Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah : ASUHAN PADA KASUS KOMPLEKS

Dosen : Rahayu Eryanti, S.ST.,M.Keb

MAKALAH
“KASUS- KASUS GINEKOLOGI”

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 2

Rima Amelya (A1A221 009)


Wahidah (A1 A221 011)
Orpa Limbong Sarira (A1 A221 012)
Rami Usman (A1A221 013)
Andi Nurhayani (A1A221 014)
Sry Ayu Anisa (A1A221 015)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah dengan judul “KASUS- KASUS GENEKOLOGI” ini dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Asuhan

Pada Kasus Kompleks. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah

pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Makassar, 10 April 2022  

Penulis

DAFTAR ISI

i
BAB I

PENDAHULUAN

ii
A. LATAR BELAKANG

B. MANFAAT PENULISAN

C. TUJUAN PENULISAN

iii
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

Pendarahan yang terjual pula keluamilan kurang dari 22 mingu Perdarahan

wua terjadi akibat adanya aburtus spontan, kehamilan ektopik terganggu

atau mola hidatidosa. Abortus spontan salah penghentian kehamilan

sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 21 minggu) abortus

secara klinis dibagi menjadi:

1. Abortus imminens

2. Abortus insipiens

3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)

4. Missed abortion

5. Abortus komplit (seluruh hasel konsepsi telah dikeluarkan)

6. Abotrtus Infeksiosus atau Abortus Septik


7. Abortus Habitualis

Diagnosis

Jika ditemukan abortus, kenali dan segera tangani komplikasi yang ada.

Penanganan Umum

a. Lakukan penilaian secara cepat tentang keadaan umum pasien

b. Periksa tanda-tanda syok

c. Jika curiga terjadi syok, segera mulai penanganan syok

5
d. Bila pasien dalam keadaan syok, pikirkan kemungkinan kehamilan

ektopik terganggu.

Pasang infus dengan infus jarum besar (16 G atau lebih besar), berikan

larutan garam fisiologikatau Ringer lactat dengan tetesan cepat.

Penanganan Khusus

Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya

tanda-/tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus. Dan

lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat

lokal, atau bahan lainnya.

1. Diagnosis abomis iminens (threatened abortion);

Abortus imminens merupakan abortus pada tingkat permulaan dimana

bayi masih hidup di dalam uterus ibu dan merupakan ancaman

terjadinya keguguran. Abortus imminens merupakan abortus pada

tingkat permulaan dimana bayi masih hasil konsepsi telah sepenuhnya

keluarmsehingga tidak menimbulkan gangguan atau ancaman yang

membahayakan jiwa ibu. Jika diperlukan, bidan hanya memberikan

obat roboransia (multivitamin) untuk memperbaiki keadaan umum ibu.

Bila terjadi perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan,

biasanya disertai nyeri perut atau punggung bawah. Gejala awal adalah

perdarahan berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari kemudian

terjadi nyeri kram perut. Pada pemeriksan dalam vagina: didapatkan

fluksus, ostium uteri eksternum masih menutup. Pada pemeriksaan

6
USG kondisi janin masih baik, ada gerakan janin maupun gerakan

jantung janin.

a. Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis dari abortus imminens, yaitu:

1) perdarahan pervaginam (bercak hingga sedang);

2) perut terasa sedikitmulas;

3) pada pemeriksaan luar TFU (Tinggi Fundus Uteri) masih sesuai

dengan usia kehamilan;

4) pada pemeriksaan dalam serviks (ostium uteri) masih tertutup;

dan/atau

5) pada pemeriksaan tes kehamilan urine masih menunjukkan

hasil positif.

Penanganan

a) Tidak perlu terapi khusus, cukup tirah baring total

b) Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau berhubungan

Seksual

c) Jika perdarahan berlanjut konfirmasi dengan pemeriksaan

USG, apakah kehamilannya bisa lanjut atau ada kehamilan

mola.

d) Dapa diberikan obat-obatan progesterone

Penatalaksanaan

Apabila ada tanda dan gejala klinis yang menunjukkan ibu

mengalami abortus imminens, maka kehamilan ibu masih dapat

7
dipertahankan dan ada harapan bahwa kehamilan masih

berlangsung terus. Adapun penatalak-sanaan yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Ibu dianjurkan untuk melakukan tirah baring sampai

perdarahan pervaginam berhenti dan nyeri perut telah hilang.

2) Berikan obat-obatan hormonal yang mengandung progresteron

untuk menguatkan kandungan ibu.

