Anda di halaman 1dari 15

 

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah


gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperatif,
intraoperatif, dan postoperatif. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu
dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan dan standar praktik keperawatan.

A. Keperawatan Pre-Operatif 

1. Pengertian
Pre-Operatif adalah masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra
operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan
pembedahan.
2. Persipan Pre-Operatif 

a. Persiapan klien
1) Inform consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform
Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis

(pembedahan dan anastesi). Pasien maupun keluarganya sebelum


menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan
 

informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur 


pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
2) Status kes
kesehatan
ehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,

riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan


keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain
3) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan


input dan output cairan.Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur 
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik
5) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung

dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa


berkisar antara 7 sampai 8 jam. Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan
NGT.

6) Pencukuran daerah operasi


 

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari


terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi
kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan
dan perawatan luka.

7) Personal hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman
dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya
 jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

8) Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
9) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan

pada pasien sebelum operasi antara lain :


a) Latihan na
nafas
fas dalam dan batuk efektif 
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera

mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan


kondisi dan kebutuhan pasien.
 

b) Latihan gerak sendi


Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi
pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Keuntungan lain adalah menghindarkan

penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari


kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan
secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara
mandiri.

10) Pencegahan cedera


Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang dilakukan
sebelum pelaksanaan bedah adalah:
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pasien
c) Bersihkan cat kuku untuk mem
memudahkan
udahkan penil
penilaian
aian sirkulasi
d) Lepaskan lensa kontak
e) Lepaskan protesa
f) Anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih

g) Gunakan kaos kaki anti emboli bila pasien bere


beresiko
siko mengalami
trombo phlebitis
11) Pemeriksaan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain

seperti ECG, dan lain-lain.


 

b. Persiapan perawat
1) Operator (ahli bedah)
2) Asisten opera
operator
tor (asisten ahli dan para medis
medis))
3) Ahli anas
anastesi
tesi atau perawat anastesi
c. Persiapan kamar dan alat-alat

1) Pemberitahuan kepada tim medis bahwa ada operasi, agar 


menyiapkan alat-alat dan obat-obatan serta kamar operasi
2) Alat-alar disterilkan dan dibungkus sert
serta
a ditempatkan pa
pada
da meja alat
3. Konsep Asuhan Keperawatan Pre-Operatif 
a. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994: 10). Pengkajian
pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi:
1) Sirkulasi

Gejala: riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit


vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus.
2) Integritas ego
Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang; stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan

Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk


hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas);
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
4) Pernapasan
Gejala: infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5) Keamanan
Gejala: alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan

penyembuhan); Munculnya kanker/terapi kanker terbaru; Riwayat


keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
 

penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat


mengubah koagulasi); Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda: menculnya proses infeksi yang melelahkan; demam..
6) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,

kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,


dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah
pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah

dikumpulkan (Boedihartono, 1994: 17). Diagnosa keperawatan yang


muncul pada pasien Pre Operatif (Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi:
1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap
pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis
maturasi.
2) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis
(misalnya kanker), ketidakberdaya
ketidakberdayaan.
an.
c. Intervensi dan Implementasi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan


yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20).
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi,
1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif 
(Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah:
1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,

ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap


 

pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis
maturasi.
Tujuan:: ansietas berkurang/terkontrol.
Tujuan
Kriteria hasil: 
hasil: 
 klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi

yang membuat stress


 klien mampu mempertahankan penampilan peran.
 klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
 klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
 tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi dan Implementasi 
1) Kaji dan d
dokumentasikan
okumentasikan tingkat kece
kecemasan
masan pasien
pasien..
R: memudahkan intervensi.
2) Kaji mekanisme kopin
koping
g yang digunak
digunakan
an pasien untuk mengatasi

ansietas di masa lalu.


