Anda di halaman 1dari 8

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN KHASIAT DAN PENGGUNAAN

DISUSUN

OLEH :

Bunga Maharani ( 1933029 )

Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan II

Dosen Pengajar : Ns. Dheni Koerniawan, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


PALEMBANG 2019/2020

A. Analgetik-antipiretik

Antipiretik merupakan obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi suhu
tubuh yang tinggi . Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada
orang normal. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di
hipotalamus anterior yang meningkat sebagai respon apa adanya pirogen endogen. Contoh
Obat Antipiretik yaitu Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldanmig, dan lain lain. Analgenik adalah obat yang dapat mengurangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.

Jadi bisa disimpulkan analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi, menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa
nyaman pada orang yang menderita. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya
memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman atau kejang otot. Rasa nyeri ini juga diakibatkan oleh rangsang mekanis atau kimiawi,
kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang
disebut mediator nyeri( pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada
ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat rangsang dialhihkan
melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke
talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai
nyeri. Berikut cara-car pemberantasan Rasa Nyeri.

1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik


perifer atau oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan
anestetik lokal.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SPP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan
anastetik umum.

Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa


neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan bloade
simtea neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan “sinyal” nyeri, sehingga
rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
B. Analgetik narkotik

Analgenik dibagi menjadi dua, yaitu analgenik narkotik dan analgenik non narkotik.

1) Analgenik Narkotik
Digunakan untuk menghalau rasa nyeri yang hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri
pada kanker umunnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat yaitu:
a) Obat perifer (Non opioid) Peroral atau rectal, paracetamol, asetosal,
b) Obat perifer bersama kodein atau tramadol
c) Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal
d) Obat opioid dengan co-analgetikum seperti psikofarmaka (amiritpitilin,
levopromaim atau prednisone).

Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang
terletak di Sistem Saraf Pusat. Untuk mengurangi kesadaran atau sifat meredakan dan
menidurkan dan menimbulkan perasaan nyaman atau euforia. Yang dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan atau habituasi serta ketergantungan psikis dan fisik dengan gejala-
gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Analgetik narkotik dapat mengurangi rasa
nyeri yang sangat hebat, dan efek samping yang paling sering yaitu mual, muntah, konstipasi,
dan mengantuk. Dosis yang besar juga dapat mengakibatkan hipotansi serta depresi
pernafasan.

Morfin dan pedinin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk
nyeri yang menimbulkan mual dan muntah. Selain menghilangkan rasa nyeri, morfin dapat
menimbulkan euphoria dan gangguan mental. Berikut ini adalah contoh analgetik narkotik
yang sampai saat ini masih digunakan di indonesia:

 Morfin HCL,
 Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
 Fentanil HCL,
 Petinidin dan
 Tramadol

Tramadol tergolong narkotika tetapi menurut undang-undang tidak sebagai narotik karena
menimbulkan ketergantungan.
C. Anestesi

a. Anestesi Lokal
Bertujuan untuk menghilangkan sakit pada tempat di mana obat di berikan dan kesadaran
tetap di pertahankan. Pemakaian anstetik lokal ini mencangkup prosedur gigi, menjahit
laserasi kulit, pembedahan minor jangka pendek pada daerah tertentu,anastesi spinal dengan
menghambat implus safar ( nerve block ) yang terletak dibawah tempat dimasukannya
anestetik, dan untuk prosedur diagnostik seperti fungsi lumbal dan torasentesis.
b. Anestesi Spinal
Anestesi Spinal membutuhkan anestetik lokal untuk diinjeksikan pada ruang subarakhnoid
setinggi ruang lumbal tiga atau empat. Jika anestetik lokal diberikan terlalu tinggi pada
kolumma spinalis, maka dapat mempengaruhi otot-otot pernapasan, dan dapat terjadi distres
atau gagal pernapasan.
D. Antasid
Antasid merupakan bagian dari obat antitukak yang berkerja untuk menetral kan asam pada
lambung:
Antasid mempercepat penyembuhan tukak dengan menetralisasikan asam hidroklorida dan
mengurangi aktivitas pepsin, obat ini tidak menutupi tukak dan obat antasid ini terdapt 2 tipe
yaitu yang memiliki efek sistemik dan yang bukan memiliki efek sitemik.

E. Antibiotik

1. Pengertian Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti yang artinya lawan
sedangkan bios yang artinya hidup, zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan
bakteri tanah yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lainnya
sedangkan toksitasnya/racun terhadap manusia relatif sangat kecil. Banyak zat dengan khasiat
antibiotik diisolir oleh penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintesis atau semi
sintesis.

Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah
kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008). Penggunaan anti mikroba mengarah ke semua jenis mikroba dan
termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus.
Prinsip penggunaan Antibiotik:

a) Berdasarkan penyebab infeksi: Hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberiaan


antiobitika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b) Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan tubuh
terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.

2. Penggolongan Antibiotik

 Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai dengan gugusan samping R) benzil
penisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium
acremonium, berasal dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja
dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Penisilin terdiri dari:

1. Benzil Penisilin dan Fenoksimetil Penisilin

a) Benzil Penisilin
 Indikasi : Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive gonore.
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
 Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b) Fenoksimetil Penisilin
 Indikasi: Tonsilitas, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi
pneumonkokus.

2. Penisilin tahan Penisilinase


a). Kloksasilin
 Indikasi : Infeksi karena stapilokokus yang memproduksi penisilinase
 Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfostik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
 Interaksi : Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.
Tetapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
 Efek samping : Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leuk
opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

b.)Flukoksasilin
 Indikasi : Infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
 Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever,
leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
 Interaksi : Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan ke dalam cairan otak
kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin
 Efek samping : Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

3.) Pensilin Spectrum Luas

a.) Ampisilin

Ibu hamil : Kategori

Ibu menyusui : Kategori A

 Indikasi : Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,


salmonelosis invasive, gonore.
 Peringatan : Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
 Interaksi : Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi. Absorbsi sebagian besar dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan kebih baik
diberikan pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudaah makan.
 Kontraindikasi : Hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
 Efek samping : Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
 Pengaturan dosis oral : 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan.
Infeksi saluran kemih

F. Antidiabetik
Obat ini dipakai untuk menegndalikan diabetes militus, sutau penyakit yang
mempengaruhi metabolisme kerbohidrat pada tubuh. Ada 2 kelompok dari obat antidiabetik:
1. Insulin: di lepaskan dari sel – sel beta pulau langerhans dalam responya terhadap
peningkatan glukosa darah.
2. Obat hipoglikemi oral: preparat sintetik yang bekerja untuk merangsang pelepasan dari
insulin.
DAFTAR PUSTAKA

Kee Joyce. 1994. Pharmacology: A Nursing Process Approach. W.B Saunders Company
Gordon Richard. 1989. Ostlere And Bryce-Smith’s Anaesthetics For Medical Students.
Churchill Livingstone: London

Anda mungkin juga menyukai