Anda di halaman 1dari 3

Valuta asing (foreign exchange) adalah setiap aset atau tuntutan finansial dalam mata

uang asing, sedangkan menurut FASB No.52, valuta asing dapat didefinisikan sebagai:
“Acurrency other than an entity’s functional currency” Pada dasarnya kedua pengertian di
atas adalah sama, yang dapat disimpulkan bahwa valuta asing adalah pertukaran mata uang
suatu negara terhadap negara lainnya. Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata
uang asing adalah: “Suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian
dalam suatu mata uang asing.” Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan transaksi
yang terjadi dalam mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata
uang yang berbeda pula.

Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul
ketika suatu perusahaan:

 Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing.
 Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing.
 Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana.
 Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara internasional memakai berbagai


metode untuk mengekspresikan dalam satuan valuta domestik, aktiva, kewajiban, pendapatan
yang dinyatakan atau telah dikuantifisir dalam valuta asing. Bagi perusahaan yang memiliki
transaksi valuta asing, perusahaan dihadapkan pada tiga foreign exchange exposer yang
terdiri dari:

1. Transaction Exposure

Exposure ini menyangkut pencatatan transaksi valuta asing pada saat terjadinya, kemudian
melakukan pengukuran terhadap kejadian yang mencerminkan ketidakpastian yang timbul
dari perubahan jumlah hak dan kewajiban serta yang menimbulkan laba/rugi yang nyata.

2. Economic Exposure

Hal ini menyangkut keadaan yang bersifat strategis karena menggambarkan future earning
power yang dapat dipengaruhi oleh adanya peubahan nilai tukar valuta asing.

3. Translation Exposure

Disini diperlukan cara mengukur pengaruh perubahan nilai valuta asing terhadap laporan
keuangan neraca dan hasil usaha suatu perusahaan, terutama dalam menyusun laporan
keuangan konsolidasi accounting exposure akan selalu muncul pada saat penyusunan laporan
keuangan jika di antara akun laporan keuangan bersangkutan terdapat akun atau pos-pos yang
awal kejadiannya dinyatakan dalam valuta asing. Oleh karena itu, perlu dibedakan metode
pencatatan yang antara lain:

a. Single rate method, menurut metode ini nilai dilaporkan menurut kurs tunggal yang
berlaku pada tanggal neraca.
b. Current-noncurrent method, menurut metode ini pos-pos valas dibagi dua yaitu:

 Akun lancar (current), dilaporkan menurut kurs yang yang berlaku saat itu (current
rate).
 Akun non lancar (non-current), dilaporkan menurut kurs historis.
 Akun laba rugi dijabarkan dengan kurs rata-rata (average rate), kecuali untuk
penyusutan dan amortisasi dinilai dengan kurs historis (historical rate).

c. Monetary dan non monetary method, dalam metode ini akun-akun valuta asing
perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Pos moneter, yaitu pos yang nilai aslinya tidak berubah dan dinilai dengan kurs saat
itu (current rate).
 Pos nonmoneter, yaitu pos-pos yang nilai historisnya berubah-ubah tergantung harga
pasar dan untuk itu dinilai dengan historical rate.

d. Temporal method, yang merupakan modifikasi dari monetary dan nonmonetary method.
Dalam hal ini penentuan kurs didasarkan pada metode pemilihan yang digunakan apakah
market value atau historical value.

e. Hybrid method, yaitu campuran dari beberapa metode di atas dengan syarat harus
dilaksanakan dengan konsisten.

Jenis Perubahan Nilai Kurs Valuta Asing

Perubahan nilai kurs valuta asing umumnya berupa:

1. Apresiasi atau depresiasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap
mata uang asing yang sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintan dan
penawaran valuta asing) baik dalam ngeri maupun luar negeri.
2. Devaluasi atau revaluasi naik atau turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap
mata uang asing dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.

Turunnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing yang terjadi harian
(depresiasi) sebenarnya mempunyai pengertian sebagaimana devaluasi, tetapi karena
perubahan tersebut sangat kecil, maka tidak dirasakan sebagai devaluasi. Yang dianggap
sebagai devaluasi adalah penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang asing
yang dinyatakan secara resmi oleh pemerintah, dilakukan secara mendadak, dan ada
perbedaan selisih kurs yang besar antara sebelum dan sesudah devaluasi. Hal ini berlaku juga
untuk apresiasi dan revaluasi.

Dasar Pemakaian Kurs Dalam Penjabaran Transaksi Valuta Asing

Pengertian selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah: “Selisih yang
dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan
pada kurs yang berbeda.” Jadi selisih kurs yang terjadi akibat transaksi valuta asing (foreign
exchange contract) harus dilaporkan dalam nilai mata uang rupiah.
Pengakuan selisih kurs menurut Standar Akuntansi Keuangan ditentukan sebagai berikut:
“… apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian
(settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila
timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam periode akuntansi yang sama, maka
selisih kurs diakui pada periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu
transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.” (Standar Akuntansi Keuangan)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelesaian dalam suatu transaksi mata
uang asing harus dilakukan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan juga harus
memperhitungkan adanya selisih kurs yang terjadi dari transaksi tersebut. Transaksi valuta
asing dibukukan berdasarkan kurs pada tanggal transaksi dan pada tanggal neraca, saldo
aktiva dan kewajiban dalam valuta asing harus dijabarkan dengan kurs pada tanggal neraca,
dan selisih kurs yang timbul ditampung dalam perhitungan laba rugi periode usaha yang
bersangkutan. Sedangkan selisih kurs yang terjadi pada saat transaksi sebagai akibat dari
devaluasi atau revaluasi dapat dibebankan atau dikreditkan baik langsung pada periode
berjalan atau ditangguhkan dan diamortisasi selama beberapa periode

Anda mungkin juga menyukai