3) Berikan obat spasmolitik untuk meredakan kontraksi (nyeri)

perut yang dialami ibu.

4) Ibu dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual

selama 2 minggu atau selama trimester pertama kehamilan.

2. Abortus Insipiens

Abortus insipiens (inevitable abortion) adalah abortus spontan yang

sedang berlangsung, dengan adanya kontraksi un us yang terus

menerus mengakibatkan ibu kesakitan, tanpa disertai keluarnya hasil

konsepsi. Apabila kontraksi uterus berlangsung terus mengakibatkan

keluarnya hasil konsepsi (abortus inkompletus). Abortus insipiens

merupakan abortus yang sedang mengancam dimana kehamilan tidak

dapat dipertahankan lagi dan akan berkembang pada abortus completes

abortus incompletes.

8
Pemeriksaan Ginekologi:

Pada pemeriksaan dalam vagina: Terdapat fluksus, ostium uteri

eksternum membuka terabakulit ketuban, korpus uteri sesuai usia

kehamilan.

Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis dari abortus insipiens, yaitu:

1) perdarahan pervaginam (sedang hingga banyak) dan kadang keluar

gumpalan darah;

2) perut terasa sangat mulas karena kontraksi uterus yang sering dan

kuat;

3) pada pemeriksaan luar TFU sesuai dengan usia kehamilan;

4) pada pemeriksaan dalam serviks membuka;

5) pada pemeriksaan tes urine masih menunjukkan hasil positif; dan

6) Gerak janin masih dapat dirasakan dan DJJ (Denyut Jantung Janin)

masih dapat terdengar meskipun mungkin sudah mulai tidak normal.

Penanganan

Dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dengan pemberian oksitosin drip

atau misoprosto l400 mcg per oral diulang sesudah 4 jam bila perlu.

Setelah sebagian hasil konsepsi keluar dilakukan kuretase.

Penatalaksanaan

Pada abortus insipiens meskipun janin masih berada di dalam uterus,

kehamilan tidak lagi dapat dipertahankan karena pasti akan berkembang

9
menjadi abortus completus. Adapun tindakan yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Perbaiki keadaan umum ibu.

2) Berikan cairan infus.

3) Berikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

4) Berikan uterotonika untuk merangsang kontraksi uterus agar hasil

konsepsi dapat dikeluarkan secara spontan, apabila cara tersebut

tidak berhasil maka lakukan

3. Abortus Inkompletus

Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan

plasenta biasanya keluar bersama-sama. Bila kehamilan lebih besar

akan terjadi sisa kehamilan. Perdarahan pervaginam adalah gejala

awal, bila jaringan plasenta tertahan perlu dilakukan tindakan digital

atau kuretase. Bila perdarahan banyak bis" terjadi syok hipovolemik.

Abortus incompletus merupakan kebalikan dari abortus completus,

dimana hasil konsepsi tidak keluar seluruhnya dari cavum uteri pada

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram sehingga menimbulkan perdarahan pada ibu. Perdarahan ini akan

terus terjadi selama sisa hasil konsepsim (baik janin maupun plasenta)

belum keluarseluruhnya dari cavum uteri sehingga bisa menyebabkan

ibu jatuh dalam keadaan syok haemorrhagic dan anemia, hal inilah

yang dapat mengancam jiwa ibu jika tidak segera ditangani

Tanda dan Gejala Klinis

10
Tanda dan gejala klinis dari abortus incompletus, yaitu:

a. perdarahan sedikit, sedang, hingga banyak, tergantung dari

seberapa banyak sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam

uterus. Semakin banyak sisa hasil konsepsi yang masih tertahan

di dalam cavum uteri, maka semakin banyak pula perdarahan

yang terjadi;

b. nyeri perut ringan, sedang, hingga berat, tergantung dari seberapa

banyak sisa hasil sepsi yang tertinggal di dalam uterus. Semakin

banyak sisa hasil konsepsi yang masih tertahan di dalam cavum

uteri, maka semakin tinggi pula tingkat nyeri uterus yang terjadi;

pada pemeriksaan luar TFU lebih kecil dari usia kehamilan;

pada pemeriksaan dalam serviks masih terbuka dan teraba

jaringan dalam cavum uteri

Pemeriksaan Ginekologi:

Pada pemeriksaan dalam vagina atau inspekulo: didapatkan fluksus,

ostium uteri membuka teraba/terdapat jaringan. Korpus uteri lebih

kecil usia kehamilan

Penanganan

a) Perbaiki keadaan umum terlebih dahulu bila terjadi syok

hipovolemik dengan pemberiancairan infuse RL atau Naci.

