Anda di halaman 1dari 21

Nama : Aidil Ihsan Ansharie

NIM : 2002110954
RMK Audit

ETIKA PROFESI

A. PENGERTIAN ETIKA

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau
nilai-nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum
meyakininya secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok
lainnya telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang
ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan
nilai serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini
merupakan gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman-teman.

 Kebutuhan akan etika

Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan
berjalan dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk
menyatukan masyarakat. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mempercayai
orang lain yang berhubungan dengan kita untuk berlaku jujur jika para orang tua, guru,
karyawan, saudara kandung, rekan kerja, dan teman kita terus menerus berbohong maka
hampir tidak mungkin kita dapat melakukan komunikasi yang efektif.

 Mengapa orang-orang berlaku tidak etis


Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang
menyimpang dari pada mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka.
masing-masing menentukan bagi diri sendiri mana yang merupakan perilaku tidak etis, baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, penting untuk memahami apa
yang menyebabkan orang-orang berperilaku tidak etis. Ada dua alasan utama yang menjadi
penyebab orang berperilaku tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah standar etika orang
tersebut berbeda dari etika masyarakat secara umum, atau orang tersebut memilih untuk
berlaku egois. Sering kali, keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

 Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum

Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika
orang lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat
diterima, maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.

 Orang yang memilih untuk berlaku egois

Sebagian besar perilaku tidak etis adalah hasil dari sikap yang egois. Skandal-skandal
politik berasal dari keinginan untuk memiliki kekuatan politik, kecurangan dalam melaporkan
pajak dan pelaporan biaya didorong oleh keserakahan finansial, melakukan pekerjaan di
bawah standar kemampuan yang dimiliki dan berlaku curang ketika mengikuti ujian biasanya
muncul karena kemalasan. Orang yang melakukan perbuatan tidak etis tersebut mengetahui
bahwa perbuatannya menyimpang, namun ia memeilih untuk melakukan penyimpangan
tersebut karena diperlukan pengorbanan pribadi untuk bertindak sesuai dengan etika.

B. DILEMA ETIKA

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang patut dibuat.
Para auditor, akuntan dan pebisnis lainnya, mengahdapi banyak dilemma etika dalam
karir bisnis mereka. Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika
tidak diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema apakah akan menentang
supervisor yang telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara untuk memperoleh bonus
yang lebih besar merupakan sebuah dilemma etika. Meneruskan untuk menjadi bagian dari
manajemen perusahaan yang mengganggu dan tidak memperlakukan karyawannya dengan
baik atau berlaku tidak jujur terhadap pelanggannya merupakan dilemma etika, terlebih bila
orang tersebut memiliki keluarga yang harus ia nafkahi dan persaingan dalam mendapatkan
pekerjaan sangat tinggi.

 Pembenaran atas perilaku tidak etis

Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
 Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.
 Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku
legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan
pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan
seseorang.
 Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi
hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akanmemberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.

 Menyelesaikan dilema etika

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk


memecahkan dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika
4. Identifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.
 Konsekuensi dari Setiap Alternatif

Sangat penting untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dan pendek. Terdapat
kecenderungan normal untuk memilih pada tujuan jangka pendek karena konsekuensinya
akan dirasakan dalamjangka waktu yang dekat.
 Tindakan yang Tepat
Diputuskan setelah mempertimbangkan nilai-nilai etikanya dan kemungkinan dampak
dari masing-masing pilihan keputusan tersebut.

A. KEBUTUHAN KHUSUS TERHADAP KODE ETIK PROFESI

Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalan berperilaku yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah professional berarti tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab secara individu dan
ketentuan dalam peraturan dan hokum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai
seorang professional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien, dan
pada sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut
berarti harus melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki
kepercayaan pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional
tersebut akan kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum
secara efektif. Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan
meningkat bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang
tinggi bagi para praktisinya.

 Perbedaan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Profesional lainnya

KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. KAP
ditugasskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk
perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
penerima manfaat utama dari jasa audit tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang
KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa
KAP tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai
jasa audit atau jasa astetasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga
permintaan akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan menurun. Oleh karena itu, terdapat
motivasi yang besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.

