Anda di halaman 1dari 16

Makalah

MARAKNYA TAWURAN PELAJAR


Guru pengajar : Lisdurawati Sianturi S.pd

Kelompok 1
Dinda Salsabila
Eka Ananda Nurhaliza
Ezad Ar Deva
Greseila Novita Kassa
Ignatius Delon
Ni Wayan Adethasya Swastika
Patimah
Putri Marsela
Rezky Charisma
Vanessa Christhalia

Xll MIPA 7

SMA NEGERI 1 PALANGKARAYA


Tahun ajaran 2021/2022
Kata pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan
tema ‘ Maraknya Tawuran Pelajar ' tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing kami yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak
tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah tawuran pelajar yang sering
terjadi saat-saat ini.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini
bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama
dalam hal mengantisipasi tawuran pelajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta
kritikan dari para pembaca.

Palangkaraya, 5 Desember 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................
2.1 Jalannya masalah..................................................................................
2.2 Luas masalah tersebar pada bangsa dan negara..................................
2.3 Penanganan pemerintah dan seseorang bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah................................................................................
2.4 Kebijakan tentang masalah tersebut....................................................
2.5 Perbedaan pendapat,organisasi yang berpihak pada masalah ini.........
2.6 Pemerintah yang bertanggung jawab tentang masalah ini...................
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tawuran dikalangan pelajar sudah seperti hal yang biasa dikalangan pelajar
Indonesia. Bukan hanya dikalangan mahasiswa, tetapi dikalangan SMP, dan
SMA. Tawuran pelajar itu sendiri terkadang didasarkan pada alasan yang
tidak jelas dan tidak masuk akal seperti karena saling ejek antar anak
sekolah yang akhirnya berujung pada tawuran. Hal yang paling
mencengangkan adalah ketika ajang tawuran dijadikan ajang unjuk
kekuatan diantara para pelajar, dimana ketika pelajar tersebut menang dari
tawuran tersebut, maka dianggap sebagai jagoan.Dunia pendidikan terlalu
sering dicemarkan dengan hal-hal seperti ini dimana tiap sekolah hanya
memikirkan kualitas otak para anak didiknya, tetapi disatu sisi kualitas
mental anak didiknya tidak diperhatikan. Contoh sederhana dan nyatanya
saja dilingkungan sekolah SMP,SMA, dan Universitas ajang Mos dan Ospek
dijadikan ajang balas dendam kepada junior-juniornya karena mereka
merasa ketika dulu mereka masuk diperlakukan hal yang sama oleh para
seniornya. Dimulai dari hal pemalakan, pengancaman, sampai pemukulan
yang berakhir tewasnya pelajar/ junior tersebut.Senioritas seperti inilah
yang harusnya disadari oleh sekolah jangan hanya memandang sebelah
mata saja dengan kejadian seperti ini. Karena sekolah yang selalu
membiarkan hal seperti ini yang berakibat anak-anak didiknya bertindak
diluar batas kewajaran sebagai pelajar. Pengelompokan atau geng yang
biasanya ada dilingkungan sekolah juga salah satu faktor dimana
sekelompok anak tersebut mendominasi anak-anak yang dianggapnya
dapat ditindas.Dilingkungan sekolah yang tidak ketat dan membiarkan
ajang mos/ospek yang seperti itu dan terus membudaya akan merusak
mental anak didiknya ditiap generasi. Belum lagi sejarah sekolah yang
kerap tawuran, membawa para senior memberikan pengajaran kepada
junior-juniornya bahwa sekolah tertentu adalah musuhnya, dimana musuh
harus dihilangkan dan ketika itu juga para senior memberikan strategi-
strategi kepada para juniornya untuk menyerang sekolah yang dianggapnya
musuh.Lingkungan keluarga yang kurang atau bahkan tidak baik turut
menambah faktor para pelajar melakukan hal tersebut. Pelajar yang stres
dengan masalah yang ada dilingkungan keluarga kerap kali melakukan hal-
hal yang tidak baik sebagai pelampiasan dari rasa stresnya di dalam
keluarga atau didalam keluarga tersebut orang tua selalu bertindak kasar
dengan cara memukul, cara yang demikian membuat seorang anak menjadi
kasar dan emosional dalam menanggapi segala sesuatu yang menurutnya
salah.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana jalannya masalah?
2.Seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara?
3.Mengapa masalah harus ditangani pemerintah dan haruskah seseorang
bertanggung jawab memecahkan masalah?
4.Adakah Kebijakan tentang masalah tersebut?
5.Adakah perbedaan pendapat ,siapa organisasi yang berpihak pada
masalah ini?
6.Pada tingkat atau lembaga pemerintah apa yang bertanggung jawab
tentang masalah ini?

1.3 Tujuan Masalah


1.Mengetahui bagaimana jalannya masalah tersebut
2.Mengetahui seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara
3.Mengetahui mengapa masalah harus ditangani pemerintah dan haruskah
seseorang bertanggung jawab memecahkan masalah
4.Mengetahui tentang adanya kebijakan tentang masalah tersebut
5.Memgetahui adakah perbedaan pendapat ,siapa organisasi yang
berpihak pada masalah ini
6.Mengetahui apa tingkat atau lembaga pemerintah apa yang bertanggung
jawab tentang masalah ini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jalannya masalah


Di Indonesia, tawuran telah menjadi tradisi, atau bahkan budaya. Perilaku
menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah-masalah sepeleh atau
biasa saja yang disebabkan oleh hal-hal serius yang menjurus pada
tindakan kekerasan.Dan belakangan ini tawuran semakin marak di
kalangan pelajar. Tawuran antar pelajar saat ini sudah menjadi masalah
yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan di lingkungan
sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di
lingkungan sekolah atau sekitar saja, namun terjadi di jalan-jalan umum,
dan mengakibatkan pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini
menyebabkan pihak sekolah, guru, dan masyarakat yang melihat pasti
dibuat bingung dan takut bagaimana untuk melerainya, sampai akhirnya
melibatkan kepolisian.Hal ini dikarenakan senjata yang dibawa oleh
pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan
lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang,
tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di
sekeliling (batu dan kayu). Mereka juga memakai senjata tajam senjata
yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya pisau, besi, dan
lainnya.tawuran-pelajar Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar,
menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa seorag pelajar yang tega
melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa
pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?Tawuran antar pelajar
bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu karena
permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang
menyebabkan pengelompokan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya,
kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak
kantin. Pengelompokan tersebut yang biasanya dikenal dengan sebutan
Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua
kelompok yang beda sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
•Tawuran antar pelajar bisa saja terjadi karena ketersinggungan salah satu
kawannya.
•Permasalahan yang sudah mengakar, dalam arti sejarah yang
menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
•Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
•Faktor diri remaja itu sendiri;
•Faktor keluarga
•Faktor sekolah
•Faktor lingkungan

Dampak yang disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:


1.Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi
korban. Baik luka berat, ringan. Bahkan sampai kematian.
2.Masyarakat sekitar juga dirugikan.Contohnya: rusaknya rumah warga
apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah
warga.
3.Terganggunya proses belajar mengajar
4.Menurunnya moralitas para pelajar
5.Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling
menghargai.

Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar


pelajar yaitu;
1.Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan
tidak dapat terselesaikan dengan jalan kekerasan.
2.Untuk para pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan secara
khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
3.Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk
menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
5.Ajarkan ilmu sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat bermanfaat
untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di
lingkungan masyarakat.
6. Pihak sekolah harus benar-benar tegas, dan memberikan sangsi seberat-
beratnya bagi siswa yang terlibat tawuran.
7.Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan
melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dak
tidak menuntun.
8.Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan
cara yang baik dan sehat.
9.Memberikan untuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan
bakat dan potensi remaja
10.Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
11.Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orang tua, dan teman sebaya yang dapat
12.mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
13.Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sedang
mencari jati diri.
14.Memfalisitasi para pelajar agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat di waktu luangnya. Contohnya: membentuk ikatan remaja
masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat.

