Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM DIINDONESIA


(PEMIKIRAN NEO-TRADISIONAL,
PEMIKIRAN HIZBUT (ISLAM),
ISLAM LIBERAL)

Dengan Mata Kuliyah


Analisis Kebijakan Pendidikan Islam Indonesia

Dosen Pengampu: Dr. Alpizar, M.Si

Oleh:
ASMI YANTI
NIM: 22090122793

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1442 H/2021 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Perkembangan pemikiran Islam tersebut, tidak lepas dari campur tangan
tokoh-tokoh yang mempeloporinya. Sebagian tokoh-tokoh yang berkontribusi
dalam pengembangan pemikiran Islam di Indonesia tersebut diantaranya
adalah Harun Nasution, Kuntowijoyo, Moeslim Abdurrahman, Fazlur
Rahman, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, dan juga Mukti Ali.
Pada dasarnya, munculnya pemikiran-pemikiran Islam yang beraneka
ragam tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal, baik itu secara eksternal
ataupun internal. Menurut nurcholish madjid, latar belakang dari munculnya
pemikiran yang dicetuskannya adalah karena keprihatinan dan pertanyaan
terhadap sejumlah permasalahan mendasar. Permasalahan tersebut mengenai
keadaan umat Islam yang dinilai tertinggal oleh kereta Indonesia yang sedang
menuju stasiun modernisasi.
Mayoritas umat Islam, seolah-olah dianggap merasa asing di negeri
sendiri. Hal tersebut dikarenakan partisipasi umat Islam terhadap persoalan
besar di Indonesia sangat terbatas. Beradaptasi dari hal di atas, misi Islam
yang diyakini sebagai rahmat li al’aalamin tidak teraktualisasi. Intinya,
bagaimana kesadaran Islam yang substantif seharusnya diaktualisasikan dalam
konteks Indonesia yang sedang menghadapi berbagai persoalan modern.
Berikut penulis mencoba menjabarkan beberapa pemikiran yang penulis
simpulkan dari beberapa literatur aliran pemikiran Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aliran pemikiran islam neo-tradisional di Indonesia?
2. Bagaimana aliran pemikran hizbut (islam) di Indonesia?
3. Bagaimana aliran pemikiran islam liberal di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemikiran Neo-Tradisional
Situasi perkembangan Islam yang kurang menggembirajkan ini turut
mempengaruhi sosok Islam yang disebarkan saat itu. Kerena Islam yang
tersebar di Indonesia merupakan Islam yang telah mengalami kemundurannya,
maka tidak mustahil bahwa Islam yang tersebar banyak pula menampilkan
dimensi-dimensi kehidupan keagamaan asketis. Karenanya sikap adaptif dan
akomodatif Islam terhadap nilai-nilai tradisi setempat, sesungguhnya
merupakan sesuatu yang tidak sepenuhnya murni, tetapi memang cernderung
disebabkan oleh adanya afinitas atau kesesuaian antara nilai yang ajarkan
Islam dan nilai tradisi setempat.1
Sementara itu, perhatian umat Islam terhadap keempat madzhab fiqh
cukup besar.2 Hal ini tampaknya dikarenakan pemikiran-pemikiran madzhab
fiqh teersebut mempunyai relevansi lengsung dengan kehidupan keagamaan
umat sehari-hari. Bahkan bidang fiqhiyah itu sering kali menyentuh persolan-