 Cara-cara yang Dilakukan Akuntan Publik untuk Berlaku Profesional

Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam LK. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI. Bapepam-LK berwenang untuk
menetapkan standar etika dan independensi bagi para auditor perusahaan publik.

B. KODE ETIK

Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian,
ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian
sebagai berikut :
Bagian A : Penerapan umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik
sebagai unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai
prinsip-prinsip dasar etika professional bagi para anggota, serta memberikan kerangka
konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan
bagaimana kerangka konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
ancaman dalam situasi-situasi tertentu.
Berikut merupakan cara-cara profesi akuntan dan masyarakat untuk mendorong
akuntan publik agar berperilaku profesional:
1. GAAS dan interpretasi
2. Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik
3. Pengendalian Mutu
4. SEC
5. Kode etik jabatan
6. Pembagian Kantor Akuntan Publik
7. Kewajiban hukum Kantor Akuntan Publik
8. Persyaratan pendidikan lanjutan

 Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional

Kelima prinsip etika dalam Bagian A kode etik professional dimaksudkan untuk
diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik publik.
Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas. Merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan sebagai
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan para auditor untuk terus terang dan jujur serta melakukan praktik
secara adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan professional mereka.
2. Objektivitas. Prinsip ini mengharuskan para auditor untuk bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
3. Kompetensi professional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan
keterampilan professional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa
professional.
4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama tugas professional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin klien
mereka, kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka
mengungkapkan informasi tersebut.
5. Perilaku professional. Para professional harus menahan diri dari setiap perilaku yang
akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak
boleh membesar-besarkan kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak boleh
membuat perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar pesaing.

 Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prisip-prinsip utama.
Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
 Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
 Penelaahan pribadi – ketika seorang auditor menelaah suatu situasi yang
merupakan konsekuensi penilaian sebelumnya atau nasihat dari auditor atau
perusahaan tempat sang auditor kerja.
 Advokasi – ketika auditor mendukung suatu posisi atau opini yang mengakibatkan
berkurangnya objektivitas auditor tersebut.
 Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap
kepentingan lain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
 Intimidasi – ketika tindakan yang dilakukan auditor dapat dinegoisasikan dengan
menggunakan ancaman nyata atau ancaman palsu.

Pengamanan. Kode etik mengidentifikasikan dua kategori pengamanan yang mampu


mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Berikut ini adalah hal-
hal yang terkait dengan pengamanan:
 Profesi, legislasi, dan regulasi – mencakup pendidikan, pelatihan dan ketentuan
pendidikan professional berkelanjutan, peraturan tata kelola perusahaan, standar
profesi, pengawasan hukum atau profesi dan penegakan hukum.
 Lingkungan kerja – sangat bergantung pada kultur dan proses yang diterapkan pada
kantor akuntan publik tersebut.

Resolusi Konflik. Proses penyelesaian konflik etika yang konsisten dengan


pendekatan enam lamgkah untuk mengatasi masalah dilema etika. Kode etik itu
menyarankan dilakukannya langkah-langkah berikut sebagai bagian dari proses
penyelesaian masalah etika.
1. Fakta-fakta terkait (langkah 1)
2. Masalah etika yang terkait (langkah 2)
3. Prinsip-prinsip umum yang terkait dengan masalah yang dipertanyakan, termasuk
identifikasi ancaman terhadap prinsip-prinsip tersebut (langkah 1, 2, dan 3)
4. Melakukan prosedur internal yang mencerminkan pengamanan terhadap ancaman
yang telah diidentifikasikan (langkah 1, 2, dan 3)
5. Alternatif tindakan yang dilakukan (langkah 4 dan 5)
C. INDEPENDENSI

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan satu dari karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dsar
daari prinsip integritas dan objektivitas. Jika auditor merupakan advokat atau dipengaruhi
oleh karyawan atau manajemen klien, maka individu yang berkepentingan tersebut akan
memandang auditor tidak memiliki independensi dan objektivitas. Kode etik membahas
independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas
dan objektivitas.
Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum
terselesaikan. Selain itu, para pengguna laporan keuangan juga harus memiliki kepercayaan
terhadap independensi auditor. Kedua independensi ini sering disebut independen dalam
fakta atau kenyataan dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul
ketika secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam
penampilan merupakan interprestasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.

