Anda di halaman 1dari 18

Ketentuan yang mengatur :

 Pasal 22 UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan


 Peraturan Menteri Keuangan No. 253/PMK.03/2008
 Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.010/2015
 Peraturan Menteri Keuangan No. 34/PMK.010/2017
 Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.010/2018
 Surat Edaran Dirjend Pajak No. SE-02/PJ/2013
 Peraturan Dirjen Pajak No. Per-57/PJ/2010
 Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-92/PJ/2010
 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 13/PJ/2009
Merupakan pajak yang dipungut atas:

•Aktivitas pembayaran atas penyerahan


barang bagi institusi pemerintah & Badan
tertentu
•Aktivitas impor barang.
•Aktivitas penjualan atau pembelian
barang di industri tertentu.
•Aktivitas penjualan barang sangat
mewah.

3
1. Bank Devisa dan Dirjen Bea & Cukai, atas impor barang
2. Bendaharawan pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran di tingkat
Pemerintah Pusat maupun Daerah
3. Bendahara Pengeluaran atas pembelian barang dengan mekanisme Uang
Persediaan (UP)
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, kertas,
baja, otomotif, dan farmasi atas penjualan hasil produksinya kepada
distributor dalam negeri.
5. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan
7. Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong
sangat mewah
8. Badan Usaha Milik Negara yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melaluipenyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
9. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor
10. Bada usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batu bara,
mineral logam dan mineral bukan logam
11. Badan usaha yang melakukan penjualan emas batangan
1. Impor barang
2. Ekspor komoditas tambang batu bara, mineral logam dan mineral
bukan logam
3. Pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara pemerintah
dan Kuasa Pengguna Anggaran
4. Pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara pengeluaran
dengan mekanisme uang persediaan
5. Pembayaran atas pembelian barang oleh badan usaha (BUMN)
6. Penjualan BBM, Gas dan Pelumas
7. Penjualan hasil produksi di dalam negeri berupa baja, otomotif,
kertas, semen, Obat
8. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
9. Pembelian bahan-bahan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan dan perikanan dari pedagang pengumpul untuk
keperluan industri dan eksportir
10. Pembelian batu bara, mineral logam dan mineral bukan logam
11. Penjualan emas batangan
12. penjualan barang yang tergolong sangat mewah
PMK Nomor 110/PMK.010/2018

No. Objek Pemungut Tarif DPP Final / Tidak


Final
1. Impor Bank Devisa dan 10% dari nilai impor (atas barang tertentu
Direktorat Jenderal sebagaimana dalam lampiran I)
Bea dan Cukai
7,5% dari nilai impor (atas barang tertentu lainnya
sebagaimana dalam lampiran II)

2,5% dari nilai impor (selain dalam lampiran I & II


bagi importir yang ber-API)
Tidak Final
0,5% dari nilai impor (Impor kedelai, gandum &
tepung terigu yang memiliki API)

7,5% dari nilai impor (selain dalam lampiran I & II


bagi importir yang tidak ber-API)

7,5% (harga jual lelang)


PMK Nomor 110/PMK.010/2018
No. Objek Pemungut Tarif DPP Final / Tidak
Final

2. Ekspor Komoditas Bank Devisa dan 1,5% dari nilai ekspor sebagaimana tercantum Tidak Final
Tambang batubara, Direktorat Jenderal dalam Pemberitahuan Ekspor Barang
mineral, logam Bea dan Cukai
(sebagaimana tercantum
dalam lampiran III)

3. Pembelian barang Bendahara 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Tidak Final
oleh Bendaharawan Pemerintah dan Pertambahan Nilai (PPN)
Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA)

Bahan Bakar
Minyak

4. Penjualan bahan bakar Produsen bahan 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk Final / Tidak
minyak, bahan bakar bakar minyak & penjualan kepada stasiun pengisian bahan Final
gas, dan pelumas oleh Bank Devisa bakar umum Pertamina
produsen atau importir
bahan bakar minyak, 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk Final / Tidak
bahan bakar gas, dan penjualan kepada stasiun pengisian bahan Final
pelumas bakar umum bukan Pertamina

0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN untuk Final / Tidak


penjualan kepada pihak selain sebagaimana Final
dimaksud pada huruf a) dan huruf b)
PMK Nomor 110/PMK.010/2018
No. Objek Pemungut Tarif DPP Final / Tidak
Final
Bahan Bakar Gas

Penjualan bahan bakar Produsen bahan 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN Final / Tidak
minyak, bahan bakar bakar minyak & Final
gas, dan pelumas oleh Bank Devisa
produsen atau importir Pelumas
bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN Final / Tidak
pelumas Final

5. Atas penjualan hasil Industri yang Semen = 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN
produksi kepada bersangkutan
distributor di dalam Kertas = 0,1% dari penjualan tidak termasuk PPN
negeri oleh badan
usaha industri semen, Baja = 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN Tidak Final
industri kertas, industri
baja, industri otomotif Otomotif = 0,45% dari penjualan tidak termasuk PPN
dan industri farmasi
Farmasi = 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN

6. Atas penjualan Produsen &


kendaraan bermotor Pemegang ATPM 0,45% dari penjualan tidak termasuk PPN Tidak Final
didalam negeri oleh & APM
ATPM, APM, dan
importir umum
kendaraan bermotor
PMK Nomor 110/PMK.010/2018
No. Objek Pemungut Tarif DPP Final /
Tidak
Final
7. Pembelian bahan untuk keperluan Industri / 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN Tidak
industri/exportir yangbergerak Exportir yang Final
dalam bidang : kehutanan, bersangkutan
perkebunan, pertanian, peternakan
dan perikanan

Atas pembelian batubara, mineral Pembeli batu


8. logam, dan mineral bukan logam. bara dan bahan 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN Tidak
Dari badan atau orang pribadi mineral Final
pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri atau
badan usaha

Atas penjualan emas batangan Produsen 0,45% dari harga jual emas batangan Tidak
9. oleh produsen emas batangan emasnya Final

10. Atas Penjualan Barang yang Penjual barang 5% dari harga Jual (tidak termasuk PPN dan Tidak
tergolong sangat mewah oleh yang tergolong PPnBM) Final
wajib pajak badan sangat mewah
(Nomor 90/PMK.03/2015)
1. PPh Pasal 22 atas pembelian barang

obyek = atas pembelian barang oleh pemerintah


minimal Rp. 2.000.000
PPh Ps. 22 = 1,5 % x harga pembelian tanpa PPN

Contoh : Dinas Pendidikan Kota Tegal membeli


peralatan kantor seharga 11.000.000 (termasuk
PPN 10%). Berapa PPh Pasal 22 yang dipungut ?
DPP = (100% : 110%) x 11.000.000 = 10.000.000
PPh Pasal 22 = 1,5% x 10.000.000 = 150.000
PPh Pasal 22 = Tarif PPh 22 Impor x Nilai Impor

Nilai Impor merupakan nilai yang menjadi dasar


penghitungan Bea Masuk.

Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Pungutan Lain yang sah


CIF terdiri dari :
Cost = Harga Barang
Insurance = Biaya Asuransi
Freight = Biaya Angkut
Obyek : atas pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul yang dilakukan oleh industri
atau eksportir yang bergerak di sektor
perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
perikanan
PPh Pasal 22 = 0,25 % x Harga Pembelian tanpa PPN
Objek Barang Mewah meliputi :
• pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20.000.000.000
• kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 10.000.000.000
• rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan luas
bangunan lebih dari 500m2
• apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga
jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih dari
400m2
• kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang
kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility
vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan
sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp5.000.000.000,00 dan dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc.
PPh Pasal 22 = 5% x Harga Penjualan Tanpa PPN dan PPnBM
obyek :
 Pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya minimal Rp
10.000.000
PPh Pasal 22 = 1,5 % x harga pembelian tanpa PPN
a. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan tidak terutang PPh
b. Impor yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau PPN
(dilaksanakan oleh Ditjen Bea dan Cukai sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku) :
1. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia asas timbal-balik (reciprocal)
2. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan
terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia.
3. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,
atau kebudayaan
4. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain
semacam itu yang terbuka untuk umum.
5. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
6. barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang
cacat lainnya.
7. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.
8. barang pindahan
9. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut,
pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah
tertentu sesuai ketentuan perundang-undangan pabean.
10. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum.
11. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk
suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara.
12. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan
barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara.
13. vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan
Imunisasi Nasional (PIN)
14. buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran
agama
15. kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau,
dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal
tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan
sukucadang serta alat keselamatan pelayaran atau
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan
Penankapan Ikan Nasional.
16. pesawat udara dan sukucadang serta alat keselamatan
penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan
untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional.
17. kereta api dan sukucadang serta peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan serta prasarana yg. diimpor dan
digunakan oleh PT KAI.
18. peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas
daRn foto udara wilayah R.I. yang dilakukan oleh TNI.
c. Dalam hal impor sementara, jika pada waktu impornya
nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali
(dilaksanakan oleh Ditjen Bea dan Cukai sesuai ketentuan
perundang- undangan yang berlaku).
d. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,-
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
e. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air
minum/PDAM, dan benda-benda pos
f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan
barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor
g. pembayaran/pencairan dana JPS (Jaring Pengaman Sosial)
oleh KPKN
h. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang
telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas
yang sama, atau barang-barang yang telah diekspor
untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian telah
memenuhi syarat yg.ditentukan Ditjen Bea dan Cukai
i. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh
BULOG

Anda mungkin juga menyukai