Anda di halaman 1dari 33

II.

PENGERTIAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA SISTEM

TENAGA LISTRIK

1 . TUJUAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir

melalui jaringan transraisi menuju ke titik gangguan

sangat besar. Arus gangguan tersebut jauh lebih besar

dari pada arus maksimum yang diijinkan mengalir pada

saluran-saluran transmisi atau pada generator-generator

maupun pada peralatan-peralatan lainnya. Apabila alat-

alat pengaman tidak segera bekerja, kenaikan arus yang

sangat besar tersebut menimbulkan kenaikan temperatur

yang dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan peralatan-

peralatan tersebut diatas. Kestabilan sistem terpengaruh

d engan perubahan d a y a akibat adanya gangguan yang tidak

d apat dengan segera diatasi.

Tujuan utama dari analisa gangguan hubung singkat :

1. Menentukein arus hubung singkat.

2. Menentukan setting relai-relai pengaman.

3. Menentukan kapasitas pemutus (CB).


4. Menentukan distribusi arus ganggguan dan tegangan

bus selama gangguan.


Penentuan besarnya arus gangguan sangat berguna

untuk morenoanakan peralatan pengaman yang tepat,

sehingga daerah yang mengalami gangguan dapat

dilokalisir dengan cepat agar kestabilan sistem tenaga

listrik dapat dipertahankan.

2. MATRIKS Y BUS DAN MATRIKS Z BUS

Representasi suatu sistem tenaga listrik dalam

bentuk single line diagram (diagram segaris), dapat

d i lihat pada gambar 2.1.

Hambar 2 . 1.
O X f \ 13 M l!9 IH-: C3 rs t K X (3

Dari d i a g r a m segaris tersebut dibe n t u k diagram rangkaian

urutan positif, yang mana dia g r a m ini mutlak dibutuhkan

bagi pembentukan suatu formasi (susunan) Y bus

(admitansi bus). Berdasarkan diag r a m rangkaian urutan

positif tersebut disusunlah Oriented Connected Graph

(gambar interkonaksi antar bus), yang juga berguna untuk

me m bentuk Incidence matriks. Ga m b a r 2.2 dan 2.3 adalah

ga m b ar rangkaian urutan positif dain interkoneksi antar

bus.
Gamtaar 2.2
O I AM h? A M O K A 1 A M t J R IJ T A M p - O f 3 I T I F"

®
Gamtjar 2 . 3
I>lAOr-;:AM IMTrtl^KlOMiriKO I AMTA«
Incidence tnatriks raerupakan sebuah matriks yang

mempunyai baris dan kolom mewakili titik node dan elernen

(saluran interkoneksi diantara titik node). Incidence

matriks dapat dirumuskan sebagai berikut :

^ij = 1 ,jika elernen ke i berhubungan dan

bororientasi meninggalkan titik node j.

1J = -1 ,jika elemen ke i berhubungan dan

berorientasi menuju titik node j.

= 0 ,jika elemen ke i tidak berhubungan

dengan titik node j.


Tipe dari incidence matriks tersebut adalah e x n ,

d imana e adalah nomor (urut^n) elemen . (saluran

interkoneksi dian t a r a titik node) dan n adalah nomor

(urutan) titik-titik node yang ada dalam gambar. n = 0

u n t uk bus referensi. Setnua titik node dapat berfungsi

sebagai sebagai bus referensi, sedang titik node yang

lain sebagai bus, dapat diukur besarannya dengan faktor

pembanding, yaitu bus referensi. Dari contoh incidence

matriks tersebut dapat disimpulkan, bahwa :

4
Z ij^j =0 ,untuk i = 1,2,3, . . .e
j = 0

Incidence matriks dari rangkaian contoh diatas adalah

0 1 2 3 4
\
1 1 -1 0 0 0

2 1 0 -1 0 0

3 1 0 0 0 -1

A = 4 0 0 0 -1 1

5 0 0 1 -1 0

6 0 1 -1 0 0

7 0 0 1 0 -1

Bus incidence matriks adalah matriks yang dibentuk

berdasarkan incidence matriks dengan menghilangkan kolom

bus referensi (n = 0). Bus incidence matriks ini

mempunyai tipe o x (n-1), dengan banyaknya ko l o m sama


9

d engan (n-1) yang menunjukkan banyaknya cabang yang

tergambar pada Oriented Connected Graph (gambar

interkoneksi antar bus).

Komponen rangkaian primitif direpresentasikan

secara bersama-saraa dalam bentuk impedansi dan bentuk

adrnitansi. Representasi komponen rangkaian bentuk

impedansi dan bentuk admitansi tersebut adalah seperti

ditunjukkan pada gambar 2.4 dan ga m b a r 2.5.

Gambar 2.4
K O M p-O rM r:-C IM I o n IS K N T IJ K I I

-<2>

Gambar 2.5
K O m 'O I'- lV T M X A N 1 7 K N r» J K . / = lO M X T A I s j r a I

Pembentukan komponen-komponen tersebut dapat

d ir epresentasikan dengan menggunakan bentuk-bentuk lain.

V ariabel-variabel dan parameter-parameternya adaleih :

pq : tegangan pada elemen p-q

'pq : sumber tegangan yang terhubung seri dengan

elemen p-q

pq : Arus melalui elemen p-q

Jpq ■ sumber arus yang paralel dengan elemen p-q


10

Zpq = impedansi dari elemen p-q

Ypq = admitansi dari elemen p-q,

masing-masing elemen p-q mempunyai dua variabel, yaitu

Vpq dan ipq d a l a m keadaan steady state variabel-

variabel dan parameter-parameter dari elemen Zp^ dan Yp^

adalah bilangan real untuk rangkaian arus searah, dan

bilangan kompleks un tuk rangkaian arus bolak-balik.

Be n t uk persaraaan dari sebuah elemen dalam bentuk

impedansi adalah ;

^pq ®pq " ^pq • ^pq ^ 2.2.1 )

atau dalam bentuk admitansi :

l-pq + jpq = Ypq .Vpg ' ( 2.2.2 )

Sumber arus paralel d a l a m bentuk admitansi dihubungkan

ke sumber tegangan seri d a l a m be n t u k impedansi dengan ;

jpq = “ Ypq .epq

Sekelompok elemen-elemen yang tidak dihubungkan

d i d e finisikan sebagai sebuah rangkaian primitif. Bentuk

persaraaan dari sebuah rangkaian primitif dapat diperoleh

dari persaraaan (2.2.1) atau (2.2.2) dengan

raengekspresikan variabel-variabel sebagai vektor-vektor

dan parameter-parameter sebagai m a t r i k s - m a t r i k s . Bentuk

persamaan tersebut d a l a m bentuk impedansi adalah :

v + 0 =[z].i

atau dalam bentuk admitansi :


i + J = [ y ] .V
11

Eleraen diagonal matriks [z] atau [y] dari rangkaian

primitif adalah impedansi sendiri Z pq^pq atau admitansi

sendiri pq pq • Elemen Off diagonal adalah impedansi

mutual Z pq, rs atau admitansi mutual Y „pq^ rs antara

elemen p-q dan r-s. Matriks admitansi primitif [y] dapat

diperoleh dengan menginversekan matriks impedansi

primitif [z]. Matriks [z] dan [y] adalah diagonal

matriks jika tidak ada kopel gandeng diantara elemen-

elemennya. Dalam hal ini impedansi sendiri sa]ing

berhubungan dengan admitansi sendiri.

Sebuah rangkaian yang terbuat dari sekelompok

elemen yang saling berhubungan disebut bentuk persamaan

rangkaian. Bentuk persamaan dengan menggunakan bus

referensi rangkaian yang saling berhubungan tersebut

d igambarkan oleh persamaan titik node (n-1) yang berdiri

sendiri, dim ana n adalah nomor dari titik-titik node

tersebut. Dalam notasi matriks, bentuk persamaan dalam

b entuk impedansi adalah :

E bus = Z bus . I bus

atau dalam bentuk admitansi adalah :

I bus = Y bus .E bus


dimana :

E bus = vektor dari tegangan bus yang diukur dengan


berpedoman pada bus referensi.

I bus = vektor dari arus bus.

Z bus = matriks impedansi bus yang elemen-elemennya

adalah point yang menentukan dari rangkaian


12

terbuka dan impedansi pindahan.

Y bus = matriks admitansi bus yang elernen-elernennya

adalah point yang menentukan dari rangkaian

hubung singkat dan admitansi pindahan.

Matriks admitansi bus Y bus dapat diperoleh dengan

menggunakan bus incidence matriks, dengan menggabungkan

variabel rangkaian primitif. Persamaan rangkaian

primitif tersebut adalah :

i + j = [y].v
bi la kedua sisi persamaan diatas dikalikan dengan ,

maka akan didapatkan :

A^.i + A^.j = A^.[y].v ( 2.2.3 )

dalam hal ini A adalah bus incidence matriks, A^ .i

merupakan besaran vektor, yang tiap elemennya merupakan

jumlah aljabar elemen rangkaian yang melaluinya dan

berakhir di suatu bus. Sesuai dengan hukum Kirchoff

mengenai arus dimana jumlah arus pada suatu titik adalah

nol, maka :

A^ . i = 0

dan A^.j adalah juralah aljabar sumber arus pada tiap-

tiap bus dan sama dengan vektor arus bus.

I bus = A^ . j ( 2.2.4 )

d ongan memasukkan hasil persamaan (2.2.3) dan (2.2.4) ke

d al am persamaan (2.2.1) didapatkan :

I bus = A^.[y].v ( 2.2.5 )


13

Daya pada saluran adalah :

(I* bus)^ .K bus

Sedang jumlah daya rangkaian primitif adalah :

(/ .V

maka daya pada saluran harus sama dengan daya dari

rangkaian primitif.

(I* bus)^ .E bus = (j* .V ( 2.2.6 )

konjugate dan transpose persamaan (2.2.3) adalah :

(I* bus)^ = {j* .A*

dimana A adalah matriks dengan elemen bilangan nyata.

Jadi :

dan

(I* bus)^ - {j* )'^ .A ( 2.2.7 )

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.2.7) ke dalam

persamaan (2.2.6), didapatkan :

(j* )^ .A.E bus = (j* )^ .V

bila kedua persamaan diba^i dengan (j ) didapatkan :

A.E bus = V (2.2.8)

substitusi persamaan (2.2.8) ke d a l a m persamaan (2.2.5)

I bus = A^ .[y].A.E bus ( 2.2.9 )

apabila disederhanakan, bentuk persamaan diatas menjadi


14

I bus = Y bu^3.E bus ( 2.2.10 )

dari persamaan (2.2.9) dan (2.2.10) diperoleh

Y bus = .[y] .A

Sehingga matriks impedansi bus dapat diturunkan dari

inverse matriks admitansi bus.

Z bus = Y"^ bus = ( A^ .[y].A )"^

3. SPARSITAS DALAM MATRIKS ADMITANSI

Matriks admitansi Y bus disusun berdasarkan

rangkaian interkoneksi antara titik-titik node (bus)

yang berhubungan. Matriks admitansi tersebut dapat


d i susun secara langsung dengan memasukkan harga

admitansinya, dim a n a nantinya matriks yang terbentuk

adalah matriks simetri. Elemen diagonal matriks

admitansi ini selalu mempunyai harga, dengan kata lain

besarannya tidak sama dengan nol. Sedangkan elemen

lainnya tergantung pada d a t a yang ada. Contoh suatu

sistem tenaga listrik ditunjukkan sebagai rangkaian

gambar 2.6.

Gambar 2.6
r:o(NjTon f3i.jic»TU axariisri ir>jTts:RKor>(ia:Ka i
15

berdasarkan gambar tersebut diatas, dapat dibentuk

sebuah matriks admitansi yang mempunyai susunan sebagai

berikut :

1
\ 2 3 4 5

1 Yll 0 0 0 Y15

2 0 Y22 0 0 Y25

Y = 3 0 0 Y33 0 Y35

4 0 0 0 Y44 Y45

5 Y51 Y52 Y53 Y54 Y55

Elemen-elemen matriks admitansi yang besarnya

tidak sama dengan nol tersebut, ’disebut sebagai elemen

Sparsitas dalam matriks admitansi. Elemen ini sangat

diperlukan untuk perhitungan analisa hubung singkat

dengan metode Sparse Inverse. Dari matriks admitansi

ini, dapat dibe n t u k matriks impedansi yang semua

elemennya besarnya tidak sama dengan nol.