b) Periksa kadar Hb, untuk persiapan transfusi darah bila

diperlukan

11
c) Bila terjadi perdarahan yang banyak segera dilakukan tindakan

kuretase untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi sekaligus

menghentikan perdarahan.

d) Injeksi methyl ergometrin 0,2 mg IM/IV

4. Missed abortion

Definisi

Missed abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus

telah meninggal di dalam kandungan akan tetapi hasil konsepsi (baik

embrio maupun plasenta) seluruhnya masih tertahan di dalam cavum

uteri.

Tanda dan Gejala Klinis

Pada kasus missed abortion, ibu justru tidak mengalami keluhan

apapun, baik perdarahan maupun nyeri perut. Ibu hanya merasakan

bahwa perutnya semakin mengecil dan tanda-tanda kehamilan

sekunder pada payudara menghilang. Kasus missed abortion kadang-

kadang diawali dengan kejadian abortus imminens yang sembuh, akan

tetapi kemudian kehamilan ibu tidak berkembang setelahnya. Pada

pemeriksaan tes urine akan menunjukkan hasil negatif setelah +7 hari

dari terhentinya perkembangan janin.

Pemeriksaan Ginekologi:

Pemeriksaan dalam vagina : terdapat fluksus, ostium uteri eksternum

menutup , korpus uteri lebih kecil dari usia kehamilan

Penatalaksanaan

12
Pada kasus missed abortion, tujuan utama tindakan yang dilakukan

adalah mengeluarkan hasil konsepsi yang seluruhnya masih ada di

dalam cavum uteri.

Adapun tatalaksana yang harus dilakukan oleh bidan dalam kasus

missed abortion adalah:

a. Apabila serviks terbuka, tindakan curettage dapat langsung

dilakukan.

b. Apabila serviks tertutup, dianjurkan untuk melakukan induksi

terlebih dahulu untuk merangsang kontraksi uterus dan merangsang

pembukaan serviks Tindakan induksi yang dapat dilakukan adalah

memberikan drip oksitosin 10 unit (dapat diulang hingga 50 unit)

dalam 500 cc dextrose 5% sebanyak 20 tetes permenit.

c. Jika induksi tersebut di atas tidak berhasil, maka ibu diistirahatkan

selama satu hari kemudian dilakukan induksi ulang. Induksi ini

dilakukan maksimal sebanyak 3 kali.

d. Berikan cairan infus.\Berikan antibiotik untuk mencegah terjadinya

infeksi.

e. Berikan uterotonika untuk merangsang kontraksi uterus agar hasil

konsepsi dapat dikeluarkan secara spontan, apabila cara tersebut

tidak berhasil maka lakukan rujukan untuk mengeluarkan hasil

konsepsi dengan AVM (Aspirasi Vacum Manual) atau curettage.

5. Abortus komplit (seluruh hasel konsepsi telah dikeluarkan)

13
Pada keadaan ini semuia hasil konsepsi telah dikeluarkan, perdarahan

sedikit dan kadang berhenti. Abortus Kompleks merupakan abortus

lengkap dimana seluruh hasil konsepsi telah keluar dari covum  uteri

Pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram Abortus completus merupakan abortus lengkap dimana

seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis abortus completus, yaitu:

a. perdarahan sedikit karena seluruh hasil konsepsi telah keluar;

b. perut terasa sedikit nyeri karena kontraksi uterus telah berkurang;

c. pada pemeriksaan luar TFU lebih kecil daripada usia kehamilan;

d. pada pemeriksaan dalam serviks telah menutup;

e. pada pemeriksaan tes urine hasilnya masih menunjukkan positif

hingga 7-10 hari pasca abortus

Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan dalam vagina: Fluksus sedikit atau tidak ditemukan,

ostium uteri menutup, korpusuteri lebih kecil dari usia kehamilan.

Penatalaksanaan

Ibu dengan diagnosa abortus Kompleks tidak memerlukan

penanganan khusus karena Hasil konsepsi telah sepenuhnya keluar

14
sehingga tidak menimbulkan gangguan ancaman yang membahayakan

jiwa ibu.  jika diperlukan bidan hanya memberikan obat roboransia

atau multivitamin untuk memperbaiki keadaan umum ibu. Ibu dengan

diagnosa abortus completes tidak penanganan karena hasil konsepsi

telah sepenuhnya keluar sehingga tidak menimbulkan gangguan atau

ancaman yang membahayakan jiwa ibu. Jika diperlukan, bidan hanya

memberikan obat roboransia (multivitamin) untuk memperbaiki

keadaan umum ibu.

