Anda di halaman 1dari 28

1. Teori hidrodinamik?

Teori hidrodinamik pertama kali dikembangkan oleh Gysi pada abad ke-19, pada
teori ini dikatakan terdapat aliran cairan yang keluar di sepanjang tubulus dentin. Gysi
mengatakan bahwa rangsangan pada permukaan dentin meningkatkan perubahan aliran
cairan yang akhirnya memicu syaraf pulpa. Pada tahun 1960-an Brannstrom menjelaskan
bahwa, rangsangan dari permukaan luar dentin akan menyebabkan pergerakan cairan
pada tubulus dentin. Pergerakan cairan pada tubulus dentin ini menyebabkan
terbentuknya suatu tekanan pada ujung syaraf dalam tubulus dentin yang
mentransmisikan rasa sakit dengan cara merangsang syaraf pada pulpa.
Teori hidrodinamik, yang menyatakan bahwa adanya ransangan seperti
temperature panas, dingin,sentuhan atau taktil yang merangsang pergerakan cairan yang
ada pada tubulus dentin, gerakan cairan inilah yang merangsang persyarafan yang berada
pada tubulus dentin. Dalam kondisi kasus diatas menunjukkan dentinal tubulus terbuka
yang mengakibatkan terjadinya ransangan terhadap saraf yang dominant pada tubulus
dentin (alpha delta fibers), adanya aktifasi terhadap alpha delta fiber pada tubulus dentin
akan di terima oleh nervus trigeminal yang berada di otak maka akan terjadi rasa ngilu
yang tajam.

2. Perawatan pulpitis irreversible? Pulpektomi (ekstirpasi pulpa) atau pembuangan pulpa


vital secara utuh. Perawatan diawali dengan pembuangan jaringan pulpa melalui proses
ekstirpasi. Dilanjutkan dengan preparasi saluran akar, irigasi, sterilisasi, obturasi, dan
restorasi akhir.

3. Perawatan untuk pasien nekrosis pulpa dengan abses periapikal fluktuasi (+)? Insisi
drainase pada area fluktuasi untuk mencegah drainase spontan. Setelah itu dapat
dilakukan perawatan saluran akar. Pembuangan jaringan pulpa cukup dengan irigasi
karena jaringan pulpa sudah hancur pada gigi yang nekrosis. Dilanjutkan dengan
preparasi saluran akar, irigasi, sterilisasi, obturasi, dan restorasi akhir.
4. Macam-macam penampang saluran akar? Bulat, oval, long oval, bowling pin, ginjal, pita,
dan hourglass
5. Pada kasus pulpitis irreversible dengan rencana perawatan pulpektomi, injeksi anestesi
suplemental yang dapat digunakan untuk melengkapi injeksi konvensional (blok dan
infiltrasi) adalah injeksi intraosseus, periodontal ligament/ intraligament, dan intrapulpa.
Namun jika terdapat keadaan patologis pada bagian periapikal, ketiganya menjadi teknik
anestesi yang dikontraindikasikan.

6. Mekanisme terjadinya abses periapikal? Etiologi: invasi bakteri dari jaringan pulpa
nekrotik, iritasi jaringan periapikal saat prosedur perawatan saluran akar, dan nekrosis
pulpa yang disebabkan karena trauma, injuri kimiawi, atau injuri mekanik. Peningkatan
tekanan pulpa  kolapsnya sirkulasi vena  hypoksia dan anoksia jaringan lokal 
destruksi terlokalisasi dari jaringan pulpa  leukosit PMN menginfiltrasi dan menginisiasi
respons keradangan  akumulasi eksudat radang sebagai respons dari adanya infeksi aktif
 distensi ligamen periodontal  adanya lesi nekrosis likuefaksi terlokalisasi yang berisi
leukosit PMN, debris, dan eksudat purulent

7. Bagaimanan menentukan restorasi post PSA ?


Perencanaan pemilihan restorasi gigi setelah perawatan endodontik harus
dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Ford menyatakan hal – hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan restorasi adalah :
1. Banyaknya jaringan gigi yang tersisa
Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari
gigi. Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang hilang sangat di
pengaruhi oleh banyaknya struktur gigi yang tersisa.
2. Fungsi gigi
Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang akan
diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi.
3. Posisi atau lokasi gigi
Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan gigi
posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki nilai estetika yang baik.
4. Morfologi atau anatomi saluran akar
Morfologi saluran akar berpengaruh dalam pemilihan restorasi. Morfologi akar yang
bengkok dapat menjadi pertimbangan jika ingin direstorasi dengan mahkota pasak.

Semakin sedikit sisa dari struktur gigi dan semakin besar fungsi gigi dalam
lengkung rahang, pemilihan restorasi harus dilakukan dengan hati – hati. Gigi dengan
sisa struktur gigi yang sedikit dan beban kunyah yang besar memilki resiko fraktur
yang lebih tinggi sehingga perencanaan harus dilakukan dengan baik.
Restorasi gigi dapat berupa mahkota logam, non logam (porselen, komposit,
akrilik) atau campuran keduanya (porselen fusi metal, komposit fusi metal).
Restorasi juga dapat berupa restorasi direk (tumpatan resin komposit) ataupun
indirek (mahkota, onlay).
Pemilihan restorasi akhir pada gigi pasca perawatan saluran akar tergantung dari
banyaknya struktur gigi yang tersisa, tekanan horizontal dan beban pengunyahan.
Pada gigi anterior pasca perawatan saluran akar dengan tepi marginal yang utuh
maka dapat dilakukan restorasi direct dengan menggunakan resin komposit dan tidak
memerlukan penggunaan mahkota jaket.
Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan gigi anterior,
karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi juga berbeda. Faktor yang paling
utama dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan gigi sehat yang tersisa.
Gigi yang tidak beresiko fraktur dan memiliki sisa jaringan cukup banyak
diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Kavitas yang tidak meliputi
proksimal dapat direstorasi dengan komposit high strength untuk gigi posterior.
Logam cor seperti alloy emas, mahkota emas, mahkota metal porselen, dan restorasi
all porselen, merupakan restorasi pilihan pada gigi posterior yang telah dirawat
endodontik. Restorasi ini melindungi gigi dengan baik, walau membutukan
pembuangan jaringan yang cukup besar

8. Apakah pakai pasak dan Apa fungsi pasak ?


Restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar didesain untuk melindungi
jaringan gigi yang tersisa dari fraktur, menghindari terjadinya infeksi ulang pada sistem
saluran akar serta untuk menggantikan struktur jaringan gigi yang hilang.
Pemilihan jenis restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar memerlukan
pertimbangan, karena restorasi diharapkan dapat mengembalikan fungsi gigi baik dari
segi kegunaan maupun estetisnya. Restorasi dengan pasak merupakan metode yang
banyak digunakan untuk merestorasi gigi pasca PSA yang telah kehilangan luas jaringan
kerasnya. Pasak digunakan sebagai retensi untuk inti agar dapat menerima restorasi akhir.
Keputusan pemilihan jenis pasak berdasarkan beberapa faktor antara lain posisi gigi
dalam lengkung rahang, oklusi, fungsi dari gigi yang telah direstorasi, jumlah jaringan
gigi yang tersisa serta konfigurasi saluran akar.
Tujuan dari pasak adalah untuk mempertahankan inti yang akan mendukung
restorasi akhir. Pada gigi anterior dengan struktur gigi di atas supra gingiva kurang dari ½
dan sisa dentin saluran akar tipis maka penggunaan pasak disarankan untuk
meningkatkan retensi dan stabilisasi untuk memperkuat gigi. Pasak dapat berupa pasak
metal ataupun non metal buatan pabrik (prefabricated) atau buatan operator (fabricated).
Pasak dapat dibedakan berdasarkan bahan pembuatan yaitu pasak logam dan nonlogam.
Beberapa pasak non logam yaitu pasak fiber, keramik dan fiber reinforced polymer. Fiber
reinforced polymer terbuat dari karbon atau serat silica yang terselubungi oleh polimer
resin, biasanya merupakan epoxy resin dan disebut pasak fiber reinforced composites
(FRC).