R: mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan
kemampuan mengontrol ansietas.
3) Lakukan pendek
pendekatan
atan dan berikan motivasi kepa
kepada
da pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R: pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk 
mengeksternalisasikan
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4) Motivasi pasien untuk memfokusk
memfokuskan
an diri pada realita yang ada
saat ini, harapa-harapan yang positif terhadap terapy yang di

 jalani.
R: alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang 
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
5) Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
R: menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya
mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri 
sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
 

6) Anjurkan pasien untuk meng


menggunakan
gunakan teknik relaksasi.
R: menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7) Sediakan informasi factual (nyata dan ben
benar)
ar) kepada pasien dan
keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
R: meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

8) Kolaborasi pemberian obat an


anti
ti ansietas.
R: mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2) Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis


(misalnya kanker), ketidakberday
ketidakberdayaan.
aan.
Tujuan:: pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
Tujuan
Kriteria hasil: 
hasil: 
 mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
 menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan 
ketakutan 


mempertahankan penampilan peran dan hubungan social
social  
Intervensi dan Implementasi 
1) Kaji respons takut sub
subjektif
jektif dan objektif pasien
pasien..
R: mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2) Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan
perilaku yang dapat menurunkan atau mengurangi takut.
t akut.
R: mempertahankan perilaku koping yang efektif.
3) Lakukan pendek
pendekatan
atan dan berikan motivasi kepa
kepada
da pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.

R: pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk 


mengeksternalisasikan
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4) Motivasi pasien untuk memfokusk
memfokuskan
an diri pada realita yang ada
saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di
 jalani.
R: alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang 
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
 

B. Keperawatan Intraoperatif 
1. Pengertian
Keperawatan Intraoperatif yaitu peroses keperawatan yang dimulai
ketika pasien masuk ke bagian atau departemen bedah/meja operasi dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.

2. Prinsip-prinsip Umum
a. Prinsip asepsis ruangan
 Antisepsis atau asepsis adalah suatu usaha untuk mencapai
keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman phatogen
dapat dikurangi ayau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis
atau tindakan fisik. Termasuk adalah selain alat-alat bedah adalah
seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai
personel operasi dan cara membersihkan/disin
membersihkan/disinfeksi
feksi tangan.
b. Prinsip asepsis personel

Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi tiga tahap,


yaitu: scrubbing (cuci tangan steril), gowning (menggunakan gaun
operasi), dan gloving (pemakain sarung tangan). Tujuannya adalah
untuk menghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi
selama prosedur pembedahan.
c. Prinsip asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan.
Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi steril. Meliputi kepersihan

pasien, desinfeksi area operasi dan tindakan drapping.


d. Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien
harus benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah perawatan dan sterilisasi alat, dan mempertahankan
teknik ksterilan alat pada saat pembedahan.
3. Aktivitas keperawatan secara umum
 Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama intraoperatif meliputi 4
hal yaitu:

a. Safety management 
 

Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien


selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan
keamanan diantaranya adalah:
1) Pengaturan posisi pasien
2) Memasang alat grou
grounding
nding ke pasie
pasien
n

3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk


menenangkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
4) Memastikan bahwa semua peralatan peralatan yang dibutuhkan
telah siap sperti cairan infus, oksigen, dll.
b. Monitoring fisiologis
1) Melakukan balance cairan
2) Memantau kondisi kardiopulmonal
3) Memantau terhadap perubahan vital sig
sign
n
c. Monitoring psikologis

1) Memberikan d dukungan
ukungan emosional pa
pada
da pasie
pasien
n
2) Berdiri didekat pasien dan memberikan sentuhan selam prosedur 
induksi
3) Mengkaji status emosional pasien
4) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan
 jika ada perubahan
d. Pengaturan dan koordinasi nursing care 
care 
1) Memanage keamanan fisik pas
pasien
ien
2) Mempertahankan prinsip d
dan
an tek
teknik
nik ase
asepsis
psis

4. Pengkajian Keperawatan Intraoperatif 


Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien
yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pad
pada
a
pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial.
a. Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih


sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang
sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien

tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.


 

b. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda v
vital
ital (Bila terjadi ke
ketidaknormalan
tidaknormalan tan
tanda-tanda
da-tanda vital dari
pasien maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan
tersebut kepada ahli bedah).
2) Transfusi (Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila

hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya


aliran transfusi).
3) Infus (Monitor flabot infuse sudah habis a
apa
pa belum. Bila hampir hab
habis
is
harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran
infuse).
4) Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin
sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
5. Diagnosa keperawatan Intraoperatif 
a. Resiko tidak e
efektifnya
fektifnya bersihan jalan n
nafas
afas berhubung
berhubungan
an dengan efek

