Anda di halaman 1dari 14

Analisis Bisnis Perusahaan Startup Di tengah Kondisi Pandemi Covid-19

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia tidak hanya
menimbulkan ancaman namun juga memberikan peluang bagi sejumlah sektor bisnis. Salah
satu yang menangguk peluang besar di era pandemi itu adalah sektor-sektor bisnis terkait
daring atau online dan teknologi informasi atau dikenal juga sebagai IT. Pengamat kebijakan
dan komunikasi strategis dari Universitas Daegu, Korea Selatan, Prof. Gil H. Park menilai
aktivitas perekonomian berbasis teknologi informasi atau daring (online) akan memainkan
peranan lebih penting dalam kondisi pasca pandemi COVID-19.

Menurut dia, pandemi ini bukan hanya sekedar ancaman namun peluang bagi sektor
jasa agar lebih beradaptasi dan bertransformasi di sektor perekonomian, dan pemerintah perlu
lebih banyak membantu aktivitas bisnis serta perekonomian berbasis teknologi informasi. Hal
tersebut perlu dilakukan mengingat aktivitas perekonomian berbasis teknologi informasi atau
daring (online) akan memainkan peran lebih penting pada waktu mendatang.

Pendapat senada juga datang dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan
Umar Hadi yang mengatakan bahwa bisnis-bisnis online, khususnya yang berada di Korea
Selatan, akan booming atau meningkat. Menurut Umar Hadi, pascakrisis pandemi yang
melanda seluruh dunia bisnis-bisnis online akan mengalami momen-momen sangat
menguntungkan. Lalu bisnis-bisnis online apa saja yang akan melesat dan faktor apa yang
menyokong pertumbuhan bisnis yang diperkirakan akan semakin besar usai pandemi Covid-
19?

Dari e-commerce hingga edutech

Banyaknya sektor di bisnis online, membuat pelaku usaha yang ingin berinvestasi
perlu menerka - nerka bisnis-bisnis online apa saja yang menangguk untuk di era COVID-19.
Wiraswasta sekaligus pendiri platform startup Bahaso, Tyovan Ari Widagdo menilai terdapat
beberapa sektor bisnis startup yang berpeluang populer dan menguntungkan di era pandemi
saat ini, seperti e-commerce, edutech , dan kesehatan. Menurut Tyovan, sektor-sektor bisnis
startup yang justru karena pandemi ini mengalami kenaikan bisnis yang signifkan dimana
platform-platform kesehatan online seperti Halodoc menjadi populer karena membantu
publik yang hanya ingin mengonsultasikan dan diagnosis kesehatan secara online. Bisnis e-
commerce juga menjadi kebutuhan utama publik dalam bertransaksi di masa pandemi ini,
mengingat masyarakat takut berbelanja secara langsung sehingga untuk pembelian beberapa
kebutuhan dilakukan secara online melalui platform-platform e-commerce.

Selain platform-platform bisnis e-commerce nasional yang sudah mapan, saat ini juga
bermunculan platform-platform e-commerce lokal terutama untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan pokok. Anak-anak muda di beberapa kota membuat platform-platform e-
commerce lokal untuk membantu proses pembelian barang dari konsumen ke pasar.

Berikutnya ada bisnis startup Collaboration Tools seperti aplikasi Zoom dan
GotoMeeting yang menjadi populer di era pandemi COVID-19. Peluang di sektor ini diambil
oleh perusahaan – perusahaan asing mengingat di Indonesia sendiri masih sedikit atau
bahkan tidak ada pelaku yang memanfaatkan peluang di bisnis startup Collaboration Tools.
Di samping itu, dari sektor agrikultur seperti platform TaniHub juga menjadi populer,
kemudian bisnis startup lainnya yang ketiban hoki di era Covid-19 adalah sektor teknologi
pendidikan atau edutech seperti Ruangguru, Zenius. Tyovan mengatakan bahwa para pelajar
saat ini juga sudah tidak mungkin belajar di sekolah akibat pandemi sehingga mereka belajar
di rumahnya masing-masing secara daring. Popularitas sektor edutech tidak akan berhenti di
era pandemi, mengingat bisnis di industri ini akan terus berkembang dalam kondisi pandemi
di mana masyarakat dipaksa untuk berinteraksi dengan teknologi.

Work from home menjadi lumrah Salah satu faktor yang membuat bisnis online
berjaya di era pandemi adalah aktivitas bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah atau
dikenal sebagai work from home (WFH) yang dijalankan semua orang dalam rangka
menghindari infeksi. Senior Director Office Services Colliers International Indonesia
(konsultan properti), Bagus Adikusumo memperkirakan pola kerja dari rumah bakal menjadi
lebih lumrah dalam penerapannya oleh sejumlah kantor perusahaan akibat dampak dari
COVID-19, dan diperkirakan akan berlanjut bakal setelah pandemi dapat tertangani. Menurut
dia, kalau WFH ini berlanjut cukup lama akibat berlarut-larutnya penyebaran pandemi,
dengan demikian akan menjadi suatu protokol yang dijalankan suatu perusahaan kepada
karyawannya. Kemungkinan ke depannya WFH akan menjadi model bisnis yang menarik
untuk diteruskan sehingga bakal ada berbagai penyesuaian dari pola kerja perusahaan.

Hal senada juga disampaikan oleh Associate Peneliti ekonomi Indef yakni
Muhammad Zulfikar Rakhmat yang menilai bahwa kalau melihat dari sisi positifnya,
pandemi COVID-19 telah mengajarkan kepada semua pihak untuk bagaimana beraktivitas
secara daring. Menurut dia, saat ini semua orang bisa belajar dan mengetahui bagaimana
sistem kerja, pendidikan dan sejumlah aktivitas bisnis bisa dilakukan secara daring, termasuk
beraktivitas dari rumah. Ke depannya akan banyak orang-orang baik di Indonesia maupun
dunia bekerja dan beraktivitas secara online, karena pandemi COVID-19 telah membuka
wawasan bahwa beberapa aktivitas termasuk bisnis bisa dimungkinkan melalui secara
digitalisasi Dipaksa bertransformasi ke online Faktor lainnya yang perlu dicermati terkait
melesatnya bisnis online ini adalah pandemi penyakit mematikan tersebut berhasil memaksa
para pelaku bisnis tradisional, seperti UMKM, pasar tradisional serta pelaku usaha makanan
dan minuman untuk melakukan transformasi ke ranah online.

Pengamat Indef Andry Satrio menilai pandemi itu sendiri berhasil mempercepat
bahkan memaksa terjadinya transformasi bisnis, khususnya makanan dan minuman serta
aktivitas jual belinya dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi.
Menurut Andry, saat ini semua pihak dipaksa untuk beraktivitas secara daring dan
menerapkan prinsip digitalisasi, kalau tidak kegiatan perekonomian serta bisnis akan mati.
Contoh nyata, bagaimana pasar tradisional saat ini mau tidak mau harus bisa menjalankan
prinsip pengantaran barang setelah menerima pesanan secara online atau via telepon, kalau
tidak bisa kalah dari kompetitor lainnya. Saat ini semua aktivitas jual beli dilakukan secara
daring dan menjalankan prinsip pengantaran, terutama untuk sektor restoran dan bisnis
makanan-minuman dipaksa menjalankan bisnis di mana pesanan dapat dilakukan secara
daring. Transformasi itu sebelumnya tidak ada yang bisa secepat sekarang setelah munculnya
pandemi COVID-19. Supermarket pun sekarang bisa melayani pemesanan via aplikasi sosial
media seperti Whatsapp.

Apa Itu Startup?