9. Apa yang terjadi jika tanpa penggunaan pasak ?


Gigi anterior paska perawatan endodontik cenderung lebih rentan terhadap
fraktur, oleh karena penggunaan pasak dapat menambah ketahanan gigi anterior terhadap
fraktur akibat gerak fungsional dan oklusi. Pemasangan pasak bertujuan untuk
menyatukan gigi dengan inti, sebagai dukungan restorasi akhir. Pasak juga harus
memiliki kemampuan untuk menyebarkan beban dan tekanan ke sepanjang akar gigi
untuk mencegah fraktur akar.

10. Bagaimana mekanisme post PSA / non vital / nekrosis jadi membuat gigi rapuh ?\
Gigi yang telah dilakukan PSA sangat rapuh dan rentan mengalami fraktur. Hal
ini terjadi karena beberapa hal antara lain karena gigi telah kehilangan kelembaban dan
telah kehilangan banyak jaringan kerasnya akibat karies, pembukaan akses kavitas dan
preparasi biomekanis saluran akar dan kandungan air lebih rendah pada jaringan kerasnya
daripada gigi dengan pulpa vital sehingga hilangnya ikatan kolagen. Sesudah jaringan
karies diangkat dan dilakukan perawatan endodontik, dinding email tidak mendapat
dukungan yang banyak. Resiko fraktur juga bergantung pada letak gigi dalam rongga
mulut dan besarnya beban pengunyahan yang diterima. Pada gigi posterior terutama gigi
premolar rahang atas, beban pengunyahannya lebih besar dibandingkan gigi anterior
karena bentuk dan letaknya yang lebih dekat dengan aksis horizontal transversal.

1. Warna dan diameter pasak fiber?


Jawaban:
- Kuning: 0,8 – 1 mm
- Merah: 0,9 – 1,2 mm
- Biru: 1,0 – 1,4 mm
- Hitam: 1,1 – 1,6 mm
2. Preparasi pasak menyisakan berapa mlilimeter guttap?
Jawaban:
Gutta-percha yang tersisa cukup 4 - 5 mm. Penelitian telah menunjukkan bahwa kebocoran
saluran terjadi ketika hanya 2 atau 3 mm gutta-percha yang tertahan di apikal; namun,
sedikit atau tidak ada kebocoran terjadi bila ada 4 mm atau lebih.
3. Kenapa harus menyisakan guttap pada apikal SA?
Jawaban:
a. Untuk mencegah adanya kebocoran saluran akar di daerah apical.
b. Berhungan dengan pertimbagan biomekanika dari pasak.
Normalnya, secara fungsional gigi akan mendapat kekuatan tarikan dan tekanan. Pada
gigi yang direstorasi dengan post dan core, pola distribusi tegangan dialirkan ke seluruh
permukaan. Perbedaan dalam distribusi tegangan mempengaruhi struktur gigi untuk
meningkatkan tegangan dan fraktur. Adanya sisa gutta perca di 1/3 periapikal bertujuan
untuk mengurangi tegangan yang diterima oleh gigi. Sehingga gigi tidak mudah fraktur.
4. Core built up itu resin komposit apa?
Jawaban:
Terdapat banyak resin komposit yang dirancang khusus untuk membuat Core buif up, dengan
peningkatan filler untuk kekuatan yang lebih tinggi dan peningkatan untuk manipulasi yang mudah.
Bahan-bahan tersebut antara lain berbeda dalam jumlah dan jenis filler, viskositas, mode curing dan
teknik build-up.
Resin komposir reinforcement merupakan inovasi baru dalam dental komposit. Mereka dianggap
sebagai struktur hibrida berukuran molekul yang terdiri dari kopolimer anorganik-organik. Monomer
organic yang reaktif terikat pada jaringan -Si-O-Si- dan nanopartikel anorganik. Nanopartikel ini
tersebar pada skala molekuler dan tidak menghasilkan fase terpisah. Hasilnya, komposisi ini
menjadikan molekul dengan berat molekul tinggi, fleksibel, viskositas relatif rendah, dan ikatan
silang ("oligomer"). Jarak yang besar antara ikatan silang yang dihasilkan dari proses curing
menghasilkan tingkat penyusutan polimerisasi yang rendah, sedangkan jaringan anorganik (filler)
memberikan ketahanan abrasi melalui struktur seperti kaca dan penyerapan air yang rendah karena
sifatnya yang hidrofobik.
5. Indikasi dan Kontraindikasi Mahkota jaket PFM?
Jawaban:
a. Indikasi
- Gigi setelah dilakukan terapi endodontik
- Gigi dengan kerusakan yang berat akibat karies atau fraktur
- Gigi dengan beban oklusi yang besar
- Gigi yang memerlukan penutupan sempurna pada mahkota
- Retainer pada GTC
b. Kontraindikasi
- Gigi dengan karies yang aktif
- Adanya penyakit periodontal
- Resiko terbukanya pulpa
- Dinding bukal yang masih utuh
- Pasien memilihi bad habit
- Pasien alergi logam
6. Ketika insersi pasak fiber dgn semen resin, dan semen PFM dengan lutting bagaimana kekuatan dan
adaptasinya? Apakah baik atau tidak?
Jawaban:
Semen luting dirancang untuk mengisi celah mikroskopis antara prostesis dan gigi yang sudah
disiapkan. Setiap permukaan kasar secara mikroskopis, memiliki puncak dan lembah, dan hanya
kontak titik yang dibuat oleh puncak. Area yang tidak bersentuhan harus diisi oleh semen agar
mehsailkan adaptasi yag baik.
Mekanisme perlekatan semen lutting pada semen resin terjadi karena semen memenuhi ruang
mikroskopis pada permukaan resin dan menciptakan daya tarik fisik yang kuat pada kedua substrat
yang mencegah lepasnya PFM. Semen harus mengalir di bawah tekanan dan membasahi seluruh
permukaan interfasial. Agen luting harus membentuk film kontinu tanpa membentuk rongga yang
merusak retensi.
7. Kenapa bioactiva tidak menggunakan bis-GMA?
Jawaban:
Matriks resin komposit bioaktif tidak mengandung bisfenol A, Bis-GMA, dan derivate BPA.
Matriksnya berupa campuran dari diurethane dan metakrilat lainnya yang dimodifikasi dengan asam
poliakrilat sebanyak 44,6%.
- Bisphenol A bersifat toksik dengan meningkatkasn efek xenoestrogen
- Baru-baru ini juga telah terbukti menunjukkan aktivitas antiandrogenik, yang mungkin
terbukti merusak perkembangan organ.
- Bisphenol A, dalam Resin komposit berikatan dengan GMA yang memiliki viskositas sangat
tinggi, sehingga rentan terjadi Shrinkage ketika dilakukan polimerisasi.
1. Lesi yang terdapat pada kasus tersebut (PSA Ganda) ?
Jawaban :
Lesi Endoperio