6. Abortus Infeksiosus atau Abortus Septik

a. Definisi

Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai dengan infeksi

pada alt geniatal, sedangkan abortus septik adalah abortus yang

disertai dengan penyebaran infeksi pada peritoneum dan/atau

pembuluh darah. Abortus infeksiosus dan abortus septic adalah

komplikasi abortus yang paling sering terjadi, apalagi jika selama

Tindakan penanganan abortus tidak memperhatikan teknik septik

dan aseptik.

b. Tanda dan Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis dari abortus infeksiosus, yaitu: panas

tinggi, perdarahan pervaginam yang berbau, takikardia, ibu tampak

sakit dan lelah, uterus membesar dan teraba lembut disertai nyeri

tekan, Bila sampai terjadi sepsis dan syok (abortus septik) maka

ibu akan mengalami panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun,

15
dan tampak lelah. Pada pemeriksaan laboratorium, baik abortus

infeksiousus maupun abortus septik, menunjukkan hasil kadar

leukosit yang tinggi.

c. Penatalaksanaan

Pengelolaan infeksiousus dan ibu dengan abortus abortus septik

adalah

1) pemberian cairan infus dan antibiotika yang adekuat, selain itu

juga dibarengi dengan pemberian uterotonika.

2) Curretage dilakukan setelah keadaan ibu membaik minimal 6

jam setelah pemberian antibiotika. Pemberian antibiotika

dianiutkan hingga 2 hari setelah ibu

3) Jika induksi tersebut di atas tidak berhasil, maka ibu

diistirahatkan selama satu harikemudian dilakukan induksi

ulang. Induksi ini dilakukan maksimal sebanyak 3 kali.

4) Jika hasil konsepsi telah keluar dengan dilakukannya induksi

tersebut, maka tindakan dilanjutkan dengan melakukan

curettage oleh dokter obgyn untuk membersihkan sisa hasil

konsepsi dalam cavum uteri untuk memastikan tidak ada yang

tertinggal.

7. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi

sebanyak 3 kali atau lebih secara berturut-turut tanpa penyebab yang

jelas. Pada umumnya abortus habitualis terjadi karena inkompetensia

16
serviks, yaitu suatu keadaan dimana serviks tidak dapat menahan

beban untuk tetap menutup selama kehamilan, terutama Ketika

kehamilan melewati trimester pertama, sehingga serviks yang

membuka ini (inkompeten) menyebabkan terjadinya pengeluaran hasil

konsepsi.

Penatalaksanaan abortus habitualis dilakukan sesuai dengan

penyebabnya. Apabila penyebabnya dicurigai karena adanya

inkompetensia serviks, maka tindakan yang dilakukan adalah

melakukan fiksasi pada serviks agar dapat menahan beban kehamilan

dengan berkembangnya kehamilan. Operasi dilakukan oleh dokter

obgyn pada kehamilan 12-14 minggu.

B. KEHAMILAN POSTTERM / POSTMATURE / SEROTINUS

Pada umumnya kehamilan berlangsung 40 minggu atau 280 hari yang

dihitung dari HPHT. Periode terjadinya persalinan normal adalah apabila

persalinan terjadi pada saat usia kehamilan antara 37 - 42 minggu (aterm).

Akan tetapi, sekitar 7% kehamilan dapat berlangsung lebih dari 42 hari,

inilah yang disebut postterm (Galal, 2012).

a. Definisi

Kehamilan postterm atau disebut juga dengan istilah kehamilan

postmature, serotinus, kehamilan lewat bulan, postdate, prolonged

pregnancy, atau extended pregnancy adalah kehamilan yang

berlangsung lebih dari 42 hari atau 249 hari yang dihitung dari HPHT.

b. Etiologi

17
Penyebab terjadinya kehamilan postdate hingga kini belum dapat

diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang mengemukakan

penyebab kejadian kehamilan postdate, namun semua teori tersebut

pada dasarnya mengarah bahwa untuk mencegah terjadinya persalinan

premature adalah:

1. Ibu dianjurkan untuk tirah baring dan memperhatikan rehidrasi

2. Pemberian obat-obatan tokolitik, meliputi:

3. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.

Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg

4. Salbutamol yang diberikan peroral 4 mg 2-4 kali/hari atau diberikan

perinfus 20-50 g/menit.

5. Magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral 4-6 gr/iv atau

pemberian bolus selama 20-30 menit infus 2-4gr/jam.

6. Namun apabila persalinan preterm tidak dapat dicegah, pimpinan

partus prematur harus dilakukan sebaik mungkin. Tujuan ialah

untuk menghindarikan trauma bagi anak yang masih lemah.

7. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana persalinan

prematur, yaitu:

8. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama, tetapi sebaiknya jangan

pula terlalu cepat.

9. Apabila selaput ketuban belum pecah, janganmemecahkan ketuban

sebelum pembukaan lengkap.

10. Lakukan episiotomy medisialis

18
11. Jika persalinan perlu diselesaikan segera, pilih forsep daripada

ekstraksi vacuum untuk membantu mengeluarkan bayi.

12. Gunting tali pusat secepat mungkin untuk menghindari terjadinya

icterus neonatorum yang berat.

13. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir

14. Berikan kortikosteroid 24 jam sebelum persalinan untuk

mematangkan paru janin.

c. Faktor Predisposisi

1. Kondisi-kondisi selama kehamilan yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya persalinan preterm adalah sebagai berikut:

2. Kondisi janin dan plasenta

3. Perdarahan pada trimester awal

4. Perdarahan antepartum karena adanya plasenta previa atau solusio

plasenta

5. Pertumbuhan janin terhambat atau IUGR (Intra Uterine Growth

Retardation)

6. Adanya cacat bawaan lahir

d. Tanda dan Gejala

1. Kejadian persalinan prematur ditandai dengan gejala sebagai

berikut:

2. nyeri punggung dan adanya rasa berat di panggul;

3. kejang uterus yang mirip dengan dismenorhea;

4. adanya perdarahan pervaginam;

19
5. adanya kontraksi uterus dan pembukaan serviks;

6. adanya ketuban pecah dini.

e. Diagnosis

Dalam menentukan diagnosis persalinan preterm sering terjadi

kesulitan karena kontraksi uterus yang terjadi belum tentu merupakan

ancaman persalinan preterm. Adapun beberapa kriteria yang dapat

menjadi acuan sebagai diagnosis dari persalinan preterm sebagai

berikut:

1. Terjadi pada usia kehamilan 20-37 minggu

2. Adanya perdarahan bercak

3. Tekanan pada daerah serviks

4. Adanya nyeri punggung bawah (low back pain)

5. Adanya kontraksi berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau

2-3 kali dalam waktu 10menit

6. Selaput ketuban pecah

7. Pada pemeriksaan luar ditemukan presentasi janin rendah

8. Pada pemeriksaan dalam menunjukkan telah terjadi pembukaan

serviks paling sedikitnya 2 cm dan terjadi penipisan serviks 50-

80%

f. Penatalaksanaan

Bidan mengusahakan agar persalinan prematur dapat dicegah, adapun

penanganan untuk mencegah terjadinya persalinan premature adalah:

20
1. Ibu dianjurkan untuk tirah baring dan memperhatikan rehidrasi

2. Pemberian obat-obatan tokolitik meliputi:

3. Kondisi janin dan plasenta

4. Perdarahan pada trimester awal

5. Perdarahan antepartum karena adanya plasenta previa atau solusio

plasenta

6. Pertumbuhan janin terhambat atau IUGR (Intra Uterine Growth

Retardation)

7. Adanya cacat bawaan lahir

8. Kehamilan ganda (gemeli)

9. Ketuban Pecah Dini (KPD)

10. Polihidraamnion (volume air ketuban lebih dari 2000 ml)

Kondisi uterus

1. Kelainan bentuk uterus/ serviks

2. Inkompetensi serviks

Kondisi ibu

1. Ibu yang menderita penyakit berat, misal jantung, kanker, dsb

2. Ibu yang menderita diabetes mellitus

3. Ibu yang memiliki kelainan imunologi/rhesus

4. Ibu yang menderita hipertensi

5. Ibu yang menderita preeklamsia

6. Ibu yang menderita infeksi saluran kemih/genital/intrauterine

7. Ibu yang mengalami stress psikologis

21
8. Ibu yang memakai narkotika

9. Ibu yang merupakan perokok berat

10. Ibu yang mengalami trauma, baik fisik maupun psikologis

11. Ibu yang memiliki riwayat persalinan preterm atau abortus

habitualis

g.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai