PENDAHULUAN
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-
spesifik dan imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG,
IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel
limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan diferensiasi
dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan
antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan
respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang
menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana
merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas
atau alergi.
Reaksi alergi akut yang mengenai beberapa organ tubuh secara simultan
(biasanya system kardiovaskular, respirasi, kulit, dan gastrointestinal) disebut
sebagai reaksi anafilaksis (ana=balik; phylaxis=perlindungan). Dalam hal ini
respon imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan
(Syamsu, 2001). Anafilaksis merupakan manifestasi dari hipersensitivitas tipe
cepat di mana individu yang peka terpajan suatu antigen spesifik atau hapten yang
mengakibatkan gangguan pernapasan yang mengancam jiwa, biasanya diikuti oleh
kolaps vaskular serta syok dan disertai dengan urtikaria, pruritus, dan angioedema
(Dorland, 1998). Sedangkan menurut Guyton (1997).
anafilaksis merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan tekanan
arteri seringkali menurun dengan hebat. Anafilaksis terutama disebabkan oleh
suatu reaksi antigen-antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen, yang
sensitive untuk seseorang, telah masuk ke dalam sirkulasi.
Angka kejadian yang pasti sukar diperoleh karena sering tidak dilaporkan.
Diperkirakan 0,4 kasus perjuta penduduk pertahun dan di rumah sakit
diperkirakan 0,6 perseribu pasien. Di Amerika Serikat diperkirakan 1-2 % pasien
Page | 1
yang disuntik penisilin mengalami reaksi anafilaksis dan ± 400-800 di antaranya
meninggal pertahun. Reaksi anafilaktiod oleh zat kontras ± 5% dari pengguna dan
± 250-1000 orang di antaranya meninggal pertahun. Reaksi anafilaksis oleh
makanan sukar ditentukan oleh karena tidak ada data yang akurat. Diperkirakan
1/5 – 1/3 penduduk dunia pernah mengalami reaksi alergi makanan. Reaksi
anafilaksis lebih sering terjadi pada mereka yang mempunyai riwayat atopi atau
reaksi alergi sebelumnya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar tentang anafilaksis ini peserta
diharapkan mampu untuk mengetahui,melaksanakan dan memahami
anafilaksis beserta asuhan keperawatan nya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi dari anafilaksis
b. Mampu menjelaskan epidemiologi dari anafilaksis
c. Mampu menjelaskan dan menyebutkan etiologi dari anafilaksis
d. Mampu menyebutkan zat-zat yang dapat menimbulkan reaksi
Page | 2
e. Mampu menjelaskan patogenesis dari anafilaksis
f. Mampu menjelaskan gambaran klinis pasien dengan anafilaksis
g. Mampu menjelaskan diagnosa pada pasien dengan anafilaksis
h. Mampu menjelaskan pengobatan pada pasien dengan anafilaksis
i. Mampu menjelaskan prognosis dari anafilaksis
j. Mampu menjelaskan pencegahan anafilaksis
k. Mampu menjelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan anafilaksis
l. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan anafilaksis
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu melakukan pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah anafilaksis.
Page | 3
BAB 2
PEMBAHASAN
Page | 4
a Reaksi local Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi
urtikaria serta angioedema pada tempat kontak dengan
antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang
fatal.
2.2 Epidemiologi
Page | 5
digunakan untuk diagnostik, dan obat-obatan terjadi terutama pada
usia pertengahan dan dewasa lanjut.
2.3 Etiologi
1. Obat
Page | 6
b. Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol,
sulfonamide, kanamisin, dll.
2. Makanan
3. Bisa/cairan binatang :
a) serangga,
b) ular, laba-laba,
c) ubur-ubur, dan
Page | 7
6. Faktor lisis : panas, dingin, getaran, cahaya, tekanan.
Page | 8
f Anastesi local Prokain, lidokain
2.5 Patogenesis
Page | 9
Setelah pajanan awal maka kompleks obat-karier akan
merangsang pembentukan antibodi dan aktivasi sel imun dalam masa
laten yang dapat berlangsung selama 10-20 hari. Pada pajanan
berikutnya periode laten menjadi lebih singkat karena antigen tersebut
sudah dikenal oleh sistem imun tubuh melalui mekanisme
pembentukan sel memori (reaksi anamnestik) .