2. Seharusnya pada kasus tersebut menggunakan restorasi apa ?


Jawaban
Mahkota pasak

3. Teknik preparasi saluran akar yang digunakan dan jelaskan ?


Jawaban
Menggunakan teknik crowndown
• Preparasi saluran akar dengan teknik crown down dengan menggunakan protapper
• Preparsi saluran akar dan masukkan K-file No.10 dan 15 sepanjang 2/3 panjang kerja lalu
lanjutkan dengan protapper S1 sepanjanng 2/3 panjang kerja
• Preparsi saluran akar dan masukkan K-file No.10 dan No 15 sepanjang 2/3 panjang kerja
lalu lanjutkan dengan protapper S2 sepanjang 2/3 panjang kerja
• Preparasi saluran akar menggunakan k- file no 10 sesuai dengan panjang kerja lalu
lanjutkan dengan protapper S1 sesuai panjang kerja
• Preparasi saluran akar menggunakan k- file no 10 dan 15 sesuai dengan panjang kerja
lalu lanjutkan dengan protapper S2 sesuai panjang kerja
• Preparasi saluran akar menggunakan k- file no 15 dan 20 sesuai dengan panjang lalu
reparasi menggunakan protapper F1 sesuai panjang kerja
• Lakukan irigasi saluran akar setiap pergantian K-file dengan NaOCl 2,5% untuk
membersihkan sisa-sisa organik.
• Preparasi dikatakan selesai sampai terdapat dentin karena telah memenuhi persyarat
meliputi jaringan dentin telah bersih, serbuk dentin yang terangkat berwarna putih,
dinding saluran akar halus, cukup sebagai tempat bahan pengisian saluran akar, sesuai
panjang kerja dan terdapat sensasi tug back.

4. Berapa ukuran ujung taper file protepper F1 ?


Jawaban :
0,20 mm
1. Indikasi penggunaan pasak fiber?
Jawaban :
 Tidak ada kegoyangan gigi
 Mahkota gigi sehat tersisa 25-50%
 Saluran akar lurus
 OH pasien baik
 Jaringan periodontal di sekitar gigi sehat
 Gigi dengan 25–50% sisa struktur koronal dapat direstorasi dengan post nonrigid

2. Kenapa lebih memilih pasak fiber daripada logam?


Jawaban :
Modulus elastis pasak fiber mirip dengan dentin sehingga tidak mudah fraktur

3. Untuk insersi pasak fiber menggunakan apa?


Jawaban :
Semen resin core build up dual cure

4. Kenapa menggunakan semen resin core build up dual cure?


Jawaban :
Pertimbangannya karena penyinaran dua kali tersebut lebih kuat, flexural strengthnya juga
sama dengan dentin

5. Definisi pulpitis reversible?


Jawaban :
 Pulpitis reversible adalah radang pulpa yang ringan, terjadi berulang apabila terdapat faktor
penyebab dan sakit hilang jika penyebab radang dihilangkan.
 Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus ringan
atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan dalam prosedur operatif,
kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin
terbuka.
 Gejala-gejala pulpitis reversible simptomatik diantaranya berupa rasa sakit ngilu saat
minum manis, asam, panas atau dingin, tidak timbul secara spontan, sakit tidak berlanjut
apabila penyebabnya ditiadakan sedangkan gejala-gejala pupitis irreversible asimptomatik
dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan dapat normal kembali apabila karies
dihilangkan dan gigi dilakukan restorasi dengan baik.

6. Rencana perawatan pada pulpitis reversible?


Jawaban :
Dilakukan pulp capping terlebih dahulu setelah dilakukan penumpatan.

7. Apa gejala khas dari pulpitis irreversible?


Jawaban :
Sakit spontan

8. Diagnosis banding dari pulpitis irreversible?


Jawaban :
 Abses apikalis akut  Perbedaannya : Terdapat nyeri hebat hingga pasien tidak bisa
tidur, tes vitalitas (-)
 Periodontitis apikalis akut  Perbedaannya : Pasien merasa giginya terasa memanjang

9. Rencana perawatan pulpitis irreversible?


Jawaban :
Dilakukan perawatan saluran akar

10. Prinsip perawatan saluran akar?


Jawaban :
a) Diagnosis
b) Isolasi daerah kerja
c) Anastesi (optional)
d) Access opening
e) Preparasi
f) Irigasi dan sterilisasi
g) Obturasi
h) Restorasi

11. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan apa?


Jawaban :
Dengan menggunakan rubber dam

12. Tujuan penggunaan rubber dam?


Jawaban:
 Untuk memudahkan lapang pandang operator saat melakukan pengerjaan
 Untuk melindungi pasien dari tertelannya alat dan bahan saat pengerjaan
 Untuk mencegah kontaminasi saliva

1. Respon imun pulpa saat terkena injury, respon immune pertama yaitu
nonspesifik, selanjutnya jelaskan? (( DI GARG&GARG ada jaawabannya))
Reaksi sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadap antigen. Reaksi sistem imun yang terjadi dapat berupa respon imun yang
alamiah (non spesifik/natural/innate/native) atau respon imun dapatan (spesifik/
adaptive/ acquired). Mekanisme imunitas nonspesifik memberikan pertahanan
terhadap infeksi baik yang bersifat humoral maupun seluler
Respon imun non spesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate
immunity), dalam artian bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun
tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. Upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya bakteri, adalah dengan cara menghancurkan
bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam hal ini
makrofag, neutrofil dan monosit memegang peranan yang sangat penting. Selain
fagositosis, manifestasi lain dari respons imun nonspesifik adalah reaksi inflamasi.
Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis
sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, Vasoactive amine
yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang berasal dari komponen -
komponen komplemen, sebagai reaksi umpan balik dari mastosit dan basofil.
Reaksi awal pada inflamasi pulpa berupa respon imun seluler, sedangkan tahap
selanjutnya adalah respon imun humoral dengan kerusakan jaringan pulpa oleh enzim
proteolitik yang dihasilkan oleh neutrophil dan makrofag. Adanya immunoglobulin
dan faktor inflamasi pada jaringan pulpa: Ig G, Ig A, Ig M, elastase dan prostaglandin
E2(PGE2) dapat dipakai sebagai indikator inflamasi pada pulpitis, sedangkan PGE2
sering digunakan sebagai penanda diagnostik pulpitis irreversible. Penelitian lain
mengemukakan bahwa thrombin dan prostaglandin E2(PGE2) terutama interaksi
thrombin dan PGE2berperan terhadap penyembuhan dan proses radang jaringan
pulpa. Dikatakan bahwa thrombin dapat merangsang produksi PGE2. Selain itu
PGE2dapat menyebabkan sintesa DNA dari sel jaringan pulpa.