Menurut Investopedia, startup adalah perusahaan baru yang didirikan oleh satu atau
banyak orang untuk mengembangkan sebuah produk atau layanan jasa yang unik sesuai
dengan pasar yang ditargetkan.

Startup cenderung menggunakan sistem online untuk memasarkan ataupun


mengenalkan produk atau layanan jasanya. Perusahaan ini juga cenderung mengalami potensi
pertumbuhan yang sangat tinggi.

Ketika kamu ingin mendirikan startup, kamu harus menggunakan dana sendiri atau bahkan
bisa meminjam dari teman dan keluarga.
Meski begitu, saat ini sudah banyak sekali program-program dari pemerintah yang
menyediakan kucuran dana bagi startup yang baru merintis dari awal. Program tersebut di
antaranya adalah PPBT dan CPBT.

Dari kedua program tersebut, kamu bisa mendapatkan dana dari pemerintah sehingga dapat
mengembangkan apa yang kamu bangun bersama teman atau pengusaha lainnya.

Tugas awalnya memang sangat berat. Kamu harus mengumpulkan dana yang besar untuk
mengembangkan produk atau jasa yang kamu tawarkan.

Jenis Pendanaan Startup

Menurut BBVA, dibandingkan dengan perusahaan tradisional lainnya, perusahaan ini


cenderung mendapatkan dana yang lebih mudah. Pasalnya, startup memberikan pengaruh
yang besar terhadap kegiatan ekonomi.

Biasanya perusahaan ini identik dengan mengandalkan investor ataupun venture


capital untuk mendapatkan dana yang besar.

Venture capital sendiri adalah modal dalam bentuk uang yang diberikan
kepada startup yang sangat potensial dan sedang berkembang.

Terlepas dari semua itu, startup sebenarnaya dapat memanfaatkan beberapa jenis pendanaan,
yaitu:

1. Keluarga atau teman

Walaupun pada awalnya keluarga atau teman tidak ditargetkan sebagai investor utama dalam
pendanaan startup, namun peran dari kedua unsur tersebut bisa sangat penting bagi kamu.

Kamu bisa meminjam uang kepada keluarga atau teman terlebih dahulu untuk
mengembangkan produk atau jasa yang kamu tawarkan.

2. Inkubator
Inkubator merupakan suatu program yang dirancang sedemikian rupa agar
perusahaan-perusahaan kecil seperti startup dan lain-lain agar nantinya dapat berdiri sendiri
dan sukses.

Nantinya inkubator akan membantu startup yang masih di tahap awal untuk dibina
dengan baik selama jangka waktu tertentu.

Di Indonesia sendiri saat ini ada sebuah program yang bernama Gerakan Nasional
1000 Startup Digital. Gerakan Nasional 1000 Startup Digital sendiri merupakan sebuah
pembinaan berkelanjutan selama 6 bulan dari pemerintah untuk masyarakat umum dalam
membangun startup digital. Saat mengikuti program tersebut, kamu akan mendapatkan
keuntungan yang sangat banyak, salah satunya adalah dapat terhubung dengan mentor-mentor
ternama di dunia.

Ketika kamu mengikuti masa inkubator, kamu akan mendapatkan pembinaan, relasi
yang kuat, pendanaan, bahkan akses ke sebuah coworking space agar kamu dapat
mengembangkan ide.

3. Venture capital

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, venture capital merupakan modal dalam bentuk
uang yang diberikan kepada startup yang potensial dan sedang berkembang.
Biasanya venture capital akan memberikan modal dalam jumlah yang besar kepada startup,
sehingga jenis pendanaan ini sering kali menjadi rebutan. Venture capital terdiri dari
kelompok investor kelas atas, bank investasi serta lembaga keuangan besar yang lain.
Walaupun memiliki dana yang banyak, venture capital sangat selektif dalam menentukan
siapa yang berhak mendapatkan dananya.

Pada umumnya, venture capital hanya memilih startup yang sedang berkembang dan
potensial memberikan keuntungan dalam jangka waktu panjang.