persoalan ritual yang lebih praktis sifatnya. Di antara madzhab yang empat itu,
madzhab Syafi’i lah yang banyak mempengaruhi pola kehidupan keagamaan
umat Islam di Indonesia. Meskipun demikian tidak semua umat Islam
indonesia menyandarkan perilaku keagamaannya pada kerangka pemikiran
fiqh Imam Syafi’i terutama setalah munculnya gerakan pemurnian pemikiran
Islam di Indonesia pada awal abad ke-20.3
Kondisi masyarakat Indonesia abad ke-13, di mana sebagian mereka
adalah masyarakat petani yang tinggal di daerah pedesaan, tidak
memungkinkan Islam untuk berkembang secara lebih rasional dan modern.
Karenanya paham Syafi’iyah lah yang berkembang di Indonesia yang lebih
1
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung : Mizan, 1995), hlm.
117.
2
Ibid., hlm. 152.
3
Mereka yang menganut fiqh madzhab Syafi’i menamakan diri mereka sebagai golongan
Ahl
Sunnah wa al-Jama’ah. Lihat, S. Ibrahim Buchori, Sejarah Masuknya Islam dan Proses
Islamisasi di
Indonesia, (Jakarta: Publicita, 1971 ), hlm. 38.
menekankan aspek loyalitas terhadap pemuka agama (ulama, kiai, semisalnya)
daripada kepada substansi ajaran Islam yang bersifat rasional.
Sejalan dengan itu, yang berkembang kemudian adalah sikap taqlid,
hingga taraf-taraf tertentu menimbulkan sikap taat dan patuh kepada para
ulama secara tanpa syarat. Sementara ajaran-ajaran yang disampaikan para
ulama lebih banyak terpusatkan pada bidang-bidang ritual dan disesuaikan
dengan tradisi masyarakat Indonesia ketika itu.Hal itu dapat berjalan lancar
mengingat paham Ahl Sunnah Wa al-Jamaah mempunyai sikap-sikap lebih
toleran daripada paham-paham kelompok Islam lainnya. Karenanya pada
kelompok ini mempertahankan tradisi sangat penting dalm kehidupan
keagamaan mereka. Bahkan pikiran-pikiran tradisional yang tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman bukan merupakan suatu persoalan.4
Pada suat kelompok di mana semangat taqlid berkembang dengan sangat
baik, dan beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup, serta kerja ilmiah
untuk menerjemahkan ajaran-ajaran Islam ke dalam suatu bentuk rumusa yang
sesuai dengan tuntutan zaman tidak diperlukan. Inilah yang melatar belakangi
timbulnya Islam tradisionalis di Indonesia.5
Dalam perkembangannya demikian, struktur pola pemikiran Islam
tradisionalis bergantung sepenuhnya kepada kelompok pendukungnya dan
pelakunya. Zamakhsyari Dhafier menjelaskan bahwa: “Yang dimaksud
dengan pemikiran Islam tradisional adalah pikiran-pikiran keislaman yang
masih terikat kuat dengan pikiran-pikiran ulama ahli fiqh, hadits, tasawuf,
tafsir, dan tauhid yang hidup antara abad ke-7 hingga abad ke- 13.”6
Dalam bidang hukum Islam menganut ajaran-ajaran salah satu madzhab
yang empat. Sedangkan dalam prakteknya kelompok ini merupakan penganut
kuat madzhab Syafi’i. Dalam bidang tauhid, mereka menganut ajaran-ajaran
Imam Abu Hasan al Asy’ari, dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Dalam

