PEMBELAJARAN
2021
BIMBINGAN
DAN
KONSELING
PADA PROFESI KEPENDIDIKAN
Ditujukan sebagai materi pokok pembelajaran program studi pendidikan bahasa
inggris, pendidikan bahasa indonesia, pendidikan matematika, pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan akuntansi dan pendidikan guru sekolah dasar.
Gusman Lesmana, S.Pd., M.Pd.
Contents
Bab 5. Prinsip Pendidikan dan Pembelajaran dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling 64
Kompetensi Dasar :
1. Mahasiswa dapat memahami Esensi Bimbingan dan Konseling
2. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal.
3. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, dan khusus
4. Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar
dan menengah, serta tinggi.
2
perjalanannya, mulai tahun 1975, secara legal formal program bimbingan dan
konseling masuk ke dalam kurikulum sekolah, dan hingga saat ini, program
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan
di sekolah.
Istilah bimbingan oleh Romlah (2006) dimaknai sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu/peserta didik secara berkelanjutan dan sistimatis,
agar dapat memahami diri dan lingkungannya, dapat mengarahkan diri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat mengembangkan diri secara
optimal untuk kesejahteraan diri dan kesejahteraan masyarakat. Dalam
Permendikbud nomor 111/2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah disebutkan bahwa Bimbingan
dan Konseling sebagai bagian integral dari program pendidikan, merupakan
upaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka mencapai
perkembangan yang utuh dan optimal. Layanan Bimbingan dan Konseling
dipandang sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta
terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan,
mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab
sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling pada jalur pendidikan formal merupakan proses memfasilitasi
perkembangan peserta didik/ siswa pada jalur pendidikan formal, yang
diprogram secara sistimasis, obyektif, logis dan berkelanjutan. Program
bimbingan dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam mencapai
kemandirian dalam wujud kemampuan memahami diri dan lingkungannya,
4
Perkembangan
Pembelajaran Bidang Optimal Setiap
Bidang Pengajaran Studi Individu (Peserta
Didik)
lingkungan.
mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh dan optimal.
rumusan tujuan bimbingan tersebut di atas, tampak ada yang sama dan ada
yang berbeda. Aspek yang berbeda di antara dua sumber tersebut bisa saling
dan konseling secara khusus bertujuan untuk membantu konseli agar dapat
(SKKPD) yang dirumuskan mulai dari Satuan Pendidikan SD, SLTP, SLTA
Hidup Religius; (2) Landasan Perilaku Etis; (3) Kematangan Emosi; (4)
Formal
Fungsi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal yang juga bisa
lebih baik terhadap diri dan lingkungannya, baik pada aspek pendidikan,
konstruktif.
dan karir masa depan, termasuk juga memilih program peminatan, yang
kepribadiannya.
8
satuan pendidikan staf administrasi, dan guru mata pelajaran atau guru
didik/konseli.
supaya memiliki pola fikir yang rasional dan memiliki perasaan yang
Pendidikan Formal
a. Layanan Dasar
jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri
dalam kehidupannya.
individual.
untuk membantu konseli agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan
analisis data dan penetapan peminatan peserta didik); (3) layanan lintas
aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Secara rinci cakupan fokus
c. Layanan Responsif
tingkat yang lebih serius. Hasil dari layanan ini, konseli diharapkan dapat
d. Dukungan Sistem
Pendidikan Formal
sebagainya.
hal yang terkait dengan bidang pribadi, sosial, belajar maupun karir,
sebagainya.
bidang studi tertentu dan lain sebagainya. Pihak yang direferal, sesuai
konseli, seperti konsultasi dengan guru bidang studi atau wali kelas,
masalah konseli
kelas. Pelibatan guru mata pelajaran atau wali kelas tidak sebatas
dibimbing oleh guru bidang studi yang sesuai. Dalam hal ini maka
orang tua konseli, wali kelas ataupun beberapa guru bidang studi yang
terkait.