2.2 Seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara


Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat
157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus
dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan
korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998
ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari
tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.
Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di
tiga tempat sekaligus.
Penyebab tawuran antar pelajar  ini pada umumnya  adalah adanya sejarah
turun-temurun tawuran antar sekolah.  Di jakarta pada periode 1980-an,
SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik dengan STM Boedi Oetomo
Pejambon, semenjak itu sering terjadi tawuran antar sekolah ini.
Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet
Pejompongan untuk memutus tawuran dengan STM Boedi Oetomo. Kasus
yang sama banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia.  Namun masih
banyak yang tanpa penyelesaian sehingga tawuran terus terjadi.
Menurut data Komnas Perlindungan Anak yang terbaru tahun 2012, jumlah
tawuran pelajar tahun ini sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa
82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128
kasus. Kasus terakhir aksi tawuran antarpelajar SMAN 70 dan SMAN 6 yang
menewaskan Alawi (15 tahun) serta dua anak yang luka berat yang belum
diketahui identitasnya.
Pandangan umum masyarakat terhadap penyebab tawuran pelajar sering
dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari Sekolah Kejuruan, berasal
dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak
mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di
antaranya adalah Sekolah Menengah Umum. Begitu juga dari tingkat
ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi
berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering
dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama
dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang
harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama
di kota besar, masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis,
budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum
yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan
umum dan tata kota.

Jadi,di Indonesia sendiri sekarang tawuran tidak hanya terjadi di satu


wilayah saja tetapi semakin maraknya tawuran yang terjadi di hampir
semua wilayah contohnya saja tawuran yang terjadi beberapa tahun
sekarang yaitu ;

•Tawuran yang terjadi di Permata Hijau terjadi pada Sabtu dinihari, 1


September 2018. Sekolah yang terlibat adalah SMA Muhammadiyah 15
Slipi melawan geng Gusdon beranggotakan siswa SMAN 32 Jakarta,
Madrasah Anajah, dan Husni Thamrin. Akibat tawuran ini, seorang siswa
berinisial AH, 16 tahun, tewas karena sabetan senjata tajam. AH juga
disiram menggunakan air keras oleh pelaku. Polisi menetapkan 10
tersangka.

•Tawuran di Jalan Ciledug Raya wilayah Kota Tangerang terjadi pada 23


Agustus 2018, serta melibatkan SMK Yuppentek dan SMA Kosgoro
Ciledug, Tangerang. Penyebab tawuran diduga karena saling ejek saat
berpapasan.

Tawuran yang terjadi di Indonesia saat ini sudah menjadi masalah yang
sangat luas tidak hanya dapat meresahkan warga sekitar juga dapat
meresahkan semua aparat hukum pemerintah terutama bangsa dan
negara.