F. Peraturan Independensi Perilaku dan Interpretasi


Sesuai Peraturan 101 – Independensi. Independensi pun diperlukan dalam berbagai jenis jasa
atestasi lainnya, seperti jasa review dan audit atas proyeksi laporan keuang-an.
Bagaimanapun, sebuah kantor akuntan publik dapat memberikan jasa perhitungan pajak
penghasilan dan jasa manajemen tanpa harus berada dalam posisi independen. Peraturan 101
tidak pernah diterapkan bagi jenis-jenis jasa tersebut.

Kepentingan Keuangan
Interpretasi atas Peraturan 101 melarang anggota yang tercakup untuk memiliki sa-ham atau
investasi langsung lainnya dalam klien audit karena hal ini akan berpotensi merusak
independensi audit sebenarnya, dan tentu akan mempengaruhi persepsi pe-makai
independensi auditor.

Anggota Yang Tercakup


Aturan 101 menerapkan kepada anggotanya yang tercakup dalam posisi mempenga-ruhi
penugasan pembuktian. Anggota yang tercakup termasuk yang berikut:
1. Orang-orang pada tim penugasan pembuktian;
2. Orang yang posisinya mempengaruhi penugasan pembuktian, seperti orang yang
mengawasi atau mengevaluasi rekanan penugasan;
3. Rekan atau manajer yang memberikan jasa bukan-pembuktian kepada klien;
4. Rekan di kantor dari rekan yang betanggung jawab atas penugasan pembukti-an;
5. Kantor akuntan dan rencana tunjangan karyawannya;
6. Entitas yang bisa dikontrol oleh beberapa anggota entitas tercakup yang dise-butkan di atas
atau dua orang atau lebih yang beroperasi bersama-sama.

Kepentingan Keuangan Langsung versus Kepentingan Keuangan Tidak Langsung


Kepentingan Keuangan Langsung (direct financial interest): kepemilikan saham atau bentuk
penyertaan modal lainnya oleh para anggota atau keluarga dekat mereka.
Kepentingan Keuangan Tidak Langsung (indirect financial interest): muncul ketika terdapat
hubungan kepemilikan yang dekta, tetapi bukan hubungan langsung, antara auditor dan
kliennya.

Material atau Tidak Material


Hanya pada kepemilikan tidak langsung sajalah, materialitas mempengaruhi apakah
kepemilikan saham merupakan pelanggaran atas Peraturan 101 atau tidak. Materiali-tas harus
dilihat dalam hubungannya dengan kemakmuran dan pendapatan yang dite-rima seorang
anggota secara pribadi.

