Anda di halaman 1dari 2

A.

Pengkajian dapat mengetahui sejauh mana


aktualisasi penyelesaian sengketa perbankan syariah
dalam menerapkan prinsip prinsip syariah.

B. Pengkajian ini sekaligus akan memperkuat


validitas arbitrase syariah. Sehingga tidak ada
keraguan terhadap keberadaannya dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah terutama
di bidang perbankan syariah.

Dapat mengetahui penyelesaian melalui arbitrase itu


bersifat kooperatif dan nonkonfrontatif. yang
dilandasi prinsip musyawarah
Pengembangan arbitrase syariah di Indonesia, dalam menyelesaikan sengketa
perbankan syariah selain tetap berada dalam koridor syariah, juga senantiasa
Pembicaraan mengenai pengembangan dan penguatan arbitrase selama ini dilakukan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang menjadi payung yuridis
karena adanya krisis yang dialami lembaga peradilan dalam menyelesaikan keberadaan sistem penyelesaian sengketa di luar peradilan, yaitu UUAAPS 1999
sengketa. Pengadilan dianggap tidak profesional untuk menangani sengketa- Kajian arbitrase syariah tidak bertentangan dgn [undang undang arbitrase & alternatif penyelesaian sengketa]
sengketa bisnis, tidak independen, bahkan para hakim telah kehilangan
integritas moral dalam menjalankan profesinya. Akibatnya, pelaku bisnis mencari
koridor syariah & menyesuaikan UUAAPS 1999.
alternatif yang mampu menyelesaikan sengketa secara efektif dan efisien
Alternatif Diluar Peradilan [krisis kepercayaan]
Tidak Populer: ketentuan hukum yang mengatur masalah arbitrase di Indonesia
belum banyak diketahui dan dipahami pelaku bisnis.
Keberadaan arbitrase syariah sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa
Tidak Membudaya: belum adanya pola pikir arbitration minded di kalangan
perbankan syariah, tidak ditafsirkan sebagai pernyataan tentang tidak
pengusaha Indonesia
pentingnya arti pengadilan dalam penataan sosial. Keberadaan arbitrase
syariah bukanlah untuk dipertentangkan dengan lembaga peradilan agama. Namun, Tidak Berpengalaman: banyak di antara mereka yang belum berani membawa
kiranya perlu diajukanlah pemahaman bahwa ruang peradilan bukanlah satu- sengketa yang dialaminya keluar dari jalur peradilan.
satunya institusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa perbankan
syariah. Minim SDM [Tidak Banyak Profesionalitas dan Kredibilitas Arbiter]: baik itu
selaku pribadi maupun dalam menyelesaikan sengketa di Indonesia belum banyak
Prinsipnya tidak ada konflik yang berarti antara pengadilan yang sifatnya publik Litigasi VS non Litigasi [Bukan untuk diketahui oleh pelaku bisnis
dengan arbitrase yang berwatak privat. dipertentangkan] Faktor penghambat perkembangan arbitrase Minim Dukungan: belum banyak konsultan hukum Indonesia yang mau
memperkenalkan/mengarahkan kliennya untuk bersengketa melalui arbitrase

Pengakuan terhadap arbitrase dalam hukum Islam terlihat dalam aI-Qur'an, seperti Kurangnya Edukasi: tidak mudah membawa dan menyadarkan pihak-pihak yang
mengenai penyelesaian perselisihan antara suami- istri melalui hakam (arbiter) bersengketa agar menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dengan iktikad baik
sebagai juru damai (QS. an-Nisa' [4]: 35 dan 128). Dari sumber inilah arbitrase
Tidak Profesional/Salah Paham: kurangnya pemahaman hakim-hakim tentang
kemudian ditetapkan sebagai forum penyelesaian sengketa dalam tradisi hukum
arbitrase sehingga sering kali sengketa yang berdasarkan "klausul arbitrase"
Islam. Legalitas tahkim (arbitrase) diakui dalam al-Qur'an, seharusnya diselesaikan melalui arbitrase, tetapi Pengadilan Negeri tetap saja
hadis, maupun ijmak ulama. A. Perlunya Mengkaji Arbitrase Syariah menangani sengketa tersebut

Keberadaan perbankan syariah yang dikenal sebagai perbankan lslam (Islamic


Amanah UU - Pengakuan terhadap keberadaan penyelesaian sengketa ekonomi
Banking) semakin kukuh setelah mendapat legalitas seiring kelahiran Undang-Undang
syariah melalui arbitrase syariah terlihat dari banyak Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang menetapkan agar penyelesaian sengketa Penyelesaian sengketa antara bank syariah dengan Terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah
dilakukan melalui badan arbitrase syariah, bila gagal mencapai kesepakatan melalui nasabah dilakukan melalui mekanisme arbitrase tentang Perbankan syariah
musyawarah.
syariah, bila kesepakatan melalui musyawarah dan
mediasi termasuk mediasi perbankan tidak dapat
Meningkatnya statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) yang
dilakukan. dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) bulan Oktober 2011 turut meningkatkan
hubungan hukum yang terjadi di lingkungan perbankan syariah sedikit banyak
berpengaruh pula terhadap kemungkinan timbulnya sengketa antara perbankan

Instrumen penghimpunan maupun penyaluran atau pendanaan dalam bentuk


Peningkatan dan Permintaan Pasar Berkembang syariah dengan nasabah sebagai pengguna jasa perbankan

pembiayaan, tidak tertutup kemungkinan terjadi sengketa (dispute) antara bank Pesat
dengan nasabah.