Untuk membentuk matriks Sparse Z ( Sparsitas dalam

matriks impedanui ), maka dibentuk suatu matriks baru

yang mempunyai susunan, seperti pada matriks admitansi Y

bus, namun besarnya sama dengan elemen-elemen matriks

impedansi. Matriks Sparse Bus dengan elemen-elemennya

yang mempunyai harga ti dak sama dengan nol dilambangkan

de n g a n huruf Z dan indeks yang ada pada masing-masing

eiemen, menyatakan posisi baris dan kolom elemen


tersebut.
16

1 Zll 0 0 0 Z15

2 0 Z22 0 0 Z25

Z = 3 0 0 Z33 0 Z35

4 0 0 0 Z44 Z45

5 Z51 Z52 Z53 Z54 Z55

Elemen-elemen matriks Sparse Z yang bukan merupakan

elemen Sparsitas dalam matriks admitansi, besarnya

diabaikan dan dianggap saraa dengan nol. Hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa elemen tersebut

t i da k berpengaruh banyak terhadap hasil perhitungan.

4. TEORI KOMPONEN SIMETRI

Dalam analisa rangkaian tiga fase, jika tegangan

dan arusnya merapunyai beda fase yang seimbaing

(magnitude saraa, beda fase 120® ), maka p e n y e lesaiannya

dapat menggunakan rangkaian setara satu fase. Sedangkan

u ntuk sistem tiga fase yang tidak seimbang,

p e ny elesaiannya menggunakan metode komponen simetri.

D imana dengan metode ini rangkaian tiga fase yang tidak

seimbang dianggap terdiri dari tiga kelompok fase yang

t i d a k seimbang, yaitu :

1. Fasor urutan positif, yang terdiri dari tigd fasor

yang sama besarnya (magnitudenya) dan mempunyai beda

fase sebesar 120® yang seimbang serta mempunyai

urutan (arah putaran) yang sama dengan fasor semula.


17

2. Fasor urutan negatif, yang terdiri dari tiga faaor

yang sama besarnya (magnitudenya) dan mempunyai beda

fase sebesar 120^ yang seimbang serta mempunyai

urutan (arah putaran) yang berlawanan arah dengan

fasor semula.

3. Fasor urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang

sama besarnya (magnitudenya) raemunyai beda fase

antara satu dengan yang lain sebesar 0® .

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.7.

6 a m b ar 2.7

Perbedaan sudut fase pada faktor-faktor tegangan

dan arus da l a m sistem tiga fase sebesar 120® ,

d ilambangkan dengan huruf a , atau disebut juga operator

a. Operator a merupakan bilangan kompleks dengan

ma g n itude sama dengan satu dan sudut fase sebesar

120® dan didefinisikan sebagai :

a = 1 Z. 120® = - 1/2 + j 3/2

O p e rator a mempunyai arah positif bila fasor bergerak


18

berlawanan dengan arah jarum jam dari fasor pedoman

{sudut 0*^ ). Gambar 2.8 menunjukkan garnbar vektor

operator a ;

G ambar. 2 . 8

Selanjutnya untuk mempermudah permasalahan dalam

s istem tiga phasa, maka masing-masing fasor sistem tiga

phasa diberi notasi yang berbeda, yaitu :

1. Untuk sistem tiga fase masing-raasing fase diberi

notasi a,b,c.

2. Arab urutan fase positif adalah a,b,c sedangkan arah

vjrutan fase nogatif adalah a, c,b.

3. Fasor urutan positif diberi tambahan indeks angka 1.

4. Fasor urutan negatif diberi tambahan indeks angka 2.

5. Fasor urutan nol diberi tambahan indeks angka 0.

Setiap fasor yang tidak seimbang raerupakan

penjumlahan vektor dari komponen-komponennya. Jadi fasor

as linya (yang tidak seimbang) dapat dinyatakan dalam

ko mp onen-komponennya sebagai :
19

Va = VaQ + Va^ + Vag

Vb = VbQ + + Vbg ( 2.4.1 )

Vc = Vcq 4 Vc]^ + Vc 2

Jika operator a dimasukkan ke dalam persamaan tersebut,

raaka didapatkan :

Va = V blq + Vaj^ + Va2

Vb = VaQ + a .Vaj^ + a .V a 2 ( 2.4.2 )

Vc = VaQ 4- a .Va^ + a^.Va 2

Dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut :

Va 1 1 1 Vao

Vb r: 1 a^ a Vai ( 2.4.3 )

Vc 1 a a^ Vag

Untuk selanjutnya matriks tersebut dlberl notasi A,

sehingga :

1 a a ( 2.4.4 )

1 a a^

B e n tu k Inverse matriks tel^sebut di atas adalah :


20

1 1 1

1
-
1 a ( 2.4.5 )
3

1 a

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan ( 2.4.3 ) dengan

Inverse matriks A, raaka didapat :

VaQ = 1/3 ( Va + Vb + Vc )

Vaj^ = 1/3 { Va + a .Vb + a^.Vc ) ( 2.4.6 )

Vag = 1/3 ( Va + a^.Vb + a .Vc )

Konfigurasi sistem tiga fase yang tidak seimbang

ditunjukkan pada gambar 2,9.