rumah konseli, dan memperoleh data dari orang tua konseli atau orang
Perencanaan Individual
maupun non tes); (3) layanan lintas minat;(4) layanan pendalaman minat;
26
bidang yang dipilih, maka konseli perlu mendapat arahan semenjak usia
pendidikan formal.
memperoleh
(2) aktif dalam pertemuan MGBK dan atau asosiasi/ orgasisasi profesi
yang sedang diangkat kasusnya, seperti orang tua konseli, wali kelas
rumah konseli, dan memperoleh data dari orang tua konseli atau orang
diadakan perbaikan.
dari kegiatan evaluasi yang akan dilaksanakan. Paling tidak ada dua hal,
yaitu (1) tingkat keterlaksanaan program (evaluasi proses) dan (2) tingkat
bentuk pelaporannya.
dianalisis, ditelaah program apa saja yang telah terlaksana dan mana
yang belum terlaksana, tujuan mana yang telah tercapai dan mana yang
selanjutnya. Tindak lanjut dari hasil evaluasi bisa dalam bentuk (1)
kembali pada tahun berikutnya, ataukah perlu ada perbaikan sehingga bisa
Conclusions
1. Pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan penting
untuk dilakukan.
2. Pelayanan bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk mencapai
tugas perkembangan.
3. Karakteristik perkembangan untuk masing-masing jenjang adalah berbeda,
Dasar hukum ini tentang guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru
bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi
dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling
sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih
satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) Beban
kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh
tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada
satu atau lebih satuan pendidikan.
1. Landasan filosofis
Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani : philos berarti cinta
dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Lebih luas kamus Webster New Universal memberikan
pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang
didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip
atau hokum-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari
semua pengetahuan dan kenyataan termasuk kedalamnya studi tentang
estetika, etika, logika, metafisika dan lain sebagainya.
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan
dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap
kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara logis, etis maupun estetis.
53
a. Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor
Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph,
dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan
tentang hakikat manusia sebagai berikut :
1) Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2) Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang
ada pada dirinya.
3) Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4) Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan
hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan
atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
5) Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus
dikaji secara mendalam.
6) Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan
manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya
sendiri.
7) Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan
kehidupannya sendiri.
8) Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
54
9) Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam
suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi
sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2. Landasan Religius
Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan
pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam
adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan dan
perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan
dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang
memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak
boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya
bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada
hal-hal positif.
b. Sikap Keberagamaan. Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan
dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-
nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan
iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan
akhirat.
c. Peranan Agama. Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan
secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai
seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama
sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah,
memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.
56
3. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan
psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini
sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah
tingkah laku klien yang perlu di ubah atau dikembangkan apabila hendak
mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-
tujuan yang dikehendakinya.
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling, sejumlah aspek
psikologi yang perlu dikuasai oleh para pembimbing (konselor) meliputi:
a. Motif dan motifasi
b. Pembawaan dasar dan lingkungan
c. Perkembangan individu
d. Belajar, balikan dan penguatan
e. Kepribadian
4. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan artinya ketika
seseorang melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik, sebaliknya apabila seseorang melakukan praktik
pendidikan (mendidik) berarti ia sedang memberikan bimbingan.
Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya
berkaitan dengan : (1) pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia
dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2)
pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan (3)
pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan.
57
7. Landasan Yuridis-Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan
perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan
bimbingan dan konseling, yang bersumber dari Undang-Undang Dasar,
Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri serta
berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
a. Kurikulum 1975. Tiga jenis layanan pada jalur pendidikan formal, yaitu :
1) Layanan Manajemen dan supervise
2) Layanan pembelajaran
3) Layanan bimbingan dan penyuluhan
b. UU No. 2 tahun 1989, Bab X Pasal 1 Ayat 1. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
c. PP No. 28 dan 29 tahun 1990, Bab X Pasal 25 Ayat 1 dan 2. Bimbingan
adalah bantuan kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dilakukan oleh
Guru Pembimbing.
d. Keputusan Men PAN No. 84 tahun 1993. Tentang jabatan fungsional
guru dan angka kreditnya, tugas pokok guru pembimbing adalah
menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
63
lainnya. Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata
yaitu “bimbingan” (Guidance) dan “konseling” (Counseling). Meskipun
demikian sebenarnya dalam pelaksanaannya disekolah, bimbingan dan
konseling merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
keduanya merupakan bagian integral yang saling berkaitan. Maka demikian?