Berbagai Isu Kepentingan Keuangan yang Saling Terkait


– Para Mantan Praktisi
Dibanyak situasi, interpretasi mengijinkan para mantan rekanan atau mantan peme-gang
saham meninggalkan perusahaan karena hal-hal seperti pengunduran diri atau menjual
kepemilikan saham mereka yang memiliki keterkaitan dengan klien-klien perusahaan yang
merupakan jenis kepemilikan yang melanggar peraturan 101, tanpa mempengaruhi
independensi dari perusahaan itu sendiri.
– Prosedur Kredit Normal
Umumnya, tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara sebuah kantor akun-tan
publik atau para karyawannya dengan seorang klien audit karena hal itu merupa-kan
hubungan finansial.
– Kepentingan Keuangan dari Sanak Keluarga Terdekat
Kepentingan keuangan dari pasangan hidup, anak-anak, atau sanak keluarga yang hidup
bersama atau kehidupannya didukung oleh seorang anggota perusahaan umum-nya
diperlakukan seolah-olah merupakan kepentingan keuangan dari anggota itu sendiri.
– Bersama-sama Memiliki Hubungan sebagai Penanam Modal atau Penerima Modal dengan
Klien
Diasumsikan, sebagai contoh, bahwa seorang rekanan perusahaan memiliki saham pada klien
non audit, Perusahaan Jackson. Perusahaan Frank, yang merupakan klien audit, memiliki
sejumlah saham pada Perusahaan Jackson pula. Hal ini dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran atas Peraturan 101. Interpretasi 101-8 mengarah kepada situasi dimana klien
adalah seorang investor atau yang diinvestasikan untuk non klien dimana kantor akuntan
publik memiliki kepentingan kepemilikan.
– Direktur, Pejabat, Manajemen, dan Pegawai Sebuah Perusahaan
Jika seorang akuntan publik merupakan salah satu anggota dari dewan direksi atau seorang
pejabat pada sebuah perusahaan klien, maka kemampuannya untuk membuat evaluasi yang
independen atas kewajaran penyajian laporan keuangan akan terpeng-aruhi. Bahkan jika
memegang salah satu dari jabatan tersebut tidak mempengaruhi independensinya sebagai
auditor, keterlibatan yang cukup sering dengan manajemen dan keputusan-keputusan yang
dihasilkan dari pertemuan tersebut, kemungkinan besar akan mempengaruhi cara pandang
para pengguna laporan terhadap independen-sinya sebagai auditor.

Litigasi Antara Kantor Akuntan dan Klien


Saat ada tuntutan hukum atau maksud untuk memulai sebuah tuntutan hukum dianta-ra
sebuah kantor akuntan publik dan kliennya, kemampuan dari kantor akuntan publik dan klien
untuk tetap obyektif dipertanyakan.

Pembukuan dan Jasa Lainnya


Tiga syarat penting yang harus dipenuhi auditor sebelum bisa diterima melakukan
pembukuan dan audit untuk klien:
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh laporan keuangan.
2. Akuntan publik tidak boleh menanggung peran karyawan atau manajemen yang melakukan
opearsi perusahaan.
3. Akuntan publik, dalam membuat audit laporan keuangan yang disiapkan dari buku dan
catatan yang telah dipelihara oleh akuntan publik sepenuhnya atau seba-gian, harus sesuai
dengan GAAS.

Audit Internal dan Jasa Audit yang Diperluas


Pada beberapa tahun belakangan ini, banyak kantor akuntan publik telah mulai memberikan
audit internal dan jasa audit yang diperluas lainnya. Sebagai contoh, seorang klien
manufaktur bisa melibatkan kantor akuntan publiknya untuk melaku-kan sebuah ulasan
operasional dari proses produksi perusahaan untuk menentukan apakah produk telah
dihasilkan secara efisien.

Fee Yang Belum Dibayar


Di bawah Peraturan 101 dan peraturan dan interpretasinya, independensi dianggap terganggu
bila fee yang ditagih atau tidak ditagih tetap belum dibayar untuk jasa profesional yang
diberikan lebih dari 1 tahun sebelum tanggal laporan.

Peraturan Etika Lainnya


– Integritas dan Obyektifitas: Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua jasa.
– Peraturan 102 – Integritas dan Obyektifitas. Dalam kinerja jasa profesional manapun,
seorang anggota yang bisa memelihara obyektifitas dan integritas, akan bebas dari konflik
kepentingan, dan tidak akan dengan sengaja membuat kesalahan penyajian fakta atau
menyerahkan penilaian kepada orang lain yang posisinya lebih rendah.

Standar Teknis
Peraturan 201 – Standar Umum Seorang anggota harus memenuhi standar dan interpretasi
berikut yang dikemukakan oleh badan yang dirancang oleh konsul.
– Kompetensi profesi. Hanya mengerjakan jasa profesi tersebut dimana anggota atau firma
anggota secara wajar bisa berharap untuk diselesaikan dengan kompetensi profesi.
– Perhatian profesi. Melakukan perhatian profesi dalam penampilan jasa profesi.
– Perencanaan dan supervisi. Merencanakan dengan cukup dan mengawasi penampilan jasa
profesi.
– Data relevan yang cukup. Memperoleh data relevan yang mencukupi sebagai dasar yang
wajar untuk kesimpulan atau rekomendasi dalam hubungannya dengan jasa profesi yang
dilakukan.

