NIM : 2002110954
RMK Audit
ETIKA PROFESI
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau
nilai-nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum
meyakininya secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok
lainnya telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang
ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan
nilai serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini
merupakan gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman-teman.
Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan
berjalan dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk
menyatukan masyarakat. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mempercayai
orang lain yang berhubungan dengan kita untuk berlaku jujur jika para orang tua, guru,
karyawan, saudara kandung, rekan kerja, dan teman kita terus menerus berbohong maka
hampir tidak mungkin kita dapat melakukan komunikasi yang efektif.
Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika
orang lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat
diterima, maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.
Sebagian besar perilaku tidak etis adalah hasil dari sikap yang egois. Skandal-skandal
politik berasal dari keinginan untuk memiliki kekuatan politik, kecurangan dalam melaporkan
pajak dan pelaporan biaya didorong oleh keserakahan finansial, melakukan pekerjaan di
bawah standar kemampuan yang dimiliki dan berlaku curang ketika mengikuti ujian biasanya
muncul karena kemalasan. Orang yang melakukan perbuatan tidak etis tersebut mengetahui
bahwa perbuatannya menyimpang, namun ia memeilih untuk melakukan penyimpangan
tersebut karena diperlukan pengorbanan pribadi untuk bertindak sesuai dengan etika.
B. DILEMA ETIKA
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang patut dibuat.
Para auditor, akuntan dan pebisnis lainnya, mengahdapi banyak dilemma etika dalam
karir bisnis mereka. Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika
tidak diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema apakah akan menentang
supervisor yang telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara untuk memperoleh bonus
yang lebih besar merupakan sebuah dilemma etika. Meneruskan untuk menjadi bagian dari
manajemen perusahaan yang mengganggu dan tidak memperlakukan karyawannya dengan
baik atau berlaku tidak jujur terhadap pelanggannya merupakan dilemma etika, terlebih bila
orang tersebut memiliki keluarga yang harus ia nafkahi dan persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan sangat tinggi.
Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.
Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku
legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan
pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan
seseorang.
Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi
hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akanmemberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.
Sangat penting untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dan pendek. Terdapat
kecenderungan normal untuk memilih pada tujuan jangka pendek karena konsekuensinya
akan dirasakan dalamjangka waktu yang dekat.
Tindakan yang Tepat
Diputuskan setelah mempertimbangkan nilai-nilai etikanya dan kemungkinan dampak
dari masing-masing pilihan keputusan tersebut.
Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalan berperilaku yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah professional berarti tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab secara individu dan
ketentuan dalam peraturan dan hokum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai
seorang professional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien, dan
pada sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut
berarti harus melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki
kepercayaan pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional
tersebut akan kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum
secara efektif. Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan
meningkat bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang
tinggi bagi para praktisinya.
KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. KAP
ditugasskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk
perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
penerima manfaat utama dari jasa audit tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang
KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa
KAP tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai
jasa audit atau jasa astetasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga
permintaan akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan menurun. Oleh karena itu, terdapat
motivasi yang besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.
Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam LK. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI. Bapepam-LK berwenang untuk
menetapkan standar etika dan independensi bagi para auditor perusahaan publik.
B. KODE ETIK
Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian,
ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian
sebagai berikut :
Bagian A : Penerapan umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik
sebagai unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai
prinsip-prinsip dasar etika professional bagi para anggota, serta memberikan kerangka
konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan
bagaimana kerangka konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
ancaman dalam situasi-situasi tertentu.
Berikut merupakan cara-cara profesi akuntan dan masyarakat untuk mendorong
akuntan publik agar berperilaku profesional:
1. GAAS dan interpretasi
2. Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik
3. Pengendalian Mutu
4. SEC
5. Kode etik jabatan
6. Pembagian Kantor Akuntan Publik
7. Kewajiban hukum Kantor Akuntan Publik
8. Persyaratan pendidikan lanjutan
Kelima prinsip etika dalam Bagian A kode etik professional dimaksudkan untuk
diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik publik.
Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas. Merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan sebagai
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan para auditor untuk terus terang dan jujur serta melakukan praktik
secara adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan professional mereka.
2. Objektivitas. Prinsip ini mengharuskan para auditor untuk bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
3. Kompetensi professional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan
keterampilan professional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa
professional.
4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama tugas professional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin klien
mereka, kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka
mengungkapkan informasi tersebut.
5. Perilaku professional. Para professional harus menahan diri dari setiap perilaku yang
akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak
boleh membesar-besarkan kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak boleh
membuat perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar pesaing.
Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prisip-prinsip utama.
Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
Penelaahan pribadi – ketika seorang auditor menelaah suatu situasi yang
merupakan konsekuensi penilaian sebelumnya atau nasihat dari auditor atau
perusahaan tempat sang auditor kerja.
Advokasi – ketika auditor mendukung suatu posisi atau opini yang mengakibatkan
berkurangnya objektivitas auditor tersebut.
Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap
kepentingan lain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
Intimidasi – ketika tindakan yang dilakukan auditor dapat dinegoisasikan dengan
menggunakan ancaman nyata atau ancaman palsu.
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan satu dari karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dsar
daari prinsip integritas dan objektivitas. Jika auditor merupakan advokat atau dipengaruhi
oleh karyawan atau manajemen klien, maka individu yang berkepentingan tersebut akan
memandang auditor tidak memiliki independensi dan objektivitas. Kode etik membahas
independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas
dan objektivitas.
Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum
terselesaikan. Selain itu, para pengguna laporan keuangan juga harus memiliki kepercayaan
terhadap independensi auditor. Kedua independensi ini sering disebut independen dalam
fakta atau kenyataan dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul
ketika secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam
penampilan merupakan interprestasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.
Kepentingan Keuangan
Interpretasi atas Peraturan 101 melarang anggota yang tercakup untuk memiliki sa-ham atau
investasi langsung lainnya dalam klien audit karena hal ini akan berpotensi merusak
independensi audit sebenarnya, dan tentu akan mempengaruhi persepsi pe-makai
independensi auditor.
Standar Teknis
Peraturan 201 – Standar Umum Seorang anggota harus memenuhi standar dan interpretasi
berikut yang dikemukakan oleh badan yang dirancang oleh konsul.
– Kompetensi profesi. Hanya mengerjakan jasa profesi tersebut dimana anggota atau firma
anggota secara wajar bisa berharap untuk diselesaikan dengan kompetensi profesi.
– Perhatian profesi. Melakukan perhatian profesi dalam penampilan jasa profesi.
– Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dengan cukup dan mengawasi penampilan jasa
profesi.
– Data relevan yang cukup. Memperoleh data relevan yang mencukupi sebagai dasar yang
wajar untuk kesimpulan atau rekomendasi dalam hubungannya dengan jasa profesi yang
dilakukan.
Peraturan 202 – Pemenuhan Standar Seorang anggota yang melakukan audit, telaah,
pemenuhan, konsultasi manajemen, pajak, atau jasa profesional lainnya akan meme-nuhi
standar yang disebarluaskan oleh badan yang ditujukan oleh Dewan.
Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi Seorang anggota tidak boleh (1) memberi-kan
opini atau menyatakan dengan setuju bahwa laporan keuangan atau data keuang-an lainnya
atas entitas yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum atau
(2) menyatakan bahwa ia tidak menyadari satu modifikasi material yang harus dibuat untuk
laporan atau data demikian dengan maksud agar modifikasi itu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum bila laporan atau data demikian berisi penyimpangan dari sebuah
prinsip akuntansi yang disebarkan oleh badan yang ditunjuk oleh Konsul untuk membuat
prinsip demikian yang secara material memberi pengaruh kepada laporan atau data yang
diambil secara keseluruhan. Namun, bila laporan atau data berisi penyimpangan demikian
dan anggota bisa memperlihatkan bahwa karena keadaan tidak biasa, laporan keuangan atau
data kalau tidak bisa menyesatkan, anggota bisa memenuhi peraturan dengan menjelaskan
penyimpangan-nya, perkiraan efeknya. Bila bisa diterapkan, dan alasan mengapa pemenuhan
prinsip akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien Seorang anggota dalam praktek umum tidak akan
mengungkapkan informasi klien tanpa persetujuan dari klien.
Peraturan ini tidak boleh ditafsirkan (1) untuk membebaskan seseorang anggota dari
kewajiban profesionalnya dibawah Peraturan 202 dan 203, (2) dengan cara apapun
mempengaruhi kewajiban anggota untuk memenuhi panggilan pengadilan yang dibu-at
secara sah dan bisa diterapkan, (3) untuk melarang telaah dari praktek profesional anggota
dibawah AICPA atau masyarakat akuntan publik negara bagian atau otorisa-si Dewan
Akuntansi, atau (4) menghalangi seorang anggota untuk memulai sebuah keluhan dengan,
atau merespon suatu penyelidikan yang dibuat oleh, divisi etika profesional atau dewan
pengadilan insitut atau badan investigatif atau indisipliner dari masyarakat akuntan publik
negara bagian atau Dewan Akuntansi.
Anggota dari badan yang diidentifikasikan dalam (4) diatas dan anggota yang terlibat dengan
praktek profesional menelaah yang diidentifikasikan dalam (3) diatas tidak akan
menggunakan keuntungan mereka sendiri atau mengungkapkan informasi raha-sia klien milik
anggota manapun yang datang kepada mereka dalam menjalankan aktivitas tersebut.
Larangan ini tidak akan membatasi pertukaran informasi para anggota yang berhubungan
dengan cara kerja investigatif atau indisipliner yang dijelaskan yang dijelaskan dalam (4)
diatas atau telaah prkatek profesional yang dijelaskan dalam (3) diatas.
B. Pengungkapan komisi yang diijinkan. Anggota dalam praktek publik yang tidak dilarang
oleh peraturan ini untuk melakukan pelayanan untuk atau menerima sebuah komisi dan yang
dibayar atau berharap untuk dibayarkan komisi akan mengungkap-kan fakta tersebut kepada
orang atau entitas dimana anggota itu merekomendasikan atau menghubungkan sebuah
produk atau jasa dimana komisis tersebut berhubungan.
C. Fee Penyerahan. Anggota yang menerima fee penyerahan untuk merekomendasi-kan atau
menghubungkan suatu jasa seorang akuntan publik kepada orang atau entitas atau yang
membayar fee penyerahan untuk memperoleh seorang klien akan mengung-kapkan
penerimaan atau pembayaran demikian untuk klien.
Bentuk dan Nama Organisasi
Kepemilikan perusahaan akuntan publik oleh non-akuntan publik sekarang diijinkan di
bawah kondisi berikut:
• Akuntan publik harus memiliki mayoritas kepentingan keuangan perusahaan dan hak
pengambilan suara;
• Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab akhir untuk semua atestasi laporan
keuangan, kompilasi dan jasa lain yang diberikan oleh perusahaan yang diatur oleh Laporan
Standar Audit atau Standar Jasa Akuntansi dan Review;
• Pemilik harus selalu memiliki modal mereka dalam hak mereka sendiri;
• Peraturan berikut diterapkan kepada pemilik non-akuntan publik:
1. Mereka harus secara aktif memberikan jasa kepada klien perusahaan sebagai pekerjaan
prinsip mereka;
2. Mereka tidak bisa menyebut diri mereka akuntan publik tetapi bisa menggunakan suatu
gelar yang diijinkan oleh hukum negara bagian seperti prinsip-prinsip, pemilik, pejabat,
anggota, atau pemegang saham;
3. Mereka tidak bisa mengasumsikan tanggung jawab akhir untuk atestasi laporan keuangan
atau penugasan kompilasi;
4. Mereka tidak memenuhi syarat untuk keanggotaan AICPA tetapi harus memenuhi Kode
Etika Profesional AICPA;
5. Pemilik baru non-akuntan publik harus memiliki gelar kesarjanaan. Sejak tahun 2010,
mereka juga harus memenuhi persyaratan pendidik-an 150 jam AICPA.
6. Mereka harus memenuhi persyaratan pendidikan profesional yang terus berlanjut sebagai
anggota AICPA.
Penegakan Hukum
– Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA
– Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang
bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam hal staf profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAI-KAP
melanggar Aturan Etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut bertanggung jawab atas
tindakan pelanggaran tersebut.
Definisi/Pengertian
1. Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan
seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau KAP tempat Anggota bekerja untuk
melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang
atau badan yang mempekerjakan Anggota.
2. Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan
atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau
yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi
dalam penugasan atestasi, dan surat pemberitahuan tahunan pajak (SPT) serta daftar-daftar
pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan. Pernyataan, surat kuasa atau tanda
tangan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas laporan keuangan.
3. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
4. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang
diakui pemerintah.
5. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di Kantor Akuntan Publik.
6. Anggota adalah semua anggota IAI-KAP.
7. Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf
professional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang
bekerja pada satu KAP.
8. Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan untuk
menjalankan praktik akuntan publik.
9. Praktik Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review,
perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang
diatur dalam standar profesional akuntan publik.
Prinsip-Prinsip Akuntansi.
Anggota KAP tidak diperkenankan:
(1) menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau
(2) menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data
mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersebut anggota KAP
dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan
bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta
alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporan yang menyesatkan.
2. Fee Profesional.
A. Besaran Fee
Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.
B. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan
tersebut dapat mengurangi indepedensi.
Arens, Alvin A, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu Adaptasi
Indonesia Buku 1. Jakarta. salemba Empat
Mulyadi. 2010. Auditing (Cetakan ketujuh). Jakarta. Salemba Empat
Arens, Alvin A dan James. 1995. Auditing-Suatu Pendekatan Terpadu (Jilid 1). Jakarta.
Erlangga