Hal ini disebabkan karena inti dari kegiatan bimbingan itu sebenarnya adalah
proses konseling, oleh sebab itu ada beberapa ahli menyebut bahwa konseling
adalah jantung proses bimbingan.
Tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh
dan mandiri, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapaiu
kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan aanggota masyarakat
selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling
semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disetiap sekolah. Hal ini
didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh koestoer
partowisastro (1982), sebagai berikut :
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua setelah rumah, dimana anak
dalam waktu sekian jam (kurang lebih 6 jam) hidupnya berada disekolah
2. Para siswa yang usianya relative lebih muda sangat membutuhkan
bimbingan baik dalam memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun
dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Menurut Lundquist dan Chelmy yang dikutip oleh (Belkin, 1981) kehadiran
konselor disekolah dapat meringankan tugas guru. Mereka menyatakan bahwa
konselor ternyata sangat membantu guru. Konselor dan guru merupakan suatu
tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan, keduanya sebenarnya
tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan karena keduanya berupaya
untuk membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal.
67
Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian
seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan
tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu
mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang
terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan
mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai
dengan kemampuan yang ada pada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak
semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka
memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap
dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat
diberikan oleh bimbingan dan konseling.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh
masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern. Persoalan-
persoalan yang timbul dalam masyarakat modern sangat kompleks. Makin
maju suatu masyarakat maka akan semakin kompleks persoalan-persoalan
yang dihadapi oleh anggota masyarakatnya.
Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus
dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media
dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi lingkungannya.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan
dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
75
1. Kompetensi Konselor
Cavanagh (1982) mengajukan tesis bahwa konselor dibentuk melalui tiga
kompetensi yaitu kepribadian, pengetahuan dan keterampilan. Aspek
kepribadian merupakan titik tumpu untuk menopang dua aspek yang lain
(pengetahuan dan keterampilan). Namun demikian ketiga aspek memiliki
keterkaitan yang bersifat reciprocal dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Secara umum mekanisme untuk meningkatkan kualitas konselor
dipersiapkan melalui jalur pendidikan formal. Jalur formal menjadi salah
satu media bagi calon konselor untuk mengembangkan kemampuan
keterampilan dan pengetahuan dengan teori dan konsep. Realitas
menunjukkan bahwa sikap dan volunteerism (filantropi) konselor memiliki
derajat yang tinggi dalam membentuk kepribadian sebagai seorang helper.
Kecakapan konselor juga didukung oleh karakteristik konselor yang efektif
untuk menghadapi tantangan di masa mendatang yaitu, konselor yang
terbuka terhadap perubahan.
Seiring dengan perubahan pola dalam masyarakat, konselor dituntut peka
dalam memahami isu-isu dan perubahan social. Konselor diharapkan dapat
mengapresiasi terhadap pengaruh-pengaruh budaya. Dalam Naskah
Akademik kompetensi calon konselor meliputi kemampuan (a) memahami
konseli yang hendak dilayani, (b) menguasai khasanah teoretik, konteks,
asas, dan prosedur serta sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling, (c) menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (d) mengembangkan
profesionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan yang dilandasi sikap,
nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Menurut Dahir dan
Stone (2009) telah terjadi perubahan paradigma di dalam bimbingan dan
79
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, R.L. dan Mitchell, M.H. 2001. Bimbingan dan Konseling. Alih
Bahasa oleh Yudi Santoso dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irman, M. & Wiyani, N.A. 2014. Bimbingan dan Konseling: Teori dan
Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Miller, G. (2003). Incorporating Spirituality in Counseling and Psychotherapy
: Theory and Technique. Canada. John Wiley & Sons, Inc.