Perbedaan Startup dan Usaha Kecil

Kedua unsur ini memang memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Berikut
merupakan perbedaan antara startup dan usaha kecil menurut Apium Hub:
1. Inovasi

Salah satu perbedaan yang menonjol dari startup dan usaha kecil terletak dari inovasi
produk atau layanan. Bisnis biasanya tidak membuat keunikan yang menonjol, seperti salon,
restoran, dan lain-lain.

Saat kamu memulai usaha kecil, maka kamu hanya perlu berpikir tentang apa yang
kira-kira out of the box sehingga meningkatkan minat para pelanggan. Sedangkan di startup,
inovasi sangat penting dalam keberlangsungan mereka. Tugasnya tidak selesai dari berhasil
membuat sesuatu yang baru, melainkan harus meningkatkan apa yang sudah ada. Keadaan
seperti itu tentu membutuhkan inovasi yang canggih supaya kamu dapat berkembang dan
mendapatkan keuntungan.

2. Pasar

Dalam bisnis kecil, biasanya hanya berfokus kepada lingkaran pelanggan tertentu
sehingga membatasi pertumbuhan perusahaan. Berbeda dengan startup, perusahaan ini justru
tidak membatasi pertumbuhannya dan berfokus untuk mendapatkan sebanyak mungkin pasar
yang ada saat ini.

3. Tingkat pertumbuhan

Usaha kecil sudah jelas harus mematok pertumbuhan yang sangat cepat. Namun
prioritas dari bisnis kecil adalah hanya mendapatkan keuntungan. Ketika bisnis mendapatkan
keuntungan, maka saat itu tidak terlalu membutuhkan peningkatan performa demi meraih
pertumbuhan yang lebih lagi.

Berbeda halnya dengan startup, perusahaan ini harus selalu mengalami pertumbuhan
dengan ide-ide yang segar dan unik untuk menciptakan model bisnis yang dapat direproduksi.
Apabila tidak mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, maka dipastikan startup tidak
akan bertahan lama.

4. Keuntungan

Jika kamu membangun sebuah usaha kecil maka hanya akan fokus pada keuntungan
dari hari ke hari. Setelah itu, keuntungan tersebut dapat dialokasikan untuk ekspansi bisnis
dengan cara membuka cabang. Berbeda halnya dengan startup, butuh beberapa bulan atau
bahkan tahun untuk mendapatkan keuntungan.

Fokus utama dari perusahaan ini adalah untuk membuat produk atau layanan jasa
yang bagus dan canggih. Hal itu nantinya akan disukai oleh calon konsumen ataupun banyak
orang. Apabila tujuan tersebut tercapai, maka bisa saja startup akan langsung meraup
keuntungan dengan jumlah yang sangat banyak, bahkan bisa sampai puluhan juta per harinya.

5. Keuangan

Saat kamu hendak membuka usaha kecil, maka kamu dapat memakai uang pribadi,
meminjam keluarga, teman atau bahkan meminjam lewat bank. Setelah itu, kamu harus
mengembalikannya dengan bunga jika meminjam uang lewat bank.

Berbeda halnya dengan startup, walaupun ada yang memakai uang pribadi,
meminjam ke keluarga ataupun teman, belakangan ini crowdfunding menjadi fenomena yang
populer. Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas, startup juga mendapatkan kucuran
dana dari pemerintah lewat program CPBT atau PPBT, melalui investor atau bahkan
melalui venture capital.

Hal tersebut penting karena startup membutuhkan modal yang banyak guna
mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Setelah itu, apabila sudah meraup
keuntungan besar, perusahaan itu tidak hanya akan balik modal, melainkan mendapatkan
keuntungan.

Bagaimana sih peluang bisnis start up di tengah pandemi ini?