anastesi
b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan,
pembatasan intake cairan
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses pembedahan,
tindakan invasif 
d. Resiko cedera berhubungan dengan posisi yang tidak tepat selam
pembedahan, benda asing tertinggal
6. Intervensi dan Implem
Implementasi
entasi Kep
Keperawatan
erawatan Intraoperatif 
a. Resiko tidak efektifnya be
bersihan
rsihan jalan nafas berhu
berhubungan
bungan dengan e
efek
fek

anastesi
Intervensi:
1) Ukur TTV
2) Cek data fisik termasu
termasuk
k penyakit pernafasan
3) Observasi ETT
4) Monitor kepatenan jalan nafas
b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan,
pembatasan intake cairan
Intervensi:

1) Pertahankan keseimbangan cairan


2) Kaji tanda-tanda syok
 

3) Kolaborasi pemberian darah


4) Kolaborasi pemberian cairan
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses pembedahan,
tindakan invasif 
1) Bersihkan daerah yang akan dioperasi dan p
pasang
asang drapping

2) Cek ka
kadaluarsa
daluarsa alat ya
yang
ng dipak
dipakai
ai
3) Pertahankan sterilitras selama pembedahan
4) Cuci tangan secara ste
steril,
ril, jas, san s
ssarung
sarung tang
tangan
an
5) Tutup luka operasi de
dengan
ngan kas
kasa
a steril
d. Resiko cedera berhubungan dengan posisi yang tidak tepat selam
pembedahan, benda asing tertinggal
1) Pastikan posisi pasien yang sesuai dengan ti
tindakan
ndakan operasi
2) Cek daerah penekanan selama op
operasi
erasi
3) Pasang sabuk atau tali pengaman

4) Hitung jumlah kass


kassa,
a, jarum, dan instrume
instrumen
n lain sebelum dan sesudah
operasi

C. Keperawatan Post Operatif 


1. Pengertian
Pengertian  
Keperawatan post operatif yaitu peroses keperawatan yang dimulai
pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase postoperatif 
langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agen anastesi dan memantau

fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan berfokus


pada tingkat penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, dan tindak
lanjut serta rujukan penting untuk penyembuhan yang berhasil dan
rehabilitasi diikuti oleh pemulangan.
2. Pengkajian keperawatan Post Operatif 
a. Status Respirasi meliputi:
 Kebersihan jalan nafas
 Kedalaman pernafasaan
 Kecepatan dan sifat pernafasan


Bunyi nafas
b. Status sirkulatori, meliputi:
 

 Nadi
 Tekanan darah
 Suhu
 Warna kulit
c. Status neurologis, meliputi:

Tingkat kesadaran
d. Balutan, meliputi:
 Keadaan drain
 erdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
e. Kenyamanan, meliputi:
 Terdapat nyeri
 Mual
 Muntah
3. Diagnosa keperawatan Post Operatif 
a. Resiko tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
b. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan output berlebi
berlebihan,
han, pembatas
pembatasan
an intake cairan
c. Hipotermi berhub
berhubungan
ungan de
dengan
ngan lingk
lingkungan
ungan OK, efek anstesi
4. Intervensi dan implementas
implementasii kepera
keperawatan
watan Post Operatif 
a. Resiko tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
1) Observasi TTV s
setiap
etiap 15 menit
2) Monitor k
kepatenan
epatenan pernafasan klien
3) Berikan posisi ny
nyaman
aman bagi klien
4) Kolaborasi pemberian O2
b. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan output berlebiha
berlebihan,
n, pembatasan intake cairan
1) Monitor TTV
2) Monitor tnda-tanda dehidrasi
3) Ukur intake dan output
4) Kaji tanda-tanda syok
5) Kolaborasi pemberian cairan IV
 

c. Hipotermi berh
berhubungan
ubungan dengan lingkungan OK, efek anastesi
1) Ukur suhu klien
2) Beri selimut tebal
3) Pasang pemanas
4) Kolaborasi dengan dokter 
 

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk 


 perencanaan dan pendokumentasian
pendokumentasian pas
pasien,
ien, ed.3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal 
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1.
1. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7 . Jakarta:
EGC.

http://www.scribd.com/doc/58732440/ASKEP-PERIOPERATIF 

www.elearning.unej.ac.id 

Anda mungkin juga menyukai