Anda di halaman 1dari 4

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus adalah masa terjadinya perubahan yang sangat besar pada bayi

dari kehidupan dalam rahim menjadi di luar rahim pada usia 0-28 hari. Neonatus

beresiko tinggi mengalami kondisi kegawatan hingga kematian. World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat 2,6 juta bayi meninggal

padatahun 2016 atau 7000 bayi meninggal setiap harinya.

Sebanyak kurang lebih 3⁄4 kematian neonatus tersebut terjadi pada tujuh hari

pertama kehidupan. Pada era 60an Indonesia masih memiliki AKB yang sangat

tinggi yaitu sebesar 216 per 1000 kelahiran hidup. Pada penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya didapatkan 82 kematian neonatus dari 334 bayi baru lahir

dengan Neonatal Respiratory Distress (NRD) dan Hyaline Membrane Disease

(HMD) merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak setelah sepsis neonatal.

Dari 82 kematian neonatus, 35 kematian terjadi karena sepsis neonatal, 20

kematian terjadi karena HMD, 13 kematian terjadi karena ensefalopati iskemik

hipoksik, 11 kematian terjadi karena malformasi kongenital, dan 3 kematian terjadi

karena sindrom aspirasi meconium (Tochie, 2016). HMD yang muncul pada bayi

prematur memiliki presentase 10 persen di Amerika Serikat. 21,3 per 100.000

merupakan angka kematian HMD di Amerika Serikat.1

Hyaline Membrane Disease telah diakui sebagai komplikasi yang sering

didapatkan pada bayi prematur, lebih dari setengah kasus muncul pada bayi yang

memiliki berat badan lahir sebesar 501-1500 gram yang menunjukkan tanda tanda

HMD. Hyalin Membrane Disease adalah penyakit pernapasan akut pada bayi

10
11

prematur yang disebabkan oleh insufisiensi surfaktan di alveolus. Insufisiensi

surfaktan menyebabkan peningkatan tegangan permukaan di alveolus selama

ekspirasi yang akan menyebabkan kolaps alveolar, atelektasis, penurunan

pertukaran gas, hipoksia berat dengan asidosis, lalu akan menyebabkan kegagalan

pernapasan.2

Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane

Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi

surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi

dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan

selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga

menghambat fungsi surfaktan.3

Infant RDS atau HMD terjadi karena keadaan kekurangan surfaktan.

Surfaktan mulai diproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34 minggu, dan pada

usia kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk pernafasan normal.

Puncak keparahan RDS terjadi pada masa 24-48 jam, akan membaik dalam waktu

72-96 jam (tanpa terapi surfaktan) tergantung dari maturitas bayi. 3

Beberapa gejala klinis yang sering ditemui pada gangguan napas neonatus

antara lain takipnea, merintih/grunting, nafas cuping hidung, retraksi substernal

dan intercostal, sianosis dan hipoksia. Namun gejala tersebut kurang spesifik

sebagai penyebab gangguan nafas pada neonatus. Oleh karena itu dibutuhkan foto

X-Ray toraks yang berperan penting untuk menentukan diagnosis awal dan

perkembangan penyakit selanjutnya.4

Foto X-Ray toraks adalah modalitas pencitraan yang paling penting dalam

pemeriksaan gangguan pernapasan neonatal. Kurung waktu 48 - 72 jam setelah

kelahiran, kelainan paling umum yang sering terjadi pada neonatus adalah
12

gangguan pernapasan.5 Lebih lanjut dinyatakan foto X-Ray toraks sangat penting

pada neonatus dengan gangguan pernapasan akut untuk menyingkirkan kelainan

struktural seperti hernia diafragma kongenital atau emfisema lobar kongenital.

Gejala gangguan pernapasan pasca kelahiran mengindikasikan untuk melakukan

rontgen dada sedini mungkin. 7

Foto X-Ray toraks merupakan pemeriksaan radiologis yang paling sering

dilakukan pada neonatus sekaligus modalitas pencitraan yang paling utama dalam

mendiagnosis gangguan pernafasan pada neonatus.6 Foto X-Ray toraks masih

merupakan modalitas penciraan paling utama pada penilaian bayi baru lahir

dengan gangguan pernafasan. Integrasi dari temuan klinis dan gambaran pada X-

ray akan membantu para klinisi sampai pada diagnosis yang tepat.7

HMD telah diakui sebagai komplikasi yang sering didapatkan pada bayi

prematur, lebih dari setengah kasus muncul pada bayi yang memiliki berat badan

lahir sebesar 501-1500 gram yang menunjukkan tanda tanda HMD. Hyalin

Membrane Disease adalah penyakit pernapasan akut pada bayi prematur yang

disebabkan oleh insufisiensi surfaktan di alveolus. Insufisiensi surfaktan

menyebabkan peningkatan tegangan permukaan di alveolus selama ekspirasi yang

akan menyebabkan kolaps alveolar, atelektasis, penurunan pertukaran gas,

hipoksia berat dengan asidosis, lalu akan menyebabkan kegagalan pernapasan.7

Tingginya angka kejadian RDS tersebut pada neonatus mengindikasikan

pentingnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosis serta melakukan

tatalaksana yang tepat. Dengan anamnesis, manifestasi klinis serta modalitas

pemeriksaan penunjang radiologi untuk diagnosis, tentu menandakan pentingnya

pemahaman RDS dalam aspek radiologisnya agar dapat mendiagnosis secara cepat

dan tepat dan memberi tatalaksana agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. 7
13

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Hyaline Membrane Disease (HMD).

1.2.2 Tujuan Khusus

Untuk memperoleh gambaran Hyaline Membrane Disease (HMD)bedasarkan

pemeriksaan radiologis.

1.2 Manfaat Penulisan

1.2.1 Bidang Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan

Penulisan ini bermanfaat sebagai referensi dan pengetahuan tambahan

didalam sarana pendidikan.

1.2.2 Bidang Penelitian

1. Memberikan pengetahuan tambahan teori ilmiah mengenai Hialin

Membran Disease.

2. Memberikan pengetahuan tambahan gambaran radiologi mengenai Hialin

Membrane Disease.

1.2.3 Bidang Pelayanan

Hasil Penulisan ini dapat memberikan informasi tentang gambaran radiologi

Hialin Membran Disease, sehingga dapat mempersiapkan keluarga

menghadapi kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai