Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DAN PERSPEKTIF KEPERILALKUAN : PSIKOLOGI,


SOSIOLOGI, DAN PERILAKU MANUSIA

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Jusbair Baheri, SE.,MSA.,Ak

DISUSUN OLEHKELOMPOK 6 :

ANITA PUTRI RAMADHANI (196602121)

ARIF SEPRIANSYAH JOHAN (196602010)

MUJAHIDIN IMAM HIDAYAT (196602127)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI

2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep dan Perspektif Keperilakuan terkait Psikologi & Sosiologi serta
Perilaku Manusia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tugas dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Akuntansi Keperilakuan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembanca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Jusbair Baheri


SE.,MSA.,Ak selaku dosen Akuntansi Keperilakuan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 6 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB 1......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................4

1.3 TUJUAN MAKALAH..............................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

1. DEFINISI PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL.................................6

2. SIKAP...........................................................................................................7

3. BEBERAPA TEORI TERKAIT DENGAN SIKAP....................................9

4. PERSEPSI...................................................................................................17

5. NILAI..........................................................................................................19

6. PEMBELAJARAN.....................................................................................21

7. KEPRIBADIAN..........................................................................................22

BAB III..................................................................................................................25

PENUTUP..............................................................................................................25

1. KESIMPULAN...........................................................................................25

2. SARAN.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan
untuk memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi
untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
substansial

Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan
psikologi sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya
melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia,
walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda mengenai
kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu
bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka
bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia
dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan
psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sebutkan Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial
2. Apa yang dimaksud Sikap
3. Hal-hal apa saja yang terkait dengan Sikap, Psikologi dan Psikologi Sosial

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Sikap
3. Untuk Mengetahui Apa saja yang terkait dengan Sikap, Psikologi,
Psikologi Sosial

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial


a. Psikologi
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Para psikolog
memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku individual. Mereka yang
telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku
organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi
konseling dan psikologi industri dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan
perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari sistem sosial di mana
individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-
orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik,
sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku
organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi,
terutama organisasi yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku
organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiolog adalah
dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi,
birokrasi, komunikasi, kekuasaan dan konflik.

b. Psikologi Sosial

Psikologi Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan


konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian
pada perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara
orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam
hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok.
Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam
bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi,

5
cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses
pengambilan keputusan kelompok.

Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia
yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang
sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung
memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada
persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam
diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada
budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan
kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan
psikologi social

Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini,


demikian pula para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para
psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar
psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog
akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial
mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu
bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial.
Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang;
sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika
seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor-faktor
yang saling mempengaruhi satu sama lainnya

2. Sikap
a. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia,
objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk
memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Sikap tidak
sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Ketiga komponen
sikap: pengertian (cognition), pengaruh(affect), dan perilaku(behavior). Susunan

6
sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk
memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Orang-orang memperoleh sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, panutan, dan
kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang mempelajarinya, sikap menjadi
suatu bentuk bagian dari pribadi individu yang dapat membantu konsistensi
perilaku. Para akuntan perilaku harus memahami sikap dalam rangka memahami
dan memprediksikan perilaku. Terdapat banyak cara bagi para akuntan perilaku
untuk menggunakan sikap guna melakukan riset-riset dalam bidang ini.

b. Komponen Sikap

Dalam organisasi, sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap
disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri
atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap.
Informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai penolakan sikap terhadap
stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupun yang tidak akurat, telah
menciptakan satu kekuatan. Misal, komponen-komponen dari teori sikap yang
menolak komputerisasi dapat mengatakan bahwa ”bisnis perusahaan tidaklah
cukup besar untuk mengambil keuntungan atas komputerisasi. Komponen
emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada
objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi
terhadap objek/sikap.

c. Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan,


defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk
membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau
peristiwa baru. Siakp mengizinkan seseorang untuk menilai suatu situasi baru
dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang relevan mengenai
situasi tersebut. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi
kebutuhan yang memuaskan. Misal, manusia cenderung untuk membentuk sikap
positif terhadap objek dalam menemukan sikap negatif. Sikap juga melayani

7
fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan atau pengubahan guna
melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai
dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.
Manusia memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya.

d. Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara


sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk
menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap
dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten. Jika
terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk mengemablikan individu itu ke keadaan
seimbang terus digunakan agar sikap dan perilakunya menjadi konsisten lagi. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengubah sikap maupun perilaku atau dengan
mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai penyimpangan tersebut.

e. Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada
suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi
sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk
berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling
fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung
dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang
menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan
sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.

3. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

a. Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan


yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan
keadaan.

