PERCOBAAN 3
DISTILASI BATCH
OLEH :
KELOMPOK XII (DUA BELAS)
NOOR KHUZAIMAH 1710814120017
RAFIQ HIDAYAT 1710814210011
MAURA AULIA DAUD 17100814320010
2020
ABSTRAK
Distilasi adalah operasi pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Setiap bahan kimia atau larutan akan menguap pada titik
didihnya, di mana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih dahulu menguap. Suatu larutan
biner secara teori akan lebih mudah menguap jika memiliki derajat volatilitas atau derajat pemisahan
yang besar.
Tujuan percobaan ini menentukan derajat pemisahan suatu campuran dan menentukan
karakteristik kolom, seperti jumlah tahap teoritik dan tinggi ekuivalen tahap teoritik HETP (Height
Equivalen to a Theoretical Plate). Pada percobaan ini, prosedur pertama yang dilakukan yaitu
membuat larutan campuran etanol 99,5% dan akuades dengan komposisi yang telah ditentukan dan
kemudian mengukur persentase kadar etanol masing-masing campuran dengan alat refraktometer.
Kemudian menentukan operasi total refluks dengan campuran biner 295 mL akuades dan 205 etanol
99,5%. Campuran biner dimasukkan ke dalam labu didih. Air dialirkan ke kondensor lalu hotplate
dinyalakan. Selama pemanasan, cairan diambil dari bottom dan distilat pada tetesan pertama dan
dimasukan kedalam gelas ukur. Sampel distilat dan bottom diukur suhu, volume dan kadar etanolnya.
Prosedur tersebut dihentikan apabila kadar etanol yang diperoleh dua sampel berturut-turut sama.
Volume terakhir pada bottom dan distilat diukur.
Hasil yang diperoleh derajat volatilitasnya adalah 12,0090. Dengan menggunakan metode Fenske
jumlah plate yang didapat adalah 0,3559 sedangkan nilai HETP 7,0249 m. Dengan Metode Mc Cabe
Thiele jumlah plate yang didapat adalah 7 dengan HETP 0,3571 m.
ii
PERCOBAAN 3
DISTIALSI BATCH
3.1 PENDAHULUAN
III-1
3.2 DASAR TEORI
III-2
III-3
y = ax/(j+(a-1)x) …(3.1)
R0 X0
Y n +1= Xn+ …(3.2)
R 0+ 1 X 0 +1
Sistem itu dapat dioperasikan untuk membuat komposisi puncak konstan dengan
meningkatkan rasio refluks bersamaan dengan perubahan komposisi zat cair di dalam
pendingin ulah. Diagram McCabe-Thiele dalam hal ini akan mempunyai berbagai
garis operasi dengan kemiringan yang berbeda-beda yang letaknya sedemikian rupa
sehingga jumlah tahap ideal yang diperlukan untuk perubahan Xd dan Xb selalu sama
(McCabe dkk, 1993).
HETP (Height Equivalen to a Theoritical Plate) merupakan ketinggian dari
suatu packing yang memberikan pemisahan yang sama dengan tahap kesetimbangan.
HETP untu ukuran dan tipe dari packing yang acak mendekati konstan dan tidak
tergantung pada sifat fisik sistem. Nilai HETP tersedia di literatur dan hanya valid
untuk distribusi cairan yang bagus dan penurunan tekanan yang wajar. Nilai HETP
untuk berbagai packing dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut (Thakore, 2007)
III-5
Setiap campuran azeotrop memiliki titik didih yang khas. Nilainya dapat lebih
tinggi (azeotrop positif) ataupun lebih rendah (azeotrop negatif) dari titik didih
komponen-komponennya. Campuran etanol-air merupakan campuran azeotrop
positif. Pada saat rasio etanol-air dalam campuran kurang lebih 95,6%-b dan 4,4%-b
maka akan terbentuk campuran azeotrop dengan titik didih azeotrop (78,15℃) lebih
rendah dari titik didih etanol (78,4℃) dan air (100℃) (Huang dkk, 2008).
Distlasi biasa tidak bisa digunakan untuk memisahkan campuran yang
membentuk titik azeotrop. Modifikasi distilasi bisa dilakukan dengan menambahkan
komponen lain yang dikenak dengan entrainer. Distilasi termodifikais dengan
penambahan entrainer ini dikenal dengan distilasi azeotropik heterogen dan distilasi
ekstraktif. Distlasi juga bisa dilakukan menggunakan dua kolom yang dioperasikan
pada tekanan berbeda. Hal ini bisa dilakukan jika tekanan berpengaruh secara
signifikan terhadap titik azeotrop (Santoso dkk, 2017).
Hanya sedikit dari banyak larutan cair yang telah didistilasi mengikuti hukum
Raoult pada rentang konsentrsi untuk alas an ini, aplikasi praktis terbesar dari
persamaan ideal dibaut dalam larutan encer. Dua tipe umum dari penyimpangan
hukum Raoult dibedakan menjadi deviasi positif dan deviasi negatif. Deviasi positif
ditandai oleh tekanan uap lebih tinggi dari yang dihitung untuk larutan idealnya.
Sementara deviasi negatif di tandai dengan tekanan uap lebih rendah dari perhitungan
ideal larutan campurannya (Moore, 1963).
Untuk campuran ideal dimana pada rentang konsentrasi yang bersangkutan,
volatilitas relatif dapat dianggap konstan. Fenske menuturkan sebuah persamaan
untuk menghitung jumlah palate yang dibutuhkan untuk pemisahan yang diinginkan.
Jika dua komponen A dan B yang konsesntrasinya tetap X A dan XB maka komposisi
dari first plate adalah :
( XA
XB )=(
YA
YB )+(
XB )
XA
…(3.3)
III-7
n+1=
log
[( ) ( ) ]
XA
XB d
XB
XA b …(3.4)
log α avg
dimana n adalah jumlah dari theoretical plate yang dibutuhkan dalam kolom.
Penting untuk dicatat bahwa dalam turunan ini hanya relative volatilities dari dua
komponen yang telah digunakan. Hubungan yang sama dapat diterapkan pada dua
komponen campuran atau multikomponen (Coulsoan dan Richardson, 1999).
Tekanan uap suatu cairan akan meningkat seiring dengan bertambahnya
temperatur, dan titik dimana tekanan uap sama dengan tekanan eksternal cairan
disebut sebagai titik didih. Proses pemisahan campuran cairan biner A dan B
menggunakan distilasi dapat dijelaskan dengan hukum Dalton dan Raoult. Menurut
hukum Dalton tekanan gas total suat campuran biner, atau tekanan uap suatu cairan
(P) adalah jumlah tekanan parsial darimasing-masing komponen A dan B (P A dan PB)
yaitu:
P = P A + PB …(3.5)
Sedangkan hukum Raoult adalah hukum yang menyatakan bahwa pada suhu dan
tekana tertentu, tekanan parsial uap komponen A (P A) dalam campuran sama dengan
hasil kali antara tekanan uap komponen murni A (PAmurni) dalam fraksi molnya (XA) :
PA = PAmurni. XA …(3.6)
Dari persamaan tersebut di atas diketahui bahwa tekanan uap total suatu campuran
cairan biner tergantung pada tekanan pada tekanan uap komponen murni dan fraksi
molnya dalam campuran (Fatimura, 2014).
III-8
Y* dL = L dx + X dL …(3.8)
F xF
∫ dL
L
F
=ln =∫ A
W
dx
…(3.9)
W xW y −x
Persamaan ini disebut persaman Rayleigh dan penyelesaian dari ruas kanan dari
persamaan tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis. Untuk reaksi relative
volatility yaitu relatif konstan, maka jumlah tahap minimum pada refluks total dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
N m +1=
log
[( xlkD D
xhkD D )( x hkw W
xlkw W )] …(9.10)
log α lk .av
Dimana Nm+1 adalah total angka dan stage theoritical termasuk reboiler (Treybal,
1981).
3.3 METODOLOGI PERCOBAAN
Deskripsi Alat
Keterangan gambar :
1. Kondensor
2. Kontrol reflux
3. Thermometer atas
4. Kolom vigreux
5. Termometer bottom
6. Cuplikan sampel
7. Elektromantel
8. Labu didih (still)
9. Air pendingin masuk
10. Air pendingin keluar
11. Distilat keluar
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades dan etanol
99,5%.
III-9
III-10
III-11
III-12
3.4.3 Pembahasan
Operasi distilasi pada percobaan ini dilakukan secara batch. Distilasi batch
adalah proses cairan pertama kali masuk ke dalam ketel pemanas kemudian
dipanaskan perlahan dan uap yang terbentuk dipindahakan secara cepat ke dalam
kondensor dimana uap yang terkondensasi kemuadian ditampung (Geankoplis, 1993).
Campuran yang digunakan sebagai umpan adalah etil alkohol (etanol) dan akuades
dengan perbandingan 41:59. Volume total yang digunakan yaitu 500 mL dengan 205
mL volume etanol 99,5% dan akuades sebanyak 295 mL. Titik didih etanol yaitu
78,4℃ dan akuades 100℃ (Perry, 1997). Nilai titik didih (T b) campuran etanol dan
akuades yang didapat yaitu 73℃ sedangkan menurut Huang dkk (2008) nilai T b
campuran etanol dan akuades adalah 78,15℃ lebih rendah dari titik didih etanol.
Berdasarkan percobaan nilai Tb campuran lebih rendah daripada Tb komponen karena
campuran etanol 99,5% dan akuades menghasilkan azeotrop positif. Azeotrop positif
adalah deviasi positif dari hukum Raoult dimana terjadi tekanan uap yang meningkat
dan titik didih yang menurun. Oleh karena itu, azeotrop positif dapat disebut titik
didih minimun atau tekanan uap maksimum yang menghasilkan titik didih campuran
lebih rendah dari titik didih komponen murninya. Sifat etanol yang lebih volatil
membuat komponen pada distilat banyak mengandung etanol, sedangkanpada bottom
banyak mengandung akuades (Coulson dan Richardson, 1999).
70
Persentase Kadar Etanol 60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
x volume etanol
Gambar 3.2 Hubungan antara X Volume Etanol terhadap Persentase Kadar Etanol
baik. Derajat volatilitas yang baik memiliki nilai lebih dari 1 (Geankolis, 1993). Dari
hasil yang didapat dikatakan bahwa proses pemisahan berjalan dengan baik.
Setelah itu, garis ditarik ke sebelah kiri hingga menyentuh Xb. Kurva penentuan
jumlah plate dengan metode McCabe-Thiele dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut.
1
0.9
Xb Xf Xd
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Gambar 3.3 menunjukkan jumlah stage yang diperoleh adalah 7 (termasuk reboiler).
Nilai HETP yang diperoleh berdasarkan perhitungan metode McCabe-Thiele adalah
0,3571 m. HETP lebih kecil daripada tinggi kolom karena jumlah stage lebih dari 1,
sehingga kesetimbangan belum tercapai pada tinggi kolom 2,5 m.
Hasil perhitungan dari kedua metode diperoleh hasil jumlah plate dan HETP
yang berbeda. Pada metode Fenske jumlah stage yang diperoleh sebesar 0,3559 dan
nilai HETP sebesar 7,0249 m, sedangkan pada metode McCabe-Thiele jumlah stage
yang diperoleh sebesar 7 dengannilai HETP sebesar 0,3571 m. Perhitungan pada
kedua metode ini berdasarkan refluks, yaitu perbandingan volume bottom terhadap
distilat serta nilai derajat volatilitas yang berbanding terbalik dengan jumlah stage.
Nilai α rata-rata tinggi sehingga jumlah stage yang diperlukan sedikit karena
campuran mudah dipisahkan. Apabila kedua metode dibandingkan metode McCabe-
III-17
Thiele lebih baik daripada metode Fenske. Stage yang dihitung dengan metode
McCabe-Thiele berdasarkan jumlah segitiga yang terbentuk sehingga jumlah tahap
yang dihasilkan nilainya bulat dan dianggap lebih mudah pada saat percobaan.
Perbedaan hasil antara kedua metode karena metode McCabe-Thiele menggunakan
hubungan garis-garis yang diperoleh berdasarkan neraca massa, panas dan
ekuilibrium sedangkan persamaan Fenske menggunakan hubungan antara konsentrasi
bottom dan distilat. Perhitungan Fenske lebih bertujuan untuk menentukan jumlah
tray minimum pada reflux total artinya tidak ada produk atas yang dikeuarkan dari
kolom. Sehingga persamaan Fenske kurang tepat untuk perhitungan campuran non
ideal seperti etanol-air dan metode McCabe-Thiele lebih tepat digunakan sebagai
perhitungan campuran etanol-air (Jones dan Pujado, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi distilasi adalah kondisi feed,
kondisi refluks dan kondisi aliran uap. Kondisi feed adalah keadaan dimana campuran
dan komposisi dari umpan mempengaruhi garis operasi dan jumlah stage dan
pemisahan kondisi refluks adalah pemisahan yang semakin baik jika sedikit tray yang
digunakan. Tray minimun dibutuhkan di bawah kondisi refluks yakni tidak ada
penarikan, dan sebaliknya refluks berkurang jika operasi untuk retrifikasi bergerak
terhadap garis kesetimbangan. Kondisi aliran terdiri dari foaming, entraiment,
weeping dan floading yang dapat menyebabkam efisiensi kolom menurun. Sedangkan
kondisi aliran uap mempengaruhi jumlah uap yang dapat dihasilkan reboiler. Larutan
azeotrop merupakan faktor lain yang mempengaruhi pada percobaan ini, karena
larutan azeotrop pada setiap stage memiliki konsentrasi yang berbeda-beda. Hal ini
karena larutan azeotrop memiliki titik didih yang lebih rendah dari larutannya yaitu
etanol-air (Komariah, 2009).
3.5 PENUTUP
3.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :
1. Derajat volatilitas etanol adalah 12,0090.
2. Jumlah plate berdasarkan metode Fenske adalah 0,3559 dan HETP adalah 7,0249
m.
3. Jumlah plate berdasarkan metode McCabe-Thiele adalah 7 dan HETP adalah
0,3571 m.
3.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah menggunakan
campuran biner lain. Contohnya adalah campuran kloroform dan metanol. Hal ini
dilakukan agar mengetahui derajat pemisahan dari campuran tersebut.
III-18
DAFTAR PUSTAKA
Huang, S.H., Lin,W.L., Liaw,D.J., Li,C.L. Kao, S.T., Wang, D.M., dan Lay,J.Y.
2008.
Characterization, Transport and Sorption Properties of Poly (Thiol Ester
Amide) Thin-Film Composite Pervaporation Menbranes. Journal of
Membrane Science, 322 (1), 139-145.
Jones, D.H. dan Pujado, P.P. 2006. Handbook of Petroleum Processing. Springer.
Belanda
Komariah, L., Nurul, A.F., dan Nicky, L. 2009. Tinjauan Teoritis Perancangan
Kolom
Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal Teknik Kimia, No.
4 Vol. 16, PP.19-27.
Kruel, L.U., Gorak, A dan Barton, D.I. 1999. Dynamic Head Based Model for
Multicomponent Batch Distillation. AICHE Journal 45:1953-1967.
DP.III-1
Kusuma, D.S dan Dwiatmoko, A.A. 2009. Pemurnian Etanol Untuk Bahan Bakar.
Berita IPTEK. 47(1), 48-56.
DP.III-2
DP.III-2
McCabe, W.L, Smith, J.C., dan Peter H. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid 1.
Erlangga.
Jakarta.
Permatasari, R., Ali,A., dan Susianto. 2015. Permodelan dan Simulasi Distilasi Batch
Fermentasi pada Tray Column dengan Serabut Wool. Jurnal Teknik Kimia.
No. 9:44-49.
Perry, R.H. 1997. Perry’s Chemical Engineer Handbook Seventh Edition. McGraw
Hill. New Delhi.
Santoso, H., Hartanto, Y., Sandy, W., dan Andrew, M. 2017. Distilasi pada
Pemisahan
Aseton dan Metanol. Jurnal Integrasi Proses. Vol. 6., No.4: 168-175.
Thakore, S.B., 2007. Introduction of Process Engineering and Design. McGraw Hill.
New Delhi.
Traybal, R,E. 1981. Mass Transfer Operation. McGraw Hill. New Delhi.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Contoh Perhitungan
Penentuan fraksi mol etanol dalam campuran Etanol-Air
ρ etanol pada suhu 28 ℃ = 0,706 g/mL (Perry, 1997)
BM C2H5OH = 46,070 g/mL (Sinnot, 2005)
BM H2O = 18,013 g/mL (Sinnot, 2005)
% C2H5OH = 99,5%
g
1mL . 0,706
mL
¿ x 96 %
46,070 g/mol
= 0,0152 mol
LP.III-1
LP.III-2
g
9 mL+0,5 % .1 mL .0,9978
ml
¿
g
18,013
mol
= 0,4999 mol
1
¿
1+ 9
= 0,1
0,4999 mol
¿
0,4999 mol+0,0152 mol
= 0,8725
LP.III-3
70
Persentase Kadar Etanol
60
50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
x volume etanol
Komposisi Umpan
C2H5OH 99,5% = 205 mL
H2O = 295 mL
Distilat
Persentase V Mol
No Volum % V Mol
Kadar C₂H₅O C₂H₅O Xd
e (mL) v/v H₂O H₂O
Etanol H H
1 6,0 41,5 0,7 4,6 1,38 0,069 0,0867 0,4446
2 7,0 39,5 0,7 5,4 1,61 0,081 0,1011 0,4446
3 6,8 41,0 0,7 5,2 1,56 0,079 0,0982 0,4446
4 7,4 39,5 0,7 6,7 0,67 0,101 0,0518 0,6612
5 7,0 41,5 0,7 6,4 0,63 0,096 0,0490 0,6612
6 6,8 41,0 0,7 6,2 0,61 0,093 0,0476 0,6612
7 6,3 41,0 0,7 5,7 0,57 0,086 0,0441 0,6612
8 7,1 41,5 0,7 6,5 0,64 0,097 0,0497 0,6612
9 7,3 41,5 0,7 6,6 0,66 0,100 0,0511 0,6612
10 7,3 41,5 0,7 6,6 0,66 0,100 0,0511 0,6612
Jumlah 69,0 54,0 7,67 Xd avg 0,5962
LP.III-4
Bottom
Persentase V Mol
No Volum % V Mol
Kadar C₂H₅O C₂H₅O Xb
e (mL) v/v H₂O H₂O
Etanol H H
1 3,6 23,50 0,4 1,4 2,16 0,02 0,12 0,1497
2 3,0 23,00 0,4 1,2 1,80 0,02 0,10 0,1497
3 2,8 22,50 0,4 1,1 1,68 0,02 0,10 0,1497
4 3,8 22,50 0,4 1,5 2,28 0,02 0,13 0,1497
5 2,6 20,50 0,3 0,8 1,82 0,01 0,10 0,1025
6 3,1 20,00 0,3 0,9 2,17 0,01 0,12 0,1025
7 3,5 20,00 0,3 1,1 2,45 0,02 0,14 0,1025
8 3,7 14,00 0,2 0,7 2,96 0,01 0,17 0,0629
9 3,2 14,00 0,2 0,6 2,56 0,01 0,14 0,0629
10 3,0 14,00 0,2 0,6 2,40 0,01 0,13 0,0629
11
Jumlah 32,3 232,0 170,28 XB avg 0,1095
Xd average = 0,5962
Xd = 0,6612
Xb average = 0,1469
Xb = 0,0859
Distilat
g
4,6 mL .0,706
mL
¿ x 99,5 %
g
46,070
mL
= 0,0704 mol
g
1,38ml +0,5 % .4,6 mL .0,9978
mL
¿
g
18,013
mL
= 0,0779 mol
0,0704
¿
0,0704+0,0779
= 0,4749
Bottom
4. Perhitungan mol C2H5OH
V C 2 H 5 OH . ρC 2 H 5 OH
mol C 2 H 5 OH = xkemurnian C 2 H 5 OH
BM C 2 H 5 OH
g
1,4 mL .0,706
mL
¿ x 99,5 %
g
46,070
mL
= 0,0220 mol
LP.III-6
g
2,16 mL+0,5 % .14 mL .0,9978
mL
¿
g
18,013
mL
= 0,12 mol
0,0220
¿
0,0220+0,1200
= 0,1497
0,5962(1−0,1095)
¿
0,1095 ( 1−0,5962 )
= 12,0090
1 0,6612(1−0,0629)
¿ . log
log (12,0090) 0,0629(1−0,6612)
= 1,3559
N = 0,3559
= 0,1483 mol
= 0,1420 mol
B 0,1483 mol
R= = =1,0444
D 0,1420 mol
R xd
y= +
R+1 R+1
1,0444 0,4799
y= +
1,0444+1 0,4799+1
= 0,6441
LP.III-8
1
0.9
Xb Xf Xd
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1