2. Aplikasi Substan yang memproduksi rasa sakit (( di TORABINAJARD ada


jwbbnnya respon ktika kena pulp ))
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus saraf
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.
Neurotransmitter mengirimkan impuls-impuls elektrik melewati rongga sinaps antara
dua serabut saraf, dan dapat bersifat sebagai penghambat atau dapat pula
mengeksitasi. Sedangkan neuromodulator dipercaya bekerja secara tidak langsung
dengan meningkatkanatau menurunkan efek partokular neurotransmitter.
Beberapa neuroregulator yang berperandalam penghantaran impuls nyeri antara
lain adalah:
1. Neurotransmiter
a. Substansi P (Peptida)
Ditemukan pada neuron nyeri di kornudorsalis (peptide eksitator)
berfungsi untuk menstranmisi impuls nyeri dari perifer keotak dan dapat
menyebabkan vasodilatasi dan edema. Substansi P/ zat P merupakan reseptor
sensitif pada saraf untuk merasakan nyeri dan meningkatkan tingkat
penembakan saraf. Zat P bertindak sebagai neurotrasmiter, yang
meningkatkan pergerakan impuls menyebrangi setiap sinaps saraf dari neuron
aferen primer ke neuron ordo kedua di kornu dorsalis medulla spinalis.
Transmisi dari medulla spinalisdan asendens,melalui traktus
spinotalamikus,ke batang otak dan talamus. Lalu melibatkan transmisi sinyal
antara talamuske korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri.

b. Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornudorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c. Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan pospolipid dimembran sel dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel. Prostaglandin adalah hormon seperti
substansi tambahan untuk mengirim stimulus nyeri ke CNS.
2. Neuromodulator
a. Endorfin (morfin endogen)
Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Diaktivasi
oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal,dan traktus
gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesic
b. Bradikinin
Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah yang
mengalami cedera. Bradykinin adalah vasodilator kuat untuk meningkatkan
permeabilitas kapiler dan mengalami konstriksi otot polos, memiliki peran
yang penting dari mediator kimia nyeri pada bagian yang cidera sebelum nyeri
mengirimkan pesan ke otak. Bradikinin juga pemacu pengeluaran histamine
dan kombinasi dengan respon inflamasi seperti adanya kemerahan,
pembengkakan, dan nyeri yang merupakan ciri khas adanya reaksi inflamasi.

3. Apa itu Apeksogenesis ? (( TORABINAJARD))


Apeksogenesis adalah suatu perawatan pulpa vital pada gigi yang akarnya belum
tumbuh sempurna, untuk memberikan kesempatan pada akar gigi melanjutkan
pertumbuhan dan menutup apeks. Perawatan yang dapat dilakukan adalah secara
pulpotomi. Pulpotomi berarti mengangkat jaringan pulpa sampai atau dibawah garis
servikal gigi. Pulpotomi dangkal memungkinkan jaringan keras bagian akar untuk
tumbuh lebih kuat. Indikasi apeksogenesis adalah untuk gigi-gigi dengan apeks
terbuka dan akar belum terbentuk sempurna disertai kerusakan pulpa pada bagian
korona tetapi diperkirakan pulpa pada akar masih sehat. Mahkota harus cukup utuh
dan dapat direstorasi. Kontraindikasi apeksogenesis adalah pada gigi yang mengalami
avulsi dan replantasi atau sangat goyang, gigi dengan fraktur akar horizontal yang
tidak baik yaitu dekat dengan margin gingiva, fraktur mahkota yang berat sehingga
memerlukan tumpatan dengan retensi intraradikuler,dan karies yang tidak dapat
ditumpat lagi.
Apeksifikasi adalah suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk
merangsang perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks
gigi yang belum tumbuh sempurna tetapi sudah mengalami kematian pulpa dengan
membentuk suatu jaringan keras pada apeks gigi tersebut. Apeksifikasi ini merupakan
suatu perawatan pendahuluan pada perawatan endodontik dengan menggunakan
kalsiumhidroksid sebagai bahan pengisian saluran akar yang bersifat sementara pada
gigi non vital dengan apeks gigi yang terbuka atau belumterbentuk sempurna. Setelah
dilakukan apeksifikasi diharapkan terjadinya penutupan saluran akar pada bagian
apikal. Dengan diperolehnya keadaan tersebut selanjutnya dapat dicapai pengisian
saluran akar yang sempurna dengan bahan pengisian saluran akar yang tetap (gutta
percha). lndikasi perawatan apeksifikasi dilakukan pada gigi dewasa muda non vital
dan foramen apikalnya masih terbuka atau belum terbentuk sempurna. Kontraindikasi
perawatan apeksifikasi tidak dilakukan jika gigi dewasa muda non vital dijumpai
kelainan periapical.

4. Infeksi endodontic ? (( GARD & GARD ))


Infeksi endodontik merupakan infeksi polimikroba, yaitu infeksi yang disebabkan
oleh berbagai jenis bakteri baik Gram negatif maupun Gram positif. Berdasarkan
lokasi anatominya, infeksi endodontik dibagi menjadi infeksi intraradikular dan
ekstraradikular. Infeksi intraradikular dibagi menjadi tiga kategori, yakni infeksi
primer, sekunder, dan persisten. Infeksi intraradikular primer disebabkan invasi
mikroorganisme ke dalam pulpa yang mengakibatkan inflamasi dan nekrosis pulpa.
Infeksi ini ditandai dengan adanya 10 – 30 spesies bakteri yang berkoloni dengan
jumlah 103-108 sel bakteri per kanal. Infeksi sekunderdisebabkan oleh
mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar setelah perawatan oleh dokter gigi,
yang dapat terjadi saat perawatan, di antara waktu perawatan, maupun setelah
pengisian saluran akar. Spesies bakteri pada infeksi sekunder dapat berasal dari oral
maupun non-oral, tergantung dari sumber kontaminasi. Pada infeksi persisten,
penyebabnya adalah mikroorganisme dari infeksi primer yang resisten terhadap
prosedur antimikrobial intrakanal dan bertahan pada periode miskin nutrisi di saluran
akar yang telah dipreparasi.
Pada saluran akar nekrosis tegangan oksigen lebih rendah sehingga bakteri
fakultatif anaerob lebih umum ditemukan pada saluran akar nekrosis. Interaksi
antarbakteri yang memengaruhi keragaman mikrobiota adalah berupa produk yang
dihasilkan oleh beberapa bakteri yang dapat menjadi pasokan nutrisi untuk bakteri
jenis lain sedangkan bakteri tertentu menghasilkan bakteriosin yang menghambat
bakteri lain. Oleh sebab itulah hanya beberapa bakteri yang ditemukan pada infeksi
saluran akar. Bakteri Gram negatif merupakan mikroorganisme yang paling banyak
ditemukan pada infeksi endodontik primer. Namun, beberapa bakteri Gram positif
juga ditemukan pada koloni bakteri penyebab infeksi primer. Beberapa bakteri Gram
positif tersebut memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan spesies bakteri Gram
negatif yang paling sering ditemukan dalam infeksi endodontik primer.