2.3 Pentingnya pemerintah dan seseorang yang bertanggung jawab dalam


menangani kasus ini

Pemerintah seharusnya mengambil langkah tegas untuk menangani


masalah tawuran pelajar yang semakin menjamur di negri kita ini, dengan
menguatkan Hukum yang berlaku, bagi pelajar yang terlibat tawuran harus
ditangkap dan dihukum bila tertangkap tangan melakukan penganiayaan
bahkan melakukan pembunuhan, atau memberiakan mereka arahan di
panti rehabilitasi. Tidak hanya pemerintah, kasus ini harus ditangani oleh
rantai segiempat yaitu antara lain Orang tua, pemerintah, masyarakat dan
pihak sekolah.Masyarakat harus lebih peka dalam menanggapi kasus ini,
dengan mencoba melerai atau menghubungi pihak sekolah atau pihak yang
berwenang bila diperlukan. Pihak sekolah sebagai wadah pendidikan anak
harus menanamkan pendidikan moral (bimbingan Konseling) sebagai dasar
terbentuknya karakter seorang anak, tidak hanya itu apabila seoarang
pelajar terlibat kasus penganiyayaan atau tauran pelajar pihak sekolah
harus mengambllangkah tegas denagn mengeluarkan anak tersebut dari
sekolah.Orang tua harus melakukan pendekatan kepada anak, agar anak
lebih terbuka, dengan itu orang tua lebih mudah mengontrol anak mereka
masing-masing, orang tua juga harus menanamkan nilai-nilai agama
kepada anak sejak dini agar anak tersebut dapat menimbang setiap prilaku
yang akan mereka lakukan.
2.4 Kebijakan tentang kasus tersebut
Tawuran antar pelajar sudah menjadi tradisi yang mengakar di kalangan
pelajar. Hal ini telah menimbulkan keprihatinan dan keresahan terhadap
calon-calon generasi penerus bangsa ini. Permasalahannya adalah
Bagaimanakah Kebijakan Intergral terhadap penanggulangan tawuran
antar Pelajar dan Apakah yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
untuk dilaksanakan kebijkan intergral terhadap penanggulangan tawuran
antar Pelajar tersebut. Pendekatan masalah yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis
empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu
hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari studi pustaka. Berdasarkan Hasil penelitian dan
pembahasan terkait Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran
Antar Pelajar dapat di ketahui melalui faktor-faktor penyebab tawuran
antar pelajar itu sendiri. Melalui faktor-faktor inilah kemudian alternatif
solusi Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran Antar Pelajar
dapat dilakukan pendekatan kesehatan mental berupa intervensi primer
atau tindakan preventif dengan memodifikasi lingkungan dan memperkuat
kapasitas sasaran (remaja sebagai pelajar). Sampai Permasalahan faktor
penghambat dilaksanakannya Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan
Tawuran Antar Pelajar ialah perundang-undangan yang membatasi aparat
penegak hukum untuk melakukan suatu tindakan. Kemudian faktor sarana
dan fasilitas yang mendukung untuk dilakukannya pembinaan masih
terbatas, serta dukungan juga kesadaran masyarakat masih minim.
Saran dalam Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran Antar
Pelajar terletak pada pengoptimalan upaya preventif dan pemberian
sosialisasi, pendekatan dan pengarahan tentang tindak pidana tawuran
agar siswa sadar dan tidak melakukan aksi tawuran lagi, serta
menggalangkan kerjasama dengan instansi terkait untuk memberikan
penyuluhan. Dan lebih mengarahkan upaya mediasi penal dalam upaya
penanggulangan tawuran antar pelajar.
Kebijakan-kebijakan integral terhadap penanggulangan tawuran antar
pelajar yaitu:
a) Upaya non penal secara preventif yaitu dengan melakukan bimbing
teknis kepada siswa-siswi di sekolah, melakukan kegiatan ekstrakulikuler
yang bersifat positif, sosialisasi oleh pihak Kepolisian terkait tawuran, dan
Komunikasi Intensif oleh keluarga.
b) Proses Penal yang dilakukan sampai saat ini hanya melakukan teguran
atau pemanggilan orang tua siswa yang terlibat dalam tawuran serta upaya
mediasi penal.Selain itu Pihak sekolah memperluas jam kegiatan
ekstrakulikuler mereka.Kebijakan integral terhadap Penaggulangan
tawuran pelajar dapat dilakukan melalui upaya represif dan upaya
preventif. Kedua upaya ini bisa berjalan efektif jika peran keluarga, sekolah,
maupun penegak hukum dapat saling berkoordinasi dalam upaya
mengurangi kenakalan pelajar yang melakukan tawuran, karena kedua
upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi tawuran pelajar. Baik upaya
preventif ataupun represif diberikan dengan tujuan selain untuk
menimbulkan rasa takut sehingga tidak melakukan tawuran tetapi juga
untuk tujuan mendidik para pelajar bahwa tawuran bukanlah hal yang
benar untuk dilakukan

2.5 Perbedaan pendapat,organisasi yang berpihak pada masalah ini.


Tidak ada yang berpihak, melainkan kepolisian dan masyarakat yang
menertibkan.

