pukul 11.20 WIB
LAMPIRAN