(Bambar 2 . 9
D l«raRi=<M ! 3 I t 3 T H-:M TIO in* VlOlMO TI13(^K 1 3 GC I M E l M i : 3

B e s a rn ya arus yang mengalir pada sistem tiga fas© yang

tak seimbang :
21

lao = 1/3 ( la + Ib + Ic )

la^ = 1/3 ( la + a .Ib + a^.Ic ) ( 2.4.7 )

lao = 1/3 { la + a^.Ib + a .Ic )

Demikian juga :

la = ^ laj^ +

Ib = laQ + a^.Iaj^ + a .Ia 2 ( 2.4.8 )

p
Ic = laQ + a . laj^ + a . Ia 2

Dalam sistem tiga fase, jumlah arus raasing-masing

saluran (phasa) sama dengan arus yang mengalir melalui

titik netral ( In ), sehingga :

la + Ib + Ic =: In ( 2,4.9 )

Dari persamaan { 2.4.7 ) dan ( 2.4.9 ) diperoleh :

In = 3 laQ ( 2.4.10 )

Jadi kesimpulannya, untuk suatu beban atau belitan

pada t ransformer yang terhubung A (delta), dim a n a tidak-

terdapat lintasan netral, maka arus tidak mengandung

komponen urutan nol atau secara matematik dapat

dinyatakan bahwa In = 0. Demikian pula untuk transformer

hubungan Y (star), yang titik netralnya tidak

diketanahkan.
22

5. SUMBER ARUS GANGGUAN

Untuk mendapatkan harga arus gangguan, perlu

dipertirabangkan sumber arus gangguan serta reaktansi dan

tegangan yang akan mempengaruhi besar arus gangguan.

Sumber arus gangguan dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

1. Generator.

2. Motor Sinkron.

3. Motor Asinkron (Motor Induksi).

P ada generator, pada waktu terjadi gangguan hubung

singkat, generator masih tetap menghasilkan tegangan,

k a r en a masih adanya penguatan, serta penggerak utama

(Prime Mover) yang masih bergerak.


Akibatnya arus akan selalu mengalir ke titik

g a n gguan yang besarny a tergantung pada besar impedansi

generator dan impedansi tran^isi sarapai ke titik

gangguan.

Motor Sinkron merapunyai penguatan arus searah pada

rotor, dan kumparan pada stator yang dilalui oleh arus

bolak-balik. Pada saat terjadi gangguan hubung singkat,

Motor Sinkron berubah fungsi menjadi generator. Hal

tersebut disebabkan masih adanya remanensi pada kutub-

kutub rotor serta adanya women inersia yang berusaha

mempertahankan putaran rotor tersebut, akibatnya akan

timbul tegangan induksi pada stator. Dengan arus yang

d ihasilkan tergantung pada daya motor tersebut.

Sedangkan pada Motor Induksi, walaupun tidak


23

raemiliki penguatan arus searah seperti pada Motor

Sinkron, tetapi Motor Induksi mempunyai fluks yang

dihasilkan oleh kumparan stator yang akan menginduksikan

fluks pada belitan rotor. Pada keadaan hubung singkat,

tegangan pada stator berkurang hi n g g a nol, de n g a n tnasih

adanya fluks pada rotor sesuai hukum Far a d a y akan

terjadi emf pada stator yang setara dengan perubahan

fluksnya.

6. MA CAM- MACAM GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Suatu sistem tenaga listrik dalara keadaan normal

diasumsikan sebagai sistem tiga fasa yang seimbang.

Keadaan seimbang tersebut akan terganggu apabila terjadi

gangguan atau hubung singkat pada k omponen-komponen

sistem tenaga. Hal ini disebabkan oleh bermaoara-macam

kondisi, misalnya :

1. Isolasi yang tembus pada titik kerja tertentu.

2. Terjadi kontak antara dua atau lebih konduktor yang

bertegangan.

3. Gangguan pada saluran transmisi yang disebabkan

oleh angin, pohon tumbang, layang-layang, pesawat

terbang.

4. Ke rusakan-kerusakan pada menara-menara transmisi.

5. Tegangan lebih akibat sambarein petir.

Pada suatu sistem tenaga listrik, macamnya gangguan

dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu :


24

1. Gangguan simetri tiga fase.

2. Gangguan satu fase ke tanah.

3. Gangguan d u a fase ke tanah.

4. Gangguan antar saluran.

Jika suatu sistem tiga fase mengalami gangguan

simetri tiga fase, raaka tegangan serta arus yang

mengalir dalam rangkaian akan tetap seimbang p a d a setiap

fasenya. Sedangkan untuk gangguan lain yang tidak

simetri, maka tegangan serta arus yang mengalir dalam

rangkaian akan tidak seimbang pada setiap fasenya.


%

6.1 Gangguan Simetri Tiga fase

Analisa gangguajl simetri tiga fase dapat

menggunakan rangkaian fasa tungga l n y a seperti pada

k e adaan normal, dengan mengganti harga reaktansinya

dengan harga reaktansi pada keadaan peralihan atau

subperalihan. Sehingga untuk analisa gangguan hubung

singkat hanya dibutuhkan rangkaian urutan positif.

Representasi dari gangguan hubung singkat tiga fase

s ecara umum dapat dil ihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10
<3 I T ir a « r 'A S G
25

Seperti terlihat pada garabar 2.10, Zf merupakan

impedansi gangguan tiap fase ke tanah. Berdasarkan

rangkaian tersebut diperoleh :

Va = Zf. la

Vb = Zf. Ib { 2 . 6.1 )

Vc = Zf. Ic

d alam bentuk matriks adalah sebagai berikut :

Va Zf 0 0 la

Vb = 0 Zf 0 Ib { 2 . 6.2 )

Vc 0 0 Zf Ic

impedansi rangkaian di transformasikan ke dalam komponen

siraetrinya, .sehingga didapatkan :

Zf 0 0
-1_ 0 Zf 0 . A
012
0 0 Zf

Zf 0 0

012 -
0 Zf 0 ( 2.6.3 )

0 0 Zf

sehingga diperoleh harga-harga tegangan urutan :

Vo = Zf.Io

Vl = Zf-Il ( 2.6.4 )

Vg = Z f .I2
26

karena rangkainn urutan nol dan negatif adalah

rangkaian-rangkaian pasif, maka :

V o = V 2 = 0

lo = I2 = 0

berdasarkan hasil analisa di atas, gangguan tiga fase

dapat direpresentasikan sebagai berikut :

Gambar 2.11
REif=-|!(ls;.3C-.NT/^i3I OIMISTRI T I (3A

6 . 2

Gambar 2.12 merupakan contoh gangguan satu fase ke

tanah, dimana gangguan terjadi pada fase a.


a -----

la lb Ic

Gamfjar 2. 12
I-3ATI.J F-^iigPv Kt-:
21

Dari gambar tersebut dapat ditentukan bahwa :

Ib = Ic = 0 ( 2.6,5 )
Va = 0 ( 2 . 6.6 )

transformasi ke dalam komponen simetri :

I ~ •I ( 2.6.7 )

Dengan memasukkan persamaan (2.6.5) ke dalam persamaan

(2.6.7), didapatkan :

laQ = la^ = 10-2 ~ ( 2 . 6.6 )

dan persamaan (2.6.6) menjadi

Va = VaQ + Vai + Vag = 0 ( 2.6.9 )

Dari persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa hubungan

antara ketiga rangkaian urutan tersebut raembentuk suatu

loop, seperti pada gambar 2. 13,

Gambar 2.13

J i k a gangguan satu fasa ke tanah tersebut mempunyai

impedansi sebesar Zf, seperti terlihat pada gambar 2.14.


20

Gambar 2.14
< :3 A M O (3 i ru K 'f-: X I M f » i» :o r ^ iv jia I

Maka persamaannya menjadi :

Va = Zf.la ( 2 . 6 . 1 0 )

d a n persamaan (2.6.9) menjadi :

Va = VaQ + Vaj^ + Va 2 = Z f . la ( 2 . 6 . 1 1 )

karena la = 3 laj^, maka :

Va = 3 Zf. Iaj_ ( 2 . 8 . 1 2 )

dari persamaan-persamaan tersebut diatas, maka gangguan

satu fase ke tanah melalui impedansi dapat digambarkan

sebagai berikut :

G amba r 2.15
1 m.ji^ r=-Ar3i»: Ktn: i i t-ip^Bsor^rjiut
29

6 .3 Q m g M u a n _ D i i 5 .J ’
as.§L__kj3_tanah
(

Untuk merepresentasikan gangguan dua fasa ke tanah

ini, diraisalkan bahwa fase yang terganggu adalah fase b

dan c.

la

G amba r 2.16
(:3A M (313IJ^ ->N D U A p-A (3R S K K T A M A H

Dengan demikian dapat ditentukan bahwa :

la = 0 ( 2.6.13 )

Vb = Vc = 0 ( 2. 6.14 )

Dengan metode komponen .simetri <±iperoleh

012 = .V abc

jika harga persamaan (2.6.14) dimasukkan ke dalara

persaraaan diatas, maka diperoleh bahwa :

Vao = Va^ = Vag = 1/3 Va ( 2.6.15 )


sedangkan arus yang mengalir pada fase a adalah :

la = laQ + laj^ + Ia 2 = 0 ( 2.6.16 )

berdasarkan persaniaan-persamaan di atas, maka gangguan


30

dua fase ke tanah dapat direpresentasikan sebagai

berikut :

Gamba r 2 . 17
t:3kk:mr 1:5 1 1:3 no«v.jam o u f =•at3ih kec v amr>»-<

Apabila gangguan dua fase ke tanah tersebut melalui

impedansi gangguan Zf, seperti terlihat pada gambar

2. 18.

Gamba r 2,.1.E3
ra « iv )c3 C 3 iJ rtiv i o u r » f-A O tj kih: t a m « h r-iu :i_ (a L _ iji i 1

maka terjadi perubahan-perubahan pada persamaan-

persamaan yang telah ada. Perubahan tersebut raeliputi

h a r g a-harga tegangan dan arus. Dengan demikian diperoleh


bahwa :

Vb = Vc = Z f .( Ib + Ic ) ( 2.6.17 )
31

dengan metode komponen simetri diperoleh

VaQ = 1/3 ( Va + 2 Vb )

Vaj = 1/3 { Va + (a^ + a ) .Vb )

Vag = 1/3 ( Va + (a^ + a).Vb )

kes irapulannya,

Va^ = Vag ( 2.6.18 )

Vao - Va^ = Vb = Z f . { Ib + Ic )

dari komponen simetrinya, didapatkan bahwa :

Ib + Ic = 2 lao + (a^ + a ) . (la^^ + I a g ) ( 2.6.19 )

dari persamaan (2.6.16), didapatkan bahwa :

laj^ + Ia2 = - laQ

dengan memasukkan persamaan ini ke dalam persamaan

(2.6.19), didapatkan :

Ib + Ic = 3 laQ

d engan menggabungkan persamaan ini dengan persamaan

(2.6.17) didapatkan :

Vb = VaQ - Va^ = 3 Z f .la^ ( 2.6.20 )

Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut diatas, maka

representasi gangguan d u a fase ke tainah dengan impedansi


gangguan Zf adalah :
32

Gambar 2 , :l. 9
o u a k k t a m ^ h m k i . a i . w i i r v iF K u ^ M o i

6.4

Representasi gangguan antar saluran dapat dilihat

pada garabar 2.20, dimana gangguan terjadi pada fase b

dan c.
a ------ -

6 ambar 2.20
IjoMijimjrtM nMrrscic <ar>i„.i

Berdasarkan keadaan tersebut ditentukan :


la = 0

Ib = - Ic

Vb = Vc
33

s ehingga komponen simetri dari arusnya raenjadi :

laQ = 1/3 ( la t Ib + Ic )

la;^ = 1/3 ( la + a . Ib + a-=^ . Ic )

lao = 1/3 ( la + a^ .Ib + a .Ic )

dan

l a o = 0

la^ = 1 / 3 ( a^ - a ).Ic

lao = 1/3 ( a - a^ ) . Ic = - la^

karena la^ = 0, maka VaQ = 0, Jadi tidak terdapat

komponen urutan nol. Sedangkan tegangan urutan positif

dan negatifnya adalah :

Va^ = Vag = 1/3 ( Va + (a + a^ ).Vc ) ( 2.6.21 )

Berdasarkan persamaan diatas representasi gangguan antar

saluran menjadi :

N _!i
rangkaian RANGKAIAN
POSITIF NE&ATIF

1 2
Gambar 2.21

Jika gangguan antar saluran tersebut melalui


impedansi gangguan Zf.
34

Gadi bar 2.22


< 3 M (3 (3 U AIM r Ar« (DAI, .t ) R A M M 1;:I..A I ..I ) I 1 M F ' H O A N <3 I

Maka :

Vb = Vc - Z f .Ic { 2 . 6.22 )

d engan memasukkan komponen simetri arus, didapatkan ;

Vb = Vc - Zf. 3 la, / - a) ( 2.6.23 )

seperti telah dibuktikan di atas b a h w a laQ = 0, sehingga

VaQ = 0. Sedangkan :

Va^ = 1/3 { Va + a .Vb + a^.Vc )

Vag = 1/3 { Va + a^.Vb + a .Vc )

sehingga,

Va^ - Vag = 1/3 (a - a^ ).Vb + 1/3 (a^ - a ) .Vc

dengan memasukkan persamaan (2.6.23) ke dalam persamaan

di atas, didapatkan :

Va^ - Vag = 1/3 (a - a^ ).Vc - (a - a^ ).Zf.Iai +

(a^ - a)

..... 1/3 (a^ - a).Vc


35

dan

Va^ - Vag = Zf . la^ ( 2.6.24 )

persamaan komponen simetri arus dan tegangan menjadi :

lag = - la;^

Va^ = Vag + Z f . laj^

berdasarkan persamaan-persamaan tersebut representasi

gangguan antar saluran melalui impedansi gangguan Zf

dapat digambarkan cebagai berikut :

RANGKAIAN RANGKAIAN
POSITIF NEGATIF

Zf
-------------------W W V -----------------------------

Gaaibar 2 . 23
n;KR'F«eSK3(;:MTrtia I Meu«i.(j i i nr-riOrtrgts i

Pada umumnya, dalam suatu sistem tenaga yang paling

sering terjadi adalah gangguan simetri tiga fase dan

gangguan satu fase ke tanah.

7. GEJALA PERALIHAN SELAMA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Bila terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga

listrik, besar arus yang mengalir didalam rangkaian

dibentukan oleh gaya gerak liatrik dari mesin-mesin yang


36

terhubung pada sistem tersebut, juga ditentukan oleh

impedansi mesin dan irnpedansi rangkaian yang terdapat

d i a nt ara raesin-mesin dan titik gangguan.

Arus yang mengalir pada mesin sinkron sesaat ,

b e b erapa cycle (langkah), dan yang tetap mempunyai

perbedaan yang cukup besar. Hal ini disebabkan pengaruh


arus jangkar pada fluks yang membangkitkan gaya gerak

liatrik dalam mesin tersebut. Perubahan arus tersebut

relatif lambat.

Dengan pertimbangan diatas inaka pada suatu sistem

t enaga listrik bila terjadi gangguan akan dibahas secara

keseluruhan antara perbedaan arus dan perbedaan waktu

yang mungkin timbul. Arus yang ditimbulkan oleh gejala

peralihan disebut arus peralihan ( I ’) yang harga

e fektifnya adalah 0,707 dari harga arus hubung singkat

bila sampul gelombang arus diperpanjang sarapai batas

waktu 0 (nol). Reaktansi yang dilalui oleh arus

peralihan tersebut disebut reaktansi peralihan direct

axis ( Xd'). Sedangkan harga efektif arus subperalihan (

I'') adalah 0,707 dari harga maksimum arus hubung


singkat subperalihan. Reaktansi yang dilalui arus

subperalihan dinamakan reaktansi arus subperalihan

d i r e ct axis ( Xd'').

Secara umum hubungan antara arus, tegangan dan

reaktansi pada suatu generator, tanpa beban sebelura

terjadi gangguan hubung singkat p a d a terminalnya,


adalah :
37

Eg

Xd

Eg
r
Xd'

Eg
r ' = ------------
X d ’'

dimana : I : nilai efektif arus tetap (steady state)

I' : nilai efektif arus peralihan tanpa

komponen arus searah

I'' : nilai efektif arus subperalihan tanpa

komponen arus searah

Xd : reaktansi tetap direct axis generator

X d ’ : reaktansi peralihan direct axis

generator

Xd'': reaktansi subperalihan direct axis

generator

Umumnya untuk menganalisa gangguan hubung singkat suatu

sistera tenaga listrik digunakan harga-harga

subperalihannya.

Anda mungkin juga menyukai