Menurut pebisnis, Sandiaga Uno keadaan dunia bisnis di tanah air baik perusahaan
besar maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sama-sama terpukul pada fase
pertama pandemi COVID-19, tepatnya ketika pemerintah pertama kali menerapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, dari adaptasi di tengah pandemi ini lahir
peluang baru pada delapan sektor yakni kesehatan, konferensi video virtual, kursus online,
digitalisasi bisnis, kuliner, biotech, legal, dan energi terbarukan. Sektor-sektor ini menjadi
semakin diminati karena adanya penyesuaian kebutuhan konsumen di tengah pandemi
COVID-19. Dari 8 peluang ini, perusahaan rintisan dapat mengkaji kebutuhan-kebutuhan itu
untuk menciptakan inovasi produk atau layanan baru. Di satu sisi, untuk melakukan
pengembangan produk, ekosistem digital perlu dibangun agar startup bisa beradaptasi.

Mampukah Startup Indonesia bertahan di masa pandemic COVID-19?

Sebelum pandemi, sebanyak 74,8 persen perusahaan perintis di Tanah Air berada
dalam kondisi baik atau sangat baik di akhir 2019. Namun, kini tinggal 33 persen yang
berada dalam kondisi baik dan sangat baik. Sebagian besar atau 42,5 persen startup digital
berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk akibat pandemi Covid-19. Serta sebanyak 24,5
persen berada dalam kondisi biasa saja.

"Jadi pandemi ini banyak memukul perusahaan-perusahaan digital, ada migrasi dari
kondisi baik atau sangat baik menjadi buruk atau sangat buruk," ujar Direktur Riset Katadata
Insight Center Mulya Amri dalam webinar Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku
Ekonomi Digital, Kamis (9/7/2020). Hal ini berdasarkan riset Katadata Insight Center yang
melakukan survei terhadap 139 eksekutif startup pada Mei-Juni 2020, dengan tujuan
mengetahui kondisi perusahaan di masa pandemi Covid-19.

Riset ini mencakup startup dengan tahapan seed & cockroach alias valuasi di bawah
10 juta dollar AS, pony (valuasi 10-99,9 juta dollar AS), serta centaur dan unicorn (valuasi di
atas 100 juta dollar AS). Survei menunjukkan, hanya 48,9 persen startup yang mengaku bisa
bertahan lebih dari satu tahun sejak virus corona masuk ke Indonesia pada Maret 2020.
Sebagian besar startup mengaku sulit untuk mempertahankan bisnisnya lebih dari satu tahun.

Sebanyak 20,9 persen startup hanya mampu bertahan 6-12 bulan dan 20,1 persen
startup hanya mampu bertahan 3-6 bulan. Serta, sebanyak 10,1 persen startup mengaku hanya
mampu bertahan kurang dari 3 bulan. "Jika perhitungan sejak Maret 2020, mungkin 10,1
persen bisa jadi sudah tutup saat ini. Dan sekitar 20,1 persen startup sedang struggling saat
ini, kemungkinan beberapa gugur atau bertahan di September atau Oktober nanti," jelas dia.

Startup yang bergerak di sektor pariwisata, sektor ekosistem pendukung digitalisasi


dan maritim menjadi paling terpukul. Sedangkan sektor sistem pembayaran, logistik,
pertanian, kesehatan, teknologi informasi dan sektor pendidikan, meski terkena dampak,
namun kondisi perusahaan masih cukup baik. Tekanan yang dialami selama pandemi
tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung/pengunduh aplikasi, jumlah
transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan dan jenis produk/layanan yang ditawarkan.

Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1 miliar-Rp 100 miliar per bulan,
banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2
persen menjadi 14,7 persen. Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar
yang semula sebanyak 10,9 persen startup mengalami kenaikan menjadi 13,2 persen. Selain
pergeseran jumlah transaksi, juga terjadi perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup
dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Misal sektor pendidikan terjadi perubahan
permintaan dari kursus offline menjadi online. Kendati demikian, Mulya melihat angka 48,9
persen startup yang bisa bertahan hingga 2021 mendatang, merupakan kabar baik yang cukup
menjanjikan. Sebab, menunjukkan adanya kestabilan pada banyak startup di Tanah Air untuk
bisa bertahan di tengah pelemahan ekonomi.

"Mungkin mereka menemukan model bisnis yang bagus dan bisa bertahan di kala
pandemi, atau karena punya cadangan pendanaan yang besar sebelum pandemi, sehingga kini
mereka punya tabungan untuk bertahan," jelasnya. Di sisi lain, dari sejumlah tekanan yang
membuat sebagian besar startup melakukan efisiensi, ada beberapa startup yang malah
menambah biaya produksi, jumlah karyawan, hingga menaikkan gaji karyawan. Sebanyak
10,1 persen startup yang menambah karyawan (di bawah 50 persen) dan 0,7 persen jumlah
karyawannya sangat bertambah (di atas 50 persen). Juga ada 5,8 persen startup yang memilih
untuk menaikkan gaji karyawannya. Kemudian 14,4 persen startup yang mengaku malah
meningkatkan biaya promosi, bahkan 3,6 persen sangat menambah biaya promosi di tengah
pandemi.

Begitupula dengan, 10,1 persen startup yang malah menambah biaya produksi. Mulya
menyatakan, pandemi memang memukul sebagian besar startup, namun dalam survei juga
ditemukan ada beberapa startup yang mampu meningkatkan kondisi kesehatan perusahaan
sehingga menjadi di posisi baik atau sangat baik, dari sebelumnya berada di posisi dengan
kondisi biasa saja. "Jadi dalam kondisi pandemi tidak 100 persen startup terkena dampak
negatif. Ada yang bisa memanfaatkan peluang, terutama bagi yang inovatif," pungkasnya.

Siapa saja yang bisa membangun start up?


Sebenarnya siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk membangun start up,
dengan catatan memenuhi legalitas start up yang berlaku. Selain itu, tidak ada peraturan
khusus yang mengatur siapa saja yang berhak membangun start up. Meski begitu, ada
beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam membangun start up,

1. Tim yang solid dan konsisten

Hal pertama yang perlu kamu perhatikan sudah pasti adalah rekan binis. Dalam hal ini
bisa dibilang hampir mustahil bagi satu orang untuk menangani setiap aspek perusahaan.
Karena itu, kamu butuh rekan yang bisa melengkapi kekuranganmu dan bersama-sama
merintis bisnis. Rekan bisnis ini harus menjadi ‘soulmate’-mu, atau Istilahnya seperti orang
yang memiliki satu visi dan misi dengan kamu. Selain memiliki partner yang solid, milikilah
pelatih atau mentor. Seorang mentor akan membantu menentukan visi bisnismu, memetakan
model bisnis, juga memotivasi kamu. Mentor ini bisa dari seorang pengusaha sukses yang
telah kamu kenal, dosen atau guru kamu, maupun para trainer di lembaga pelatihan.

2. Memiliki kemauan keras untuk terus belajar dan berbagi ilmu

Yang namanya perjalanan bisnis tentu mengalami siklus ‘di atas dan di bawah’. Maka
penting bagi kita untuk tetap rendah hati ketika bisnis sedang berjaya. Jadikan momen
‘diatas’ sebagai perjalanan panjang untuk terus memaksimalkan potensi yang ada, misalnya
dengan cara berbagi ilmu sebagai seorang mentor. Sebaliknya, jika bisnis yang tengah kita
geluti sedang ‘dibawah’ jangan mudah berputus asa, jadikanlah pelajaran dan tetap semangat
untuk berjuang.