4
Fachri Ali Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam
Indonesia Masa Orde Baru, , (Bandung : Mizan, 1995), hlm. 47
5
Ibid., hlm. 52.
6
Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981 ),
hlm.
148-149
bidang tasawuf kelompok ini menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qasim
al-Junaid al-Baghdadi.7

B. Hizbut (Islam)
Salah satu perkembangan dunia Muslim beberapa dekade terakhir adalah
berkembangnya kembali politik dan manifesto ideologi Islam dalam lingkup
Hubungan transnasional. Hal ini menunjukan pergerakan agama di sejumlah
dunia muslim mudah ditemui dengan pemikiran Islam. Gerakan yang awalnya
tumbuh dan berkembang di Timur Tengah disebarkan ke Negara dengan
komunitas muslim untuk menentang status quo dan nilai-nilai barat, yang
dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Nilai-nilai gerakan ini
disebarkan secara transnasional dan meningkatkan tantangan bagi pemerintah,
terlebih lagi seiring partisipasi mereka di dalam politik nasional. 8 Gerakan-
gerakan ini mulai memperoleh perhatian dari komunitas Islam lainnya
diantaranya Hizbut Tahrir, termasuk di Indonesia yang bernama Hizbut Tahrir
Indonesia disingkat dengan HTI.
Mengingat begitu pesatnya perkembangan Organisasi Hizbut Tahrir
Internasional sehingga membentuk Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia serta
penyebaran Islam transnasional berupa pemikiran perlunya Daulah Khilafah
terhadap masyarakat Indonesia. Hizbut Tahrir didirikan berdasarkan
pemikiran dari Taqiyuddin An Nabani yang bernama asli Asy-Syaikh
Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mustofa bin Ismail bin Yusuf An
Nabani. Nama An Nabani dalam Taqiyuddin An-Nabani berasal dari nama
kabilah Bani Nabban penghuni Gurun Sahara di Palestina. Hizbut Tahrir
berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds, Palestina, dengan tujuan untuk
memperjuangkan bangkitnya kembali umat Islam di seluruh dunia melalui
tegaknya Khilafah Islamiyah.9
7
Abu Hasan al-Asy’ari adalah pendiri golongan Asy’ariyah, lahir di Bashrah 260 H. dan
wafat 324 H. Lihat, Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, 1992), hlm. 270.
8
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia,
Yogyakarta: LkiS, 2012). hlm. 71.
9
Arifin, Syamsul. Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kuam Fundamental : Pengalaman
Hizb al-Tahrir Indonesia, (Malang: UMM Press, 2010) hlm. 123
Dasar bagi fondasi perlunya ataupun tanggung jawab umat untuk
mendirikan khilafah adalah ayat Al-Quran Surah An-Nissa ayat : 59 hal ini
kemudian diartikan oleh Hizbut Tahrir sebagai upaya untuk mendirikan
kekhalifahan sebagai satu pemerintahan dunia dengan Khalifah sebagai
pemimpinnya.
Ide transnasional Hizbut adalah pendirian Daulah Khilafah disebarkan
kepada seluruh dunia melalui dakwah Islamiyah. Hizbut Tahrir berupaya
mengembalikan kejayaan umat Islam di dunia dengan membangun pola piker
yang baik dan cerdas, termasuk penyebaran ide transnasional Hizbut Tahrir di
Indonesia, yaitu Khalifah.10
Penggunaan etnografi maupun studi historis dalam mengkaji dinamika
penyebaran ide trasnasional Hizbut Tahrir akan memberikan keuntungan
mengenai perkembangan Hizbut Tahrir dari awal perkembangannya sampai
saat ini. Hizbut Tahrir merupakan sebuah organisasi transnasional yang
menyebarkan ide transnasional mengenai perlunya ditegakkan Daulah
Khalifah. Hal ini perlu dilihat dan dicermati secara seksama karena dapat saja
mengarah kepada ketidak stabilan keamanan lingkungan dan masyarakat
seperti yang terjadi terhadap Jamaah Ahmadiyah.11
Deradikalisasi kelompok-kelompok yang menentang Pancasila dan sendi-
sendi kehidupan bangsa Indonesia perlu dilakukan agar tidak terjadi konflik di
dalam masyarakat. Perlu ada pembicaraan dan diskusi yang konstruktif agar
tidak ada yang dirugikan dan dapat mempertanggungjawabkan setiap
keputusannya di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

C. Islam Liberal
Sejak akhir tahun 1990an muncul kelompok-kelompok anak muda yang
menamakan diri kelompok "Islam Liberal" yang mencoba memberikan respon
terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul pada akhir abad ke- 20.