Dalam konteks ini, aktivitas perbankan syariah memerlukan peran yuridis di dalamnya Tidak terpenuhi hak dan kewajiban atau timbul ketidakpuasan dalam pelaksanaan
terutama ketika terjadi konflik agar dapat diselesaikan secara adil. Penyelesaian akad atau perjanjian. Eksistensi penyelesaian sengketa di luar peradilan telah diakui dengan pembentukan
sengketa diharapkan tidak merusak hubungan bisnis yang tengah berjalan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Ketentuan ini menunjukkan, arbitrase merupakan forum penyelesaian sengketa di luar
Kompleksitas akad dan beda pendapat antara bank syariah dengan nasabah dalam Sengketa (UUAAPS1999). peradilan yang ditunjuk berdasarkan pilihan para pihak yang bersengketa.
sehingga kelangsungan usaha para pihak tetap berlangsung secara produktif.
memahami dan menginterpretasi akad.
Oleh karena itu, aspek penyelesaian sengketa dalam transaksi keuangan pada Sengketa Sebagai salah satu pilihan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah di luar
perbankan syariah menjadi sangat penting Berselisih dalam pelaksanaan prestasi bisa mengakibatkan terjadinya pelanggaran Dualisme Penyelesaian sengketa, yaitu melalui peradilan agama, arbitrase syariah perlu dan penting untuk diketahui dan dikaji,
perjanjian (breach of contract). mekanisme peradilan [litigasi] dan mekanisme di luar terutama mengenai prinsip-prinsip yang mendasari pola operasionalnya. Dengan
peradilan [non litigasi] kajian itu pelaku bisnis dan masyarakat perbankan syariah dapat lebih memahami
Pelanggaran terhadap akad merupakan bentuk potensial terjadinya sengketa di
prinsip-prinsip yang mendasari cara kerja arbitrase syariah
lingkungan perbankan syariah.

Pertama, pengaturan atau positivisasi perbankan syariah yang memberi aturan


mengenai penyelesaian sengketa perbankan syariah relatif baru, yakni sejak
berlaku UUPS 2008. pilihan forum (choice of forum) sehingga perlu dielaborasi prinsip-
prinsip yang mendasari cara kerjanya dari perspektif hukum Islam

Kedua, arbitrase syariah menjadi pilar penting bagi bangunan perbankan syariah yang
berfungsi sebagai forum penyelesaian sengketa di luar mekanisme peradilan yang
dinilai lebih efisien.

Hal ini ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah di luar


perbankan syariah seperti asuransi syariah (takaful), pegadaian syariah, pasar modal Ketiga, eksistensi arbitrase syariah memiliki prospek masa depan yang signifikan
syariah, dan reksa dana syariah yang dalam transaksi masing-masing juga dengan melihat pertumbuhan lembaga keuangan syariah yang pesat mengikuti
berpotensi timbul sengketa. perkembangan kehidupan sosial ekonomi umat. Studi terhadap prinsip arbitrase syariah dalam
Keempat, penggunaan arbitrase merupakan salah satu prinsip bisnis dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah perlu
Islam, termasuk perbankan syariah, yang relevan menyelesaikan sengketa. Perintah dilakukan dengan didasarkan pada lima alasan
arbitrase (tahkim) sudah qath'i dalam Al-Qur'an, yaitu untuk menyelesaikan
perselisihan, mendamaikan dengan musyawarah. Tujuan penyelesaian sengketa pokok.
melalui arbitrase syariah adalah mewujudkan perdamaian (sulh atau ishlah)
guna mempertahankan hubungan silaturrahim antara para pihak yang
bersengketa.

Fakta ini terlihat dari jumlah perkara yang terdaftar di Badan Arbitrase Syariah Kelima, pemahaman terhadap keberadaan arbitrase syariah relatif masih belum
Nasional (BASYARNAS), yaitu dalam kurun waktu 1997-2009 hanya terdapat 17 banyak diketahui, yang ditandai belum berperan secara optimal dalam
perkara, dan baru memiliki 15 kantor perwakilan di daerah menyelesaikan sengketa perbankan syariah.
Pertama, pengaturan UUPS 2008 berimplikasi pada
pemberian kewenangan arbitrase syariah sebagai
salah satu pilihan forum dalam menyelesaikan
sengketa perbankan syariah.

Kedua, arbitrase syariah menjadi pilar penting bagi


C. Asumsi-asumsi dalam Pembahasan perbankan syariah sebagai forum resolusi sengketa
Arbitrase Syariah yang terjadi antara bank syariah dengan nasabah.

Ketiga, pengkajian terhadap prinsip arbitrase syariah


perlu dilakukan sebagai upaya memperkuat
keberadaan forum arbitrase, terutama setelah UUPS
2008 menetapkan sebagai pilihan penyelesaian
sengketa perbankan syariah yang ditunjuk
berdasarkan kesepakatan para pihak dalam akad.

Anda mungkin juga menyukai