5. Hiperplastik pulpitis ? dan treatment nya apa ? secara histologi terlihat apa ?
(( TORABINAJARD ))
Pulpitis hiperplastik atau pulpa polip, suatu bentuk pulpitis ireversibel, adalah
akibat bertumbuhnya pulpa yang masih muda yang mengalami inflamasi kronis.
Biasanya terjadi di mahkota yang telah berlubang besar. Vaskularisasi yang cukup
pada pulpa yang masih muda, adanya daerah terbuka yang cukup besar bagi
kepentingan drainase, dan adanya proliferasi jaringan adalah penyebab terjadinya
pulpitis hiperplastik. Pemeriksaan histologis pada pulpitis jenis ini menunjukkan
adanya inflamasi pada epitel permukaan polip serta pada jaringan ikat yang
terinflamasi dibawahnya. Sel-sel epitel rongga mulut masuk ke dalam permukaan
yang terbuka dan bertumbuh sertamembentuk lapisan penutup epitel. Pulpitis
hiperplastik biasanya tidak menimbulkan gejala. Pulpitis jenis ini tampak sebagai
benjolan jaringan ikat berwarna kemerah-merahan yang menyembul. dari lubang
karies yang luas. Kadang-kadang menyebabkan tanda-tanda pulpitis ireversibel
seperti nyeri spontan disamping nyeri berkepanjangan terhadap stimuli panas dan
dingin. Ambang rangsang terhadap stimulasi elektris serupa dengan yang ditemukan
pada pulpa normal. Gigi akan mengadakan respon dalam batas-batas normal bila
dipalpasi dan diperkusi.
Secara histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup epithelium skuamasi yang
bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih mungkin tertutup oleh epithelium
skuamasi yang bertingkat-tingkat/berstrata daripada polip pulpa gigi permanen.
Epithelium semacam itu dapat berasal dari gingival atau dari selepithelial mukosa
atau lidah yang baru saja mengalami deskuamasi. Jaringan didalam kamar pulpa
sering berubah menjadi granulasi, yang menonjol  dari pulpa masuk ke dalam lesi
karies. Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskuler, muda dan berisi
neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa mengalami
inflamasi  kronis. Serabut saraf  dapat ditemukan pada lapisan epithelial.
Pulpitis hiperplastik, ditanggulangi dengan pulpotomi, perawatan saluran akar,
atau pencabutan gigi. Penatalaksanaan  polip pulpa dengan cara melakukan perawatan
saluran  akar  seperti  halnya  pada diagnosis pulpitis, hanya saja didahului dengan
pengangkatan  jaringan  polip. Pengangkatan jaringan polip dilakukan dengan cara:
1) Anastesi  jaringan  polip
2) Oleskan  larutan  povidone iodine diatas permukaan  poli
3) Angkat polip menggunakan eskavator yg tajam mulai dari tepi
polip hingga seluruh polip terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat
akan terjadi  perdarahan dari dalam saluran akar)
4) Irigasi  saluran  akar  dengan  larutan  NaOCl 2,5% untuk
membersihkan  sisa-sisa  jaringan  polip serta jaringan darah
5) Segera lakukan ekstirpasi (pembersihan jaringan pulpa) dengan
menggunakan  panjang  kerja rata-rata gigi terlebih dahulu
6) Ketika perdarahan sudah dapat terkontrol, lanjutkan dengan pemeriksaan
panjang  kerja  sebenarnya, kemudian  tahapan  sama dengan  perawatan
saluran akar
6. Kenapa bisa terjadi resopsi internal ? (( TORABINAJARD)) ((GARD
&GARD))
Inflamasi pada jaringan pulpa dapat menyebabkan timbulnya resorpsi pada
jaringan keras disekitarnya. Pulpa akan berubah menjadi jaringan terinflamasi yang
tervaskularisasi dengan aktivitas dentinoklast; hal ini akan meresorpsi dinding dentin
dan resorpsi bergerak dari pusat ke arah perifer. Sebagian besar resorpsi internal tidak
menimbulkan gejala. Resorpsi internal yang berlanjut dalam kamar pulpa akan
mengakibatkan timbulnya bintik merah muda pada mahkota Gigi-gigi yang
mengalami lesi resorptif pada saluran akarnya akan bereaksi dalam batas-batas
normal terhadap tes pulpa dan tes periapeks.
Dari radiografi terungkap adanya radiolusensi disertai dengan pembesaran tidak
teratur dari bagian-bagian saluran akar. Pengambilan jaringan terinflamasi serta
melakukan perawatan saluran akar dengan segera, sangat dianjurkan karena lesi ini
cenderung cepat meluas yang akhirnya akan menyebabkan perforasi pada
periodontium lateral. Jika hal ini terjadi, nekrosis pulpa tak akan terhindarkan yang
akan menciptakan kesulitan besar dalam merawatnya. Gigi-gigi dengan resorpsi yang
telah mengalami perforasi akan sukar dirawat dengan perawatan endodontik
konvensional, bahkan kadang-kadang tidak mungkin untuk dilakukan perawatan.

7. Perbedaan akut apical abses dan kronik apical abses ? ((TORABINAJARD))


Abses apikalis akut adalah proses inflamasi pada jaringan periapikal gigi, yang
disertai pembentukan eksudat. Abses apikalis akut disebabkan masuknya bakteri,
serta produknya dari saluran akar gigi yang terinfeksi.(ingel) Abses apikalis akut
ditandai dengan nyeri yang spontan, adanya pembentukan nanah, dan pembengkakan.
Pembengkakan biasanya terletak divestibulum bukal, lingual atau palatal tergantung
lokasi apeks gigi yang tekena. Abses apikialis akut juga terkadang disertai dengan
manifestasi sistemik seperti meningkatnya suhu tubuh, dan malaise. Tes perkusi abses
apikalis akut akan mengahasilkan respon yang sangat sensitif, tes palpasi akan
merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak memberikan respon.Secara histologi
abses apikalis akut menunjukkan adanya lesi destruktif dari nekrosis yang
mengandung banyak leukosit PMN yang rusak, debris, dan sel serta eksudat purulen.
Gambaran radiografis abses apikalis akut, terlihat penebalan pada ligamen
periodontal dengan lesi pada jaringan periapical. Abses apikalis akut terasa sangat
sakit akibat pembengkakan dan tekanan pus yang terus berkembang, sedangkan pada
abses apikalis kronis pus yang terbentuk dapat keluar melalui saluran akar dan
menyebabkan komplikasi serius bahkan dapat mengancam keselamatan seperti
osteomielitis, selulitis, abses serebral, meningitis, dan trombosis sinus kavernosus.
Semua hal ini bergantung pada daya tahan tubuh pasien, virulensi dari bakteri, dan
konsentrasi material yang terinfeksi.
Abses apikalis kronis merupakan keadaan yang timbul akibat lesi yang berjalan
lama yang kemudian mengadakan drainase ke permukaan. Abses apikalis kronis
disebabkan oleh nekrosis pulpa yang meluas ke jaringan periapikal, dapat juga
disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses adalah kumpulan pus
yang terbentuk dalam jaringan. Pus ini merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan
lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau benda asing dan
racun yang dihasilkan oleh orgnisme dan sel darah. Abses apikalis kronis merupakan
reaksi pertahanan yang bertujuan untuk mencegah infeksi menyebar kebagian tubuh
lainnya.Abses apikalis kronis berkembang dan membesar tanpa gejala yang subjektif,
hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiografis atau dengan adanya fistula
didaerah sekitar gigi yang terkena. Fistula merupakan ciri khas dari abses apikalis
kronis. Fistula merupakan saluran abnormal yang terbentuk akibat drainasi
abses.Abses apikalis kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak memberikan respon
non-sensitif, Sedangakn tes vitalitas tidak memberikan respon. Gambaran radiografis
abses apikalis kronis terlihat putusnya lamina dura hingga kerusakan jaringan
periradikuler dan interradikuler. Abses telah menyebar melalui tulang dan jaringan
lunak, untuk membentuk stoma saluran sinus pada mukosa oral atau kadang-kadang
hingga ke kulit wajah.