10
International Criss group, Radical Islam In Central Asia: Responding To Hizbut Tahrir,
( ICG Asia report Osh/Brussels. 2013), hlm. 115
11
Jamhari & Jajang Jahroni (Penyunting). Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 221
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melihat betapa bahayanya pemikiran-
pemikiran yang dikembangkan oleh kelompok ini, sehingga pada Munasnya
yang ke-7 pada tanggal 25-29 Juli 2005 mengeluarkan fatwa bahwa
pluralisme, sekularisme dan liberalism merupakan paham yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Oleh sebab itu umat Islam haram hukumnya
mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama (Adian
Husaini, t.th: 2-4). Dalam Keputusan MUI No. 7/MUNAS VII/11/2005
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan liberalisme adalah memahami nash-
nash agama (Al Qur’an dan As-Sunnah) menggunakan akal pikiran yang
bebas, dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal
pikiran semata.12
Islam liberal di Indonesia era reformasi nampak lebih nyata setelah
didirikannya sebuah "jaringan" kelompok diskusi pada tanggal 8 Maret 2001,
yang tujuannya adalah untuk kepentingan pencerahan dan pembebasan
pemikiran Islam Indonesia. Usahanya dilakukan dengan membangun milis.
Kegiatan utama kelompok ini adalah berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan Islam, negara, dan isu-isu kemasyarakatan. Menurut hasil diskusi yang
dirilis pada tanggal 1 Maret 2002, Jaringan Islam Liberal (JIL) mengklaim
telah berhasil menghadirkan 200 orang anggota diskusi yang berasal dari
kalangan para penulis, intelektual dan para pengamat politik. Di antara mereka
muncul nama-nama seperti; Taufik Adnan Amal, Rizal Mallarangeng, Denny
JA, Eep Saefullah Fatah, Hadimulyo, Ulil Abshar-Abdalla, Saiful Muzani,
Hamid Basyaib, Ade Armando dan Luthfi Assaukanie. Tentu tidak semua
orang yang hadir diskusi berarti mendukung ide-ide JIL.
Diskusi awal yang diangkat oleh JIL adalah seputar definisi dan sikap
Islam Liberal seputar isu-isu Islam, negara dan isu-isu kemasyarakatan.
Pendefinisian Islam Liberal diawali dengan kajian terhadap buku Kurzman
yang memilah tradisi keislaman dalam tiga kategori yakni, customary Islam,
fundamentalis atau Wahabis atau Salafis, dan liberal Islam. Kategori ketiga

12
Fachri Aly & Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran
Islam Masa Orde Baru, (Bandung, Mizan: 1986) hlm. 74
diklaim sebagai koreksi dan respon terhadap dua kategori yang disebut
pertama13.
Islam Liberal berkembang melalui media massa. Surat kabar utama yang
menjadi corong pemikiran Islam Liberal adalah Jawa Pos yang terbit di
Surabaya, Tempo di Jakarta dan Radio Kantor Berita 68 H, Utan Kayu
Jakarta. Melalui media tersebut disebarkan gagasan-gagasan dan penafsiran
liberal. Pernah suatu ketika, pemikiran dan gerakan ini menuai protes bahkan
ancaman kekerasan dari lawan-lawan mereka. Bahkan masyarakat sekitar
Utan Kayu pernah juga menuntut Radio dan komunitas JIL untuk pindah dari
lingkungan tersebut. Karya-karya yang dicurigai sebagai representasi
pemikiran liberal Islam dibicarakan dan dikutuk oleh lawanlawannya,
terutama melalui khutbah dan pengajian. Buku seperti Fiqih Lintas
Agama (Tim Penulis Paramadina), Menjadi Muslim Liberal (Ulil Abshar-
Abdalla) Counter-Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (Musda Mulia
dkk), Indahnya Perkawinan Antar Jenis (Jurnal IAIN Walisongo) dan banyak
lagi artikel tentang Islam yang mengikuti arus utama pemikiran liberal.
Ketegangan antara yang pro dan kontra JIL, memuncak setelah keluarnya
Fatwa MUI tentang haramnya liberalisme, sekularisme dan pluralisme pada
tahun 2005. Ketegangan sedikit menurun setelah salah seorang contributor dan
sekaligus kordinator JIL, Ulil Abshar-Abdalla pergi ke luar negeri, belajar ke
Amerika Serikat.
Pemikiran Ulil tidak bebas seratus persen. Sebagai alumni pesantren, ia
tetap apresiatif terhadap keilmuan pesantren. Melalui kolomnya On Being
Muslim kita tahu bahwa Ulil ternyata mendapatkan akar-akar liberalism
pemikiran keislamannya juga dari ilmu-ilmu tradisional seperti ushûl
alfiqh, qawâ‘id al-fiqhiyah yang dahulu diajarkan oleh para ustadznya di
pesantren. Ilmu-ilmu pesantren semacam balaghah dan mantiq(logika)
tampaknya turut melatih Ulil perihal bagaimana menstrukturkan kata dan

