DISUSUN OLEH:
NAMA KELOMPOK:
2. Pisau
3. Timbangan
4. Wadah
Wortel
2. Timun
3. Wortel
4. Kentang
4.2 Pembahasan
Pengupasan kulit merupakan kegiatan penting dalam menyiapkan berbagai jenis
sayuran dan buah-buahan yang akan diolah. Pengupasan kulit harus dilakukan dengan
sempurna karena dapat mempengaruhi penampakan produk dan kebersihan bahan. Di
sisi lain, pengupasan harus dilakukan seefisien mungkin untuk menekan kehilahan
bahan saat proses pengupasan. Pada praktikum ini, membahas mengenai pembersihan
dan pengupasan dari hasil panen hortikultura. Sampel yang digunakan pada
praktikum yaitu buah pir, timun, wortel dan kentang. Proses pembersihan dan
pengupasan menggunakan dua alat yang berbeda seperti pisau sebagai pembersih
manual dan alat pengupas lainnya untuk melihat perbandinga hasil akhir yang
didapat.
Hasil pengamatan dari praktikum ini terdapat perbedaan hasil pembersihan dan
pengupasan dari sampel yang digunakan. Sampel yang dibersihkan dan dikupas
menggunakan pisau mendapatkan persentasi jumlah kulit lebih kecil jika
dibandingkan dengan menggunakan alat pengupas lainnya. Namun, pada buah pir
mendapatan hasil pengamatan yang sebaliknya atau tidak sejalan dengan sampel
lainnya. Pesentase kulit dari buah pir yakni 6,6% menggunakan peeler dan 7,8 %
menggunakan pisau. Jika diamati dari presentasi sampel tanpa kulit, presentasi
yang didapat saat menggunakan peeler lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan pisau. Pesentase sampel tanpa kulit dengan menggunakan pisau
pada buah pir sebesar 91,7%, timun 91,6%, wortwl 90,1 % dan kentang 91,7%,
sedangkan presentase sampel tanpa kulit menggunakan peeler buah pir
mendapatkan presentase sebesar 92,5%, timun 90,2%, wortel 89,8% dan
kentang sebesar 90,7%.
Pengupasan sampel yang efektif dan efisien adalah menggunakan peeler, waktu
yang dibutuhkan untuk mengupas sampel tidak begitu lama, susut bobot yang didapat
lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan pisau. Hal ini dipengaruhi oleh
tekanan yang diberikan pada saat pengupasan dilakukan, semakin besar tekanan yang
diberikana maka semakin tebal kulit dari sampel yang didapatkan. Namun pada
sampel pir susut bobot yang didapat saat menggunakan peerler lebih besar jika
dibandingkan saat menggunakan pisau. Jika dilihat dari keseluruhan aspek
penggunaan dengan peeler lebih efisien dibandingkan menggunakan pisau. Hal ini
dapat dilihat dari hasil irisan menggunakan peeler lebih tipis dan seragam sedangkan
hasil irisan menggunakan pisau kurang tipis dan juga tidak seragam. Waktu yang
diperlukan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan pisau. Namun, kelemahan
dari alau peeler ini tidak dapat menjangkau permukaan yang tidak rata, seperti
terdapat lubang pada sampel yang harus dibersihkan dan dihilangkan
BAB V
KESIMPULAN