8. Apa perbedaan krek dengan fraktur ? dan treatmentnya ? (( TORABINAJARD


BAB FRAKTUR LONGITUDINAL))
Cracked Tooth
Cracked tooth menunjukkan retak yang memisahkan mahkota gigi menjadi dua
bagian secara tidak sempurna. Jika retakan dibiarkan menyebar secara longitudinal,
gigi tersebut akhirnya akan fracture (patah) menjadi dua potongan, sehingga terjadi
split tooth. Cracked tooth dimulai dengan retak pada mahkota klinis, yang secara
bertahap dapat meluas ke arah apikal. Pada tahap awal, gigi mungkin vital dan
menyakitkan saat pengunyahan. Rasa sakitnya mungkin tajam, pasien tidak dapat
mengunyah pada gigi yang sakit. Kondisi ini dapat bertahan untuk jangka waktu
yang panjang. Rasa sakit dapat dilokalisasi atau terletak pada gigi manapun, rahang
atas atau mandibula, di sisi mulut yang sama.. Gigi yang bermasalah mungkin atau
mungkin tidak sensitif terhadap perkusi pada saat ini, dan pulp testing mungkin
normal atau menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan dingin.
Manifestasi akhir dari cracked tooth mungkin melibatkan pulpa dan akhirnya
hilangnya vitalitas pulpa atau meluasnya apikal fraktur, mengakibatkan split tooth.
Keterlibatan pulpa lebih sering terjadi pada kasus retak yang terletak di pusat (yaitu
meluas dari marginal ridge menuju marginal ridge melewati central fossa) daripada
retak dengan lokasi yang lebih ke arah bukal atau lingual. Retakan yang terletak di
pusat kerap kali mempengaruhi atap kamar pulpa pada tahap selanjutnya. Akibatnya,
vitalitas pulpa bisa membahayakan dan kemudian hilang akibat penetrasi bakteri
melalui retak. Pulp mungkin pertamanya akan menjadi reversibel atau ireversibel
meradang dan kemudian nekrotik dan terinfeksi. Rasa sakit yang tajam saat
pengunyahan yang khas pada tahap awal bisa hilang begitu vitalitas pulpa hilang.
Selain itu, periodontitis apikal pada molar yang tampaknya utuh mungkin merupakan
manifestasi akhir dari gigi retak yang tidak diobati.
Jenis perawatan tergantung pada kerusakan yang dialami gigi. Adapun jenis-jenis
perawatan yang dapat dilakukan adalah :
- Bonding : Bonding adalah menggunakan plastic resin untuk mengisi retakan.
Resin ini dapat memperbaiki pecahan kecil dari tepi gigitan gigi. Bonding dapat
mengembalikan bentuk gigi.
- Cosmetic contouring : Ini dapat dilakukan jika pecahan sangat kecil. Tepi kasar
dari gigi dibulatkan dan dipolish untuk menyamarkan retakan.
- Veneer : Veneer ideal digunakan jika gigi yang tersisa masih cukup karena veneer
tahan lama dan membutuhkan pengikisan gigi yang paling sedikit. Veneer adalah
lapisan tipis porselen atau material plastik yang dibuat untuk dapat menyesuaikan
dengan permukaan gigi.
- Crowns :Crown digunakan untuk gigi yang tidak cocok dengan veneer. Crown
menyesuaikan dengan apa yang tersisa dari gigi, membuat gigi kuat dan
penampilan gigi yang natural. Jika saraf gigi telah rusak, maka sibutuhkan
perawatan saluran akar terlebih dahulu. Termasuk menghilangkan semua infektan
dari saluran akar. Akar kemudian dibersihkan dan diisi untuk mencegah infeksi
yang lebih jauh. Gigi kemudian difitkan dengan crown untuk memberikan gigi
extra support.

Fraktur Gigi
Terdapat 5 tipe fraktur gigi secara longitudinal :
1. Craze Lines : Selagi melakukan pemeriksaan pada gigi, perlu diingat bahwa
gigi posterior orang dewasa sering kali memiliki craze lines, biasanya terlihat
melewati marginal ridge dan memanjang pada permukan bukal dan lingual.
Craze line vertikal yang panjang biasanya ditemukan pada gigi anterior, yang
dimana mereka mengenai enamel, namun tidak menyebabkan rasa sakit.
2. Fractured Cusp : Cusp yang retak ditandai dengan retak antara cusp dan sisa
struktur gigi, memungkinkan kelenturan mikroskopis saat pengunyahan.
Retak ini biasanya tidak melibatkan pulpa. Seiring berjalannya waktu, retak
itu bisa berkembang, akhirnya menyebabkan cusp yang retak.
3. Cracked Tooth
4. Split Teeth : Diartikan sebagain fraktur sempurna diinisiasi dari mahkota dan
memanjang secara subgingival, biasanya secara mesiodistal melewati margial
ridge dan permukaan proksimal. Fraktur terletak pada koronal dan memnjang
dari mahkota ke akar proksimal
5. Vertical Root Fracture : Vertical root fracture (VRF) merupakan sebuah
fraktur yang menyeluruh atau tidak menyeluruh yang berorientasi membujur
(longitudinal) dimulai pada akar dengan level dan biasanya diarahkan secara
buccolingual. Etiologi VRF bersifat multifaktorial. Kemungkinan bahwa
dengan adanya satu atau akumulasi faktor predisposisi yang lebih banyak
serta beban oklusal fungsional atau parafunctional yang berulang selama
beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun dalam hal pengembangan VRF.
Faktor predisposisi mungkin termasuk yang alami, seperti anatomi akar, atau
iatrogenik, dan seperti kekuatan berlebihan selama instrumentasi saluran
akar, penghapusan struktur gigi yang berlebihan, atau tekanan obturasi yang
berlebihan.

Rencana perawatan untuk fraktur gigi tergantung dari struktur gigi yang
tersisisa, dapat dilakukan dengan membuang cusp yang terkena dan dilakukan
restorasi (full crown atau onlay). Biasanya root canal treatment digunakan jika
sudah melibatkan ruang pulpa yang menyebabkan irreversible pulpitis. Gigi
fraktur dapat diobati dengan restorasi sederhana, endodontik, atau bahkan
ekstraksi, tergantung pada sejauh mana dan orientasi tingkat gejala fraktur, dan
apakah gejala dapat dihilangkan atau tidak. Salah satu treatment yang dapat
dipredeksi adalah dengan ekstraksi gigi. Dalam gigi yang memiliki jumlah akar
lebih dari satu, dapat dilakukan amputasi akar (root resection). Sedangkan Split
teeth tidak dapat diselamatkan, tapi posisi dari crack dan perpanjang dari crack
dapat menentukan prognosis dan pengobatan. Jika frakturnya parah, gigi harus
diekstraksi. Jika fraktur tidak sampai jauh ke apical, biasanya segmen yang kecil
ada mobilitas. Maka kemungkian segmen yang kecil dapat dibuang. Jika gigi
tersebut sukar dicabut, maka teknik bedah trans alveolar diindikasikan untuk
mengeluarkan gigi tersebut.

9. Apa saja peralatan dari rubber dam ? (( TORABINAJARD ))


Terdapat 3 komponen utama rubber dam
- Rubber dam Sheet : berbentuk lembaran- lembaran tipis, tahan robekan,
melekat erat di permukaan gigi meretraksi jaringan gingiva dengan baik.
- Dam clamp : alat logam yang terbuat dari kromium atau nikel berlapis baja
yang sesuai dengan servikal gigi. Digunakan untuk menstabilkan dan
mengamankan rubber dam sheet serta meretraksi gingiva selama prosedur
operatif.
- Dam forcep : instrumen untuk meletakkan, mengatur, dan melepaskan dam
clamp. Bertujuan untuk mengontrol pemasangan clamp dengan baik,
memberikan tekanan yang lebih besar ke arah akar gigi pada sulkus gingiva
saat meletakkan clamp, menyediakan lebih banyak kebebasan gerak dalam
meletakkan bagian depan atau belakang clamp.
- Dam frame : Alat yang terbuat dari bahan logam dan plastik dengan berbagai
ukuran, berguna untuk menahan dan meregangkan material karet.
Tahapan awal persiapan sebelum dipasang rubber dam yaitu sebelum dilakukan
pemasangan rubber dam, diawali dengan memberikan penjelasan kepada pasien
tentang apa yang akan dilakukan. Setelah itu pastikan gigi geligi pasien yang akan
dipasang rubber dam bersih dari plak, debris, sisa makanan ataupun kalkulus. Titik
kontak interproksimal diperiksa dengan melewatkan dental flos untuk mendeteksi
sudut - sudut tajam, jika ditemukan maka permukaanya dihaluskan, sehingga tidak
menggangu pada waktu penggunaan rubber dam dan perawatan Pemilihan dam
clamp, clamp yang dipilih mempunyai titik kontak yang baik di interdental dan
terletak pada posisi yang stabil. Untuk mencegah tertelan atau teraspirasinya clamp
saat terlepas, maka ikatkan dental floss ke busur clamp untuk menambah retensi pada
gigi.
Prosedur pemasangan rubber dam
- Pilih clamps yang sesuai untuk gigi pasien dan dicobakan.
- Memasang rubber sheet ke frame.
- Beri tanda pada rubber sheet sesuai letak gigi yang akan dirawat.
- Lubangi rubber sheet yang telah diberi tanda letak gigi.

- Pasang rubber sheet dengan bantuan dental flossPasang clamps pada gigi yang
akan dirawat.

10. Apa perbedaan pluger dan spreader ?


- Finger plugger : pemampatan guttap percha vertical
Plugger mempunyai ujung yang tumpul. Berhubungan dengan teknik pengisian
secara seksional. Plugger digunakan untuk menempatkan potongan guttapercha
pada daerah apikal saluran akar.
- Finger spreader: pemampatan guttap percha lateral
Penggunaan spreader berhubungan dengan pengisian saluran akar dengan teknik
kondensasi lateral. Kegunaannya adalah untuk memadatkan bahan pengisi gutta
percha. Terdapat 2 jenis spreader yaitu tangkai panjang terbuat dari metal dan
finger tipe dengan handle terbuat dari plastic. Untuk saluran akar membengkok
sebaiknya digunakan spreader.

1. Oklusi itu ada berapa ?


Terdapat istilah oklusi normal dan oklusi ideal. Menurut kamus kedokteran gigi, oklusi
ideal merupakan keadaan beroklusnya setiap gigi, kecuali insisif sentral bawah dan molar
ketiga atas, beroklusinya dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada
bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Sedangkan oklusi normal merupakan oklusi
yang memenuhi persyaratan fungsi dan estetik. Untuk memenuhi persyaratan tersebut,
diperlukan susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik dan keseimbangan
fungsional sehingga estetis baik.

2. Apa syarat oklusi normal ?


Edward Angle menyebutkan kunci untuk oklusi normal yaitu posisi anteroposterior yang
relative dari molar permanen bawah; juga disebutkan pentingnya interdigitasi tonjol yang
adekuat untuk memberikan dukungan pada fungsional gigi.
Syarat oklkusi normal the key of Andrew:
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital,
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal,
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital,
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual,
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung gigi, tanpa
celah maupun berjejal-jejal,
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung. Andrew memperkirakan bahwa jika
satu atau beberapa ciri ini tidak tepat, hubungan oklusal dari gigi-geligi tidaklah ideal.

3. Bagaimana pulpitis reversible?


Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang tidak parah, penyebab radang dihilangkan
maka pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel
adalah erosi servikal, stimulus ringan atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi
oklusal, kesalahan dalam prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka. Gejala-gejala pulpitis reversibel
diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir,
radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika
terdapat trauma pada bagian oklusal.
Penetapan Diagnosis :
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada
rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang
mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies
porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada
keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
- Untuk isolasi daerah kerja menggunakan apa?
Rubber dam
Beberapa keuntungan penggunaan rubber dam,yaitu pasien terhindar dari tertelannya
alat dan bahanirigasi, lapangan kerja yang bersih, perlindungan jaringan dari cutting
instrument, lebih nyaman bagi dokter gigi bisa bekerja lebih fokus dan terlindung dari
potensi infeksi silang seperti AIDS, hepatitis, tuberkulosis yang bisa ditransmisikan
melalui salivapasien. Namun penggunaan rubber dam tidak disarankan pada penderita
asma, alergi lateks, dan pada pasien berkebutuhan khusus.
1. Pada kasus menggunakan pasak jenis apa ?
Pasak fiber prepabricated

2. Pemilihan pemakaian pasak?


Restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar didesain untuk melindungi jaringan gigi
yang tersisa dari fraktur, menghindari terjadinya infeksi ulang pada sistem saluran akar serta
untuk menggantikan struktur jaringan gigi yang hilang
Pemilihan jenis restorasi pada gigi pasca perawatan saluran akar memerlukan
pertimbangan, karena restorasi diharapkan dapat mengembalikan fungsi gigi baik dari segi
kegunaan maupun estetisnya. Restorasi dengan pasak merupakan metode yang banyak
digunakan untuk merestorasi gigi pasca PSA yang telah kehilangan luas jaringan kerasnya.
Pasak digunakan sebagai retensi untuk inti agar dapat menerima restorasi akhir. Keputusan
pemilihan jenis pasak berdasarkan beberapa faktor antara lain posisi gigi dalam lengkung
rahang, oklusi, fungsi dari gigi yang telah direstorasi, jumlah jaringan gigi yang tersisa serta
konfigurasi saluran akar.
Tujuan dari pasak adalah untuk mempertahankan inti yang akan mendukung restorasi
akhir. Pada gigi anterior dengan struktur gigi di atas supra gingiva kurang dari ½ dan sisa
dentin saluran akar tipis maka penggunaan pasak disarankan untuk meningkatkan retensi
dan stabilisasi untuk memperkuat gigi. Pasak dapat berupa pasak metal ataupun non metal
buatan pabrik (prefabricated) atau buatan operator (fabricated). Pasak dapat dibedakan
berdasarkan bahan pembuatan yaitu pasak logam dan nonlogam. Beberapa pasak non logam
yaitu pasak fiber, keramik dan fiber reinforced polymer. Fiber reinforced polymer terbuat
dari karbon atau serat silica yang terselubungi oleh polimer resin, biasanya merupakan
epoxy resin dan disebut pasak fiber reinforced composites (FRC).