Peraturan 202 – Pemenuhan Standar Seorang anggota yang melakukan audit, telaah,
pemenuhan, konsultasi manajemen, pajak, atau jasa profesional lainnya akan meme-nuhi
standar yang disebarluaskan oleh badan yang ditujukan oleh Dewan.

Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi Seorang anggota tidak boleh (1) memberi-kan
opini atau menyatakan dengan setuju bahwa laporan keuangan atau data keuang-an lainnya
atas entitas yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum atau
(2) menyatakan bahwa ia tidak menyadari satu modifikasi material yang harus dibuat untuk
laporan atau data demikian dengan maksud agar modifikasi itu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum bila laporan atau data demikian berisi penyimpangan dari sebuah
prinsip akuntansi yang disebarkan oleh badan yang ditunjuk oleh Konsul untuk membuat
prinsip demikian yang secara material memberi pengaruh kepada laporan atau data yang
diambil secara keseluruhan. Namun, bila laporan atau data berisi penyimpangan demikian
dan anggota bisa memperlihatkan bahwa karena keadaan tidak biasa, laporan keuangan atau
data kalau tidak bisa menyesatkan, anggota bisa memenuhi peraturan dengan menjelaskan
penyimpangan-nya, perkiraan efeknya. Bila bisa diterapkan, dan alasan mengapa pemenuhan
prinsip akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.

Peraturan 301 – Informasi Rahasia Klien Seorang anggota dalam praktek umum tidak akan
mengungkapkan informasi klien tanpa persetujuan dari klien.

Peraturan ini tidak boleh ditafsirkan (1) untuk membebaskan seseorang anggota dari
kewajiban profesionalnya dibawah Peraturan 202 dan 203, (2) dengan cara apapun
mempengaruhi kewajiban anggota untuk memenuhi panggilan pengadilan yang dibu-at
secara sah dan bisa diterapkan, (3) untuk melarang telaah dari praktek profesional anggota
dibawah AICPA atau masyarakat akuntan publik negara bagian atau otorisa-si Dewan
Akuntansi, atau (4) menghalangi seorang anggota untuk memulai sebuah keluhan dengan,
atau merespon suatu penyelidikan yang dibuat oleh, divisi etika profesional atau dewan
pengadilan insitut atau badan investigatif atau indisipliner dari masyarakat akuntan publik
negara bagian atau Dewan Akuntansi.

Anggota dari badan yang diidentifikasikan dalam (4) diatas dan anggota yang terlibat dengan
praktek profesional menelaah yang diidentifikasikan dalam (3) diatas tidak akan
menggunakan keuntungan mereka sendiri atau mengungkapkan informasi raha-sia klien milik
anggota manapun yang datang kepada mereka dalam menjalankan aktivitas tersebut.
Larangan ini tidak akan membatasi pertukaran informasi para anggota yang berhubungan
dengan cara kerja investigatif atau indisipliner yang dijelaskan yang dijelaskan dalam (4)
diatas atau telaah prkatek profesional yang dijelaskan dalam (3) diatas.

Kebutuhan atas Kerahasiaan


Selama audit atau jasa sejenis penugasan lainnya, praktisi memperoleh banyak infor-masi
yang sifatnya rahasia, termasuk gaji pejabat perusahaan, pembuatan harga produk dan
rencana periklanan, dan data biaya produk. Bila auditor membocorkan informasi ini ke pihak
luar atau kepada karyawan klien yang tidak mempunyai akses kepada informasi itu,
hubungan mereka dengan manajemen bisa sangat tegang, dan dalam kasus ekstrim, klien bisa
tercekal.

Pengecualian atas Kerahasiaan


1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis.
2. Panggilan pengadilan;
3. Peer review;
4. Respons kepada divisi etika.

Fee Kontinjen (Contingent Fee)


Untuk membantu akuntan publik mempertahankan obyektifitasnya dalam melaksana-kan
audit atau jasa atestasi lainnya, mendasaarkan fee pada hasil penugasan itu dilarang.