13
Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta:Pustaka Al Kautsar, 2006), hlm.
98
kalimat, mensistematisasikan argumen serta mengukuhkan kekuatan dalam
bernalar.
Menurut Greg Barton, beberapa karakteristik pemikiran Islam liberal di
Indonesia antara lain:
1. Senantiasa mengusung semangat ijtihad;
2. Mengusung rasionalisme;
3. Menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi;
4. Menjunjung tinggi peran ilmu pengetahuan;
5. Memandang bahwa keinginan mendirikan "negara islam" adalah
pengalihan perhatian yang merugikan;
6. Menerima dan mendukung pluralisme masyarakat;
7. Memegangi prinsip-prinsip humanitarianisme, bahkan memandangnya
sebagai essensi dan jantung islam;
8. Memperjuangkan kesetaraan gender.14

BAB III

14
Abdurrahman Wahid, "NU dan Islam di Indonesia Dewasa ini", Prisma, No 4 April 1984.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tradisi kehidupan keagamaan dan tradisi kehidupan Islam tradisionalis
yang berideologi Ahl Sunnah Wa al-Jama’ah tersebut mengenal relativisme
internal Islam. Sehingga hal ini menjadikan golongan tradisionalis lebih
toleran dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya.
Ide transnasional Hizbut adalah pendirian Daulah Khilafah disebarkan
kepada seluruh dunia melalui dakwah Islamiyah. Hizbut Tahrir berupaya
mengembalikan kejayaan umat Islam di dunia dengan membangun pola piker
yang baik dan cerdas, termasuk penyebaran ide transnasional Hizbut Tahrir di
Indonesia, yaitu Khalifah.
Islam liberal di Indonesia bertujuan untuk kepentingan pencerahan dan
pembebasan pemikiran Islam Indonesia. Kegiatan utama kelompok ini adalah
berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Islam, negara, dan isu-isu
kemasyarakatan. beberapa karakteristik pemikiran Islam liberal di Indonesia
antara lain:
1. Senantiasa mengusung semangat ijtihad;
2. Mengusung rasionalisme;
3. Menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi;
4. Menjunjung tinggi peran ilmu pengetahuan;
5. Memandang bahwa keinginan mendirikan "negara islam" adalah
pengalihan perhatian yang merugikan;
6. Menerima dan mendukung pluralisme masyarakat;
7. Memegangi prinsip-prinsip humanitarianisme, bahkan memandangnya
sebagai essensi dan jantung islam;
8. Memperjuangkan kesetaraan gender
B. Saran
Dalam penyajian makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembahasan makalah ini baik segi dari sistem penulisan maupun
pembahasan scarara struktural oleh karena itu penulis berharap untuk
mendapat kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahsan
yang penulis lakukan dalam makalah ini dan besar harapan makalah ini dapat
memberi sedikit subangsih ilmu dalam materi pembalajaran ini. Lebih dan
kurang penulis mohon maaf dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Wahid, "NU dan Islam di Indonesia Dewasa ini", Prisma, No 4


April 1984.

Abu Hasan al-Asy’ari adalah pendiri golongan Asy’ariyah, lahir di Bashrah 260
H. dan wafat 324 H. Lihat, Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan
Peradaban, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992

Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia,
Yogyakarta: LkiS, 2012

Arifin, Syamsul. Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kuam Fundamental :


Pengalaman Hizb al-Tahrir Indonesia, Malang: UMM Press, 2010

Fachri Ali Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran
Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung : Mizan, 1995

Fachri Aly & Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi
Pemikiran Islam Masa Orde Baru, Bandung, Mizan: 1986)

Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka Jaya,
1981

Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN, Jakarta:Pustaka Al Kautsar, 2006

Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung : Mizan, 1995

International Criss group, Radical Islam In Central Asia: Responding To Hizbut


Tahrir, ICG Asia report Osh/Brussels. 2013

Jamhari & Jajang Jahroni (Penyunting). Gerakan Salafi Radikal di Indonesia,


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014

Lihat juga, Fachri Ali Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi
Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru

Mereka yang menganut fiqh madzhab Syafi’i menamakan diri mereka sebagai
golongan Ahl-Sunnah wa al-Jama’ah. Lihat, S. Ibrahim Buchori, Sejarah
Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di Indonesia, Jakarta: Publicita, 1971

Anda mungkin juga menyukai