3. Bagaimana mekanisme retensi fiber ?


Mekanisme retensi fiber intrakoronal dengan adanya pasak, dari ekstrakoronal retensi
didapatkan dari finish line bentuk shoulder. Jenis-jenis shoulder:
a. Knife- edge/feather edge:
Indikasi : restorasi yang terbuat dari logam.
b. Shoulder
Indikasi : restorasi metal porselen atau metal akrilik.
c. Bevel shoulder
Indikasi : restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari logam
d. Chamfer
Indikasi : restorasi yang terbuat dari logam

4. Jenis pencetakan ada berapa ?


Mukostatik dan mukokompresif

5. Bagaimana pencetakan dengan alginate?


Pencetakan rahang antagonis dengan alginate:
- Pencetakan menggunakan sendok cetak fabricatedS,M,L pakai alginate, cek seusai
rahang pasien dilihat dari distal apakah sudah menutupi semua gigi dan dilihat ada
jarak atau space dari sendok cetak ke gigi kurang lebih 5mm.
- Pencetakan rahang atas:
1. Posisi kan pasien, tegak tetapi rileks pungung dan kepala terletak satu garis gigi,
oklusal sejajar dengan lantai
2. Operator berada dibelah kanan belakang pasien
3. Instruksikan bernafas lewat mulut
4. Dan di instruksikan bilang hruf u dan o pada
5. Masukan sisa alginate yg berlebih pada ke mucobukal fold agara frenulum tercetak
dengan jelas sambal dilakukan penekanan melalui ekstra oral
- Pencetakan rahang bawah:
1. Posisi kan pasien, tegak tetapi rileks pungung dan kepala terletak satu garis gigi,
oklusal sejajar dengan lantai
2. Operator berada di depan kanan pasien
3. Instruksikan bernafas lewat mulut
4. Instruksikan mengangkat lidah kebelakang sebelum sendok cetak masuk.
Perbandingan bubuk alginat dengan air. Bubuk alginat dan air hendaknya diukur
sesuai dengan yang dianjurkan pabrik.Pengadukan dilakukan dengan cepat sambil menekan
adonan alginat pada dinding bowl sampai halus dan homogen. Pengadukan juga dilakukan
dengan cara menekan spatula pada dinding bowl dengan cepat dan memutar perlahan
mangkuk karet hingga adonan menjadi halus. Namun pengadukan dengan mesin lebih
bagus. Bila pengadukan tidak sempurna, kekuatan gel akan berkurang sampai 50%.
Demikian juga bila pengadukan terlalu lama, gel akan rusak dan kekuatannya akan
menurun. Waktu pengadukanyang umum adalah 30 detik sampai 1 menit tergantung
kepada tipe alginat yang digunakan. Waktu pencampuran alginat dengan tipe pengerasan
normal adalah selama satu menit sedangkan waktu pencampuran alginat dengan tipe
pengerasan cepat adalah selama 45 detik. Setelah 45 detik, pengadukan dihentikan,
alginat yang sudah berbentuk cream dan homogen dimasukkan ke dalam cetakan bentuk cincin
hingga berlebih

6. Bagaimana mencetak model kerja?


Mencetak model kerja dengan teknik two step double impression
Persiapan alat dan bahan
- alat diagnostik
- sendok cetak  sesuaikan dengan rongga mulut px
- elastomer putty dan light body
- mixing tip dan gun
- Alat pelindung diri
- benang retaktor
Persiapan pasien dan operator sebelum pencetakan
- operator menggunakan apd lengkap
- dudukan pasien
- pasien di instruksikan berkumur
- bersihkan sisa makanan menggunakan instrument diagnostic
- pasien diinstruksikan berkumur
- keringkan rongga mulut pasien
Persiapan saat pencetakan
- Posisi kan pasien, tegak tetapi rileks pungung dan kepala terletak satu garis gigi,
oklusal sejajar dengan lantai
- Rongga mulut harus dalam keadaan kering
- Untuk mencetak rahang atas Operator berada dibelah kanan belakang pasien dan untuk
rahang bawah posisi operator berada di depan kanan pasien
- masukan benang retractor (aluminium chloride, epinephrine 0,1 % ) (0,35- 0,5 mm)
waktu retraksi 5-15 menit, masukkan menggunakan probe dari mesial lalu lingual atau
palatal lalu ke bagian distal dan bukal menggunakan bantuam plastic filling instrument
yang tipis dan pinset
- Campur kan base dan katalis sampai homogeny letakan lagi diatas nya scellophen
kemudian di cetakan, tunggu sampai setting dan lepas sendok cetak dari rongga mulut
pasien
- Keringkan rongga mulut
- Setelah itu pasang ligh bodey pada gun dan mixing tips, letakan adonan ligh body di
atas sendok cetak yang telah berisi putty tdi kemudian letakan juga adonan light boody
di bagian bukal dan lingu/palatal gigi yang sudah di preparasi tdi, setelah itu treway
syringe daerah tersebut. Setelah itu masukan kembali sendok cetak tadi ke dalam
rongga mulut pasien, tunggu smapai setting
- Lepas sendok cetak
- Pasien diinstruksikan berkumur

7. Sebutkan irigasi
Shokouhinejad dkk. (2010), menyarankan penggunaan EDTA dan NaOCl sebagai pro-
tokol yang efektif untuk menghilangkan lapisan smear. NaOCl bersifat antimikroba dan
mampu melarutkan jaringan organik dengan baik, namun penggunaan NaOCl sebagai bahan
irigasi akhir ternyata dapat mempengaruhi polimerisasi siler resin. Efek negatif lainnya juga
dapat menyebab-kan degenerasi dentin oleh karena hancurnya kolagen. Menurut Gutmann
dkk. (2006), alternatif bahan irigasi akhir yang dapat digunakan sebelum obturasi
menggunakan siler resin adalah EDTA, klorheksidin atau MTAD.
EDTA sebagai bahan irigasi akhir ber-tujuan untuk mendemineralisasi dentin dan
membersihkan dinding saluran akar, karena pe-rannya sebagai bahan kelasi dapat mengikat
ion kalsium dalam dentin dan membentuk kalsium kelat. Hal tersebut akan meningkatkan
penetrasi substansi kimia dan membuat kontak yang baik antara dinding dentin dan bahan
pengisi saluran akar, namun efek kelasi ini kurang mendapat perhatian pada sepertiga apikal
saluran akar.
Klorheksidin disarankan sebagai bahan irigasi akhir karena tidak memiliki efek negatif
terhadap kolagen namun tidak memiliki kemam-puan melarutkan jaringan pulpa. Kombinasi
NaOCl dan klorheksidin saja, tidak dapat meng-hilangkan lapisan smear, maka disarankan
tetap digunakan EDTA sebagai agen kelasi kemudian diakhiri dengan klorheksidin. Farina
dkk. (2011) menyatakan EDTA 17% se-bagai bahan irigasi akhir memiliki kemampuan
membersihkan lapisan smear, sehingga mem-bantu penetrasi resin ke dalam tubuli
dentinalis. Penggunaan klorheksidin 2% di akhir irigasi setelah EDTA 17% dapat membantu
pelekatan siler resin dan meningkatkan kekuatan peleka-tan, karena tidak memiliki efek
negatif terhadap permukaan dentin. Menurut Shokouhinejad dkk. (2013), klorheksidin
mampu menghambat matrix mettalloproteinase (MMP), sehingga meningkatkan integritas
lapisan hybrid dan stabilitas ikatan resin dentin dalam waktu yang lama.

11.

Anda mungkin juga menyukai