Secara klinis gejala anafilaksis dapat berupa reaksi lokal dan reaksi
sistemik. Reaksi lokal terdiri dari urtikaria dan angioedema pada daerah yang
kontak dengan antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi jarang sekali fatal.
Reaksi sistemik terjadi pada oragan target seperti traktus respiratorius, sistem
Page | 10
kardiovaskular, traktus gastrointestinalis, dan kulit. Reaksi ini biasanya
terjadi dalam waktu 30 menit sesudah kontak dengan penyebab.
a. Reaksi sistemik ringan
Gejala awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas di
bagian perifer tubuh, biasanya disertai perasaan penuh dalam mulut dan
tenggorokan. Gejala permulaan ini dapat disertai dengan hidung tersumbat
dan pembengkakan peri orbita. Dapat juga disertai rasa gatal pada
membran mukosa, keluarnya air mata, dan bersin. Gejala ini biasanya
timbul dalam 2 jam sesudah kontak dengan antigen. Lamanya gejala
bergantung pada pengobatan, umumnya berjalan 1-2 hari atau lebih pada
kasus kronik
Tabel 2.1 Gambaran klinis anafilaksis
Tidak diketahui
Pernapasan
Bersin, ahui
Jalan napas atas
pilek,Tiddaikspdnikue, t
Jalan napas bawah
edema laring, serak,
Gastrointestinal
Susu nan saraf pusat edema lidah dan faring,
stridor
Dispnu, emfisema akut,
asma, bronkospasme,
bronkorea
Peningkatan peristaltik,
muntah, disfagia, mual,
Page | 11
Gelisah, ke
Page | 12
a Diagnosa
Diagnosis anafilaksis ditegakkan secara klinis. Perlu dicari riwayat
penggunaan obat, makanan, gigitan binatang atau tranfusi. Pada beberapa
keadaan dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu
dipikirkan diagnosis banding. Pada reaksi sistemik ringan dan sedang
diagnosis bandingnya adalah diagnosis banding urtikaria dan angioedema
Pada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2
organ atau lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk
membantu menegakkan diagnosis maka American Academy of Allergy,
Asthma and Immunology telah membuat suatu kriteria.
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa
menit hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau
kedua-duanya (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh,
pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu
dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme,
stridor, wheezing, penurunan PEF, hipoksemia) dan penurunan tekanan
darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya
hipotonia, sinkop, inkontinensia).
Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara
mendadak setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut
(beberapa menit hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa
kulit (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus,
kemerahan, pembengkakan bibir-lidah-uvula); Respiratory compromise
(misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan PEF,
hipoksemia); penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan
(misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala gastrointestinal
yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah)
Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah
terpapar pada alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam
(syok anafilaktik). Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang
rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%.
Sementara pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari 90
Page | 13
mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah
awal.
b Diagnosa Banding
Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik. Gambaran
klinis yang tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut
sulit dibedakan dengan penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama.
Hal ini terjadi karena anafilaksis mempengaruhi seluruh sistem organ pada
tubuh manusia sebagai akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel
mast dan basofil, dimana masing-masing mediator tersebut memiliki
afinitas yang berbeda pada setiap reseptor pada sistem organ. Beberapa
kondisi yang menyerupai reaksi anafilaksis dan syok anafilaktik adalah
reaksi vasovagal, infark miokard akut, reaksi hipoglikemik, reaksi histeris,
Carsinoid syndrome, Chinese restaurant syndrome, asma bronkiale, dan
rhinitis alergika
Reaksi vasovagal, sering dijumpai setelah pasien mandapat
suntikan. Pasien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. Tetapi
dibandingkan dengan reaksi anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya
lambat dan tidak terjadi sianosis. Meskipun tekanan darahnya turun tetapi
masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik.
Sementara infark miokard akut, gejala yang menonjol adalah nyeri dada,
dengan atau tanpa penjalaran. Gejala tersebut sering diikuti rasa sesak
tetapi tidak tampak tanda-tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada
anafilaktik tidak ada nyeri dada.
Reaksi hipoglikemik, disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes
atau sebab lain. Pasien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak
sadar. Tekanan darah kadang-kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda-
tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui
obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai
adanya tanda-tanda gagal napas, hipotensi, atau sianosis. Pasien kadang-
kadang pingsan meskipun hanya sementara. Sedangkan tanda-tanda diatas
dijumpai pada reaksi anafilaksis.
Page | 14
Carsinoid syndrome, dijumpai gejala-gejala seperti muka
kemerahan, nyeri kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma.
Chinese restaurant syndrome, dapat dijumpai beberapa keadaan seperti
mual, pusing, dan muntah pada beberapa menit setelah mengkonsumsi
MSG lebih dari 1gr, bila penggunaan lebih dari 5 gr bisa menyebabkan
asma. Namun tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan pernapasan tidak
berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan tanpa MSG.
Asma bronkiale, gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk
berdahak, dan suara napas mengi (wheezing). Dan biasanya timbul karena
faktor pencetus seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering
terjadi pada pagi hari. Rhinitis alergika, penyakit ini menyebabkan gejala
seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal hidung yang hilang-timbul, mata
berair yang disebabkan karena faktor pencetus seperti debu, terutama di
udara dingin.
2.8 Pengobatan
Page | 15
mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis. Difenhidramin diberikan dengan
dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam. CTM diberikan dengan dosis 0,09
mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-5 tahun: 2.5
mg/dosis, 1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis, 1 kali/hari. Dan
Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-5 tahun: 2.5
mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis, 1 kali/hari.
Page | 16
lesi dan tempat. Prinsip umum adalah : dimulai dengan kortikosteroid
potensi rendah. Krim mempunyai kelebihan lebih mudah dioles, baik
untuk lesi basah tetapi kurang melindungi kehilangan kelembaban kulit.
Salep lebih melindungi kehilangan kelembaban kulit, tetapi sering
menyebabkan gatal dan folikulitis. Sediaan semprotan digunakan pada
daerah kepala dan daerah berambut lain. Pada umumnya steroid topikal
diberikan setelah mandi, tidak diberikan lebih dari 2 kali sehari. Tidak
boleh memakai potensi medium sampai tinggi untuk daerah kulit yang
tipis misalnya muka, leher, ketiak dan selangkangan.
Page | 17
diberikan sesuai indikasi. Pemberian obat secara oral lebih sedikit
memberikan reaksi alergi dibandingkan parenteral atau topikal. Pemberian
obat parenteral harus ditunjang dengan ketersediaan epinefrin atau sarana
gawat darurat lain.
2.9 Prognosis
2.10 Pencegahan
c Penggunaan antibiotik atau obat lain harus atas indikasi, kalau mungkin
berikanlah p.o. daripada suntikan
Page | 18
g Bila alergi terhadap obat, harus mempunyai catatan mengenai macam/jenis
obat tersebut.
2.11 Penatalaksanaan
Page | 19
resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak
terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau terjadi komplikasi
syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral
maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:
iii. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar
(a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi
jantung luar.
Page | 20
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan
bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol
resusitasi jantung paru.
Page | 21
dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran
juga bisa melepaskan histamin.
BAB 3
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab):
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, golongan darah, , hubungan pasien
dengan penanggung jawab, dll.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang : pasien ditanya tentang riwayat alergi,
termasuk tipe allergen (serbuk, debu, tanaman, kosmetika, makanan,
obat-obatan, dan vaksin). Pasien yang mengalami reaksi anafilaksis
harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin, karena reaksi ini
akan mempengaruhi kerja dari organ yang lain.
Page | 22
b) Riwayat kesehatan dahulu : pasien ditanya tentang status imunisasi
(yaitu imunisasi yang sudah pernah diberikan ketika masih kecil) dan
penyakit yang lazim diderita dalam masa kanak-kanak.
3. Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian fisik pasien dengan gangguan imunologis mencakup
palpasi nodus limfatikus dan pemeriksaan kulit, membrane mukosa,
dan system respiratorius, gastrointestinal, urogenital, kardiovaskuler
serta neurogenik.
b) Pada pemeriksaan jasmani, kondisi kulit dan membran mukosa pasien
harus dinilai untuk menemukan lesi, dermatitis, purpura (perdarahan
subkutan), urtikaria, inflamasi atau pun pengeluaran sekret.Tanda-
tanda infeksi perlu diperhatikan.Suhu tubuh pasien dicatat dan
observasi dilakukan untuk mengamati gejala menggigil serta
perspirasi.
c) Kelenjar limfe servikal anterior serta posterior, aksilaris dan inguinalis
harus dipalpasi untuk menemukan pembesaran; jika kelenjar limfe
atau nodus limfatikus teraba, maka lokasi, ukuran, konsestensi dan
keluhan nyeri tekan pada saat palpasi harus dicatat.
d) Status respiratorius pasien dievaluasi dengan memantau frekuensi
pernapasan dan menilai adanya gejala batuk (kering atau produktif)
serta suara paru yang abnormal (mengi, krepitasi, ronkhi).Pasien juga
dikaji untuk menemukan rinitis, hiperventilasi danbronkospasme.
e) Status kardiovaskuler dievaluasi dengan memerikasa kemungkinan
hipotensi, takikardi, aritmia, vaskulitis, dan anemia.
f) Status gastrointestinal pasien dinilai dengan mengecek kemungkinan
hepatospenomegali, kolitis, vomitus serta diare.
g) Status urogenital dinilai dengan mengamati tanda-tanda infeksi
saluran kemih (sering kencing atau rasa terbakar saat buang air kecil,
hematuri dan pengeluaran secret dari uretra).
4. Pengkajian neurosensorik
Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai perubahan pada
status neurosensorik (yaitu, gangguan fungsi kognitif, gangguan
Page | 23
pendengaran, perubahan visual, sakit kepala, serta migrain, ataksia dan
tetani).
5. Data/pengkajian spiritual
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah
hidup pasien serta ke-Tuhanan yang diyakininya.
6. Pengkajian psikologis
Status nutrisi pasien, tingkat stress dan kemampuan untuk mengatasi
masalah juga harus dinilai bersama dengan usianya dan setiap
keterbatasan fungsional (keadaaan mudah lelah serta ketahanan tubuh).
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Skin test
b. Tes provokasi
c. Tes radioalergosorbent (RAST)
3.2 Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus .
2. Gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengan penurunan curah
jantung dan vasodilatasi arteri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi
histamine dan bradikinin oleh sel mast.
5. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kapasitas vaskuler.
mpoulma
Page | 24
pernapasan efektif
asing ke faring.
dengan jalan nafas yang
Meningkatkan
paten.
aliran sekret,
indikasi
Menurunkan
resiko aspirasi
atau asfiksia
Kolaborasi :
Untuk
menurunkan
hipoksia
cerebral.
Kolaborasi :
Berikan tambahan oksigen atau
ventilasi manual sesuai
kebutuhan
2 Memperbaiki Setelah dilakukanMandiri : Mandiri :
perfusi tindakan keperawatan
jaringan Kulit pasien hangat.
selama … x 24 jam :
pasien
Page | 25
Selidiki
perubahan tiba –
tibaPerfusi
secara atau
gangguan mental
kontinulangsung
berhubungan
Page | 26
Tanda vital dalam batacson toh cemas, bingung letargi, dengan curah jantung
normal. pingsan.
Pasien sadar atau
berorientasi.
Llihat kulit apakah pucatP, enurunan curah jantung
sianosis, belang, kulit dingindibuktikan oleh penurunan
atau lembab, catat kekuatanperfusi kulit dan
nadi perifer. penurunan nadi.