8
b. Teori Pertimbangan Sosial

Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai


bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil
perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia
dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur
yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk
dapat mengubah ancaman. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa usaha
untuk menyebabkan suatu perubahan utama di dalam sikap kemungkinan akan
gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan ketidaknyamanan bagi si
subjek. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan adalah membujuk dan
menengahi dua posisi bertentangan yang masing-masing didiukung oleh
komunikator. Jika komunikator memposisikan terlalu jauh dari jangka internal ,
hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan sikap tidak akan berubah. Jika
komunikasi semakin dekat dengan jangka internal, maka asimilasi dapat
dihasilkan karena subjek tidak mempersepsikan komunikasi persuasif tersebut
sebagai ancaman yang ekstrem, sehingga orang tersebut akan mengevaluasi pesan
itu secara positif dan kemungkinan akan mengubah sikapnya.

c. Konsistensi dan Teori Perselisihan

Konsistensi dan teori perselisihan memandang perubahan sikap sebagai hal


yang masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang
dibuat untuk menyadari inkonsistensi antara sikap dan perilaku mereka, sehingga
mereka termotivasi untuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan mengubah
sikap maupun perilakunya ke arah yang lebih baik. Teori konsistensi menjaga
hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak ada
tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori
konsistensi. Teori ini menganggap bahwa perselisihan memotivasi orang-orang
untuk mengurangi atau menghapuskan perselisihan, karena perselisihan secara
psikologis merupakan hal yang tidak menyenangkan sehingga orang-orang akan
mencari cara untuk menghindari itu.

9
d. Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.


Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal
ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu pada setiap
inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya,
atau terhadap perilaku dengan sikapnya. Festinger mengatakan bahwa hasrat
untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang
menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu
terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi.
Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam
perubahan sikap dan perilaku.

e. Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap


berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku
mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan
perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap
yang konsisten dengan perilaku. Sikap hanya akan berubah setelah perilaku
berubah. Teori fungsional terhadap perubahan sikap mempercayai bahwa sikap
melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka mengubah sikap manusia harus
menemukan rangsangan terhadap apa yang akan dikembangkan berdasarkan pada
kebutuhannya.

f. Teori Motivasi dan Aplikasinya

Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya


motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang
untuk berbuat sesuatu.

g. Teori Motivasi Awal

Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori
ini adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene.

10
Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari
mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan
penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan
secara teratur.

h. Teori Kebutuhan dan Kepuasan

Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa


masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat
mempengaruhi perilaku mereka. Teori kebutuhan ini pada praktiknya merupakan
bagian-bagian dari teori kebutuhan psikologis yang akan didominasi oleh
kebutuhan-kebutuhan lain jika tidak dijumpai. Secara psikologis, kebutuhan
merupakan syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan sisik, seperti makan, minum,
perlindungan, dan sebagainya, yang disebut sebagai kebutuhan dasar utama.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow:

 Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti


rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain
sebagainya.
 Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan
keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau
pemecatan.
 Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan
kepuasan dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan
kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok,
rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
 Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status
atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
 Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan
pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan
melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.

11
i. Teori Prestasi

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990.
Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku.
Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset
yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga karakreristik
dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa


tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau
pencarian solusi atas suatu permasalahan. Akibatnya, mereka lebih
suka bekerja sendiri daripada dengan orang lain. Apabila suatu
pekerjaan membutuhkan orang lain, mereka lebih suka memilih orang
yang kompeten disbanding sahabatnya.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung
menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung
risikonya.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki
keinginan yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau
tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.

j. Teori Motivasi

Pada pertengahan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi


yang di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori
Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan
menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh
negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan, kondisi pekerjaan,
hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi:
prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.

Herzberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200
responden yang terdiri atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat

12
dua hal yang terkait dengan kepuasan dan motivasi. Kedua faktor tersebut
meliputi :

 Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik

Yang apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara para


karyawan. Kondisi ini disebut dengan faktor penyebab ketidakpuasan atau faktor
higiene, karena kondisi atau faktor-faktor tersebut minimal dibutuhkan untuk
menjaga agar ketidakpuasan tidak terjadi

 Sejumlah kondisi kerja instrinsik

Yang apabila ada berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan prestasi
ketja yang baik. Tetapi jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada, maka hal
tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan istilah faktor pemuas.

k. Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963.


Dalam teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan
lingkungan lainnya. Teori keadilan secara umum merupakan bentuk dasar dari
konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu mempertimbangkan input dan
output menjadi suatu nilai yang tidak sebanding.

Ketidakadilan dibagi menjadi dua bentuk dan keduanya diakibatkan dari peran
motivasi yang merugikan satu sama lain. Teori ini menggambarkan kenyataan
bahwa pembayaran-pembayaran relatif tidak mutlak menjadi perhitungan yang
mempunyai pengaruh kuat.

l. Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan


akan manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi
( existence needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan

13
akan pertumbuhan (growth needs ). Teori ERG mengandung suatu dimensi
frustasi-regresi.

Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan


menghantar ke hasrat untuk memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih
tinggi. Tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator dan halangan
sekaligus, di mana dalam mencoba untuk memuaskan kebutuhan tingkat lebih
tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan kebutuhan dengan tingkat
yang lebih rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan suatu versi yang
lebih valid dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.

m. Teori Harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward
Tolman. Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide
dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan
diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci
dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy),
instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat
pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan
keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.

n. Teori penguatan

Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

 Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah
yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal
produksi, dan sebagainya.
 Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan
dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari
perilaku yang ditimbulkan. Suatu kondisi kerja tertentu dibentuk oleh

14
organisasi (stimulus), kemudian karyawan bertindak sebagaimana
diinginkan olehs organisasi (tanggapan), selanjutnya organisasi
memberikan imbalan yang sesuai dengan tindakan atau perilaku karyawan
tersebut (konsekuensi dari perilaku).
 Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan
(misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka
semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.

o. Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini
adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya. Tujuan yang sulit menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah. Demikian
pula halnya tujuan yang spesifik dan menantang akan menghasilkan prestasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang bersifat abstrak.

p. Teori Atribusi

Teori Atribusi mempelajari proses bagaimana seorang menginterprestasikan


suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz
Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi
antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal
(eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan
dalam pekerjaan atau keberuntungan. Teori ini diterapkan dengan
menggunakan variable tempat pengendalian :

 Tempat pengendalian internal

Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa dia mampu secara personal
mempengaruhi kinerja serta perilakunya melalui kemampuan, keahlian, dan
usahanya.

 Tempat pengendalian eksternal

15
Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa perilakunya dipengaruhi oleh factor-
faktor di luar kendalinya.

q. Teori Agensi

Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum
mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen
bersikap menolak usaha dan risiko.

r. Pendekatan Dyadic

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior)
dan bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau
menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara
atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan
keduanya.

4. Persepsi
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan
peristiwa, objek, serta manusia. Definisi persepsi yang formal adalah proses
dengan mana seseorang memilih, berusaha, dan menginterprestasikan rangsangan
ke dalan suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti. Menurut kamus Bahasa
Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu
atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Sedang
dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan
pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulus
yang ditunjukkan oleh panca indra. Persepsi memberikan makna pada stimuli.
Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
dikatakan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan pertemuan antara
kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan kognitif.
Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa.

16
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi:

 Faktor Dalam Situasi


Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.
 Faktor Pada Pemersepsian
Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
 Faktor Pada Target
Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan.

a. Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu

Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti


pegelihatan dan sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alasan,
kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar
orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya berbeda
fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat
factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan,
perasaan, arti penting dan emosi.

b. Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap


banyak aktifitas organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas
seseorang mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau
bias penilaian mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba untuk
menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan meninggalkan
perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali perasaan mereka
terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi mereka,
dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan
persepsi dapat juga mendorong kearah ketegangan hubungan antar pribadi
karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang menegangkan seorang

17
penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa bisnis yang dipandang
berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

c. Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap


orang lain, hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan
dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara berlainan,bergantung pada
makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini
menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang individu, orang
tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor
berikut:

 Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu


memperlihatkan prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang
berlainan.
 Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang
serupa bereaksi dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang
terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang
mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
 Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah
orang tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh
Apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja tidak
dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya
keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).

5. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan
akhir dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial
dibandingkan dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.
Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam pengertian bahwa nilai

18
mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik,
atau diinginkan.

a. Arti Penting Nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena


nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai
memengaruhi sikap manusia. Seseorang memasuki organisasi dengan gagasan
yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak
seharusnya. Gagasan-gagasan itu sendiri tidaklah bebas dari nilai. Sebaliknya,
gagasan ini mengandung penafsiran benar dan salah. Gagasan itu menyiratkan
bahwa perilaku-perilaku atau hasil tertentu lebih disukai ketimbang yang lain.
Akibatnya, nilai memperkeruh tujuan dan rasionalitas.

b. Nilai dan Dilema Etika

Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah


kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini
seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri,
memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin
hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal
Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan
Xerox, profesi akuntan menjadi gempar. Ihksan menambahkan cara yang lebih
baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan mempertimbangkan
kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa
yng menjadi kekawatiran di dalamnya. Kesempatan dapat dilhat sebagai suatu
standar etika yang diharapkan, di mana dapat dilihat setiap perubahan perilaku di
dalam organisasi profesi itu sendiri serta setiap perubahan perilaku yang
diharapkan dari yang lainnya. Adalah jauh lebih baik jika organisasi profesi dapat
menempatkannya secara berdampingan dan simbang guna mendeteksi standar
perilaku yang melanggar kepercayaan.  Organisasi profesi sendiri perlu sedikit
kesabaran dalam membuat standar profesi yang berkualitas dalam semua aspek
dan memberikan tindakan tegas terhadap anggota profesi yang membawa

19
keburukan bagi profesi itu atau mereka yang tidak melakukan kewajiban sebagai
anggota.

6. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran
terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam
merespon situasi. Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam
merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik,
pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.

a. Pengondisian Keadaan Klasik

Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan


proses pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi.
Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa yang
lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi yang
kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi. Pengondisian
klasik bersifat pasif. Sesuatu terjadi dan orang harus bereaksi dengan cara yang
khusus. Hal itu dihasilkan sebagai respons terhadap peristiwa khusus yang dapat
dikenali. Tetapi, kebanyakan perilaku, terutama perilaku rumit dari individu-
invdividu dalam organisasi dipancarkan bukan secara refleks. Missal saja, para
karyawan memilih untuk sampai di tempat kerja pada waktunya, meminta atasan
membantu ketika ada masalah, atau membuang waktu bila tidak ada orang yang
mengamati.

b. Pengondisian Operant

Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi


dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat
sukarela atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam
itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

20
c. Pembelajaran Sosial

Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada
orang lain, dengan diberitahu maupun dengan mengalami secara langsung. Jadi,
banyak dari apa yang telah dipelajari manusia berasal dari observasi atas
karakteristik-karakteristik orang tua, guru, teman sekerja, atasan, dan seterusnya.
Pandangan bahwa manusia dapat belajar baik lewat pengamatan maupun
pengalaman langsung ini disebut sebagai teori pembelajaran social.

Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari


pengondisian operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu
fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi
pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam
belajar.

7. Kepribadian
Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri
seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut
merespons lingkungannya. Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu.
Kepribadian cenderung bersifat konsisten dan kronsi. Konsep kepribadian dan
pengetahuan tentang komponennya adalah penting karena memungkinkan untuk
memprediksikan perilaku. Para akuntan perilaku dapat menghadapi efektivitas
orang-orang jika mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan dan
bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.

Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah


memprediksikan perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya
efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan
baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku
tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu
merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.

a. Penentu Kepribadian

21
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian
seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya
merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal
faktor ketiga, yaitu faktor situasi. Kepribadian seorang dewasa umumnya dinggap
terbentuk dari faktor keturunan, dan lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi
situasi.

b. Keturunan

Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari


kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak
dalam kromosom.

c. Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian


adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di
antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh
lain yang dialami. Lingkungan yang dipaparkan pada seseorang memainkan suatu
peranan besar dalam membentuk kepribadian orang tersebut. Pertimbangan yang
saksama terhadap argumen-argumen yang mendukung keturunan maupun
lingkungan sebagai penentu utama dari kepribadian mengarah pada kesimpulan
bahwa keduanya adalah penting. Keturunan menentukan parameter-parameter
atau batas-batas luar, tetapi potensi penuh seseorang akan ditentukan oleh
seberapa baik orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan
lingkungan.

d. Situasi

Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap


kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan
konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari
situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian
seseorang. Oleh karena itu, hendaknya pola kepribadian tidak dilihat secaara
terpisah. Kelihatannya adalah logis untuk mengandalkan bahwa situasi akan

22
mempengaruhi kepribadian seseorang. Bagaimanapun juga, memang diketahui
bahwa situasi tertentu pada kenyataannya lebih relevan dibandingkan dengan
situasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.

23
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui, Psikologi dan Psikologi Sosial merupakan hal
yang bersangkutan, karna sama-sama menyangkut kepribadian masing-masing
orang. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Psikologi Sosial adalah
suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari
psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok
sosial.

Dalam hal ini, Psikologi dan psikologi Sosial dapat dilihat dari Sikap,
Penilaian kita kepada suatu kelompok atau individu lain, Kepribadian seseorang
yang muncul karna lingkungan atau keturunan, menggunakan presepsi untuk
menilai dan memberi pendapat, dan bagaimana pembelajarannya.

2. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
sara dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya

24
DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan; Akuntansi Keperilakuan, Salemba 4

MAKALAH KONSEP KEPERILAKUAN DARI PSIKOLOGI DAN


PSIKOLOGI SOSIAL | Salsabila Ardelia Indra – Academia.edu

Robbins. (2003). Psikologi, Sosiologi Dan Psikologi Sosial.

Festinger, Leon, Teori Disonansi Kognitif, 1950

25

Anda mungkin juga menyukai