2.6 tingkat atau lembaga pemerintah yang bertanggung jawab tentang


kasus tersebut
Secara fisik dan psikologis, remaja sebetulnya berada dalam masa transisi.
Di tengah-tengah posisi yang tidak menentu dan dalam keadaan emosi
yang tidak stabil akibat perubahan fisik dan kelenjar dalam tubuh, sebuah
identitas diri remaja juga sangatlah penting untuk mendapatkan pengakuan
akan keberadaan (eksistensi). Erik H Erikson, seorang ahli dalam psikolog
perkembangan berpendapat bahwa dalam rangka pencarian identitas diri
remaja sering terobsesi oleh simbol-simbol status yang populer di
masyarakat luas seperti bergabung dalam kelompok tertentu. Hal ini
dilakukan remaja karena ingin menunjukkan pada orang lain, khususnya
orang dewasa bahwa remaja memiliki status yang lebih tinggi, lebih
dianggap, bahkan lebih populer dari orang lain atau kelompok sebayanya.
Di sinilah ruang dimana remaja dapat diterima sekaligus diakui oleh
komunitas masyarakat di sekitarnya. Namun, ruang baru yang mereka huni
tersebut terkadang menuntut hadirnya kultur solidaritas, bahkan dapat
menyimpang menjadi sebuah sikap fanatisme dan vandalisme.
Faktor pemancing terjadinya tawuran pun biasanya sepele, mulai dari
adanya sebuah pertandingan atau nonton konser, bersenggolan di bis,
berebut pacar, bahkan tidak jarang saling menatap antar sesama pelajar
mampu mengawali sebuah tindakan tawuran, karena mereka
menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Selain karena faktor internal
yang terjadi dalam diri remaja, faktor eksternal sebenarnya juga
mengambil andil sebagai penyebab terjadinya tawuran. Faktor tersebut
diantaranya adalah pembekalan oleh senior yang diperkuat dengan adanya
sejarah dendam antar sekolah yang sudah turun temurun, serta
ketidakkonsistenan orang dewasa, yakni antara apa yang dikatakan oleh
orang dewasa dengan kenyataan yang ada di lapangan. Bahkan, remaja
kerap kali melihat aksi kriminal dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh
orang dewasa melalui media massa atau video games, yang akhirnya
dimungkinkan untuk menginternalisasi ke dalam moral ramaja.
Hal tersebut, seharusnya dipahami agar respon masyarakat awam maupun
kalangan pendidik tidak serta merta menganggap remaja sebagai
pemberontak dan pembangkang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 Pasal 59 tentang Perlindungan Anak, para remaja pelaku
tawuran termasuk dalam golongan anak korban perlakuan salah yang
seharusnya mendapatkan perlindungan khusus dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya dalam bentuk bimbingan
nilai agama dan nilai moral, konseling, dan pendampingan sosial. Hal
tersebut perlu dilakukan karena para remaja mengambil keputusan untuk
melakukan tawuran karena adanya faktor eksternal.
Kasus tawuran merupakan pemicu terjadinya konflik sosial, untuk
melindungi anak dari hal yang dapat memicu terjadinya konflik sosial
seperti tawuran, maka Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak telah menginisiasi lahirnya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial. Salah satu program tersebut
adalah pendidikan damai dan keadilan gender. Dalam kegiatan ini, anak-
anak dan remaja diajarkan agar tidak melakukan aksi tawuran. Walaupun
begitu, penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat berjalan
maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat, keluarga, pihak sekolah
untuk mencegah tawuran antar pelajar. Hal ini pun senada dengan
pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Yohana S. Yembise, “Hal yang dibutuhkan remaja pada masa pencarian jati
diri adalah perhatian dan penghargaan atas eksistensi dirinya, khususnya
dari orang-orang dekatnya, terutama para orang tua. Selain mengawasi
pergaulan anak, Orang tua juga diharapkan dapat memberikan motivasi
dan apresiasi yang cukup kepada remaja. Dengan begitu, kecil
kemungkinan remaja akan bergabung dan menyalurkan hasrat eksistensi
dirinya di kelompok berkecenderungan negatif dan rawan tawuran”.
Untuk melakukan pencegahan tawuran antar pelajar, pihak sekolah sangat
dibutuhkan untuk mensosialisasikan bahaya tawuran melalui mata
pelajaran atau melalui kerjasama dengan pihak yang berwenang. “Selain
memfasilitasi potensi remaja melalui kegiatan ekstrakulikuler, hal-hal yang
kami prioritaskan adalah program pembinaan, pengawasan, dan sosialisasi
terkait bahaya tawuran kepada pelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengintregasikan bahaya tawuran dengan mata pelajaran, seperti agama
dan kewarganegaraan. Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerja sama
dengan pihak kepolisian dan Dinas PPPA setempat,” tandas Menteri
Yohana S. Yembise.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurangnya kepekaan masyarakat dalam menyikapi atau merespon
fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitar mereka cenderung
akan menambah parah situasi sehingga menumbuhkan fenomena-
fenomena sosial baru yang serupa bahkan bisa jadi lebih parah dari
fenomena sosial yang terjadi sebelumnya. Sikap apatis masyarakat
menyebabkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi serasa diabaikan
sehingga secara tidak langsung fenomena sosial tersebut mendapat
dukungan kebenaran atas apa yang mereka lakukan, apa yang harusnya
bertentangan dengan norma atau kaidah malah menjadi sejalan
dengan norma atau kaidah tersebut. Seperti halnya studi kasus
mengenai tawuran antar pelajar yang akhir-akhir ini mulai marak
terjadi, masyarakat serasa mendukung atas apa yang pelajar lakukan.
Masyarakat sebagai kontrol sosial harusnya bisa membaca dan
memberikan solusi bijak terhadap apa yang terjadi dihadapan mereka,
karena tanpa adanya peran dan partisipasi dari mereka, tawuran antar
pelajar tidak akan pernah berakhir. Karena kita tahu, kontrol sosial yang
dilakukan keluarga dan sekolah hanya bisa mengontrol mereka pada
saat mereka berada dalam area pengawasan keluarga ataupun sekolah
mereka, selebihnya masyarakatlah yang berperan. Oleh karena itu
peran aktif masyarakat tentunya sangat dibutuhkan untuk mendidik
dan mengarahkan sikap pelajar diluar kendali sekolah dan keluarga
tersebut kearah yang lebih positif, bukan hanya berpangku tangan dan
menyaksikan kejadian demi kejadian yang terjadi diantara para pelajar.
Namun, perlu diingat juga bahwa peran keluarga dan pihak sekolah
tidak bisa begitu saja diabaikan, mengingat pondasi dasar perilaku
mereka dibangun oleh kedua pihak tersebut. Jika dari pihak keluarga
harusnya bisa menanamkan pondasi agama sebagai tameng untuk
membentuk iman dan akhlak agar mereka tidak salah dalam bergaul,
pihak sekolah harusnya juga bisa menanamkan pondasi moral terhadap
pelajar agar bisa menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi dalam
bergaul dengan sesama.