3 Peningkatan Setelah dilakukan periksa tanda vital sebelu-m hipotensi dapat terjadi
toleransi tindakan keperawatandan segera setelah aktivitas karena efek obat,
aktivitas selama … x 24 jam : perpindahan
Pasien mencapai cairan,pengruh fungsi
peningktan toleransi jantung.
aktivitas yang dapat di
ukur. atat respon cardiopulmon-al
terhadap aktivitas .
cc
Penurunan / ketidak
mampuan miokardium
untuk meningkatkan
volume sekuncup selama
ji penyebab kelemahan aktivitas.
ka -K
elemahan dapat
disebabkan oleh efek
samping beberapa
obat,nyeri dan stres.
Page | 27
evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas. - Dapat menunjukan
peningkatan decompensasi
jantung dari pada
kelebihan aktivitas
Page | 28
- Menurunkan tekana pada
kulit dari istirahat lama di
pertahankan kebersihantemapat tidur.
lingkungan pasien seprti
seprei bersih kering dan tidak
berkerut - Kuku yang panjg /kasar
meningkatkan kerusakan
Sarankan pasien untukdermal.
melakukan ambulasi beberapa
jam sekali jika
memungkinkan.
Gunting kuku secara teratur. KOLABORASI:
- igunakn pada perawatan
KOLABORASI: lesi kulit. Jika digunakn
Gunakn/berikan obat obatnslep multi dosis,perawatn
atau sistemik sesuai indikasi. harus dilakuakn untuk
menghindari kontaminasi
silang.
5 Memenuhi Setelah dilakukan MANDIRI : MANDIRI :
kebutuhan tindakan atat tanda vital pasien. -Indikator dari volume
cairan tubuh cairan sirkulasi.
keperawataCn selama …
x 24 jam : Diharapkan atat peningkatan suhu eningkatkan kebutuhan
kebutuhan tubuh pasien da-Mn durasi demam .metabolisme dan diforesis
terhadacp berikan kompres hangatyangberlebihan
cairan terpenuhi sesuai indikasi,pertahankan Dihubungkan dengan
pakaian tetapdemam dalam
kering,pertahankan meningkatkan kehilangan
kenyamanan suhu lingkungan cairan yang berlebihan.
Page | 29
urine menunjukan
perubaha perfusi ginjal
/volume sirkulasi.
Pantau pemasukan oral dan
memasukan cairan sediktnya Memprtahankan
2500ml/hari keseimbangan
cairan,mengurangi rasa
haus,dan melembabkan
KOLABORASI : membran mukosa.
Berikan obat obatan sesuaiKOLABORASI:
indikasi misl - ntuk membantu
U; antipiretik(aceta minofen) mengurangi demam dan
respon metabolisme,
menurunkan cairan tak
kasat mata
3.4 Evaluasi
a) 1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam:
b) Pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan
nafas yang paten
c) 2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Kulit pasien hangat.
d) - Tanda vital dalam batas normal.
e) - Pasien sadar atau berorientasi.
f) 3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
g) Pasien mencapai peningktan toleransi aktivitas yang dapat di ukur
h) 4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Menunjukan kemajuan pada luka atau penyembuhan
i) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
j) Diharapkan kebutuhan tubuh pasien terhadap cairan terpenuhi
Page | 30
BAB 4
KESIMPULAN
Anafilaksis adalah rekasi alergi yang mempengaruhi seluruh tubuh. Reaksi ini
dapat menyebabkan kematian. Anafilasis dapat disebabkan oleh:
- Aspirin
- obat anti inflamatory
- kacang-kacangan
- buah
- telur
- chepalosporins
- sengatan lebah.
Gejala
Gejala anafilaksis dapat mencakup:
- tekanan perut
- batuk
- pusing
- mual dan muntah
- sesak napas
- pembengkakan pada wajah
- sesak di dada atau tenggorokan
Pencegahan
Cara Terbaik mencegah reaksi alergi ini adalah dengan menghindari
substansi yang menyebabkan alergi.
Page | 31
DAFTAR PUSTAKA
Ewan, PW. Anaphylaxis dalam ABC of Allergies; 1998. BMJ. Vol 316.
Hal 1442-1445
Page | 32
Brown SGA. Clinical Feature and Severity Grading of Anaphylaxis.
Allergy Clinical Immunology”. Hobart, Australia; 2004. pp.371-376
Page | 33