MAKALAH TAFSIR Ahmmad Rohiman
MAKALAH TAFSIR Ahmmad Rohiman
DOSEN PENGAMPU :
Dra.Agustini, M.Ag
DISUSUN OLEH :
Ahmmad Rohiman (2011420035)
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang mana telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengertian
Thaharah Menurut Ulama Fiqh dan Sufi” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir dengan dosen pengampuh Ibu Dra. Agustini, M.Ag. Makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan para mahasiswa untuk dijadikan sebagai bahan
referensi terkait materi yang dibahas didalamnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra. Agustini M.Ag yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga makalah dapat terselesaikan. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. Surah Al- Ahzab ayat : 53..........................................................................................................7
B. Surah AL – Mujadalah ayat : 12................................................................................................8
C. Pengertian Thaharah Menurut Ulama Fiqh................................................................................9
D. Pengertian Thaharah Menurut Ulama Sufi...............................................................................11
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari thaharah menurut ulama fiqh.
2. Untuk mengetahui maksud dari thaharah menurut ulama sufi.
3. Supaya dapat membandingkan antara keduanya susuai dengan surah al – ahzab :
53, dan surah Al- mujadalah : 12.
1
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini maka dapat menambah referensi pengetahuan dari
agama Shintoisme, dapat dijadikan sebagai pengetahuan baru untuk rekan-rekan
seperjuangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
وت ال َّن ِب ِّي ِإال َأنْ ُي ْؤ َذنَ لَ ُك ْم ِإلَى َط َع ٍام َغ ْي َر َن اظِ ِرينَ ِإ َن اهُ َولَكِنْ ِإ َذا َ { َيا َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا اَل َت دْ ُخلُوا ُب ُي
ث ِإنَّ َذلِ ُك ْم َكانَ ُيْؤ ذِي ال َّن ِب َّي َف َي ْس َت ْح ِيي ِم ْن ُك ْمٍ ُد ِعي ُت ْم َفادْ ُخلُوا َفِإ َذا َطع ِْم ُت ْم َفا ْن َتشِ ُروا َوال ُم ْس َتْأنِسِ ينَ ل َِحدِي
ب َذلِ ُك ْم َأ ْط َه ُر لِقُلُ وبِ ُك ْم ٍ اس َألُوهُنَّ مِنْ َو َراءِ ح َِج ا َ َوهَّللا ُ اَل َي ْس َت ْحيِي مِنَ ا ْل َح ِّق َوِإ َذا
ْ س َأ ْل ُت ُموهُنَّ َم َتا ًع ا َف
َاج ُه مِنْ َب ْع ِد ِه َأ َب دًا ِإنَّ َذلِ ُك ْم َك انَ عِ ْن د َ سول َ هَّللا ِ َوال َأنْ َت ْن ِك ُحوا َأ ْز َو
ُ وب ِهنَّ َو َما َكانَ لَ ُك ْم َأنْ ُتْؤ ُذوا َر ِ َُوقُل
} )54( ش ْي ٍء َعلِي ًما َ ِّ ش ْيًئ ا َأ ْو ُت ْخفُوهُ َفِإنَّ هَّللا َ َكانَ ِب ُكل
َ ) ِإنْ ُت ْبدُوا53( هَّللا ِ َعظِ ي ًما
3
Dan aku pernah berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istrimu banyak
ditemui oleh orang-orang, di antaranya ada yang bertakwa dan ada yang durhaka (yakni ada
yang baik dan ada yang buruk), maka sekiranya engkau buatkan hijab untuk mereka,' lalu
turunlah ayat hijab ini.
Dan aku pernah berkata kepada istri-istri"Nabi Saw. pada saat mereka bersekongkol
memprotes Nabi Saw. karena terdorong oleh rasa cemburu mereka, 'Jika Nabi menceraikan
kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya istri-istri yang lebih"baik
daripada kamu.' Maka turunlah ayat yang menyebutkan hal yang sama," yaitu firman-Nya:
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya istri-istri
yang lebih baik daripada kamu. ' (At-Tahrim: 5).1
1
Buku kitab Ibnu Katsir
2
Kitab Tafsir jalalyn, hlm : 158 - 160
B. Surah AL – Mujadalah ayat : 12
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan
Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan
itu. Yang demikian itu adalah lebih baik dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang
akan disedekahkan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al – Mujadalah : 12 )
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian mengadakan pembicaraan khusus
dengan rasul) yakni kalian bermaksud untuk melakukannya dengan dia (hendaklah kalian
mengeluarkan sebelum pembicaraan kalian itu) sebelum pembicaraan khusus itu diadakan
(sedekah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian dan lebih bersih) artinya lebih
membersihkan dosa-dosa kalian (jika kalian tidak menemukan) apa yang kalian sedekahkan
(maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun) terhadap pembicaraan khusus yang akan
kalian lakukan itu (lagi Maha Penyayang) terhadap kalian. Makna yang dimaksud, tiada dosa
bagi kalian untuk melakukan pembicaraan khusus itu sekalipun tanpa sedekah.3
Wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan Rasul-Nya, apabila kalian hendak
melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah, maka bersedekahlah lebih dahulu karena
hal itu lebih baik bagi kalian dan lebih dapat membersihkan hati. Apabila kalian tidak
mempunyai sesuatu yang disedekahkan, maka Allah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.4
5
C. Pengertian Thaharah Menurut Ulama Fiqh
3
Kitab Tafsir Jalalyn
4
Menurut pendapat Dari Tafsir Quraiys Shihab.
Secara umum, kata thaharah menurut bahasa artinya bersuci dari sesuatu yang
kotor, baik yang kotor itu bersifat hissiy (dapat dirasakan oleh indera), maupun
maknawi (sebaliknya).[1] Kotor yang bersifat maknawi ini diartikan sebagai dosa,
sebagaimana hadist riwayat Ibnu ‘Abbas r.a, Bahwa baginda Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Sakit akan menjadi pembersih (thahurun) dalam bagimu insyaAllah”.
Dalam hadist lain, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya sakit itu adalah
pencuci sebagian dosa”.
Thaharah, secara istilah apabila dikaji menurut beberapa madzhab, madzhab
Hanafi misalnya, beliau mengartikan “thaharah” adalah bersih dari hadats atau
khabas. Bersih disini maksudnya mungkin sengaja dibersihkan atau juga bersih
dengan sendirinya, seperti terkena air yang banyak sehingga najisnya hilang. Hadats
adalah suatu yang bersifat syar’i yang menempati pada sebagian atau seluruh badan
sehingga menghilangkan kesucian. Hadats disebut juga najasah hukmiyyah, artinya
sang pembuat syariat menghukumi jika seorang berhadats maka dia dianggap
memiliki najis dan dilarang untuk melakukan shalat sebagaimana juga dilarang
ketika dia memiliki najis yang dzahir. Sedangkan khabats, secara istilah adalah suatu
jenis materi yang kotor dan menjijikkan yang diperintahkan oleh pemilik syariat
untuk dihilangkan dan dibersihkan.
Menurut madzhab Maliki, “thaharah” ialah sifat hukmiyyah yang orang
memilikinya dibolehkan shalat dengan pakaian yang dipakainya dan tempat yang dia
pakai untuk shalat. Sifat hukmiyyah berarti sifat yang bersifat maknawi yang
ditentukan oleh sang pemilik hukum sebagai syarat sahnya shalat.[3] Dari pemikiran
madzhab ini menurut Mahmud Syalthut, bahwa thaharah merupakan sesuatu yang
bersifat bathiniy, yang lebih bersifat perkiraan (Dzaniniyyah), bukan sesuatu yang
dapat dirasakan oleh indera (hissiy).5
5
Kitab fiqh bab 1 thaharah
Madzhab Syafi’i, thaharah digunakan untuk dua makna. Pertama;
mengerjakan sesuatu yang dengannya diperbolehkan shalat, seperti wudhu,
tayammum dan menghilangkan najis, atau mengerjakan sesuatu yang semakna
dengan wudhu dan tayamum, seperti wudhu ketika masih keadaan berwudhu,
tayamum sunnah dan mandi sunnah. Singkatnya, thaharah adalah nama untuk
perbuatan seseorang. Kedua; thaharah berarti juga suci dari semua najis.[5] Mahmud
menambahkannya dengan hadast,[6] hadast dapat dihilangkan dengan wudhu dan
mandi besar apabila menanggung hadast besar. Adapun najis dapat hilang dengan
mencucinya. Inilah yang menjadi tujuan dari Thaharah. Sehingga apabila diucabkan,
pengertiannya adalah hilangnya najis dan hadast sekaligus.
Menurut Al Hanabillah, Thaharah menurut syara’ ialah hilangnya hadast atau
yang semisalnya serta hilangnya najis atau huku hadast dan najis itu sendiri. Adapun
hilangnya hadast berarti hilangnya sifat yang menghalangi sholat dan yang searti
dengannya. 6
6
Kitab fiqh perbandingan 4 mazhab
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya thaharah adalah bersuci dari kotoran baik yang bersifat lahiliyah
berupah najis, dan hadas da nada juga thaharah dalam lingkup batin, yaitu upaya
pembersihan rohani diri manusia itu sendiri. Oleh karena itu sebagai seorang manusia
hendaknya kita senantiasa bemuhasabah diri dan selalu meningkatkan kulitas
keimananan kita kepada Allah Swt.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, pemakalah berharap akan menambah wawasan
pembaca dan dapat berguna dalam menambah ilmu dan pengetahuan. Saya menyadari
dalam pembuatan makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca yang mendidik sangat saya butuhkan. Terimakasih.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
9