3. Memiliki roadmap usaha yang jelas

Inmerupakan hal terpenting karena roadmap usaha merupakan petunjuk atau arah
yang dijalankan untuk mencapai tujuan bisnis. Seringkali para pelaku startup kewalahan, dan
kebingungan karena melupakan hal-hal yang dianggap sepele namun penting seperti
membuat dan memperbaharui roadmap dan master timeline. Dua hal tersebut berguna untuk
menganalisis ide, pertanyaan-pertanyaan, riset, dan juga memantau jalannya usaha yang
sedang kita jalankan.

4. Memanfaatkan digital marketing


Bisnis Startup dan digital marketing bisa dikatakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Namun beberapa startup justru gagal karena terlalu fokus pada pemanfaatan
teknologi digital dan lupa untuk memanfaatkannya untuk pemasaran. Kita dapat
mengandalkan Digital Ads, SEO dan juga memanfaatkan sosial media. Selain itu, Kita juga
perlu mendaftarkan diri maupun startup-kita pada mesin pencari untuk merespon masukan,
membangun citra, dan juga membangun brand.

Tips agar startup dapat survive ditengah pandemi

1. Strategi keuangan (check up cashflow )

Pada situasi yang serba tak pasti ditengah pandemi ini, melakukan strategi keuangan
dengan mengecek cashflow atau keuangan perusahaan secara berkala adalah hal yang
penting. Merancang ulang strategi keuangan yang lama, dan bila perlu persiapkan
beberapa plan cadangan untuk antisipasi keuangan. Selain itu persiapkan juga plan untuk
terus mengamankan cashflow dengan berbagai cara, entah itu dengan menjual produk lama,
melakukan lelang, atau menggelar promo guna menghabiskan stok lama dan mendapatkan
uang. Intinya untuk saat ini tunda impian untuk segera berekspansi karena di tengah pandemi
ini, bisa bertahan saja sudah syukur

2. Kontrol produktivitas kinerja karyawan

Selama pemberlakuan PSBB, dan Work From Home kamu tetap harus melakukan
kontrol produktivtas kerja diri sendiri maupun rekan tim-mu. Tapi ini bukan berarti tidak
percaya pada sesama anggota tim, Justru kontrol produktivitas kerja ini penting mengingat
suasana kerja di kantor dan di rumah yang tentu saja berbeda. Di kantor mungkin fokus-mu
pada pekerjaan lebih tinggi, tapi di rumah ada berbagai distraksi yang bisa saja datang dari
anggota keluarga lain, sehingga tugas menjadi molor dari deadline, maupun jam kerja
menjadi tidak se-efektif kerja di kantor. Sebagai atasan sebaiknya kamu tidak lepas kontrol
begitu saja. Tetap memonitor kerja karyawan, seperti progres kerja, jadwal kehadiran, dan
seberapa aktif karyawan tersebut berkomunikasi di grup. Bila perlu, buatlah progres kerja
harian, atau mingguan, di mana karyawan wajib menyerahkan laporan tersebut sesuai tanggal
yang sudah ditentukan setiap minggu. Cara ini cukup efektif untuk memaksimalkan kinerja
karyawan walaupun harus kerja dari rumah.
3. Melakukan komunikasi dengan omnichannel

Di tengah Pandemi COVID-19 ini, ada baiknya kamu memanfaatkan


strategi omnichannel dengan mengintegrasikan aktivitas di situs web, aplikasi, media
sosial, e-commerce, dan berbagai channel pemasaran yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan
menciptakan pengalaman berbelanja pembeli menjadi lebih efisien dan mudah. Selain itu,
keuntungan dari sisi bisnis juga dapat meningkatkan kesempatan produk untuk dibeli. Kenapa
bisa begitu? Bayangkan saja pelanggan login ke akun mereka, lihat item di situs web
bisnismu, hingga kemudian mereka menutup halaman browser. Beberapa jam kemudian,
sistem akan secara otomatis mengirimkan email ataupun iklan yang menampilkan produk
serupa. Karena sebelumnya orang tersebut sudah tertarik pada item tertentu, maka mereka
lebih cenderung melihat kembali produk maupun ‘take action’ untuk membeli produk.

4. Inovasi produk

Guna meningkatkan penjualan di tengah pandemi COVID-19, kamu juga bisa


mencoba berinovasi pada produk maupun menciptakan produk baru, tapi tetap dengan bujet
yang sesuai. Sebagai inspirasi, inovasi produk dapat kamu lakukan dengan memperhatikan
tren yang sedang berkembang. Selain itu berinovasi produk di tengah pandemi juga dapat
memperkuat eksistensi brand dengan tetap melahirkan produk baru meski di tengah pandemi.

Bagaimana cara agar startup bisa mendapatkan peluang untuk tumbuh di tengah
pandemi Corona?

1. Memastikan Adanya Cadangan Uang Tunai

Anandan mengatakan, perusahaan startup harus memastikan adanya cadangan uang


tunai. Uang tersebut akan digunakan untuk menjadi landasan operasional perusahaan.

Dia menjelaskan, perusahaan startup juga perlu mengubah cara mereka menjual produknya.
Bagaimana cara mereka menghabiskan uang pemasaran mereka dan di mana mereka dapat
menemukan pelanggan baru.

"Setelah Anda memiliki landasan pacu yang memadai, fokuslah untuk menyusun
kembali bisnis Anda. Jika bisnis Anda sangat terkena dampak, Anda dapat
mempertimbangkan berputar ke segmen yang sama sekali berbeda," kata Anandan.
"Cobalah memahami bagaimana perilaku konsumen dan pembelian cenderung
berubah dalam kaitannya dengan COVID-19 dan selaraskan strategi Anda sesuai dengan
kemungkinan skenario baru yang akan terjadi," lanjutnya.

2. Gunakan Uang dengan Cepat

Mitra di perusahaan modal ventura Lightspeed India Hemanth Mohapatra mengatakan


bagi startup yang sudah mengumpulkan pendanaan, harus segera melakukan perputaran uang
dengan cepat. Dia menilai dalam iklim bisnis saat ini, valuasi untuk perusahaan startup akan
jatuh.

"Saran kami kepada para startup adalah untuk menutup putaran mereka secepat
mungkin, tidak menunggu beberapa lembar istilah, tidak menunggu syarat terbaik yang
mungkin mereka dapatkan. Tidak untuk berbelanja dan hanya menutup putaran dengan
cepat," kata Mohapatra.

Pandemi memang meluluhlantakkan beberapa sektor usaha. Namun masih ada yang
bisa bertahan bahkan bertumbuh, seperti e-commerce, pembayaran digital, pekerjaan jarak
jauh, pembelajaran online, dan teknologi perawatan kesehatan.

Investor startup Vinod Nair mengatakan bahwa krisis yang berlangsung telah
menyebabkan dua jenis perubahan perilaku pada dunia bisnis. Pertama, perubahan taktis
dalam kebiasaan konsumsi yang diperkirakan akan bertahan hingga dua tahun.

"Kedua, ada beberapa perubahan struktural yang terjadi - seperti lebih banyak orang
mungkin akan bekerja dari rumah bahkan setelah pandemi selesai," kata Nair.

Sebagai contoh, penggunaan lapak online, pembayaran digital dan layanan kesehatan
elektronik. Bahkan layanan kesehatan elektronik sudah berkembang, mulai dari kelas latihan
online hingga konsultasi dengan dokter melalui internet.

Anandan menambahkan bahwa di samping perubahan perilaku konsumen, pandemi


ini mempercepat laju digitalisasi. Di India, pun hal in terjadi dengan pesat di sektor
pendidikan dan kesehatan.

"Jumlah pelajar online dalam pendidikan telah berlipat dua selama dua bulan terakhir.
Telemedicine, yang hampir tidak ada di India beberapa bulan yang lalu, sekarang tumbuh
pada tingkat yang eksponensial," katanya.

Anda mungkin juga menyukai