Sederhananya, biarpun masyarakat berperan besar dalam kontrol sosial


bagi pelajar saat berada diluar lingkungan keluarga dan sekolah, semua
pihak yang terlibat dalam pengontrol perilaku sosial pelajar juga harus
tetap bersinergi agar sistem yang berada didalamnya tidak terjadi
ketimpangan yang bisa membuat pelajar kita melakukan sesuatu hal
yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan hidup bersama.

3.2 Saran
Jika menengok ulang terhadap analisa yang ada mengenai penyebab
terjadinya tawuran antar pelajar, beberapa saran berikut bisa menjadi
solusi agar angka tawuran antar pelajar bisa ditekan, bahkan bila
memungkinkan bisa dihilangkan. Keluarga sebagai awal tempat
pendidikan para pelajar harus mampu membentuk sikap, pola pikir,
perilaku, termasuk juga akhlak yang baik untuk para pelajar.
Masyarakat mestinya menyadari akan perannya dalam menciptakan
situasi yang kondusif, semisal dengan mengadakan kontrol terhadap
fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitarnya. Sekolah harusnya
memberikan pelayanan baik untuk membantu pelajar mengasah
kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam
dirinya. Baik dalam kemampuan yang bersifat akademis maupun non-
akademis, sehingga tidak ada lagi waktu bagi pelajar untuk melakukan
hal yang tidak berguna, terlebih melakukan tawuran. Hindari ikut
berkumpul atau bergabung dengan gang yang memiliki kecenderungan
untuk melakukan hal yang mengarah pada hal-hal negatif.
Tanamkan nilai moral dan religius didalam hati agar senantiasa memiliki
kesadaran diri untuk tidak berbuat negatif saat kontrol sosial yang
berada disekitar melemah atau terjadi ketimpangan.

Anda mungkin juga menyukai