Tindakan yang Bisa Didiskreditkan


1. Retensi dari catatan klien.
2. Diskriminasi dan gangguan dalam praktek karyawan.
3. Standar atas audit pemerintah dan persyaratan badan dan agensi pemerintah.
4. Kelalaian dalam persiapan laporan atau catatan keuangan.
5. Kegagalan mengikuti persyaratan dari badan pemerintah, komisi, atau agen regulasi
lainnya.
6. Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan publik.
7. Kegagalan memasukkan pajak penghasilan atau pembayaran kewajiban pajak.

Perkiraan dan Permohonan


Peraturan 502 – Periklanan dan Bentuk Permohonan Lainnya. Seorang anggota dalam
prkatek publik tidak boleh berusaha memperoleh klien dengan iklan atau per-mohonan
bentuk lain dalam cara yang salah, menyesatkan, atau menipu. Permohonan dengan
penggunaan kekerasan, melampaui batas, atau mengganggu itu terlarang.

Komisi dan Fee Penyerahan


Komisis adalah kompensasi yang dibayarkan untuk merekomendasikan atau menghu-bungi
produk atau jasa pihak ketiga untuk klien atau merekomendasikan atau menghubungi produk
atau jasa klien kepada pihak ketiga. Pembatasan atas komisi adalah serupa dengan peraturan
fee kontinjen. Akuntan publik umumnya dilarang menerima komisi untuk seorang klien yang
menerima jasa atestasi dari perusahaan akuntan publik.

Peraturan 503 – Komisi dan Fee Penyerahan


A. Komisi yang dilarang. Seorang anggota dalam praktek tidak boleh merekomendasikan
atau menghubungkan klien dengan suatu produk atau jasa demi sebuah komisi, atau
merekomendasikan atau menguhubungkan suatu produk atau jasa diberikan oleh klien demi
sebuah komisi, saat anggota atau firma anggota juga melakukan untuk klien tersebut:
a) Audit atau telaah laporan keuangan, atau;
b) Pemenuhan laporan keuangan saat anggota menduga, atau dengan wajar men-duga, bahwa
pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan itu dan laporan pemenuhan anggota tidak
mengungkapkankurangnya independensi;
c) Sebuah ujian dari informasi keuangan prospektif.
Larangan ini diterapkan selama periode dimana anggota berhubungan untuk
melakukan suatu jasa yang disebutkan di atas dan periode tercakup oleh lapor-
an keuangan historis yang terlibat dalam jasa yang disebutkan di atas.

B. Pengungkapan komisi yang diijinkan. Anggota dalam praktek publik yang tidak dilarang
oleh peraturan ini untuk melakukan pelayanan untuk atau menerima sebuah komisi dan yang
dibayar atau berharap untuk dibayarkan komisi akan mengungkap-kan fakta tersebut kepada
orang atau entitas dimana anggota itu merekomendasikan atau menghubungkan sebuah
produk atau jasa dimana komisis tersebut berhubungan.

C. Fee Penyerahan. Anggota yang menerima fee penyerahan untuk merekomendasi-kan atau
menghubungkan suatu jasa seorang akuntan publik kepada orang atau entitas atau yang
membayar fee penyerahan untuk memperoleh seorang klien akan mengung-kapkan
penerimaan atau pembayaran demikian untuk klien.
Bentuk dan Nama Organisasi
Kepemilikan perusahaan akuntan publik oleh non-akuntan publik sekarang diijinkan di
bawah kondisi berikut:
• Akuntan publik harus memiliki mayoritas kepentingan keuangan perusahaan dan hak
pengambilan suara;
• Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab akhir untuk semua atestasi laporan
keuangan, kompilasi dan jasa lain yang diberikan oleh perusahaan yang diatur oleh Laporan
Standar Audit atau Standar Jasa Akuntansi dan Review;
• Pemilik harus selalu memiliki modal mereka dalam hak mereka sendiri;
• Peraturan berikut diterapkan kepada pemilik non-akuntan publik:
1. Mereka harus secara aktif memberikan jasa kepada klien perusahaan sebagai pekerjaan
prinsip mereka;
2. Mereka tidak bisa menyebut diri mereka akuntan publik tetapi bisa menggunakan suatu
gelar yang diijinkan oleh hukum negara bagian seperti prinsip-prinsip, pemilik, pejabat,
anggota, atau pemegang saham;
3. Mereka tidak bisa mengasumsikan tanggung jawab akhir untuk atestasi laporan keuangan
atau penugasan kompilasi;
4. Mereka tidak memenuhi syarat untuk keanggotaan AICPA tetapi harus memenuhi Kode
Etika Profesional AICPA;
5. Pemilik baru non-akuntan publik harus memiliki gelar kesarjanaan. Sejak tahun 2010,
mereka juga harus memenuhi persyaratan pendidik-an 150 jam AICPA.
6. Mereka harus memenuhi persyaratan pendidikan profesional yang terus berlanjut sebagai
anggota AICPA.

Penegakan Hukum
– Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA
– Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian

Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang
bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam hal staf profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAI-KAP
melanggar Aturan Etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut bertanggung jawab atas
tindakan pelanggaran tersebut.

Definisi/Pengertian
1. Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan
seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau KAP tempat Anggota bekerja untuk
melaksanakan jasa profesional. Istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang
atau badan yang mempekerjakan Anggota.
2. Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan
atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau
yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi
dalam penugasan atestasi, dan surat pemberitahuan tahunan pajak (SPT) serta daftar-daftar
pendukungnya bukan merupakan laporan keuangan. Pernyataan, surat kuasa atau tanda
tangan pembuat SPT tidak merupakan pernyataan pendapat atas laporan keuangan.
3. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
4. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang
diakui pemerintah.
5. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di Kantor Akuntan Publik.
6. Anggota adalah semua anggota IAI-KAP.
7. Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf
professional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang
bekerja pada satu KAP.
8. Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan untuk
menjalankan praktik akuntan publik.
9. Praktik Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review,
perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang
diatur dalam standar profesional akuntan publik.

INDEPENDENSI, INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS


1. Independensi.
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in facts) maupun dalam penampilan (in appearance).

2. Integritas dan Objektivitas.


Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI.


1. Standar Umum.
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:
A. Kompetensi Profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa
profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi
profesional.
B. Kecermatan dan Keseksamaan Profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian
jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
C. Perencanaan dan Supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara
memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
D. Data Relevan yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan
dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

2. Kepatuhan terhadap Standar.


Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi,
konsultansi manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.

Prinsip-Prinsip Akuntansi.
Anggota KAP tidak diperkenankan:
(1) menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau
(2) menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data
mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersebut anggota KAP
dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan
bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta
alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporan yang menyesatkan.

TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN


1. Informasi Klien yang Rahasia.
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
(1) membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
(2) mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
(3) melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
(4) menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin Anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh memanfaatkannya
untuk keuntungan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus
dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh
membatasi Anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau
penegakan disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di atas atau review praktik
profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) di atas.

2. Fee Profesional.
A. Besaran Fee
Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.
B. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan
tersebut dapat mengurangi indepedensi.

TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI


1. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
2. Komunikasi antar akuntan publik.
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila menerima
penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari
akuntan pengganti secara memadai.
Akuntan publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi dan
periodenya sama dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila
penugasan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau
peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTIK LAIN


1. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
2. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang
tidak merendahkan citra profesi.
3. Komisi dan Fee Referal.
A. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan
atau diterima kepada/dari klien/pihak lain untuk memperolah penugasan dari klien/pihak lain.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
B. Fee Referal (Rujukan).
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia
jasa profesional akuntan publik.
Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.
4. Bentuk Organisasi dan Nama KAP.
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu Adaptasi
Indonesia Buku 1. Jakarta. salemba Empat
Mulyadi. 2010. Auditing (Cetakan ketujuh). Jakarta. Salemba Empat
Arens, Alvin A dan James. 1995. Auditing-Suatu Pendekatan Terpadu (Jilid 1). Jakarta.
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai